SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
BAB I
PENDAHULUAN
SEJARAH TURATEA, BINAMU JENEPONTO

       Penulisan sejarah dan Biografi dalam masyarakat Indonesia dan Sulawesi Selatan
mulai tampak sekitar tahun 1952, ini menarik karena pada masa sebelumnya banyak
diantara tokoh-tokoh kita yang telah berjasa bagi Bangsa dan Negara terutama yang
berjuang sejak zaman Colonial atau penjajahan Belanda, tak lagi dikenal oleh masyarakat
akan jasa-jasa dan perjuangannya. Karena biografi tentang dirinya tidak pernah ditulis atau
terungkap dari masyarakat dan keluarganya. Jelas bahwa ini merupakan suatu kerugian
yang besar sebab peranan yang dilakukannya sebagai pejuang dan pemimpin pejuang di
zaman penjajahan Belanda, di zaman revolusi, pemimpin politik di masyarakat dan lain-
lain, tidak lagi dikenal oleh masyarakat bangsa kita atu bahkan cenderung dilupakan.
       Mengapa penulisan (baik itu penulisan sejarah atau biografi pelaku sejarah) ini
kurang mendapat tempat di masyarakat pada masa-masa sebelumnya? Dan mengapa baru
pada saat ini kecenderungan untuk menulis biografi mengalami perkembangan yang
menarik? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka ada beberapa faktor yang menjadi
penyebabnya, faktor-faktor tersebut antara lain:
       Pertama
       Tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia umumnya merupakan tradisi secara
lisan. Riwayat hidup, kisah kepahlawanan seorang anak manusia direkam secara lisan oleh
masyarakat secara turun-temurun. Atau dikisahkan oleh masyarakat dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
       Semua peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar kehidupan manusia di ungkapkan
oleh masyarakat dalam upacara adat, dalam perayaan adat di lingkungan keluarga, atau
dalam masa-masa senggang dalam kehidupan keluarga dan sebagainya.
       Kondisi iutu kemudian melahirkan kelompok penghapal sejarah masa lampau yang
dapat mengisahkan kembali semua peristiwa sejarah itu dalam lingkungan pendengarnya
yang terbatas.
       Kelompok perekam sejarah tradisional ini memiliki keahlian khusus dalam
mengelola cerita yang diketahuinya. Mereka dapat membawa perasaan masyarakat
penyimaknya seakan-akan terlibat langsung dalam peristiwa (Kisah) yang dituturkannya.
Tentu saja dalam kisah metodologi, unsur legenda subyektifitas tidak mungkin
untuk dihindari, bahkan mempunyai peranan yang dominan.
       Kedua
       Jikalau ada peristiwa sejarah disekitar kehidupan manusia yang diabadikan dalam
karya tulis seperti di jumpai dalam “Babad, Panji, serta Lontara” namun yang diperhatikan
disini bahkan karya lontara yang berasal dari masyarakat Bugis-Makassar (Sulawesi
Selatan) mempunyai perbedaan dengan metode penulisan Babad dan Panji atau karya
sejanis lainnya.
       Dalam karya lontara, metode penulisannya tidak didominasi oleh unsur mitos dan
legenda yang berlebihan uraian yang dijumpai dalam lontara tidak banyak membingunkan
orang atau pembaca dengan demikian kita dapat menjadikan lontara sebagai sejarah masa
lampau.
       Ketiga
       Adanya budaya malu atau perasaan segan dikalangan sebahagian Tokoh sejarah
atau keluarganya untuk mencuatkan kisah hidup (biografi) sang tokoh tersebut
kepermukaan, hal ini dapat dipahami bila mereka (Pihak Keluarga sang tokoh atau tokoh
itu sendiri) memiliki perasaan malu atau segan, sebab bagaimanapun masyarakat itu masih
belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari dampak atau pengaruh kebudayaan agraris.
Sehingga meskipun sebahagian dari kelompok tokoh sejarah kita ini telah memperoleh
pendidikan diluar atau di dalam negeri, Tokoh budaya dari dampak agraris masih
memegang pengaruh besar.
       Mereka umumnya masih memiliki persepsi bahwa menonjolkan perjuangan atau
kualitas pribadinya di masyarakat adalah kurang tepat. Sebenarnya sikap ini berakibat
sangat merugikan dirinya, keturunannya dan terutama masyarakat secara keseluruhan. Oleh
sebab itu mungkin masyarakat merasa kehilangan seorang tokoh pemimpin yang dapat
diteladani tingkah lakunya di masyarakat. Kemudian bagi sang tokoh sendiri akan
dilupakan karya atau jasa-jasanya oleh masyarakat. Tragisnya lagi, bila di masyarakat
muncul pula orang lain yang karena ambisinya ingin tampil sebagai pahlawan, pada hal
sama sekali dia tidak pernah membuat jasa besar bagi masyarakat. Tidak mempunyai andil
dalam perjuangan atau dalam pembangunan Bangsa.
Dengan demikian dapat dikatakan disini bahwa sikap malu atau segan untuk
menuliskan sebuah biografi guna dipersembahkan kepada masyarakat merupakan suatu
sikap yang keliru dan tidak tepat. Sebab masyarakat saat ini, di saat masyarakat dilanda
krisis panutan atau figur yang dapat dijadikan teladan, maka di saat inilah masyarakat
membutuhkan inspirasi dari kehidupan seorang tokoh yang tertuang lewat sebuah penulisan
biografi tokoh pemimpin masyarakat atau tokoh pemimpin perjuangan pada masa
penjajahan, perjuangan, kebangkitan dan revolusi dengan tujuan agar dapat diketahui pula
sikap dan pola pikir, perjuangan, pengabdian, peranan dan karakteristik kepemimpinannya.
Dari semua itu sifat/ciri yang dimiliki oleh tokoh tersebut, masyarakat diharapkan dapat
memetik faedah dari apa yang tertuang lewat penulisan sebuah biografi untuk selanjutnya
dijadikan “Patron” dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
       Makna dari sebuah penulisan biografi seorang tokoh, apakah dia seorang tokoh
pemimpin, apakah dia seorang tokoh pejuang, atau apakah dia seorang tokoh pemimpin.
Pejuang patutlah digalakkan pasalnya biografi dari sang tokoh tersebut nantinya diharapkan
mampu dijadikan sumber inspirasi bagi jutaan orang yang mampu memberikan dampak
yang positif bagi setiap orang membacanya. Dengan demikian apa yang telah dilakukan
oleh sang tokoh yang bernilai positif dan konstruktif mampu pula diikuti, dikembangkan
bahkan ditingkatkan oleh generasi pelanjut. Dengan adanya penulisan biografi dari seorang
tokoh ini akan berdampak pada generasi pelanjut yang tidak lagi “Buta” dalam mengenal
tokoh yang dimiliki oleh bangsanya. Karena biografi ini dapat dijadikan “Sumber Sejarah”
bagi penulis sejarah lokal dan Nasional.
       Struktur sosial masyarakat, kondisi politik pada masa itu, peranannya sebagai
pemimpin, sistim sosial yang berlaku pada masa itu dan lain-lain.
       Dalam penulisan biografi bagi seorang pemimpin itu mutlak menggunakan
metodologi sejarah dan pendekatan “multidimensional” sains sosial. Hal ini dimaksudkan
untuk mempertajam analisa tentang peranan sang pemimpin yang direkonstruksikan
perjuangannya di masyarakat. Dengan demikian karya biografi dapat hidup apabila dalam
penyajian. Tentulah dalam konteks ini dokumen sebagai sumber utama haruslah menjadi
titik tolak dalam usaha merekontruksikan perjuangan sang pemimpin. Terutama bila tokoh
yang diuraikan tersebut telah lama meninggalkan kita sedangkan sumber-sumber lain yang
berupa wawancara dan karya tulis dari berbagai bentuk tentang sang pemimpin hanyalah
merupakan sumber sekunder Meskipun demikian sumber sekunder ini juga memegan
peranan penting tentang sumber utama kurang lengkap atau katakanlah bahwa sumber
sekunder juga berfungsi sebagai penunjang utama.
          Dalam kehidupan masyarakat yang patut diperhatikan dari nilai objektifitas sebuah
biografi adalah masyarakat itu sendiri. Kemudian setelah membaca dan memahami tentang
riwayat pejuang sang pemimpin secara utuh dapat memasuki garis lurus atau melakukan
penilaian secara langsung terhadap berbagai aspek kehidupan pemimpinnya terutama dalam
hal yang menyangkut fungsi dan peranannya sebagai seorang pemimpin masyarakat.
Biogzati ini diangkat kepermukaan mulai tanggal, 1 Juni 2004 dan selesai 5 Juni 2007.
          Jelas kritik-kritik yang muncul di masyarakat, baik yang bersifat konstuktif maupun
bersifat destruktif adalah suatu yang tidak mungkin dihindari. Demikian pula yang muncul
pro dan kontra terhadap karya biografi. Akan tetapi yang terpenting harus diperhatikan
dalam konteks ini bahwa karya biografi. Telah member peluang yang jelas luasnya bagi
masyarakat untuk melakukan penilaian tersendiri terhadap seorang tokoh yang menjadi
milik mereka sendiri.
          Yang menjadi objek kajian dalam karya ini adalah :
Bab I       Pendahuluan
Bab II      Sejarah Kehadiran Gowa purba
Bab III     Sejarah Kehadiran Tarate (Turatea)
Bab IV      Sejarah Terbentuknya Kerajaan Binamu.
Bab V       Biografi Datu Daeng Rappo.
Bab VI      Biografi H. Mattewakkang Daeng Raja
Bab VII Sejarah Kehadiran Jeneponto
Bab VIII Sejarah perjuangan Rakyat Turatea (Laptur)
Bab IX      Kabupaten Jeneponto Dewasa ini
Bab X       Legenda Maddi Dg. Rimakka.


Akhirnya penulis mengakui dengan jujur bahwa karya ini sangat kekurangan, untuk itu
diharapkan saran dan kritikan yang konstruktif dari pembaca yang konstruktif dari pembaca
yang dapat dijadikan masukan yang objektif. Semoga Allah memberkati kita semua. Amin.
Sejarah Turatea, Binamu Jeneponto

More Related Content

Similar to Sejarah Turatea, Binamu Jeneponto

Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merahFarrah Eungeline
 
Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merahMuhammad Sarna
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahwifauzi
 
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”Armadira Enno
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarahWildan Insan Fauzi
 
4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia
4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia
4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesiahayathamzahd1993
 
Tipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk Belajar
Tipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk BelajarTipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk Belajar
Tipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk Belajarfufu 99
 
Prinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptxPrinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptxwakiah4
 
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasionalAlieska Waye
 
PowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptxPowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptxseptiyanidwi2
 
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno Ilmu coro Lilies toro
 
Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11
Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11
Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11Amrie FishGod
 
Bab-6-persoalan-malaysia-sentrik
Bab-6-persoalan-malaysia-sentrikBab-6-persoalan-malaysia-sentrik
Bab-6-persoalan-malaysia-sentrikfiro HAR
 
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...Rahmat Hidayat
 
Mendalami Teks Cerita Sejarah
Mendalami Teks Cerita SejarahMendalami Teks Cerita Sejarah
Mendalami Teks Cerita SejarahSena Aditya
 

Similar to Sejarah Turatea, Binamu Jeneponto (20)

Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merah
 
Soe hok gie di bawah lentera merah
Soe hok gie   di bawah  lentera merahSoe hok gie   di bawah  lentera merah
Soe hok gie di bawah lentera merah
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Pendekatan Biografi
Pendekatan Biografi Pendekatan Biografi
Pendekatan Biografi
 
Pdf modul 1 kb 2 min
Pdf modul 1 kb 2 minPdf modul 1 kb 2 min
Pdf modul 1 kb 2 min
 
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”
KEARSIPAN & DOKUMENTASI : BUKU “RAKYAT DAN NEGARA”
 
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah1. sastra dalam pembelajaran sejarah
1. sastra dalam pembelajaran sejarah
 
Mahasiswa dan tanggung jawab sosial
Mahasiswa dan tanggung jawab sosialMahasiswa dan tanggung jawab sosial
Mahasiswa dan tanggung jawab sosial
 
4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia
4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia
4399 1343 peranan-perempuandalamhistoriografiindonesia
 
Tipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk Belajar
Tipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk BelajarTipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk Belajar
Tipe-Tipe Sejarah Lokal - Panduan Awal Untuk Belajar
 
Prinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptxPrinsip Kemajemukan.pptx
Prinsip Kemajemukan.pptx
 
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
117520939 peran-pemuda-dalam-pembangunan-nasional
 
Pluralitas
PluralitasPluralitas
Pluralitas
 
PowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptxPowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptx
PowerPoint PR Sejarah Pem. 10A Ed. 2019.pptx
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
Ideologi marhaenisme dari pak Soekarno
 
Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11
Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11
Power point pr sejarah pem. 10a ed. 2019 dikonversi-1-11
 
Bab-6-persoalan-malaysia-sentrik
Bab-6-persoalan-malaysia-sentrikBab-6-persoalan-malaysia-sentrik
Bab-6-persoalan-malaysia-sentrik
 
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
BAHASA INDONESIA MENGIDENTIFIKASI STRUKTUR TEKS NOVEL SEJARAH DAN NILAI – NIL...
 
Mendalami Teks Cerita Sejarah
Mendalami Teks Cerita SejarahMendalami Teks Cerita Sejarah
Mendalami Teks Cerita Sejarah
 

Sejarah Turatea, Binamu Jeneponto

  • 2. SEJARAH TURATEA, BINAMU JENEPONTO Penulisan sejarah dan Biografi dalam masyarakat Indonesia dan Sulawesi Selatan mulai tampak sekitar tahun 1952, ini menarik karena pada masa sebelumnya banyak diantara tokoh-tokoh kita yang telah berjasa bagi Bangsa dan Negara terutama yang berjuang sejak zaman Colonial atau penjajahan Belanda, tak lagi dikenal oleh masyarakat akan jasa-jasa dan perjuangannya. Karena biografi tentang dirinya tidak pernah ditulis atau terungkap dari masyarakat dan keluarganya. Jelas bahwa ini merupakan suatu kerugian yang besar sebab peranan yang dilakukannya sebagai pejuang dan pemimpin pejuang di zaman penjajahan Belanda, di zaman revolusi, pemimpin politik di masyarakat dan lain- lain, tidak lagi dikenal oleh masyarakat bangsa kita atu bahkan cenderung dilupakan. Mengapa penulisan (baik itu penulisan sejarah atau biografi pelaku sejarah) ini kurang mendapat tempat di masyarakat pada masa-masa sebelumnya? Dan mengapa baru pada saat ini kecenderungan untuk menulis biografi mengalami perkembangan yang menarik? Untuk menjawab pertanyaan ini, maka ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, faktor-faktor tersebut antara lain: Pertama Tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia umumnya merupakan tradisi secara lisan. Riwayat hidup, kisah kepahlawanan seorang anak manusia direkam secara lisan oleh masyarakat secara turun-temurun. Atau dikisahkan oleh masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Semua peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar kehidupan manusia di ungkapkan oleh masyarakat dalam upacara adat, dalam perayaan adat di lingkungan keluarga, atau dalam masa-masa senggang dalam kehidupan keluarga dan sebagainya. Kondisi iutu kemudian melahirkan kelompok penghapal sejarah masa lampau yang dapat mengisahkan kembali semua peristiwa sejarah itu dalam lingkungan pendengarnya yang terbatas. Kelompok perekam sejarah tradisional ini memiliki keahlian khusus dalam mengelola cerita yang diketahuinya. Mereka dapat membawa perasaan masyarakat penyimaknya seakan-akan terlibat langsung dalam peristiwa (Kisah) yang dituturkannya.
  • 3. Tentu saja dalam kisah metodologi, unsur legenda subyektifitas tidak mungkin untuk dihindari, bahkan mempunyai peranan yang dominan. Kedua Jikalau ada peristiwa sejarah disekitar kehidupan manusia yang diabadikan dalam karya tulis seperti di jumpai dalam “Babad, Panji, serta Lontara” namun yang diperhatikan disini bahkan karya lontara yang berasal dari masyarakat Bugis-Makassar (Sulawesi Selatan) mempunyai perbedaan dengan metode penulisan Babad dan Panji atau karya sejanis lainnya. Dalam karya lontara, metode penulisannya tidak didominasi oleh unsur mitos dan legenda yang berlebihan uraian yang dijumpai dalam lontara tidak banyak membingunkan orang atau pembaca dengan demikian kita dapat menjadikan lontara sebagai sejarah masa lampau. Ketiga Adanya budaya malu atau perasaan segan dikalangan sebahagian Tokoh sejarah atau keluarganya untuk mencuatkan kisah hidup (biografi) sang tokoh tersebut kepermukaan, hal ini dapat dipahami bila mereka (Pihak Keluarga sang tokoh atau tokoh itu sendiri) memiliki perasaan malu atau segan, sebab bagaimanapun masyarakat itu masih belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari dampak atau pengaruh kebudayaan agraris. Sehingga meskipun sebahagian dari kelompok tokoh sejarah kita ini telah memperoleh pendidikan diluar atau di dalam negeri, Tokoh budaya dari dampak agraris masih memegang pengaruh besar. Mereka umumnya masih memiliki persepsi bahwa menonjolkan perjuangan atau kualitas pribadinya di masyarakat adalah kurang tepat. Sebenarnya sikap ini berakibat sangat merugikan dirinya, keturunannya dan terutama masyarakat secara keseluruhan. Oleh sebab itu mungkin masyarakat merasa kehilangan seorang tokoh pemimpin yang dapat diteladani tingkah lakunya di masyarakat. Kemudian bagi sang tokoh sendiri akan dilupakan karya atau jasa-jasanya oleh masyarakat. Tragisnya lagi, bila di masyarakat muncul pula orang lain yang karena ambisinya ingin tampil sebagai pahlawan, pada hal sama sekali dia tidak pernah membuat jasa besar bagi masyarakat. Tidak mempunyai andil dalam perjuangan atau dalam pembangunan Bangsa.
  • 4. Dengan demikian dapat dikatakan disini bahwa sikap malu atau segan untuk menuliskan sebuah biografi guna dipersembahkan kepada masyarakat merupakan suatu sikap yang keliru dan tidak tepat. Sebab masyarakat saat ini, di saat masyarakat dilanda krisis panutan atau figur yang dapat dijadikan teladan, maka di saat inilah masyarakat membutuhkan inspirasi dari kehidupan seorang tokoh yang tertuang lewat sebuah penulisan biografi tokoh pemimpin masyarakat atau tokoh pemimpin perjuangan pada masa penjajahan, perjuangan, kebangkitan dan revolusi dengan tujuan agar dapat diketahui pula sikap dan pola pikir, perjuangan, pengabdian, peranan dan karakteristik kepemimpinannya. Dari semua itu sifat/ciri yang dimiliki oleh tokoh tersebut, masyarakat diharapkan dapat memetik faedah dari apa yang tertuang lewat penulisan sebuah biografi untuk selanjutnya dijadikan “Patron” dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Makna dari sebuah penulisan biografi seorang tokoh, apakah dia seorang tokoh pemimpin, apakah dia seorang tokoh pejuang, atau apakah dia seorang tokoh pemimpin. Pejuang patutlah digalakkan pasalnya biografi dari sang tokoh tersebut nantinya diharapkan mampu dijadikan sumber inspirasi bagi jutaan orang yang mampu memberikan dampak yang positif bagi setiap orang membacanya. Dengan demikian apa yang telah dilakukan oleh sang tokoh yang bernilai positif dan konstruktif mampu pula diikuti, dikembangkan bahkan ditingkatkan oleh generasi pelanjut. Dengan adanya penulisan biografi dari seorang tokoh ini akan berdampak pada generasi pelanjut yang tidak lagi “Buta” dalam mengenal tokoh yang dimiliki oleh bangsanya. Karena biografi ini dapat dijadikan “Sumber Sejarah” bagi penulis sejarah lokal dan Nasional. Struktur sosial masyarakat, kondisi politik pada masa itu, peranannya sebagai pemimpin, sistim sosial yang berlaku pada masa itu dan lain-lain. Dalam penulisan biografi bagi seorang pemimpin itu mutlak menggunakan metodologi sejarah dan pendekatan “multidimensional” sains sosial. Hal ini dimaksudkan untuk mempertajam analisa tentang peranan sang pemimpin yang direkonstruksikan perjuangannya di masyarakat. Dengan demikian karya biografi dapat hidup apabila dalam penyajian. Tentulah dalam konteks ini dokumen sebagai sumber utama haruslah menjadi titik tolak dalam usaha merekontruksikan perjuangan sang pemimpin. Terutama bila tokoh yang diuraikan tersebut telah lama meninggalkan kita sedangkan sumber-sumber lain yang berupa wawancara dan karya tulis dari berbagai bentuk tentang sang pemimpin hanyalah
  • 5. merupakan sumber sekunder Meskipun demikian sumber sekunder ini juga memegan peranan penting tentang sumber utama kurang lengkap atau katakanlah bahwa sumber sekunder juga berfungsi sebagai penunjang utama. Dalam kehidupan masyarakat yang patut diperhatikan dari nilai objektifitas sebuah biografi adalah masyarakat itu sendiri. Kemudian setelah membaca dan memahami tentang riwayat pejuang sang pemimpin secara utuh dapat memasuki garis lurus atau melakukan penilaian secara langsung terhadap berbagai aspek kehidupan pemimpinnya terutama dalam hal yang menyangkut fungsi dan peranannya sebagai seorang pemimpin masyarakat. Biogzati ini diangkat kepermukaan mulai tanggal, 1 Juni 2004 dan selesai 5 Juni 2007. Jelas kritik-kritik yang muncul di masyarakat, baik yang bersifat konstuktif maupun bersifat destruktif adalah suatu yang tidak mungkin dihindari. Demikian pula yang muncul pro dan kontra terhadap karya biografi. Akan tetapi yang terpenting harus diperhatikan dalam konteks ini bahwa karya biografi. Telah member peluang yang jelas luasnya bagi masyarakat untuk melakukan penilaian tersendiri terhadap seorang tokoh yang menjadi milik mereka sendiri. Yang menjadi objek kajian dalam karya ini adalah : Bab I Pendahuluan Bab II Sejarah Kehadiran Gowa purba Bab III Sejarah Kehadiran Tarate (Turatea) Bab IV Sejarah Terbentuknya Kerajaan Binamu. Bab V Biografi Datu Daeng Rappo. Bab VI Biografi H. Mattewakkang Daeng Raja Bab VII Sejarah Kehadiran Jeneponto Bab VIII Sejarah perjuangan Rakyat Turatea (Laptur) Bab IX Kabupaten Jeneponto Dewasa ini Bab X Legenda Maddi Dg. Rimakka. Akhirnya penulis mengakui dengan jujur bahwa karya ini sangat kekurangan, untuk itu diharapkan saran dan kritikan yang konstruktif dari pembaca yang konstruktif dari pembaca yang dapat dijadikan masukan yang objektif. Semoga Allah memberkati kita semua. Amin.