SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
275
KONSUMSI DAGING SAPI DI KABUPATEN PAMEKASAN
Ahmad Yudi Heryadi 1) Moh. Zali 2)
1) Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan. 69371
2) Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan. 69371
Email korespondensi : yudi@unira.ac.id
ABSTRAK
Struktur konsumsi bahan pangan masyarakat saat ini telah bergeser dari dominan
produk karbohidrat ke bahan pangan sumber protein, salah satunya daging sapi.
Selain karena meningkatnya pendapatan, kecenderungan perubahan pola konsumsi
juga didorong oleh urbanisasi dan pengetahuan masyarakat akan gizi yang makin
baik. Perpaduan antara peningkatan konsumsi per kapita dan penambahan penduduk
akan menyebabkan permintaan terhadap produk peternakan terus meningkat dengan
laju yang makin pesat. Saat ini rata-rata konsumsi daging sapi penduduk Indonesia
masih sangat kecil (2,61 kg/kapita/tahun) jika dibandingkan negara-negara
berkembang lainnya yang mencapai rata-rata 5 kg/kapita/tahun. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui kecukupan persediaan sapi potong dan tingkat konsumsi
daging sapi di kabupaten Pamekasan, dimana kabupaten Pamekasan merupakan
sentra penghasil sapi potong di Jawa Timur, namun disisi lain nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk,
sangat rendah dan menempati urutan 6 kabupaten terbawah di Jawa Timur. Metode
yang digunakan untuk menganalisis kecukupan persediaan sapi potong dengan
menghitung kapasitas produksi sapi potong dalam satu tahun dan tingkat konsumsi
daging sapi di kabupaten Pamekasan dengan membagi jumlah penduduk dengan
produksi daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan populasi sapi potong
di kebupaten Pamekasan yang tinggi, kecukupan ketersediaan sapi potong yang
dihitung dari jumlah sapi yang dipotong dan dijual keluar kabupaten Pamekasan lebih
dari cukup, sedangkan tingkat konsumsi daging sapi di kabupaten Pamekasan lebih
tinggi dari tingkat konsumsi daging sapi nasional. Tingginya tingkat konsumsi daging
sapi di kabupaten Pamekasan karena masyarakat kabupaten Pamekasan khususnya,
Madura pada umumnya sangat menyukai produk daging sapi dan olahannya.
Kata kunci : konsumsi, daging sapi, Pamekasan
ABSTRACT
The current population food consumption structure has shifted from dominant
carbohydrate products to food sources of protein, one of them beef. In addition to
rising incomes, the trend of changes in consumption patterns is also driven by
urbanization and improved community knowledge of nutrition. The combination of
increased per capita consumption and population growth will cause the demand for
livestock products to continue to increase at a rapid rate. Currently the average
consumption of beef in Indonesia is still very small (2.61 kg / capita / year) when
compared to other developing countries which reaches an average of 5 kg / capita /
year. The purpose of this research is to know the sufficiency of beef cattle stock and
beef consumption level in Pamekasan regency, where Pamekasan regency is the center
Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali
276
of beef cattle producer in East Java, but on the other hand the value of Human
Development Index (HDI) Ranked 6th in the lowest districts in East Java. The method
used to analyze the adequacy of beef cattle stock by calculating the production capacity
of beef cattle in one year and the level of beef consumption in Pamekasan regency by
dividing the population with meat production. The results showed that with the
population of beef cattle in Pamekasan district high, the availability of beef cattle
calculated from the number of cows that are cut and sold out Pamekasan district more
than enough, while the level of beef consumption in Pamekasan district is higher than
the national beef consumption level . The high level of beef consumption in Pamekasan
district because the people of Pamekasan district in particular, Madura in general are
very fond of beef and processed products.
Key words: consumption, beef, Pamekasan
PENDAHULUAN
Upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat khususnya yang berkaitan
dengan produk peternakan selain dilihat dari kemampuannya dalam menyediakan
produk peternakan, juga perlu diperhatikan sampai seberapa jauh usaha yang
dikembangkan tersebut mampu meningkatkan daya beli masyarakat (Ilham, dkk.
2001). Dalam bidang peternakan dengan diberlakukannya perdagangan bebas di satu
sisi merupakan peluang dan di sisi lain sekaligus juga merupakan sebuah tantangan
bagi peternak-peternak Indonesia. Dari aspek produksi hal tersebut sangat tergantung
kepada harga sarana produksi, seperti pakan dan harga komoditas peternakan serta
efisiensi produksi. Biaya produksi diduga akan naik, tergantung kepada komponen
impor bahan baku industri pakan dan obat hewan serta bibit unggul, sementara itu
harga produk peternakan diduga akan turun, sehingga peternakan dihadapkan pada
persaingan terbuka dengan negara-negara produsen lebih maju yang tentunya sudah
efisien dalam biaya produksi. Meningkatnya pendapatan, kecenderungan perubahan
pola konsumsi juga didorong oleh urbanisasi dan pengetahuan masyarakat akan gizi
yang makin baik telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung
meningkat
Pengembangan subsektor peternakan sebagai sumber penyediaan protein
hewani terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan akan
daging sapi. Data Kementerian Koordinator Perekonomian pada Musyawarah
Nasional Gabungan Pelaku Usaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) di Bandar
Lampung, 17 Februari 2016 tahun 2016 menyatakan produksi daging sapi mencapai
674.690 ton untuk memenuhi konsumsi daging sapi penduduk Indonesia yang masih
sangat kecil yaitu 2,61 kg/kapita/tahun, jauh di bawah rata-rata konsumsi daging di
negara berkembang (5 kg/kapita/tahun) maupun negara maju (25 kg/kapita/tahun),
apalagi dibandingkan dengan rata-rata konsumsi di Australia yang sudah mendekati
40 kg/kapita/tahun. Bila dalam 5 tahun ke depan ada tambahan permintaan sekitar 1
kg/kapita/tahun maka diperlukan tambahan pasokan sapi sebanyak 1 juta ekor/
tahun.
Usaha sapi potong saat ini sebagian besar dilakukan oleh peternakan rakyat
dengan skala usaha relatif kecil. Usaha ini biasanya terintegrasi dengan kegiatan lain
sehingga usaha ternak bukan merupakan usaha pokok petani, tetapi hanya sebagai
penunjang. Hal ini berkonotasi bahwa pendapatan dari ternak relatif rendah, karena
pemeliharaan sapi umumnya dilakukan secara ekstensif atau semi intensif. Pada
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
277
musim kemarau, sapi tampak kurus dan tingkat kematian tinggi karena kekurangan
pakan dan terserang berbagai penyakit. Kondisi pemeliharaan seperti ini tidak akan
mampu mengejar laju permintaan daging untuk memenuhi konsumsi dalam negeri 5
tahun ke depan apabila tidak jelas arah tujuan dan program untuk mengatasi masalah
tersebut. Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memacu produksi
ternak dalam negeri seperti: (1) pengembangan pakan ternak, (2) peningkatan mutu
bibit melalui program inseminasi buatan, dan (3) program pemberantasan penyakit ,
sehingga diharapkan upaya ini akan dapat mengimbangi permintaan produk
peternakan yang meningkat cepat atau bahkan lebih cepat darilaju pendapatan
konsumen (Tjeppy D Soedjana, 2016).
Jawa Timur, dilihat dari produksi sapi per tahun sebanyak 4,9 juta ekor telah
mencapai swasembada daging sapi, dengan wilayah yang memiliki populasi sapi
tertinggi di Jatim adalah Kabupaten Sumenep, dengan jumlah populasi 402.532 ekor,
Kabupaten Sampang 221.441 ekor, Kabupaten Bangkalan 218.841 ekor dan kabupaten
Pamekasan 142.405 ekor (Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur). Disisi
lain nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten yang ada di Madura
sebagai salah satu indikator kesejahteraan penduduk, menempati urutan 6 kabupaten
terbawah di Jawa Timur dengan nilai IPM sebagi berikut : Sumenep (62,15), Bangkalan
(61,94), Pamekasan (63,10), dan Sampang (55,77). Nilai tersebut sangat rendah jika
dibandingkan dengan IPM sebagian besar kota/kabupaten di Jawa Timur dengan rata-
rata 68,95 dan IPM nasional sebesar 68,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk di kabupaten di Madura masih rendah jika dibandingkan
dengan kesejarteraan rata-rata kabupaten lain yang ada di Jawa Timur maupun secara
nasional.
Kabupaten Pamekasan merupakan ibukota eks karesidenan Madura termasuk
kabupaten yang memiliki kesenjangan wilayah dengan kabupaten lainnya di Jawa
Timur. Kesenjangan wilayah ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu, pertumbuhan
ekonomi, pendapatan per kapita, tingkat kemiskinan, dan tingkat kesejahteraan
(RTRWP JatimTahun 2020). Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita dapat
dilihat dari pertumbuhan PDRB di daerah tersebut. Tingkat kemiskinan dapat dilihat
dari banyaknya penduduk miskin didaerah tersebut. Sedangkan tingkat kesejahteraan
penduduk dapatdilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah menunjukkan bahwa
kabupaten Pamekasan khususnya, masih masuk dalam kategori daerah tertinggal.
Faktor yang menyebabkan pendapatan perkapita belum maksimal, lantaran kondisi
geografis, seperti halnya lahan pertanian yang hanya dapat digunakan satu kali dalam
setahun, dimana sebagian besar penduduk kabupaten Pamekasan menggantungkan
hidupnya dari sektor pertanian, termasuk peternakan.
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kecukupan persediaan sapi potong dan
tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan. Manfaat dari hasil penelitian
ini sebagai bahan informasi kepada peternak dalam prospek usaha sapi potong di
kabupaten Pamekasan dan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi pemerintah
Kabupaten Pamekasan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pamekasan, selama 6 (enam) bulan,
mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan Pebruari 2017
Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali
278
Kajian tentang konsumsi daging sapi ini termasuk dalam penggolongan
penelitian case study (studi kasus). Menurut Sugiyono (2010) case study (studi kasus)
adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan atau wholeness
dari objek. Studi kasus (case study) berguna untuk memberikan informasi pada
penelitian lebih lanjut, karena dapat memberikan penjelasan tentang variable-variabel
penting serta proses pengamatan.
Subyek penelitian yang digunakan adalah populasi atau total sampling . Menurut
Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
wawancara yaitu pengumpulan informasi dari responden dengan alat bantu berupa
daftar pertanyaan dan pengamatan langsung.
Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh langsung dari rumah potong hewan (RPH) yang ada di kabupaten
Pamekasan dengan cara wawancara serta mengajukan pertanyaan yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi
terkait dengan masalah-masalah yang diteliti.
Analisis Data
Untuk menghitung perkiraan kecukupan persediaan sapi potong dilakukan
dengan cara menghitung kapasitas produksi sapi potong dalam satu tahun, sedangkan
untuk menghitung tingkat konsumsi daging sapi tidak ada patokan yang jelas. Cara
yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti perhitungan yang sama dengan
Departemen Pertanian.
Langkah-langkah perhitungan:
1. Menghitung kapasitas produksi sapi potong dalam satu tahun dengan amanat
Undang-undang Peternakan No. 18 Tahun 2009 dimana pemotongan sapi
hanya diperbolehkan 10% dari total populasi yang ada.
2. Menghitung produksi daging sapi dengan cara jumlah pemotongan sapi x 170
kg (satu ekor sapi menghasilkan daging 170 kg)
3. Membagi jumlah produksi daging sapi dengan jumlah penduduk wilayah
Batasan Operasional
1. Kapasitas produksi adalah kecukupan persediaan sapi potong
2. Tingkat konsumsi adalah jumlah daging sapi yang dikonsumsi perkapita
3. Rata-rata berat sapi yang dipotong menghasilkan 170 kg daging sapi
4. Perhitungan konsumsi daging sapi menggunakan cara yang dipakai
Departemen Pertanian
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
279
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 (empat) kabupaten yang ada
di Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 79.230 Ha terbagi dalam 13
Kecamatan, 11 Kelurahan dan 178 Desa. Batas wilayah administrasi pemerintahan
Kabupaten Pamekasan di sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Sumenep,
sebelah selatan Selat Madura, sebelah barat Kabupaten Sampang.
Secara administrasi Kabupaten Pamekasan terletak pada 6°51’-7°31’ lintang
selatan dan 113°19’- 113°58’ bujur timur. Topografi Dataran tertinggi di Kabupaten
Pamekasan berada di kecamatan Pegantenan mencapai 350 m dari permukaan laut dan
yang terendah berada di Kecamatan Galis mencapai 6 meter dari permukaan laut. Jenis
tanah di Kabupaten Pamekasan terdiri dari alluvial Regosol, Mediteran dan Litasol.
Temperatur rata-rata di Kabupaten Pamekasan, maksimum 30° celcius, minimum 28°
celcius, sedangkan kelembaban udara rata-rata 80%. Seperti daerah lain di Indonesia
dalam satu tahunnya berlaku dua musim. Musim penghujan pada bulan Oktober-
April dan musim kemarau bulan April-Oktober. Meskipun curah hujan dapat
dikatakan tidak jauh berbeda dengan di Jawa, namun struktur tanahnya yang tidak
kedap air menyebabkan sektor pertanian masih banyak berharap hujan yang
maksimal.
Pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kabupaten Pamekasan menunjukkan
angka sebanyak 854,194 jiwa dengan komposisi 415,217 jiwa penduduk laki-laki dan
438,977 jiwa penduduk perempuan. Dari total jumlah ini, jika dilihat dari segi jumlah
rumah tangga maka di Kabupaten Pamekasan ada sebanyak 213.585 rumah tangga
dengan rata-rata anggota rumah tangga 3,80.
Kecukupan Persediaan Sapi Potong di Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan dengan jumlah populasi sapi terkecil di wilayah Pulau
Maduradengan populasi sapi potong sebanyak 142.405 ekor jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk merupakan potensi yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan
daging sapi, baik untuk pasar lokal Kabupaten Pamekasan maupun untuk pasar diluar
Kabupaten Pamekasan. Kecukupan persediaan sapi potong di Kabupaten Pamekasan
apabila dihubungkan dengan Undang-undang Peternakan Nomor : 18 Tahun 2009,
dimana salah satunya adalah kapasitas produksi sapi potong dalan satu tahun
merupakan akumulasi jumlah pemotongan sapi dan jumlah sapi yang keluar wilayah
hanya diperbolehkan 10% dari total populasi yang ada.
Mengacu pada aturan tersebut maka jumlah sapi yang boleh dipotong atau
keluar dari Kabupaten Sampang adalah : 142.405 ekor x 10% = 14.240 ekor sedangkan
jumlah pemotongan sapi di Kabupaten Pamekasan pada Tahun 2016 sebanyak 16.801
ekor seperti tabel 1. Dari data ini menunjukkan bahwa jumlah sapi yang dipotong di
Kabupaten Pamekasan 11,8% dari populasi sapi potong di Kabupaten Pamekasan.
Walaupun angka pemotongan sapi di kabupaten Pamekasan melebih 10 % dari
populasi sapi, hal ini tidak mengganggu persediaan sapi potong untuk konsumsi lokal
kabupaten Pamekasan karena di kabupaten Pamekasan terdapat pasar ternak terbesar
di Pulau Madura, dimana lalu lintas ternak yang masuk ke kabupaten Pamekasan
sangat tinggi. Hal ini diperkuat juga oleh keterangan jagal sapi, dimana pengawasan
terhadap pemotongan sapi betina sangat ketat, sehingga mereka lebih memilih untuk
Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali
280
sapi yang dipotong, membeli sapi siap potong di pasar hewan yang harganya relatif
lebih murah.
Tabel 1. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi Tahun 2016 Kabupaten Pamekasan
No. Kecamatan Ternak sapi yang dipotong (ekor)
1 Tlanakan 510
2 Pademawu 276
3 Galis 184
4 Larangan 284
5 Pamekasan 1.139
6 Proppo 2.405
7 Palengaan 1.388
8 Pegantenan 2.515
9 Kadur 530
10 Pakong 1.612
11 Waru 2.752
12 Batumarmar 2.495
13 Pasean 711
J U M L A H 16.801
Sumber : BPS Kabupaten Pamekasan
Tingkat Konsumsi Daging Sapi di Kabupaten Pamekasan
Perhitungan tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia memang belum ada
standar yang baku. Asosiasi importir sapi, penggemukan sapi dan para peneliti masih
berbeda pendapat soal perhitungan konsumsi daging sapi. Implikasinya adalah belum
adanya kesepakatan soal kebutuhan daging sapi nasional. Para peneliti menggunakan
acuan konsumsi daging sapi tersebut berdasarkan konsumsi 13 jenis produk pangan
yang menggunakan daging sapi sebagai produk olahan dan mengacu pada data
konsumsi masyarakat khususnya rumah tangga dari survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), serta tingkat partisipasi konsumsi terhadap suatu komoditas (Tjeppy D
Soedjana, 2013).
Komoditas daging sapi sebagai produk olahan merupakan komoditas yang
memiliki angka partisipasi konsumsi mendekati 100% memang sudah selayaknya
menggunakan total penduduk sebagai denominator konsumsi per kapita per tahun.
Sehingga untuk menghitung tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten
Pamekasandapat dilihat dengan menghitung jumlah pemotongan sapi dan berat rata-
rata sapi yang dipotong yang dikonversi menjadi jumlah produksi daging sapi.
Apabila diasumsikan bahwa berat rata-rata sapi yang dipotong menghasilkan
daging 170 kg (Departemen Pertanian), maka produksi daging sapi di Kabupaten
Pamekasan adalah:170 kg x 16.801 ekor adalah =3.360.200 kg daging sapi.
Dengan jumlah penduduk sebanyak 854.194 jiwa, maka diketahui bahwa
konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan sebesar 3.360.200 kg ÷ 854.194 jiwa =
3,93 kg/kapita/tahun.
Tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan 3,94 kg/kapita/tahun
(perhitungan diatas) apabila dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging sapi
secara nasional pada tahun 2016 sebesar 2,61 kg/kapita/tahun , jauh lebih tinggi dari
konsumsi daging sapi secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017
Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017
281
konsumsi daging sapi per kapita di wilayah Kabupaten Pamekasan tidak
berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Tingginya tingkat konsumsi daging di Kabupaten Pamekasan dimungkinkan
karena tingkat kesukaan masyarakat terhadap produk daging sapi dan olahannya
sangat tinggi dan harga daging sapi di kabupaten Pamekasan relatif lebih stabil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dengan populasi sapi potong yang tinggi, dan terdapatnya pasar hewan
terbesar di pulau Madura, kecukupan persediaan sapi potong di Kabupaten
Pamekasan lebih dari cukup
2. Tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan lebih tinggi dari pada
tingkat konsumsi daging sapi nasional
3. Tingginyanya tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan
dikarenakan tingkat kesukaan masyarakat terhadap daging sapi dan olahannya
sangat tinggi.
Saran
1. Untuk menjaga persediaan sapi potong di Kabupaten Pamekasan, hendaknya
diadakan pengawasan yang ketat terhadap pemotongan sapi betina produktif
2. Perlunya insentif kepada peternak agar lebih meningkatkan lagi usaha sapi
potong agar dapat menopang ketersediaan sapi potong baik bagi regional Jawa
Timur maupun secara nasional.
3. Perlu diversifikasi produk olahan asal daging sapi, sehingga minat masyarakat
terhadap daging sapi lokal khususnya lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2016. Statistik Kabupaten Pamekasan 2016. BPS Kabupaten Pamekasan.
BPS. 20016. Statistik Indonesia 2016. Jakarta (Indonesia): Badan Pusat Statistik.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peternakan dan
Kesehatan Hewan 2016. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kersehatan Hewan.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Timur
Ilham, N., B.Wiryono, IK. Karyasa, MNA. Kirom, dan S. Hastuti. 2001. Analisis Penawaran dan
Permintaan Komoditas Peternakan Unggulan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.
Bogor.
Kementerian Koordinator Perekonomian, 2016. Musyawarah Nasional Gabungan Pelaku Usaha
Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) di Bandar Lampung, 17 Februari 2016.
Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran. (diterjemahkan oleh Ancella Anitawati Hermawan
SE,MBA). Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum
Program Swasembada Daging Sapi 2014, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor: 80
Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali
282
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2016. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa
Timur tahun 2005 – 2020
Sayuti. 1994. Estimasi parameter permintaan beberapa komoditas peternakan di Jawa. Jurnal
Penelitian Peternakan Indonesia
Setiawan. N. 2006. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia: Analisis Hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002-2005. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Bandung.
Soepamo, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta
Sugiyono,2010. Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung.
Sukirno,S. 1994. Pengantar Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Tjeppy D Soedjana, 2013. Partisipasi Konsumsi Sebagai Alat Ukur Status Ketahanan Pangan
Daging, WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013
----------------------, 2016. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Produk Peternakan di Indonesia,
Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 15 Tahun 2016.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 nomor 84

More Related Content

Similar to KONSUMSI DAGING SAPI DI KABUPATEN PAMEKASAN

sapi perah - fix.ppt
sapi perah - fix.pptsapi perah - fix.ppt
sapi perah - fix.pptnandomaulida
 
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhlyDzilIkram2
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Tata Naipospos
 
Kpp kelompok 2 dikonversi
Kpp kelompok 2 dikonversiKpp kelompok 2 dikonversi
Kpp kelompok 2 dikonversiBENNYPRIMA1
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiDediKusmana2
 
Prospek industri pengoalahan daging
Prospek industri pengoalahan daging Prospek industri pengoalahan daging
Prospek industri pengoalahan daging Haniwar Syarief
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiDediKusmana2
 
Lap akhir peta kerawanan pangan
Lap akhir peta kerawanan  panganLap akhir peta kerawanan  pangan
Lap akhir peta kerawanan panganpandirambo900
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Randy Chamzah
 
Stunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptx
Stunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptxStunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptx
Stunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptxssuser4c87881
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1PPGhybrid3
 
Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014babarock
 
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...NurdinUng
 
Kis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup
Kis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidupKis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup
Kis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidupArliana yulianti
 

Similar to KONSUMSI DAGING SAPI DI KABUPATEN PAMEKASAN (20)

sapi perah - fix.ppt
sapi perah - fix.pptsapi perah - fix.ppt
sapi perah - fix.ppt
 
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayahFadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
Fadhly dzil ikram ( tan 1 b ) pemetaan potensi wilayah
 
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
Bahan diskusi: Kondisi Peternakan Indonesia - CIVAS - 20 Januari 2024
 
Kpp kelompok 2 dikonversi
Kpp kelompok 2 dikonversiKpp kelompok 2 dikonversi
Kpp kelompok 2 dikonversi
 
834 852-1-pb
834 852-1-pb834 852-1-pb
834 852-1-pb
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Proposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten munaProposal ternak sapi kabupaten muna
Proposal ternak sapi kabupaten muna
 
Pengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadiPengabdian masyarakat 1 jadi
Pengabdian masyarakat 1 jadi
 
Prospek industri pengoalahan daging
Prospek industri pengoalahan daging Prospek industri pengoalahan daging
Prospek industri pengoalahan daging
 
Pengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadiPengabdian masyarakat 02 jadi
Pengabdian masyarakat 02 jadi
 
Lap akhir peta kerawanan pangan
Lap akhir peta kerawanan  panganLap akhir peta kerawanan  pangan
Lap akhir peta kerawanan pangan
 
Tugas clara tondang
Tugas clara tondangTugas clara tondang
Tugas clara tondang
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
 
Stunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptx
Stunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptxStunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptx
Stunting_Agency_SwissbellAgust2019-KELAUTAN.pptx
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
 
Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014Program Swasembada Sapi 2014
Program Swasembada Sapi 2014
 
Strategioptimasi
StrategioptimasiStrategioptimasi
Strategioptimasi
 
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
Peningkatan populasi ternak sapi dan pengetahuan petani dalam pembuatan pupuk...
 
Kis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup
Kis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidupKis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup
Kis iku program pengendalian pencemaran dan lingkungan hidup
 
Lkpj 2011
Lkpj 2011Lkpj 2011
Lkpj 2011
 

KONSUMSI DAGING SAPI DI KABUPATEN PAMEKASAN

  • 1. Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017 Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017 275 KONSUMSI DAGING SAPI DI KABUPATEN PAMEKASAN Ahmad Yudi Heryadi 1) Moh. Zali 2) 1) Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan. 69371 2) Fakultas Pertanian Universitas Madura Pamekasan. 69371 Email korespondensi : yudi@unira.ac.id ABSTRAK Struktur konsumsi bahan pangan masyarakat saat ini telah bergeser dari dominan produk karbohidrat ke bahan pangan sumber protein, salah satunya daging sapi. Selain karena meningkatnya pendapatan, kecenderungan perubahan pola konsumsi juga didorong oleh urbanisasi dan pengetahuan masyarakat akan gizi yang makin baik. Perpaduan antara peningkatan konsumsi per kapita dan penambahan penduduk akan menyebabkan permintaan terhadap produk peternakan terus meningkat dengan laju yang makin pesat. Saat ini rata-rata konsumsi daging sapi penduduk Indonesia masih sangat kecil (2,61 kg/kapita/tahun) jika dibandingkan negara-negara berkembang lainnya yang mencapai rata-rata 5 kg/kapita/tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kecukupan persediaan sapi potong dan tingkat konsumsi daging sapi di kabupaten Pamekasan, dimana kabupaten Pamekasan merupakan sentra penghasil sapi potong di Jawa Timur, namun disisi lain nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk, sangat rendah dan menempati urutan 6 kabupaten terbawah di Jawa Timur. Metode yang digunakan untuk menganalisis kecukupan persediaan sapi potong dengan menghitung kapasitas produksi sapi potong dalam satu tahun dan tingkat konsumsi daging sapi di kabupaten Pamekasan dengan membagi jumlah penduduk dengan produksi daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan populasi sapi potong di kebupaten Pamekasan yang tinggi, kecukupan ketersediaan sapi potong yang dihitung dari jumlah sapi yang dipotong dan dijual keluar kabupaten Pamekasan lebih dari cukup, sedangkan tingkat konsumsi daging sapi di kabupaten Pamekasan lebih tinggi dari tingkat konsumsi daging sapi nasional. Tingginya tingkat konsumsi daging sapi di kabupaten Pamekasan karena masyarakat kabupaten Pamekasan khususnya, Madura pada umumnya sangat menyukai produk daging sapi dan olahannya. Kata kunci : konsumsi, daging sapi, Pamekasan ABSTRACT The current population food consumption structure has shifted from dominant carbohydrate products to food sources of protein, one of them beef. In addition to rising incomes, the trend of changes in consumption patterns is also driven by urbanization and improved community knowledge of nutrition. The combination of increased per capita consumption and population growth will cause the demand for livestock products to continue to increase at a rapid rate. Currently the average consumption of beef in Indonesia is still very small (2.61 kg / capita / year) when compared to other developing countries which reaches an average of 5 kg / capita / year. The purpose of this research is to know the sufficiency of beef cattle stock and beef consumption level in Pamekasan regency, where Pamekasan regency is the center
  • 2. Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali 276 of beef cattle producer in East Java, but on the other hand the value of Human Development Index (HDI) Ranked 6th in the lowest districts in East Java. The method used to analyze the adequacy of beef cattle stock by calculating the production capacity of beef cattle in one year and the level of beef consumption in Pamekasan regency by dividing the population with meat production. The results showed that with the population of beef cattle in Pamekasan district high, the availability of beef cattle calculated from the number of cows that are cut and sold out Pamekasan district more than enough, while the level of beef consumption in Pamekasan district is higher than the national beef consumption level . The high level of beef consumption in Pamekasan district because the people of Pamekasan district in particular, Madura in general are very fond of beef and processed products. Key words: consumption, beef, Pamekasan PENDAHULUAN Upaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan produk peternakan selain dilihat dari kemampuannya dalam menyediakan produk peternakan, juga perlu diperhatikan sampai seberapa jauh usaha yang dikembangkan tersebut mampu meningkatkan daya beli masyarakat (Ilham, dkk. 2001). Dalam bidang peternakan dengan diberlakukannya perdagangan bebas di satu sisi merupakan peluang dan di sisi lain sekaligus juga merupakan sebuah tantangan bagi peternak-peternak Indonesia. Dari aspek produksi hal tersebut sangat tergantung kepada harga sarana produksi, seperti pakan dan harga komoditas peternakan serta efisiensi produksi. Biaya produksi diduga akan naik, tergantung kepada komponen impor bahan baku industri pakan dan obat hewan serta bibit unggul, sementara itu harga produk peternakan diduga akan turun, sehingga peternakan dihadapkan pada persaingan terbuka dengan negara-negara produsen lebih maju yang tentunya sudah efisien dalam biaya produksi. Meningkatnya pendapatan, kecenderungan perubahan pola konsumsi juga didorong oleh urbanisasi dan pengetahuan masyarakat akan gizi yang makin baik telah menyebabkan konsumsi daging sapi secara nasional cenderung meningkat Pengembangan subsektor peternakan sebagai sumber penyediaan protein hewani terus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan akan daging sapi. Data Kementerian Koordinator Perekonomian pada Musyawarah Nasional Gabungan Pelaku Usaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) di Bandar Lampung, 17 Februari 2016 tahun 2016 menyatakan produksi daging sapi mencapai 674.690 ton untuk memenuhi konsumsi daging sapi penduduk Indonesia yang masih sangat kecil yaitu 2,61 kg/kapita/tahun, jauh di bawah rata-rata konsumsi daging di negara berkembang (5 kg/kapita/tahun) maupun negara maju (25 kg/kapita/tahun), apalagi dibandingkan dengan rata-rata konsumsi di Australia yang sudah mendekati 40 kg/kapita/tahun. Bila dalam 5 tahun ke depan ada tambahan permintaan sekitar 1 kg/kapita/tahun maka diperlukan tambahan pasokan sapi sebanyak 1 juta ekor/ tahun. Usaha sapi potong saat ini sebagian besar dilakukan oleh peternakan rakyat dengan skala usaha relatif kecil. Usaha ini biasanya terintegrasi dengan kegiatan lain sehingga usaha ternak bukan merupakan usaha pokok petani, tetapi hanya sebagai penunjang. Hal ini berkonotasi bahwa pendapatan dari ternak relatif rendah, karena pemeliharaan sapi umumnya dilakukan secara ekstensif atau semi intensif. Pada
  • 3. Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017 Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017 277 musim kemarau, sapi tampak kurus dan tingkat kematian tinggi karena kekurangan pakan dan terserang berbagai penyakit. Kondisi pemeliharaan seperti ini tidak akan mampu mengejar laju permintaan daging untuk memenuhi konsumsi dalam negeri 5 tahun ke depan apabila tidak jelas arah tujuan dan program untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam memacu produksi ternak dalam negeri seperti: (1) pengembangan pakan ternak, (2) peningkatan mutu bibit melalui program inseminasi buatan, dan (3) program pemberantasan penyakit , sehingga diharapkan upaya ini akan dapat mengimbangi permintaan produk peternakan yang meningkat cepat atau bahkan lebih cepat darilaju pendapatan konsumen (Tjeppy D Soedjana, 2016). Jawa Timur, dilihat dari produksi sapi per tahun sebanyak 4,9 juta ekor telah mencapai swasembada daging sapi, dengan wilayah yang memiliki populasi sapi tertinggi di Jatim adalah Kabupaten Sumenep, dengan jumlah populasi 402.532 ekor, Kabupaten Sampang 221.441 ekor, Kabupaten Bangkalan 218.841 ekor dan kabupaten Pamekasan 142.405 ekor (Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur). Disisi lain nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten yang ada di Madura sebagai salah satu indikator kesejahteraan penduduk, menempati urutan 6 kabupaten terbawah di Jawa Timur dengan nilai IPM sebagi berikut : Sumenep (62,15), Bangkalan (61,94), Pamekasan (63,10), dan Sampang (55,77). Nilai tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan IPM sebagian besar kota/kabupaten di Jawa Timur dengan rata- rata 68,95 dan IPM nasional sebesar 68,90. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di kabupaten di Madura masih rendah jika dibandingkan dengan kesejarteraan rata-rata kabupaten lain yang ada di Jawa Timur maupun secara nasional. Kabupaten Pamekasan merupakan ibukota eks karesidenan Madura termasuk kabupaten yang memiliki kesenjangan wilayah dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Kesenjangan wilayah ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu, pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, tingkat kemiskinan, dan tingkat kesejahteraan (RTRWP JatimTahun 2020). Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB di daerah tersebut. Tingkat kemiskinan dapat dilihat dari banyaknya penduduk miskin didaerah tersebut. Sedangkan tingkat kesejahteraan penduduk dapatdilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah menunjukkan bahwa kabupaten Pamekasan khususnya, masih masuk dalam kategori daerah tertinggal. Faktor yang menyebabkan pendapatan perkapita belum maksimal, lantaran kondisi geografis, seperti halnya lahan pertanian yang hanya dapat digunakan satu kali dalam setahun, dimana sebagian besar penduduk kabupaten Pamekasan menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian, termasuk peternakan. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kecukupan persediaan sapi potong dan tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan. Manfaat dari hasil penelitian ini sebagai bahan informasi kepada peternak dalam prospek usaha sapi potong di kabupaten Pamekasan dan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk. MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Pamekasan, selama 6 (enam) bulan, mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan Pebruari 2017
  • 4. Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali 278 Kajian tentang konsumsi daging sapi ini termasuk dalam penggolongan penelitian case study (studi kasus). Menurut Sugiyono (2010) case study (studi kasus) adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan atau wholeness dari objek. Studi kasus (case study) berguna untuk memberikan informasi pada penelitian lebih lanjut, karena dapat memberikan penjelasan tentang variable-variabel penting serta proses pengamatan. Subyek penelitian yang digunakan adalah populasi atau total sampling . Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan wawancara yaitu pengumpulan informasi dari responden dengan alat bantu berupa daftar pertanyaan dan pengamatan langsung. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari rumah potong hewan (RPH) yang ada di kabupaten Pamekasan dengan cara wawancara serta mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan masalah-masalah yang diteliti. Analisis Data Untuk menghitung perkiraan kecukupan persediaan sapi potong dilakukan dengan cara menghitung kapasitas produksi sapi potong dalam satu tahun, sedangkan untuk menghitung tingkat konsumsi daging sapi tidak ada patokan yang jelas. Cara yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti perhitungan yang sama dengan Departemen Pertanian. Langkah-langkah perhitungan: 1. Menghitung kapasitas produksi sapi potong dalam satu tahun dengan amanat Undang-undang Peternakan No. 18 Tahun 2009 dimana pemotongan sapi hanya diperbolehkan 10% dari total populasi yang ada. 2. Menghitung produksi daging sapi dengan cara jumlah pemotongan sapi x 170 kg (satu ekor sapi menghasilkan daging 170 kg) 3. Membagi jumlah produksi daging sapi dengan jumlah penduduk wilayah Batasan Operasional 1. Kapasitas produksi adalah kecukupan persediaan sapi potong 2. Tingkat konsumsi adalah jumlah daging sapi yang dikonsumsi perkapita 3. Rata-rata berat sapi yang dipotong menghasilkan 170 kg daging sapi 4. Perhitungan konsumsi daging sapi menggunakan cara yang dipakai Departemen Pertanian
  • 5. Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017 Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017 279 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Pamekasan Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 (empat) kabupaten yang ada di Pulau Madura. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 79.230 Ha terbagi dalam 13 Kecamatan, 11 Kelurahan dan 178 Desa. Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pamekasan di sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Sumenep, sebelah selatan Selat Madura, sebelah barat Kabupaten Sampang. Secara administrasi Kabupaten Pamekasan terletak pada 6°51’-7°31’ lintang selatan dan 113°19’- 113°58’ bujur timur. Topografi Dataran tertinggi di Kabupaten Pamekasan berada di kecamatan Pegantenan mencapai 350 m dari permukaan laut dan yang terendah berada di Kecamatan Galis mencapai 6 meter dari permukaan laut. Jenis tanah di Kabupaten Pamekasan terdiri dari alluvial Regosol, Mediteran dan Litasol. Temperatur rata-rata di Kabupaten Pamekasan, maksimum 30° celcius, minimum 28° celcius, sedangkan kelembaban udara rata-rata 80%. Seperti daerah lain di Indonesia dalam satu tahunnya berlaku dua musim. Musim penghujan pada bulan Oktober- April dan musim kemarau bulan April-Oktober. Meskipun curah hujan dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan di Jawa, namun struktur tanahnya yang tidak kedap air menyebabkan sektor pertanian masih banyak berharap hujan yang maksimal. Pada tahun 2016 jumlah penduduk di Kabupaten Pamekasan menunjukkan angka sebanyak 854,194 jiwa dengan komposisi 415,217 jiwa penduduk laki-laki dan 438,977 jiwa penduduk perempuan. Dari total jumlah ini, jika dilihat dari segi jumlah rumah tangga maka di Kabupaten Pamekasan ada sebanyak 213.585 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga 3,80. Kecukupan Persediaan Sapi Potong di Kabupaten Pamekasan Kabupaten Pamekasan dengan jumlah populasi sapi terkecil di wilayah Pulau Maduradengan populasi sapi potong sebanyak 142.405 ekor jika dibandingkan dengan jumlah penduduk merupakan potensi yang sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan daging sapi, baik untuk pasar lokal Kabupaten Pamekasan maupun untuk pasar diluar Kabupaten Pamekasan. Kecukupan persediaan sapi potong di Kabupaten Pamekasan apabila dihubungkan dengan Undang-undang Peternakan Nomor : 18 Tahun 2009, dimana salah satunya adalah kapasitas produksi sapi potong dalan satu tahun merupakan akumulasi jumlah pemotongan sapi dan jumlah sapi yang keluar wilayah hanya diperbolehkan 10% dari total populasi yang ada. Mengacu pada aturan tersebut maka jumlah sapi yang boleh dipotong atau keluar dari Kabupaten Sampang adalah : 142.405 ekor x 10% = 14.240 ekor sedangkan jumlah pemotongan sapi di Kabupaten Pamekasan pada Tahun 2016 sebanyak 16.801 ekor seperti tabel 1. Dari data ini menunjukkan bahwa jumlah sapi yang dipotong di Kabupaten Pamekasan 11,8% dari populasi sapi potong di Kabupaten Pamekasan. Walaupun angka pemotongan sapi di kabupaten Pamekasan melebih 10 % dari populasi sapi, hal ini tidak mengganggu persediaan sapi potong untuk konsumsi lokal kabupaten Pamekasan karena di kabupaten Pamekasan terdapat pasar ternak terbesar di Pulau Madura, dimana lalu lintas ternak yang masuk ke kabupaten Pamekasan sangat tinggi. Hal ini diperkuat juga oleh keterangan jagal sapi, dimana pengawasan terhadap pemotongan sapi betina sangat ketat, sehingga mereka lebih memilih untuk
  • 6. Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali 280 sapi yang dipotong, membeli sapi siap potong di pasar hewan yang harganya relatif lebih murah. Tabel 1. Jumlah Pemotongan Ternak Sapi Tahun 2016 Kabupaten Pamekasan No. Kecamatan Ternak sapi yang dipotong (ekor) 1 Tlanakan 510 2 Pademawu 276 3 Galis 184 4 Larangan 284 5 Pamekasan 1.139 6 Proppo 2.405 7 Palengaan 1.388 8 Pegantenan 2.515 9 Kadur 530 10 Pakong 1.612 11 Waru 2.752 12 Batumarmar 2.495 13 Pasean 711 J U M L A H 16.801 Sumber : BPS Kabupaten Pamekasan Tingkat Konsumsi Daging Sapi di Kabupaten Pamekasan Perhitungan tingkat konsumsi daging sapi di Indonesia memang belum ada standar yang baku. Asosiasi importir sapi, penggemukan sapi dan para peneliti masih berbeda pendapat soal perhitungan konsumsi daging sapi. Implikasinya adalah belum adanya kesepakatan soal kebutuhan daging sapi nasional. Para peneliti menggunakan acuan konsumsi daging sapi tersebut berdasarkan konsumsi 13 jenis produk pangan yang menggunakan daging sapi sebagai produk olahan dan mengacu pada data konsumsi masyarakat khususnya rumah tangga dari survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), serta tingkat partisipasi konsumsi terhadap suatu komoditas (Tjeppy D Soedjana, 2013). Komoditas daging sapi sebagai produk olahan merupakan komoditas yang memiliki angka partisipasi konsumsi mendekati 100% memang sudah selayaknya menggunakan total penduduk sebagai denominator konsumsi per kapita per tahun. Sehingga untuk menghitung tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasandapat dilihat dengan menghitung jumlah pemotongan sapi dan berat rata- rata sapi yang dipotong yang dikonversi menjadi jumlah produksi daging sapi. Apabila diasumsikan bahwa berat rata-rata sapi yang dipotong menghasilkan daging 170 kg (Departemen Pertanian), maka produksi daging sapi di Kabupaten Pamekasan adalah:170 kg x 16.801 ekor adalah =3.360.200 kg daging sapi. Dengan jumlah penduduk sebanyak 854.194 jiwa, maka diketahui bahwa konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan sebesar 3.360.200 kg ÷ 854.194 jiwa = 3,93 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan 3,94 kg/kapita/tahun (perhitungan diatas) apabila dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging sapi secara nasional pada tahun 2016 sebesar 2,61 kg/kapita/tahun , jauh lebih tinggi dari konsumsi daging sapi secara nasional. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat
  • 7. Seminar Nasional Peternakan 3 tahun 2017 Universitas Hasanuddin Makassar, 18 September 2017 281 konsumsi daging sapi per kapita di wilayah Kabupaten Pamekasan tidak berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Tingginya tingkat konsumsi daging di Kabupaten Pamekasan dimungkinkan karena tingkat kesukaan masyarakat terhadap produk daging sapi dan olahannya sangat tinggi dan harga daging sapi di kabupaten Pamekasan relatif lebih stabil. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dengan populasi sapi potong yang tinggi, dan terdapatnya pasar hewan terbesar di pulau Madura, kecukupan persediaan sapi potong di Kabupaten Pamekasan lebih dari cukup 2. Tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan lebih tinggi dari pada tingkat konsumsi daging sapi nasional 3. Tingginyanya tingkat konsumsi daging sapi di Kabupaten Pamekasan dikarenakan tingkat kesukaan masyarakat terhadap daging sapi dan olahannya sangat tinggi. Saran 1. Untuk menjaga persediaan sapi potong di Kabupaten Pamekasan, hendaknya diadakan pengawasan yang ketat terhadap pemotongan sapi betina produktif 2. Perlunya insentif kepada peternak agar lebih meningkatkan lagi usaha sapi potong agar dapat menopang ketersediaan sapi potong baik bagi regional Jawa Timur maupun secara nasional. 3. Perlu diversifikasi produk olahan asal daging sapi, sehingga minat masyarakat terhadap daging sapi lokal khususnya lebih meningkat. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2016. Statistik Kabupaten Pamekasan 2016. BPS Kabupaten Pamekasan. BPS. 20016. Statistik Indonesia 2016. Jakarta (Indonesia): Badan Pusat Statistik. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2016. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kersehatan Hewan. Departemen Pertanian. Jakarta. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur Ilham, N., B.Wiryono, IK. Karyasa, MNA. Kirom, dan S. Hastuti. 2001. Analisis Penawaran dan Permintaan Komoditas Peternakan Unggulan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Kementerian Koordinator Perekonomian, 2016. Musyawarah Nasional Gabungan Pelaku Usaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo) di Bandar Lampung, 17 Februari 2016. Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran. (diterjemahkan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE,MBA). Penerbit Salemba Empat, Jakarta Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2010 tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014, Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor: 80
  • 8. Ahmad Yudi Heryadi dan Moh. Zali 282 Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2016. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Timur tahun 2005 – 2020 Sayuti. 1994. Estimasi parameter permintaan beberapa komoditas peternakan di Jawa. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Setiawan. N. 2006. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia: Analisis Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002-2005. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung. Soepamo, 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada Univesity Press. Yogyakarta Sugiyono,2010. Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung. Sukirno,S. 1994. Pengantar Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Tjeppy D Soedjana, 2013. Partisipasi Konsumsi Sebagai Alat Ukur Status Ketahanan Pangan Daging, WARTAZOA Vol. 23 No. 4 Th. 2013 ----------------------, 2016. Penawaran, Permintaan dan Konsumsi Produk Peternakan di Indonesia, Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 15 Tahun 2016. Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 nomor 84