SlideShare a Scribd company logo
MEMPERHATIKAN
By Mira P. Suroto
Kemampuan kita untuk “memperhatikan” merupakan
penentu tingkat keberhasilan kita baik saat tengah
belajar di kelas atau dalam kehidupan sehari-hari,. Tetapi ternyata, “memperhatikan” bukanlah
seperti yang dipahami banyak orang, yakni mempertahankan fokus pada suatu tugas yang
tengah dikerjakan selama selang waktu tertentu. Sejumlah ahli psikologi, Mirsky, Anthony,
Duncan, Ahearn & Kellam, (1991) saat menyumbangkan pemikiran mereka dalam buku WISC-IV
Advanced Clinical Interpretation menyatakan, memperhatikan bukanlah sesederhana yang
selama ini dipahami orang, namun banyak macamnya. Kekurangan dalam satu jenis
memperhatikan bisa mengakibatkan ketidakbisaan kita untuk melakukan kegiatan Berikut
macam-macam jenis “memperhatikan” :
1. Vigilance / sustained attention / perhatian yang dipertahankan.
Ini merupakan tipe memperhatikan yang dimengerti oleh banyak orang, yakni
mempertahankan fokus pada suatu tugas yang tengah dikerjakan selama selang waktu
tertentu. Contoh dari problem pada vigilance ini adalah pada saat pikiran kita melayang-
layang memikirkan hal lain pada saat bos tengah presentasi, atau anak-anak yang pikirannya
tidak fokus pada materi pelajaran yang tengah dijelaskan Guru, karena mereka kesulitan
mendengarkan atau melihat pada rentang waktu tertentu. Ketika perhatian mereka mudah
teralihkan ke hal lainnya, hal inilah yang disebut pecahnya perhatian (breakdown in
sustained attention)
2. Visual / Auditory Scanning
Merujuk pada kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam pencarian informasi penting
dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh dan berhati-hati. Kekurangan pada visual /
auditory scanning berarti seseorang tidak memiliki kesadaran penuh pada lingkungannya,
yang sering disebut sebagai sindrom “neglect / mengabaikan”. Ketika seseorang menerima
banyak informasi, dia harus bisa memilah yang mana yang penting dan tidak, sehingga bisa
menentukan tindakan yang harus diambil secara tepat.
Saya merupakan orang yang lemah pada visual scanning. Saya ingat, saya adalah mahasiswa
yang bingung harus membaca dan menghafalkan apa untuk ujian semester. Terlalu banyak
topik menarik yang saya baca, namun tidak berhubungan dengan materi ujian. Hasilnya,
pengetahuan saya dinilai luas oleh teman-teman saya, namun nilai ujian saya gatot alias
gagal total. Di pekerjaan saya yang terdahulu sebagai wartawan, juga demikian. Saya
bingung harus memperhatikan apa untuk bahan laporan, bila saya harus hadir di kejadian
yang mendadak dan ramai, misalnya kecelakaan.
Di tempat ramai saya sering nampak seperti seseorang yang acuh, sombong, atau tidak
sopan. Saya pernah dibentak seorang bapak yang tengah jongkok di depan toko. Saat itu
saya tengah keluar dari toko sambil repot menggandeng ibu saya yang renta. Namun dari
dalam, petugas penjaga toko memanggil karena ada yang tertinggal, dan saya menunggu si
penjaga toko mendatangi saya berdiri cukup dekat dengan bapak yang jongkok di depan
toko. Saya juga pernah dicap sombong karena tidak bersalaman, mendekat pun tidak,
dengan Guru anak saya yang sudah sopan santun mendatangi saya. Saya tersadar dan
menyesali ‘kesombongan’ saya sesudah beberapa hari kemudian.
3. Divide Attention / Perhatian yang bisa terbagi
Adalah kemampuan untuk memperhatikan berbagai informasi secara simultan. Bila saat
pelajaran di kelas, kemampuan ini berpengaruh pada kemampuan untuk mendengarkan
Guru dan secara bersamaan menulis catatan yang dilihat di papan tulis. Beberapa anak bisa
saja memperlihatkan kemampuan vigilance tapi kesulitan ketika harus melakukan divided
attention. Mereka mungkin mampu mendengarkan apa yang dijelaskan Guru atau
menuliskan apa yang ditulis Guru di papan tulis, tapi tidak bisa mengerjakan keduanya
dalam waktu yang bersamaan. Inilah yang dialami Gadang, anak pertama saya. Dia terpaksa
meminjam catatan teman, karena dia tidak bisa mencatat poin penting dari penjelasan yang
diberikan Guru, saat dia mendengarkan penjelasan Guru tersebut.
4. Shifting Attention / Mengubah Perhatian.
Mengubah fokus perhatian secara tepat dari satu sumber informasi ke sumber informasi
lainnya, ketika informasi yang tadinya penting sudah tidak lagi penting, merupakan
kemampuan yang penting untuk prioritas penyelesaian tugas. Beberapa orang menjadi
hyperfocused / terlalu memperhatikan suatu tugas / pekerjaan, sehingga ampir tidak
mungkin bagi mereka untuk mengubah fokus mereka pada tugas atau obyek lain. Padahal
tugas lain juga butuh untuk dikerjakan karena waktu yang mendesak.
5. Registration / Fokus Perhatian yang Jelas
Registrasi adalah kapasitas untuk mengingat dan mengulang informasi. Kapasitas untuk
memberikan perhatian pada stimulus tertentu pada saat yang singkat tanpa gangguan.
Registrasi ini sangat diperlukan bila kita ingin meneruskan suatu informasi dari satu orang
ke orang lainnya. Gangguan perhatian yang parah bisa berdampak pada kapasitas untuk
mempertahankan perhatian, bahkan dalam waktu singkat sekalipun.
6. Fokus / execute.
Adalah kemampuan untuk memulai dan mengerjakan pencarian informasi penting. Ini
adalah kemampuan awal untuk penyelesaian masalah, dimana orang harus mencari
informasi penting untuk penyelesaiannya.
Sesudah kita mengenal bermacam-macam jenis memperhatikan tadi, mari kita bayangkan bila
seorang anak lemah dalam salah satu jenis memperhatikan ini. Kita namai si anak ini Yayan.
Pertama, ketika Guru memulai penjelasan, Yayan harus bisa untuk focus / execute yakni
menentukan apa yang penting dikerjakan lebih dulu, apakah membuka buku, atau menyiapkan
pensil dan seterusnya. Saat ini Yayan harus juga memiliki kemampuan divide attention dan
visual / auditory scanning. Karena sambil menyiapkan alat tulis atau buku yang diperintahkan
Guru harus dibuka halaman berapa, dia juga harus mendengarkan kata-kata Guru selanjutnya.
Namun karena Yayan lemah dalam divide attention dan visual / auditory scanning, maka yang
terjadi adalah dia tidak tahu halaman berapa yang tadi diperintahkan dibuka, atau ketinggalan
informasi yang terus menerus diucapkan sang Guru. Maka Yayan beberapa kali harus bertanya
ke temannya, Guru tadi ngomong apa, atau halaman berapa yang dibuka. Karena temannya
merasa terganggu, maka temannya marah, tidak mau lagi duduk sebangku dengannya, atau
melaporkan gangguan tersebut ke Guru. Dan Guru akan mencap anak yang selalu bertanya
berulang-ulang tersebut sebagai “tidak memperhatikan atau bermasalah dengan
pendengarannya”. Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan Yayan ?
Dan cerita berlanjut. Karena sering bermasalah dengan hal-hal seperti itu, akhirnya Yayan
tidak lagi ‘mengganggu’ temannya, sebuah harga yang harus dibayar supaya temannya ada
yang mau duduk sebangku dengannya. Hal ini makin membuatnya tidak paham pelajaran.
Penjelasan Guru juga bukan hanya tentang pelajaran saat itu, tapi juga PR yang harus
dikerjakan di rumah, halaman sekian sampai sekian, bab sekian, nomor sekian sampai sekian.
Guru merasa penjelasannya sudah diulang-ulang, sehingga yakin bahwa semua murid
memahami. Namun meskipun sudah diulang-ulang, teman-teman terdekat di bangku Yayan
mulai bercerita tentang soal lain, karena mereka sudah selesai mencatat halaman yang
dijadikan PR. Walaupun Yayan sudah berusaha memperhatikan Gurunya, dengan memberikan
vigilance /sustained attention, namun itu tidak cukup. Kelemahannya dalam auditory scanning
mengganggunya memahami pengumuman tentang PR karena cerita temannya juga menarik
untuk didengar.
Di akhir pelajaran, Yayan baru tahu, kalau Guru juga menuliskan PR itu di papan tulis. Tapi
Yayan baru tahu saat sudah masuk jam istirahat, sehingga teman-temannya langsung keluar
kelas dan suasana makin ramai. Itu makin mengacaukan perhatian Yayan, sehingga ia lupa tidak
mencatat PR nya.
Ketika ibu bertanya di rumah, apakah ada PR, Yayan bilang ada, tapi tidak tahu yang mana.
Karena Yayan masih SD, maka ibunyalah yang sibuk menelpon Guru atau orang tua lain, untuk
menanyakan PR. Sering sekali itu dilakukan Ibu, dengan perasaan malu, sehingga sering Ibu
mengucapkan “biasaaaa Yayan….. atau maaf yaaaa saya sudah kehabisan akal dengan anak
saya…..”. Yayan lebih malu dari perasaan malu ibunya, dan sungguh merasa sangat tidak
berdaya, kenapa dia seperti ini.
Karena Yayan, Guru dan Ibu tidak memahami apa yang terjadi pada Yayan, masalah Yayan
berlanjut ke jenjang perguruan yang lebih tinggi, dengan sering tidak mengumpulkan tugas
karena sering ketinggalan informasi. Ibu sudah tidak mau membantu dengan menelepon Guru
karena sudah tidak patut kalau anak SMP atau SMA masalah PR masih diurus ibunya. Walhasil,
beberapa kali Ibu dipanggil ke sekolah karena Yayan tidak mengumpulkan tugas. Bukan hanya
masalah tugas, Yayan yang sebenarnya ingin berkegiatan, menjadi panitia ini itu kegiatan
sekolah atau menjadi pengurus OSIS, tidak pernah terpilih karena teman-teman menilai Yayan
tidak perhatian sehingga kuatir mengacaukan kegiatan. Lama-lama, konsep diri yang terbentuk
di Yayan adalah “aku bodoh dan tidak menyenangkan”.
Hidup berlanjut hingga Yayan dewasa, kelemahannya dalam jenis tertentu dari
memperhatikan membuatnya ketinggalan berbagai informasi yang penting untuk penyelesaian
tugasnya. Anda bisa membayangkan bagaimana kondisi karir Yayan ?
Cerita ini akan berbeda alurnya bila Yayan, Ibu dan Guru memahami kelemahan Yayan.
Guru akan memberikan waktu lebih pada Yayan dan seluruh murid, dengan member instruksi
satu persatu :
“buka halaman 15……” (jeda waktu agak lama)
“ sudah ? coba lihat di halaman itu ada tertulis pertanyaan-pertanyaan” (jeda waktu)
“Sudah kalian lihat ? ….. pertanyaan itu nomor berapa sampai berapa ?” (jeda waktu sampai
terlihat Yayandan mungkin beberapa anak lain yang serupa dengan Yayan memahami
nomor pertanyaannya).
“…….. nomor 1 sampai 10 nanti sebagai PR. Nomor berapa ?” (pertanyaan beberapa kali
diulang agar Yayan tidak salah).
“Supaya kamu nanti tidak lupa mengerjakan, bagaimana caramu mengingat PR itu”
(sebagian anak akan mencatat di buku penghubung, sebagian langsung menandai PR di
buku pelajarannya. Bila Yayan terlihat bingung tidak menandai PR nya, maka Guru akan
memerintahkan secara langsung untuk mencatat di buku penghubung agar Ibu bisa
memeriksanya).
Bukan hanya pengumuman tentang PR, untuk penjelasan materi pelajaran pun, guru akan
memberikan tenggat waktu lebih banyak agar Yayan bisa mengikuti dan memahami. Tidak ada
lagi kemarahan teman, tidak ada lagi rasa malu Ibu dan Yayan, dan Yayan merasa “mampu”.
Semakin besar, Ibu akan memberikan pemahaman tentang kelemahan atensi itu, supaya
Yayan lebih siap menghadapi situasi dengan menerapkan berbagai strategi agar ia tidak
ketinggalan informasi. Ia bisa minta ijin gurunya untuk merekam penjelasan gurunya atau
memotret yang ditulis di papan, agar bisa dipelajarinya kembali. Untuk kegiatan sekolah, ia
akan bertanya ke beberapa orang untuk meyakinkan bahwa informasi yang diterimanya tidak
ada yang kurang. Bila suatu saat Yayan ketinggalan informasi, dia segera tahu bahwa mungkin
memang pada saat itu dia kesulitan memindai dan memilah informasi penting yang harus
diingatnya. Sehingga ia tidak “ngeyel” ke temannya, bahwa ia belum diberi tahu.
Betapa harga sebuah pemahaman mampu mengubah jalan hidup dan kedamaian
seseorang.

More Related Content

Similar to Attention

1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf
1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf
1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf
WantiWanti15
 
Ingkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcement
Ingkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcementIngkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcement
Ingkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcementfaisalahmadf
 
Berbicara Di Depan Umum
Berbicara Di Depan UmumBerbicara Di Depan Umum
Berbicara Di Depan Umum
mr.green die
 
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-196433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1Noraini Che Embong
 
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-196433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1Noraini Che Embong
 
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-196433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
Noraini Che Embong
 
Kasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorderKasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorder
javanapoleon1924
 
Menggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to LearnMenggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to Learn
Rendra S.Sos
 
Guru yang baik
Guru yang baikGuru yang baik
Guru yang baik
SMKN 36 JAKARTA UTARA
 
TUGAS PRESENTASSI.pptx
TUGAS PRESENTASSI.pptxTUGAS PRESENTASSI.pptx
TUGAS PRESENTASSI.pptx
harirplzobozobo
 
Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)
Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)
Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)
Ruslan Mauliady
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajar
thearif1971
 
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docx
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docxBayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docx
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docx
ZULKAEKADEWIKANSIL
 
KELOMPOK 3.pptx
KELOMPOK 3.pptxKELOMPOK 3.pptx
KELOMPOK 3.pptx
TiaNafaridah1
 
Masalah Pembelajaran & Disleksia
Masalah Pembelajaran & DisleksiaMasalah Pembelajaran & Disleksia
Masalah Pembelajaran & Disleksia
spear_cml
 
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAHPERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
Riyan Hidayat
 
Disleksia dari aspek emosi dan tingkah laku
Disleksia dari aspek emosi dan tingkah lakuDisleksia dari aspek emosi dan tingkah laku
Disleksia dari aspek emosi dan tingkah laku
cikgusuepkhas
 

Similar to Attention (20)

Penyebab anak malas belajar
Penyebab anak malas belajarPenyebab anak malas belajar
Penyebab anak malas belajar
 
1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf
1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf
1.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.2.pdf
 
Ingkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcement
Ingkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcementIngkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcement
Ingkatan prestasi belajar siswa dengan metode reinforcement
 
Berbicara Di Depan Umum
Berbicara Di Depan UmumBerbicara Di Depan Umum
Berbicara Di Depan Umum
 
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-196433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
 
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-196433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
 
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-196433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
96433238 kertas-cadangan-kajian-tindakan-1
 
Kasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorderKasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorder
 
Menggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to LearnMenggagas Learn How to Learn
Menggagas Learn How to Learn
 
Guru yang baik
Guru yang baikGuru yang baik
Guru yang baik
 
TUGAS PRESENTASSI.pptx
TUGAS PRESENTASSI.pptxTUGAS PRESENTASSI.pptx
TUGAS PRESENTASSI.pptx
 
Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)
Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)
Makalah bimbingan konseling (menurunnya prestasi anak)
 
Angket gaya belajar
Angket gaya belajarAngket gaya belajar
Angket gaya belajar
 
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docx
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docxBayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docx
Bayangkanlah kelas yang saat ini Anda ampu dengan segala keragaman murid.docx
 
KELOMPOK 3.pptx
KELOMPOK 3.pptxKELOMPOK 3.pptx
KELOMPOK 3.pptx
 
Masalah Pembelajaran & Disleksia
Masalah Pembelajaran & DisleksiaMasalah Pembelajaran & Disleksia
Masalah Pembelajaran & Disleksia
 
Tap ut raha
Tap ut rahaTap ut raha
Tap ut raha
 
Tap ut raha
Tap ut rahaTap ut raha
Tap ut raha
 
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAHPERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
 
Disleksia dari aspek emosi dan tingkah laku
Disleksia dari aspek emosi dan tingkah lakuDisleksia dari aspek emosi dan tingkah laku
Disleksia dari aspek emosi dan tingkah laku
 

Attention

  • 1. MEMPERHATIKAN By Mira P. Suroto Kemampuan kita untuk “memperhatikan” merupakan penentu tingkat keberhasilan kita baik saat tengah belajar di kelas atau dalam kehidupan sehari-hari,. Tetapi ternyata, “memperhatikan” bukanlah seperti yang dipahami banyak orang, yakni mempertahankan fokus pada suatu tugas yang tengah dikerjakan selama selang waktu tertentu. Sejumlah ahli psikologi, Mirsky, Anthony, Duncan, Ahearn & Kellam, (1991) saat menyumbangkan pemikiran mereka dalam buku WISC-IV Advanced Clinical Interpretation menyatakan, memperhatikan bukanlah sesederhana yang selama ini dipahami orang, namun banyak macamnya. Kekurangan dalam satu jenis memperhatikan bisa mengakibatkan ketidakbisaan kita untuk melakukan kegiatan Berikut macam-macam jenis “memperhatikan” : 1. Vigilance / sustained attention / perhatian yang dipertahankan. Ini merupakan tipe memperhatikan yang dimengerti oleh banyak orang, yakni mempertahankan fokus pada suatu tugas yang tengah dikerjakan selama selang waktu tertentu. Contoh dari problem pada vigilance ini adalah pada saat pikiran kita melayang- layang memikirkan hal lain pada saat bos tengah presentasi, atau anak-anak yang pikirannya tidak fokus pada materi pelajaran yang tengah dijelaskan Guru, karena mereka kesulitan mendengarkan atau melihat pada rentang waktu tertentu. Ketika perhatian mereka mudah teralihkan ke hal lainnya, hal inilah yang disebut pecahnya perhatian (breakdown in sustained attention) 2. Visual / Auditory Scanning Merujuk pada kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam pencarian informasi penting dengan memperhatikan secara sungguh-sungguh dan berhati-hati. Kekurangan pada visual / auditory scanning berarti seseorang tidak memiliki kesadaran penuh pada lingkungannya,
  • 2. yang sering disebut sebagai sindrom “neglect / mengabaikan”. Ketika seseorang menerima banyak informasi, dia harus bisa memilah yang mana yang penting dan tidak, sehingga bisa menentukan tindakan yang harus diambil secara tepat. Saya merupakan orang yang lemah pada visual scanning. Saya ingat, saya adalah mahasiswa yang bingung harus membaca dan menghafalkan apa untuk ujian semester. Terlalu banyak topik menarik yang saya baca, namun tidak berhubungan dengan materi ujian. Hasilnya, pengetahuan saya dinilai luas oleh teman-teman saya, namun nilai ujian saya gatot alias gagal total. Di pekerjaan saya yang terdahulu sebagai wartawan, juga demikian. Saya bingung harus memperhatikan apa untuk bahan laporan, bila saya harus hadir di kejadian yang mendadak dan ramai, misalnya kecelakaan. Di tempat ramai saya sering nampak seperti seseorang yang acuh, sombong, atau tidak sopan. Saya pernah dibentak seorang bapak yang tengah jongkok di depan toko. Saat itu saya tengah keluar dari toko sambil repot menggandeng ibu saya yang renta. Namun dari dalam, petugas penjaga toko memanggil karena ada yang tertinggal, dan saya menunggu si penjaga toko mendatangi saya berdiri cukup dekat dengan bapak yang jongkok di depan toko. Saya juga pernah dicap sombong karena tidak bersalaman, mendekat pun tidak, dengan Guru anak saya yang sudah sopan santun mendatangi saya. Saya tersadar dan menyesali ‘kesombongan’ saya sesudah beberapa hari kemudian. 3. Divide Attention / Perhatian yang bisa terbagi Adalah kemampuan untuk memperhatikan berbagai informasi secara simultan. Bila saat pelajaran di kelas, kemampuan ini berpengaruh pada kemampuan untuk mendengarkan Guru dan secara bersamaan menulis catatan yang dilihat di papan tulis. Beberapa anak bisa saja memperlihatkan kemampuan vigilance tapi kesulitan ketika harus melakukan divided attention. Mereka mungkin mampu mendengarkan apa yang dijelaskan Guru atau menuliskan apa yang ditulis Guru di papan tulis, tapi tidak bisa mengerjakan keduanya dalam waktu yang bersamaan. Inilah yang dialami Gadang, anak pertama saya. Dia terpaksa meminjam catatan teman, karena dia tidak bisa mencatat poin penting dari penjelasan yang diberikan Guru, saat dia mendengarkan penjelasan Guru tersebut.
  • 3. 4. Shifting Attention / Mengubah Perhatian. Mengubah fokus perhatian secara tepat dari satu sumber informasi ke sumber informasi lainnya, ketika informasi yang tadinya penting sudah tidak lagi penting, merupakan kemampuan yang penting untuk prioritas penyelesaian tugas. Beberapa orang menjadi hyperfocused / terlalu memperhatikan suatu tugas / pekerjaan, sehingga ampir tidak mungkin bagi mereka untuk mengubah fokus mereka pada tugas atau obyek lain. Padahal tugas lain juga butuh untuk dikerjakan karena waktu yang mendesak. 5. Registration / Fokus Perhatian yang Jelas Registrasi adalah kapasitas untuk mengingat dan mengulang informasi. Kapasitas untuk memberikan perhatian pada stimulus tertentu pada saat yang singkat tanpa gangguan. Registrasi ini sangat diperlukan bila kita ingin meneruskan suatu informasi dari satu orang ke orang lainnya. Gangguan perhatian yang parah bisa berdampak pada kapasitas untuk mempertahankan perhatian, bahkan dalam waktu singkat sekalipun. 6. Fokus / execute. Adalah kemampuan untuk memulai dan mengerjakan pencarian informasi penting. Ini adalah kemampuan awal untuk penyelesaian masalah, dimana orang harus mencari informasi penting untuk penyelesaiannya. Sesudah kita mengenal bermacam-macam jenis memperhatikan tadi, mari kita bayangkan bila seorang anak lemah dalam salah satu jenis memperhatikan ini. Kita namai si anak ini Yayan. Pertama, ketika Guru memulai penjelasan, Yayan harus bisa untuk focus / execute yakni menentukan apa yang penting dikerjakan lebih dulu, apakah membuka buku, atau menyiapkan pensil dan seterusnya. Saat ini Yayan harus juga memiliki kemampuan divide attention dan visual / auditory scanning. Karena sambil menyiapkan alat tulis atau buku yang diperintahkan Guru harus dibuka halaman berapa, dia juga harus mendengarkan kata-kata Guru selanjutnya. Namun karena Yayan lemah dalam divide attention dan visual / auditory scanning, maka yang terjadi adalah dia tidak tahu halaman berapa yang tadi diperintahkan dibuka, atau ketinggalan
  • 4. informasi yang terus menerus diucapkan sang Guru. Maka Yayan beberapa kali harus bertanya ke temannya, Guru tadi ngomong apa, atau halaman berapa yang dibuka. Karena temannya merasa terganggu, maka temannya marah, tidak mau lagi duduk sebangku dengannya, atau melaporkan gangguan tersebut ke Guru. Dan Guru akan mencap anak yang selalu bertanya berulang-ulang tersebut sebagai “tidak memperhatikan atau bermasalah dengan pendengarannya”. Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan Yayan ? Dan cerita berlanjut. Karena sering bermasalah dengan hal-hal seperti itu, akhirnya Yayan tidak lagi ‘mengganggu’ temannya, sebuah harga yang harus dibayar supaya temannya ada yang mau duduk sebangku dengannya. Hal ini makin membuatnya tidak paham pelajaran. Penjelasan Guru juga bukan hanya tentang pelajaran saat itu, tapi juga PR yang harus dikerjakan di rumah, halaman sekian sampai sekian, bab sekian, nomor sekian sampai sekian. Guru merasa penjelasannya sudah diulang-ulang, sehingga yakin bahwa semua murid memahami. Namun meskipun sudah diulang-ulang, teman-teman terdekat di bangku Yayan mulai bercerita tentang soal lain, karena mereka sudah selesai mencatat halaman yang dijadikan PR. Walaupun Yayan sudah berusaha memperhatikan Gurunya, dengan memberikan vigilance /sustained attention, namun itu tidak cukup. Kelemahannya dalam auditory scanning mengganggunya memahami pengumuman tentang PR karena cerita temannya juga menarik untuk didengar. Di akhir pelajaran, Yayan baru tahu, kalau Guru juga menuliskan PR itu di papan tulis. Tapi Yayan baru tahu saat sudah masuk jam istirahat, sehingga teman-temannya langsung keluar kelas dan suasana makin ramai. Itu makin mengacaukan perhatian Yayan, sehingga ia lupa tidak mencatat PR nya. Ketika ibu bertanya di rumah, apakah ada PR, Yayan bilang ada, tapi tidak tahu yang mana. Karena Yayan masih SD, maka ibunyalah yang sibuk menelpon Guru atau orang tua lain, untuk menanyakan PR. Sering sekali itu dilakukan Ibu, dengan perasaan malu, sehingga sering Ibu mengucapkan “biasaaaa Yayan….. atau maaf yaaaa saya sudah kehabisan akal dengan anak saya…..”. Yayan lebih malu dari perasaan malu ibunya, dan sungguh merasa sangat tidak berdaya, kenapa dia seperti ini.
  • 5. Karena Yayan, Guru dan Ibu tidak memahami apa yang terjadi pada Yayan, masalah Yayan berlanjut ke jenjang perguruan yang lebih tinggi, dengan sering tidak mengumpulkan tugas karena sering ketinggalan informasi. Ibu sudah tidak mau membantu dengan menelepon Guru karena sudah tidak patut kalau anak SMP atau SMA masalah PR masih diurus ibunya. Walhasil, beberapa kali Ibu dipanggil ke sekolah karena Yayan tidak mengumpulkan tugas. Bukan hanya masalah tugas, Yayan yang sebenarnya ingin berkegiatan, menjadi panitia ini itu kegiatan sekolah atau menjadi pengurus OSIS, tidak pernah terpilih karena teman-teman menilai Yayan tidak perhatian sehingga kuatir mengacaukan kegiatan. Lama-lama, konsep diri yang terbentuk di Yayan adalah “aku bodoh dan tidak menyenangkan”. Hidup berlanjut hingga Yayan dewasa, kelemahannya dalam jenis tertentu dari memperhatikan membuatnya ketinggalan berbagai informasi yang penting untuk penyelesaian tugasnya. Anda bisa membayangkan bagaimana kondisi karir Yayan ? Cerita ini akan berbeda alurnya bila Yayan, Ibu dan Guru memahami kelemahan Yayan. Guru akan memberikan waktu lebih pada Yayan dan seluruh murid, dengan member instruksi satu persatu : “buka halaman 15……” (jeda waktu agak lama) “ sudah ? coba lihat di halaman itu ada tertulis pertanyaan-pertanyaan” (jeda waktu) “Sudah kalian lihat ? ….. pertanyaan itu nomor berapa sampai berapa ?” (jeda waktu sampai terlihat Yayandan mungkin beberapa anak lain yang serupa dengan Yayan memahami nomor pertanyaannya). “…….. nomor 1 sampai 10 nanti sebagai PR. Nomor berapa ?” (pertanyaan beberapa kali diulang agar Yayan tidak salah). “Supaya kamu nanti tidak lupa mengerjakan, bagaimana caramu mengingat PR itu” (sebagian anak akan mencatat di buku penghubung, sebagian langsung menandai PR di buku pelajarannya. Bila Yayan terlihat bingung tidak menandai PR nya, maka Guru akan memerintahkan secara langsung untuk mencatat di buku penghubung agar Ibu bisa memeriksanya).
  • 6. Bukan hanya pengumuman tentang PR, untuk penjelasan materi pelajaran pun, guru akan memberikan tenggat waktu lebih banyak agar Yayan bisa mengikuti dan memahami. Tidak ada lagi kemarahan teman, tidak ada lagi rasa malu Ibu dan Yayan, dan Yayan merasa “mampu”. Semakin besar, Ibu akan memberikan pemahaman tentang kelemahan atensi itu, supaya Yayan lebih siap menghadapi situasi dengan menerapkan berbagai strategi agar ia tidak ketinggalan informasi. Ia bisa minta ijin gurunya untuk merekam penjelasan gurunya atau memotret yang ditulis di papan, agar bisa dipelajarinya kembali. Untuk kegiatan sekolah, ia akan bertanya ke beberapa orang untuk meyakinkan bahwa informasi yang diterimanya tidak ada yang kurang. Bila suatu saat Yayan ketinggalan informasi, dia segera tahu bahwa mungkin memang pada saat itu dia kesulitan memindai dan memilah informasi penting yang harus diingatnya. Sehingga ia tidak “ngeyel” ke temannya, bahwa ia belum diberi tahu. Betapa harga sebuah pemahaman mampu mengubah jalan hidup dan kedamaian seseorang.