Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kurang gizi pada anak membahas konsep keluarga, kurang gizi pada anak, dan asuhan keperawatan untuk kasus tersebut. Dibahas pula karakteristik keluarga sehat dan sejahtera, tipe-tipe keluarga, serta peran dan fungsi keluarga dalam masyarakat."
ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN MASALAH KESEHATAN YANG LAZIM DI INDONESIA.docx
1. ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN MASALAH
KESEHATAN YANG LAZIM DI INDONESIA :
DENGAN MASALAH KURANG GIZI PADA ANAK
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Irhamna Haviza Nasution ( 200204027)
2. Manahan Batistuta Panjaitan ( 200204032 )
3. Regita Pratiwi Situmeang ( 200204043)
Dosen Pengajar :
Ns. Siska Evi Martina, S.Kep., MNS
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA
T.A 2022/2023
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang
telahmemberi segala rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
AsuhanKeperawatan yang berjudul :
” ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN MASALAH
KESEHATAN YANG LAZIM DI INDONESIA : DENGAN MASALAH
KURANG GIZI PADA ANAK” Dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini
penulis telah banyak mendapat bantuan, motivasi, dukungan dan bimbingan yang
berharga dari berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, sebagai Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes., sebagai Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, sebagai Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Marthalena Simamora, M.Kep sebagai Ketua Program Studi S-I
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan
5. Ns. Siska Evi Martina, S.Kep., MNS sebagai dosen pengajar yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran
kepada penulis dalam penyelesaian Asuhan Keperawatan ini.
6. Teman-teman mahasiswa/i S-I Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah mendukung dan
berpartisipasi dalam penyusun Asuhan Keperawatan ini.
Dengan rendah hati, penyusun sangat mengharapkan masukan, kritik dansaran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Asuhan Keperawatanini.
Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih
Medan. 10 Oktober 2022
Kelompok 6
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. iv
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ iv
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................... v
BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................................. 1
2.1KONSEP KELUARGA ................................................................................................ 1
2.1.1 Defenisi ......................................................................................................... 1
2.1.2 Karakteristik Keluarga Sehat ......................................................................... 1
2.1.3 Karakteristik Keluarga Sejahtera ................................................................... 2
2.1.4 Tipe Keluarga................................................................................................. 2
2.1.5 Peran Keluarga............................................................................................... 3
2.1.6 Struktur Keluarga........................................................................................... 4
2.1.7 Fungsi Keluarga............................................................................................. 5
2.1. 8 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga................................................... 6
2.2 Konsep Kurang Gizi Pada Anak .................................................................................. 9
2.2.1 Pengertian Kurang Gizi ................................................................................. 9
2.2.2 Etiologi Kurang Gizi ..................................................................................... 9
2.2.3 Kategori dan Ambang Status Gizi Anak ....................................................... 10
2.2.4 Jenis-jenis Gizi Buruk ................................................................................... 12
2.2.5 Faktor Pendukung Terjadinya Gizi Buruk .................................................... 14
2.2.6 Akibat Gizi Buruk ......................................................................................... 15
2.2.7 Kebutuhan Gizi Balita.................................................................................... 17
4. iii
2.2.8 Komplikasi .................................................................................................... 19
2.2.9 Penatalaksanaan Gizi Kurang ....................................................................... 20
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Gizi Kurang .............................. 21
2.3.1 Pengkajian ..................................................................................................... 21
3.1.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................. 26
3.1.3 Rencana Keperawatan .................................................................................. 39
2.3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................... 39
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................... 40
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn S PADA An A DENGAN GIZI
KURANG .......................................................................................................................... 41
3.1 Pengkajian ................................................................................................................... 41
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................... 53
3.3 Rencana Keperawatan.................................................................................................. 54
3.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................................ 57
3.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................................ 59
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 60
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 60
4.2 Saran ............................................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 61
5. iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Status gizi kurang merupakan salah satu masalah malnutrisi yang
membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini
karena kondisi kurang gizi dalam jangka lama dapat mempengaruhi
pertumbuhan balita, gangguan sistem imun, dan risiko terkena penyakit
infeksi meningkat serta risiko terjadinya kematian pada balita (Hong
dkk.,2006).
Penelitian Devi (2010), mengemukakan beberapa faktor yang
menjadi penyebab terjadinya gizi kurang adalah berat bayi lahir rendah
(BBLR), penyakit penyerta balita, pengetahuan orang tua tentang gizi
rendah, keadaan ekonomi keluarga, keadaan lingkungan, pola asuh orang
tua, dan lama pemberian ASI Eksklusif. Jenis kelamin, status pendidikan
ayah, jumlah kelahiran juga mempengaruhi status gizi balita (Asfaw dkk.,
2015).
Upaya penanggulangan gizi kurang memerlukan pendekatan dari
berbagai segi kehidupan. Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang
tidak cukup dengan memperbaiki aspek makanan saja, tetapi juga
lingkungan kehidupan balita seperti, pola asuh, tersedianya air bersih dan
kesehatan lingkungan (Soekirman, 2002).Terkait dengan permasalahan
gizi atau penyebaran penyakitberbasis lingkungan sangat diperlukan
kesadaran masyarakat maupun rumah tangga dalam berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS). PHBSadalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran setiap anggota keluarga sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapatmenolong dirinya sendiri dibidang kesehatan
6. v
dan dapat berperan aktifdalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat
(Depkes RI, 2007).
Berdasarkan data yang diperoleh Departemen Kesehatan (2009)
bahwa di Indonesia masih banyak daerah-daerah yang memiliki sanitasi
buruk karena mayoritas masyarakatnya belum menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat sehingga angka kesakitan pada masyarakat masih tinggi
(Tim Teknis Pembangunan Sanitasi, 2009). Indikator- indikator PHBS
yang perlu dilaksanakan dalam suatu rumah tangga meliputi, mencari
pertolongan persalinan ke tenaga kesehatan, melakukan penimbangan bayi
dan balita, memberikan air susu ibu (ASI) Eksklusif, penggunaan air
bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, memberantas jentik
nyamuk, memakai jamban sehat, makan buah dan sayur setiap hari,
melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dimulai dari tingkatan rumah
tangga, karena karakteristik rumah tangga akan memudahkan penanganan
terhadap balita yang memiliki masalah gizi. Apabila seorang balita
terdeteksi penderita gizi kurang dan balita tersebut memiliki orangtua,
maka akan lebih mudah mendapatkan informasi terperinci (Depkes RI,
2006).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Masalah yang Lazim Di Indonesia: Dengan Masalah
Kurang Gizi Pada Anak
7. vi
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksaan asuhan
keperawatan adalah:
1. Mampu memahami Konsep Keluarga
2. Mampu memahami Konsep Kurang Gizi pada Anak
3. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Masalah yang Lazim Di Indonesia: Dengan Masalah Kurang Gizi
Pada Anak
4. Mampu Melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Masalah yang Lazim Di Indonesia: Dengan Masalah Kurang Gizi
Pada Anak
8. 1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP KELUARGA
2.1.1 Defenisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dau individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga bersama
dan saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi peneus,
saling pengertian dan saling menyayangi (Achjar, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga didefinsikan dengan
istilah kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan dengan
menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki
hubungan personal dan timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi
dukungan yang disebabkan oleh kelahiran,adopsi,maupun perkawinan (Stuart,2014)
2.1.2 Karakteristik Keluarga Sehat
Karakteristik keluarga sehat :
1. Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang tinggi dan
menghadapi masalahnya terus menerus.
2. Mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan mereka dengan
jelas, terbuka, dan spontan.
3. Menghargai perasaan anggotanya.
4. Mengharapkan anggota untuk memikul tanggung jawab pribadi terhadap tindakan
yang mereka lakukan.
5. Menunjukan perilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sama lain.
9. 2
(Setiawati, 2010)
2.1.3 Karakteristik Keluarga Sejahtera
Berdasarkan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, psikososial, ekonomi, dan
aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap yaitu
sebagai berikut :
1. Keluarga pra sejahtera
Adalah yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan sandang, papan dan
kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator keluarga sejahteraan tahap 1.
2. Keluarga sejahtera tahap I
Keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta
memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan,
keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal dan transportasi.
3. Keluarga sejahtera tahap II
Keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga sejahtera tahap III
Keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar,
kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan
menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial, kegamaan,
kesenian,olahraga, pendidikan dan sebagainya.
5. Keluarga sejahtera tahap III (plus)
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebuthan baik yang bersifat dasar,
sosial psikologis, pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan
yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.1.4 Tipe Keluarga
Tipe keluarga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a) Tipe keluarga tradisional
1. Nuclear family atau keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri atas
suami,istri dan anak.
10. 3
2. Dyad family merupakan keluarga yang terdiri dari suami istri namun tidak
memiliki anak
3. Single parent yaitu keluarga yang memiliki satu orang tua dengan anak yang
terjadi akibat peceraian atau kematian.
4. Single adult adalah kondisi dimana dalam rumah tangga hanya terdiri dari satu
orang dewasa yang tidak menikah
5. Extended family merupakan keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah
dengan anggota keluarga lainnya
6. Middle-aged or erdely couple dimana orang tua tinggal sendiri dirumah
dikarenakan anak-anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri.
7. Kit-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersamaan dan
menggunakan pelayanan Bersama.
b) Tipe keluarga non tradisional
1. Unmaried parent and child family yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak tanpa adanya ikatan pernikahan.
2. Cohabitating couple merupakan orang dewasa yang tinggal bersama tanpa
adanya ikatan perkawinan.
3. Gay and lesbian family merupakan seorang yang memiliki persamaan jenis
kelamin tinggal satu rumah layaknya suami-istri
4. Nonmarital Hetesexual Cohabiting family,keluarga yang hidup Bersama tanpa
adanyanya pernikahan dan sering berganti pasangan
5. Faster family, keluarga menerima anak yang tidak memiliki hubungan darah
dalam waktu sementara (Widagdo,2016).
2.1.5 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan pola perilaku interpersonal, sifat, dan kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam situasi dan posisi tertentu. Adapun macam
peranan dalam keluarga antara lain (Istiati, 2010):
a. Peran Ayah
Sebagai seorang suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, ayah berperan sebagai
kepala keluarga, pendidik, pelindung, mencari nafkah, serta pemberi rasa aman bagi
11. 4
anak dan istrinya dan juga sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
b. Peran Ibu
Sebagai seorang istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, dimana peran ibu sangat
penting dalam keluarga antara lain sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
sebagai pelindung dari anak-anak saat ayahnya sedang tidak ada dirumah,
mengurus rumah tangga, serta dapat juga berperan sebagai pencari nafkah. Selain
itu ibu juga berperan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosial serta
sebagai anggota masyarakat di lingkungan di mana dia tinggal.
c. Peran Anak
Peran anak yaitu melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial maupun spiritual.
2.1.6 Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012) sebagai berikut:
4. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur,terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, sertameminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesn, memberikanumpan balik, dan valid.
5. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi,
padastruktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi
individudalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
6. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah
perilakuorang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper
power),hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan effektif power.
7. Strukur nilai dan normaa
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan annggota keluarga.
12. 5
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem
nilaidalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkandengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
Adapun Struktur Keluarga Lainnya:
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalurayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalurgaris ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluargasedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarahsuam
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagiankeluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.7 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah ukuran dari bagaimana sebuah keluarga beroperasi sebagai unit
dan bagaimana anggota keluarga berinteraksi satu sama lain. Hal ini mencerminkan
gaya pengasuhan, konflik keluarga, dan kualitas hubungan keluarga. Fungsi keluarga
mempengaruhi kapasitas kesehatan dan kesejahteraan seluruh anggota keluarga
(Families, 2010).
Fungsi keluarga menurut (Marilyn M. Friedman, 2010):
1) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis
anggota keluarga
2) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai
anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga
3) Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat
13. 6
4) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan
kesehatan
2.1.8 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahapan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap perkembangan keluarga menurut
Friedman (2010) adalah :
1) Tahap 1 : Keluarga pemula Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari
keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua).
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak Tahap kedua dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berumur 30 bulan. Biasanya orang tua bergetar
hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran
terhadap bayi biasanya berkurang setelah beberapa hari, karena ibu dan bayi tersebut
mulai mengenal. Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran
mengasyikkan yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya
sulit karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
Rekonsilisiasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orangtua dan kakek-nenek.
14. 7
3) Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah Tahap ketiga siklus kehidupan
keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak
berusia 5 tahun. Sekarang, keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan
posisi suami - ayah, istri – ibu, anak laki-laki – saudara, anak perempuan – saudari.
Keluarga menjadi lebih majemuk dan berbeda. Adapun tugas perkembangan
keluarga yaitu :]
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain,
privasi, keamanan.
Mensosialisasikan anak.
Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak-anak yang lain.
Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orangtua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga
besar dan komunitas).
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah Tahap ini dimulai ketika anak
pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada
usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah
anggota maksimum, dan hubungan keluarga di akhir tahap ini. Adapun tugas
perkembangan keluarga yaitu :
Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
Meningkatkan komunikasi terbuka
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja Ketika anak pertama melewati umur 13
tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini
berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal
dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun. Adapun tugas perkembangan keluarga
yaitu :
15. 8
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
6) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda Permulaan dari
fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah
orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak
anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal di rumah. Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
Mempertahankan keintiman pasangan
Membantu orang tua suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7) Tahap VII : Orang tua pertengahan Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga,
tahap usia pertengahan dari bagi orangtua, dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu
pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orangtua memasuki usia 45-55 tahun
dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun kemudian.
Adapun tugas perkembangan keluarga yaitu :
Mempertahankan kesehatan
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
Meningkatkan keakraban pasangan
8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia Tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki
masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal, dan
16. 9
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Adapun tugas perkembangan keluarga
yaitu :
Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman, dll
Mempertahankan keakraban suami-isteri dan saling merawat
Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
2.2 Konsep Kurang Gizi Pada Anak
2.2.1 Pengertian Kurang Gizi
Gizi (nutrition) adalah proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorpsi (penyerapan), transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal organ-organ, serta
menghasilkan energi (Pudiastuti, 2011).
Gizi kurang atau kurang gizi (sering kali tersebut malnutrisi) muncul akibat asupan
energi dan makronutrien yang tidak memadai. Pada beberapa orang kurang gizi juga
terkait dengan defisiensi mikronutrien nyata ataupun subklinis (Webster-Gandy, 2014)
2.2.2 Etiologi Kurang Gizi
Penyebab gizi kurang pada anak menurut Pudiastuti (2011), antara lain adalah :
a. Pola makan yang salah
Asupan gizi dari makanan sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan balita.
Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh balita harus diperhatikan, pola makan yang
salah dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang.
b. Anak sering sakit dan perhatian yang kurang
Perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak sangat dibutuhkan pada masa
perkembangan anak. Rendahnya perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak
menyebabkan makan anak tidak terkontrol.
c. Infeksi penyakit
17. 10
Adanya penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan/ kondisi balita terutama pada
balita yang asupan gizinya tidak terkontrol dengan baik.
d. Kurangnya asupan gizi
Rendahnya asupan gizi pada anak menyebabkan anak mengalami gizi kurang
sehingga pertumbuhan tubuh dan otak anak terganggu.
e. Berbagai hal buruk yang terkait dengan kemiskinan
Status ekonomi yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu
memberikan asupan makanan yang cukup pada anak sehingga penyakit mudah
berkembang di tubuh anak.
2.2.3 Kategori dan Ambang Status Gizi Anak
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Standar Antropometri Anak, mengkategorikan Status gizi pada anak, yaitu
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Berat Badan
menurut Umur
(BB/U) anak usia 0
- 60 bulan
Berat badan sangat kurang
(severely underweight)
<-3 SD
Berat badan kurang
(underweight)
- 3 SD sd <- 2 SD
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih1 > +1 SD
Panjang Badan
atau Tinggi Badan
menurut Umur
(PB/U atau TB/U)
anak usia 0 - 60
bulan
Sangat pendek (severely
stunted)
<-3 SD
Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
Normal -2 SD sd +3 SD
Tinggi2 > +3 SD
Berat Badan
menurut Panjang
Gizi buruk (severely
wasted)
<-3 SD
18. 11
Badan atau Tinggi
Badan (BB/PB atau
BB/TB) anak usia
0 - 60 bulan
Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih
(possible risk of
overweight)
> + 1 SD sd + 2 SD
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa
Tubuh menurut
Umur (IMT/U)
anak usia
0 - 60 bulan
Gizi buruk (severely
wasted)3
<-3 SD
Gizi kurang (wasted)3 - 3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Berisiko gizi lebih
(possible risk of
overweight)
> + 1 SD sd + 2 SD
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa
Tubuh menurut
Gizi buruk (severely
thinness)
<-3 SD
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Umur (IMT/U) anak
usia 5 - 18 tahun
Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd <- 2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD
Keterangan:
1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
19. 12
2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi
hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan
endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang
tua normal).
3. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria
diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk
menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB).
2.2.4 Jenis-jenis Gizi Buruk
Menurut Khaidirmuhaj (2009) Jenis-jenis gizi buruk antara lain:
1. Marasmus
Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein, energi karena kelaparan, semua
unsur diet kurang (Sodikin, 2011).
Tanda dan Gejala :
Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng, rewel
Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan sampai
tidak ada
20. 13
Sering disertai diare kronik atau konstipasi:susah buang air, serta
penyakit kronik
Tekanan darah, detak jantung, dan pernapasan berkurang
2. Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan kekurangan gizi yang merupakan sindrom
klinis yang diakibatkan defisiensi protein berat dan kalori yang tidak adekuat.
Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi karena
bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi lainnya ditambah
dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan
gambaran kwashiorkor di berbagai negara (Khaidirmuhaj, 2009).
Tanda dan Gejala :
Edema( terutama kaki/dorsum pedis)
Wajah membulat dan sembab
Pandangan sayu
Rambut tipis,kemerahan seperti warna rambut jagung,mudah
dicabut/rontok
Perubahan status mental : rewel,cengeng,kadang apatis
Pembesaran hati
Otot mengecil (hipotrofi)
Kelainan kulit
Sering disertai : infeksi,anemia,diare
21. 14
3. Kurang kalori dan protein (marasmus–kwashiorkor)
Marasmus Kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di
mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala
kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari
marasmus dan kwashiorkor. Marasmus-Kwashiorkor terjadi karena makanan
sehari-harinya tidak cukup mengandung protein dan juga energi untuk
pertumbuhan normal. Pada tipe ini terjadi penurunan berat badan dibawah 60 %
dari normal (Khaidirmuhaj, 2009).
Tanda dan Gejala :
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala
klinikkwashiokor dan marasmus,dengan BB/U<60% Baku median
WHO-NCHS disertai edema yang mencolok.
2.2.5 Faktor Pendukung Terjadinya Gizi Buruk
Menurut Webster-Gandy (2012), dalam kebanyakan kasus, ada berbagai faktor
penyebab kurang gizi. Kesadaran akan beberapa faktor pendukung tertentu merupakan
langkah pertama dalam pencegahan yang sangat berharga. Berikut penjelasan
singkatnya.
1. Asupan gizi menurun
a. Ketersediaan makanan yang tidak memadai (kuantitatif ataupun kualitatif) :
Pasien diasuh di ruang isolasi sehingga baki makanan mungkin saja
ditinggalkan di luar kamar atau di tempat yang tidak terjangkau pasien.
Kelaparan berulang yang disengaja , mis., harus berpuasa peroral karena
menjalani berbagai macam pemeriksaan atau terapi
Koordinasi motorik lambat sehingga perlu bantuan saat makan
Hidangan yang tidak sesuai dengan budaya pasien, mis menyediakan
makanan yang tidak halal bagi orang islam atau bukan kosher bagi orang
Yahudi.
Makanan tidak menggugah selera atau berkualitas buruk
2. Anoreksia (kehilangan nafsu makan) :
Dampak penyakit, mis. akibat kanker, infeksi, inflamasi.
Mual dan muntah.
Masalah psikologi, mis. akibat depresi, kecemasan, kesepian.
22. 15
Dampak pengobatan, mis. akibat kemoterapi.
3) Gangguan makan :
a) Gangguan gigi-geligi
b) Perubahan pengecap dan pembau
c) Mulut kering atau nyeri
d) Sesak napas
e) Gangguan menelan
4) Absorpsi nutrien menurun
a) Sekresi saluran cerna tidak mencukupi, termasuk empedu dan semua enzim saluran
cerna, mis. akibat kekurangan enzim pankreas.
b) Kerusakan permukaan absorptif di saluran cerna, mis. akibat
penyakit Crohn.
c) Reseksi + fistula saluran cerna.
d) Komplikasi terapi obat.
5) Kebutuhan meningkat
a) Hipermetabolisme terkait penyakit, misalnya akibat sirosis hati, beberapa kanker.
b) Infeksi
c) Akibat terapi, misalnya setelah pembedahan.
d) Peningkatan kehilangan, misalnya melalui saluran cerna, urine, kulit, napas, atau
drainase bedah.
e) Peningkatan aktivitas, baik sadar maupun tidak sadar, mis. akibat penyakit
Parkinson.
2.2.6 Akibat Gizi Buruk
Menurut Webster-Gandy (2012), dampak kurang gizi bervariasi mulai dari subklinis,
yakni tidak ada gangguan klinis sama sekali, sampai kematian, dan bergantung pada jenis,
lama, dan derajat keparahan ketidakcukupan gizi, usia, serta status gizi dan kesehatan
pasien.
Menurut Webster-Gandy (2012), selain tingginya risiko mortalitas, kurang gizi juga terkait
dengan morbilitas yang lebih besar :
a. Berat badan turun (utamanya lemak dan otot)
b. Fungsi otot terganggu :
23. 16
1) Otot rangka – mobilitas buruk, tingginya risiko jatuh
2) Pernapasan – tingginya resiko infeksi paru-paru, penurunan kapasitas olahraga
penyapihan ventilasi tertunda
3) Jantung – bradikardia, hipotensi, penurunan curah jantung
4) Saluran cerna – penurunan integritas dinding usus berpotensi menambah akses
masuk mikroorganisme
c. Fungsi imun melemah :
1) Penurunan fagositosis, penurunan kemotaksis, penurunan penghancuran bakteri
intrasel, penurunan limfosit T
2) Peningkatan angka infeksi
3) Respons yang buruk terhadap vaksinasi
d. Sintesis protein baru terganggu :
1) Penyembuhan luka kurang baik, tingginya risiko ukserasi
2) Perlambatan masa pulih dari pembedahan
3) Perlambatan atau penghentian pertumbuhan anak
4) Penurunan fertilitas pada wanita dan pria
e. Gangguan psikologis :
1) Depresi, anoreksia, penurunan motivasi
2) Penurunan kualitas hidup
3) Gangguan intelektual jika kurang gizi terjadi pada masa bayi
f. Beban ekonomi bertambah :
1) Peningkatan komplikasi
2) Peningkatan lama rawat inap di rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU)
3) Tingginya angka rawat inap kembali setelah sebelumnya dipulangkan dari rumah
sakit
4) Rehabilitasi lebih lama
5) Tingginya ongkos obat
6) Meningkatnya kunjungan ke dokter umum
24. 17
2.2.7 Kebutuhan Gizi Balita
Menurut Proverawati dan Wati (2011), menjelaskan kebutuhan gizi seseorang adalah
jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara
garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan
sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan
menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a) Kebutuhan energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa,
sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan
semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Almatsier (2013),
kebutuhan energi pada anak umur 0 – 6 bulan 350 kkal, umur 7 – 11 bulan 650 kkal, 1
– 3 tahun 1000 kkal dan 4 – 6 tahun 1550 kkal.
b) Kebutuhan zat pembangun (protein)
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya
relatif lebih besar dari pada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang
usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil. Menurut Almatsier
(2013), kebutuhan protein pada anak umur 0 – 6 bulan 10 gr, umur 7 – 11 bulan 16 gr,
1 – 3 tahun 25 gr dan 4 – 6 tahun 39 gr.
c) Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya
usia. Menurut Almatsier (2013), kebutuhan zat pengatur anak yaitu :
25. 18
Untuk pertumbuhan dan perkembangan, balita memerlukan enam zat gizi utama, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi tersebut dapat diperoleh
dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Agar balita dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik, makan makanan yang dimakannya tidak boleh hanya sekedar
mengenyangkan perut saja.
Makanan yang dikonsumsi balita seharusnya :
1) Beragam jenisnya
2) Jumlah atau porsi cukup (tidak kurang atau berlebihan)
3) Higienis dan aman (bersih dari kotoran dan bibit penyakit serta tidak
mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan)
4) Makan dilakukan secara teratur
5) Makan dilakukan dengan cara yang baik
Menurut Proverawati dan Wati (2011), keenam zat gizi utama digunakan oleh tubuh
anak untuk :
1) Menghasilkan tenaga yang digunakan oleh anak untuk melakukan berbagai
kegiatan seperti belajar, berolah raga, bermain, dan aktivitas lain (disebut zat
tenaga). Zat makanan yang merupakan sumber tenaga utama adalah karbohidrat
dan lemak. Makanan yang banyak mengandung karbohidrat adalah beras, jagung,
singkong, ubi jalar, kentang, talas, gandum dan sagu. Makanan yang banyak
26. 19
mengandug lemak adalah lemak hewani (gajih), mentega, minyak goreng, kelapa
dan keju.
2) Membangun jaringan tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang aus/rusak.
(disebut zat pembangun). Zat makanan yang merupakan zat pembangun adalah
protein. Makanan yang banyak mengandung protein adalah tahu, tempe oncom,
kacang-kacangan, telur, daging, ikan, udang dan kerang.
3) Mengatur kegiatan-kegiatan yang terjadi di dalam tubuh (disebut zat pengatur).
Zat makanan yang merupakan zat pengatur adalah vitamin, mineral dan air.
Makanan yang banyak mengandung vitamin, mineral dan air adalah sayur-sayuran
dan buah-buahan.
Kebutuhan tubuh balita akan keenam macam gizi untuk melakukan tiga fungsi tersebut
tidak bisa dipenuhi hanya dari satu macam makanan saja karena tidak ada satu pun
makanan dari alam yang mempunyai kandungan gizi lengkap. Jika makanan anak
beragam, maka zat gizi yang tidak terkandung atau kurang dalam satu jenis makanan
akan dilengkapi oleh zat gizi yang berasal dari makanan jenis lain. Agar makanan yang
dimakan anak beraneka ragam, maka kita harus selalu ingat bahwa makanan yang
dimakan anak harus mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Ketiga
zat ini dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.
2.2.8 Komplikasi
Menurut Suariadi dan Rita (2010), komplikasi gizi kurang diantaranya :
a. Kwashiorkor (kekurangan karbohidrat) : diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh
kembang, hipokalemia, dan hipernatremia.
b. Marasmus (kekurangan protein) : infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri,
malnutrisi kronik, gangguan tumbuh kembang.
c. Marasmus-kwashiorkor (kekurangan karbohidrat dan protein) : terjadi edema,
kelainan rambut dan kelainan kulit
27. 20
2.2.9 Penatalaksanaan Gizi Kurang
Gizi kurang terjadi akibat kurangnya asupan gizi pada anak, yang bila tidak ditangani
secara cepat, tepat dan komprehensif dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
Perawatan gizi kurang dapat dilakukan dengan cara :
a. Terapi Kurang Gizi
Menurut Webster-Gandy (2012), ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa bantuan gizi
mampu menambah asupan protein dan energi, memperbaiki berat badan dan
mengurangi penurunan berat badan diantaranya adalah :
1) Penilaian
Disaat kurang gizi didiagnosis, penilaian gizi secara menyeluruh harus dilakukan guna
mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan menjadi dasar terapi.
2) Akses makanan
Setelah penilaian, jelas terlihat bahwa diperlukan beberapa tindakan nonteknis yang
relatif mudah untuk membantu mereka yang kurang gizi mendapat makanan yang
sesuai.
3) Pemberian suplemen menggunakan makanan
Modifikasi dan/atau penyediaan makanan dan minuman menggunakan bahan makanan
yang sudah umum dapat meningkatkan asupan energi dan zat gizi yang besar bagi
banyak pasien. Langkah ini relatif jelas dan lugas serta harus dicoba terlebih dulu
sebelum intervensi yang rumit dimulai. Status pasien harus rutin dipantau.
Kelebihan langkah ini antara lain : fleksibel, makanan memiliki cita rasa, perilaku
makan diperbaiki tanpa ada intervensi obat-obatan, dan terjangkau. Kelemahannya
antara lain : memerlukan motivasi dan upaya yang tinggi dan + keterampilan kuliner
dari sang pasien, pengasuh dan profesional kesehatan, terbatasnya persediaan
bahanbahan makanan yang sesuai di institusi dan berpotensi memerlukan suplemen
mikronutrien tambahan.
4) Pemberian suplemen menggunakan suplemen gizi khusus per oral
Suplemen gizi per oral siap-guna sering disebut sip feeds dapat digunakan bersama
fortifikasi makanan untuk menutupi kekurangan jika seseorang tidak dapat mengasup
cukup makanan. Kelebihannya antara lain : komposisinya sudah diketahui, sebagian
besar menyajikan energi, makro- dan mikronutrien yang seimbang, tersedia dalam
bentuk siap-guna. Kelemahannya antara lain : penggunaan produk-produk siap pakai
28. 21
yang cepat dan praktis tanpa menilai kebutuhan pasien seutuhnya, rasa bosan terhadap
cita rasa produk setelah dipergunakan sekian lama.
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Kasus Gizi Kurang
2.3.1 Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman yang diaplikasikan ke kasus dengan
masalah utama Gizi Kurang menurut Friedman (2010), meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis kelamin,
umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian pendidikan diketahui bahwa
pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola makan dan
pentingnya asupan gizi bagi balita. Sedangkan pekerjaan yang terlalu sibuk bagi
orang tua mengakibatkan perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang anak
tidak ada.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga yang mengalami gizi kurang
(Padila, 2012). Biasanya keluarga yang mempunyai balita dengan gizi kurang
mempunyai jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kebutuhan nutrisi
anak tidak terpenuhi.
3) Suku bangsa
Identifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan (Sutanto,
2012). Biasanya keluarga dengan gizi kurang mempunyai budaya tidak terlalu
memperhatikan menu makan balita, yang terpenting balita sudah mendapatkan
makanan.
4) Status sosial ekonomi keluarga
29. 22
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya. Pada pengkajian status sosial
ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada
tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat
seseorang tidak bisa mencukupi kebutuhan nutrisi keluarga (Padila, 2012).
Biasanya keluarga dengan gizi kurang mempunyai perekonomian yang rendah
karena keluarga tidak mampu mencukupi semua kebutuhan balita.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti
(Gusti, 2013). Biasanya keluarga dengan gizi kurang berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala-kendala yang dialami (Padila 2012). Biasanya
keluarga belum mampu memenuhi semua kebutuhan anak karena keterbatasan
penghasilan yang diperoleh.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga inti, upaya
pencegahan dan pengobatan pada anggota keluarga yang sakit, serta
pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Gusti, 2013). Biasanya keluarga
dengan gizi kurang tidak memantau tumbuh kembang anak ke tenaga kesehatan.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, jumlah ruangan,
jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air
minum yang digunakan, tanda cat yang sudah mengelupas, serta dilengkapi
dengan denah rumah (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan gizi kurang
30. 23
mempunyai keuangan yang tidak mencukupi kebutuhan anak sehingga luas
rumah tidak sesuai dengan jumlah anggota keluarga.
d. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling mendukung,
hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati, perhatian terhadap
perasaan (Friedman, 2010). Bisanya keluarga dengan gizi kurang jarang
memperhatikan kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian pada anak, serta
tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan luar karena merasa malu akan
kondisi anak.
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta memberi dan menerima
cinta (Friedman, 2010). Biasanya keluarga dengan gizi kurang tidak disiplin
terhadap pola makan balita.
3) Fungsi perawatan kesehatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilaiyang dianut
keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan dan tujuan
kesehatan keluarga (Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak mengetahui
pencegahan yang harus dilakukan agar balita tidak mengalami gizi kurang.
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa :
keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang membuat
kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol kesehatan (Friedman, 2010).
Bisanya keluarga tidak mampu mengkaji status kesehatan keluarga.
c) Praktik diet keluarga : keluarga menegtahui sumber makananyang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang dikonsumsi
perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kudapan (Friedman, 2010).
Biasanya keluarga tidak terlalu memperhatikan menu makanan, sumber
makanan dan banyak makanan yang tersedia
31. 24
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yangdilakukan
dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan penyakit, perawatn
keluarga dirumah dan keyakinan keluarga dalam perawatan dirumah
(Friedman, 2010). Biasanya kelurga dengan gizi kurang tidak tau cara
pencegahan penyakit dan mengenal pennyakit.
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,kebersihan
gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam mengkonsumsi makanan
(Friedman, 2010). Biasanya keluarga tidak membawa anaknya imunisasi ke
posyandu.
4) Fungsi sosialisasi
Pada kasus penderita gizi kurang, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik
didalam keluarga maupun didalam komunitas sekitar keluarga (Padila, 2012).
Biasanya keluarga sangat kesulitan untuk bersosialisasi anggota keluarga
maupun lingkungan sekitar rumah.
5) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : berapa
jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga,
metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota
keluarga (Padila, 2012). Jumlah anak sangat berpengaruh dengan kecukupan
gizi yang dikonsumsi anak balita. Biasanya keluarga mempunyai anak lebih dari
2 orang.
6) Fungsi ekonomi
Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
sandang, pangan dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk
meningkatkan penghasilan keluarga (Gusti, 2013). Biasanya keluarga belum
bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papa balita.
32. 25
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di
gunakan pada pemeriksaan fisik head to toe untuk pemeriksaan fisik untuk
gizi kurang adalah sebagai berikut
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda - tanda vital. Bisanya balita mempunyai BB rendah.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah. Biasanya balita yang mengalami gizi kurang
mempunyai warna rambut yang kecoklatan, pucat dan anemia.
3) Sistem Integumen
Biasnya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit tampak kering dan kasar,
kelembaban dan suhu kulit meningkat, tekstur rambut dan kuku juga kasar.
4) Sistem Pernafasan
Pernafasan balita masih dalam rentang normal karena balita belum jatuh pada
gizi buruk.
5) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan balita menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, dan disritmia, pemeriksaan CRT.
6) Sistem Gastrointestinal
Bising usus pada balita yang mengalami gizi kurang terdengar jelas, frekuensi
> 20 kali/menit, mual, muntah, diare, konstipasi, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen.
33. 26
7) Sistem Urinary
Sistem perkemihan pada klien gizi kurang tidak mengalami gangguan.
8) Sistem Muskuluskletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri.
9) Sistem Neurologis
Pada balita gizi kurang terjadi penurunan sensoris, penurunan kesadaran, reflek
lambat, kacau mental dan disorientasi.
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada
pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan
etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa
keperawatan mengacu pada rumusan PES (problem, etiologi dan simpton) dimana
untuk problem menggunakan rumusan masalah dari NANDA, sedangkan untuk
etiologi dapat menggunakan pendekatan lima tugas keluarga atau dengan
menggambarkan pohon masalah (Padila, 2012).
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari diagnosa keperawatan
keluarga actual (terjadi defisit/gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan
keadaan sejahtera (wellness) (Padila, 2012).
Diagnosa keperawatan keluarga dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Diagnosa keperawatan keluarga : aktual
b. Diagnosa keperawatan keluarga : resiko
c. Diagnosa keperawatan keluarga : sejahtera (potensial)
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan gizi kurang
menurut problem (NANDA, 2015-2017) dan etiologi (Friedman, 2010) adalah :
a) Ketidakseimbangan nurtrisi : kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
kekurangan nutrisi.
b) Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan
denganketidakmampuan keluarga dalam melakukan stimulasi pada balita.
34. 27
c) Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuankeluarga
dalam mengatasi masalah gizi kurang
Tabel 2.4 Skala prioritas masalah keluarga
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)
Skoring:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertingi dan dikalikan dengan bobot.
Skor
X Bobot
Angka Tertingi
c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria (Susanto, 2012).
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
(1) Aktual (tidak/kurang sehat )
(2) Ancaman kesehatan
(3) Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah :
a. Mudah
b. Sebagian
c. Tidak dapat
2
1
0
2
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a. Tinggi
b. Cukup
c. Rendah
3
2
1
1
35. 39
3.1.3 Rencana Keperawatan
Menurut Gusti (2013), rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul.
Dx
Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana
Keperawatan
Umum Khusus Kriteria Standar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga diantaranya :
1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh tentang masalah atau
situasi keluarga
2. Rencana yang baik harus realitas, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang
diharapkan
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan faslafah instansi kesehatan
4. Rencana keperawatan dibuat Bersama dengan keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip bahwa
pekerja bekerja Bersama keluarga bukan untuk keluarga
5. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis, hal ini selain berguna untuk
perawat juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan lainnya, khususnya perencanaan
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana intervensi
memnfaatkan berbagai sumber di dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang
kesehatan. Keluarga di didik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan
mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan keluarga untuk mengenal
masalah kesehatannya, mengambil keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang
dihadapi, merawat dan membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, meodifikasi
lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan saran pelayanan
kesehatan terdekat.
36. 40
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga. Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan,
evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan
sudah tercapai. Bentuk rumusan tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan sudah tercapai. Bentuk
rumusan tujuan yang ditetapkan akan menentukan mudah atau sulitnya dalam melaksanakan
evaluasi. Evaluasi sebagai suatu proses dapat dipusatkan dalam empat dimensi berikut.
a. Dimensi keberhasilan dari tindakan keperawatan, evaluasi ini dikaitkan dengan pencapaian
tujuan
b. Dimensi ketepatgunaan (efficiency) tindakan keperawatan, evaluasi ini dikaitkan dengan
biaya, waktu, tenaga, dan bahan
c. Dimensi kecocokan (appropriateness) tindakan keperawatan adalah kesanggupan dari
tindakan untuk mengatasi masalah dengan baik dan sesuai pertimbangan professional
d. Dimensi keadekuatan (adequacy) tindakan keperawatan yang berhubungan dengan
kelengkapan tindakan. Apakah semua tindakan telah dilaksanakan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
37. 41
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn S PADA An A
DENGAN GIZI KURANG
3.1 Pengkajian
b. Data Keluarga
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn S
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : SD
Alamat : Jln Bakti Luhur Gg Millenium
2. Komposisi Keluarga
No Nama
Jenis
Kelamin
Umur
Hubungan
dengan
keluarga
Pendidikan Pekerjaan Agama Suku
Status
Kesehatan
1 Ny S P 34th Istri SMA IRT Islam Jawa Sehat
2 An. A P 1 th Anak - - Islam Jawa Sakit
39. 43
Tn S Ny S
Keluarga Tn S rajin
sholat ke masjid
Anatara anggota keluarga terbina hubungan
baik dan harmonis
Keluarga Tn S menggunakan fasilitas
Kesehatan yang tersedia untuk
berobat
Keluarga Tn S tidak sering menghabiskan
waktu dengan keluarganya karena
pekerjaannya
Usaha yang dimiliki oleh keluarga Tn W
berjalan dengan baik
4. Ecomap
Keluarga Tn W tidak sering mengikuti
kegiatan kemasyarakatan seperti rukun
tetangga, kerja bakti, maupun pengajian
sekitar rumahnya akibat pekerjaannya
An. A
40. 44
5. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Tn W adalah Keluarga Inti tediri dari Tn S. Ny S dan An A
6. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan Tn S rata-rata perbulan Rp 500.000 -nRp 600.000, Tn S bekerja sebagai
penjahit. Secara umum penghasilan keluarga Tn S kurang cukup memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dikarenakan hanya Tn S bekerja sedangkan Ny S hanya sebagai Ibu
Rumah Tangga
7. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga pada tahap perkembangan mengasuh anak dengan umur 1 tahun
b. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah komunikasi antara
keluarga belum efektif karena kesibukan Tn S bekerja dari pagi hingga malam hari
sehingga tidak ada percakapan lebih mendalam, oleh karena itu ketika anaknya sakit
tidak dibawa ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas/RS
c. Riwayat penyakit keluarga inti
1. Kesehatan Keluarga
An A lahir dengan berat 2500gr, saat ini An A berada di garis kuning dilihat
melalui KMS Balita, An A berhenti minum ASI sejak usia 2,5 bulan karena ASI
Ny S sukar keluar dengan keadaan putting susu lecet, An A kemudian meminum
susu formula, sampai saat ini masih diberikan susu formula,tidak ada makanan
pendamping ASI tubuh An A terlihat kurus untuk anak usia 1 tahun
2. Kebiasaan minum obat
Tidak ada kebiasaan minum obat pada keluarga Tn S karena tidak ada anggota
keluarga yang sakit
3. Kebiasaan memeriksakan diri
Keluarga Tn S jarang berobat ke pelayanan kesehatan terdekat karena setiap sakit
hanya mengandalkan obat yang dibeli di warung
4. Kesehatan Ibu dan Anak
41. 45
Tn S memiliki 1 anak, persalinan anaknya dilakukan di rumah dibantu oleh
bidan dengan lahir secara normal
Ny S sedang tidak hamil
Ny S tidak menggunakan kontrasepsi , Tn S masih menginginkan anak
8. Pola Kebiasaan Anggota Keluarga Sehari-hari
a. Nutrisi
Keluarga Tn S makan sehari 3 kali dengan nasi kadang dengan sayur dan lauk.cara Ny
S mengolah makanan itu dimasak di dapur dengan sayuran biasanya dipotong baru
dicuci begitu juga dengan ikan, dan air minum dari sumur dan selalu dimasak lebih
dahulu, Keluarga Tn S rata-rata minum air putih 6 gelas sehari. An A berusia 1 th,
sejak usia 2,5 bulan tidak minum ASI yang cukup karena putting susu ibu lecet dan
produksi ASI tidak banyak dan An A tidak makan makanan pendamping ASI
b. Pola Istirahat
Keluarga Tn S mulai tidur pukul 22.00, Tn S bangun jam 04.00 untuk mempersiapkan
pekerjaannya sendangkan Ny S bangun jam 04.30 untuk menyiapkan makanan
c. Pola eliminasi
Tn S BAB lancer 2 kali sehari, begitu pula dengan Ny S, An A BAB 3 kali sehari
dengan konsistensi lunak warna kuning cerah, untuk BAK Tn S dan Ny S rata-rata
BAK 3-5 kali sehari, tidak ada masalah BAK/BAB, An A BAK 6 kali sehari, warna
urin kuning cerah tidak ada darah
d. Pola Kebersihan
Keluarga Tn S mandi 2 kali sehari dengan sabun dan juga cuci rambut dengan
shampoo, selalu menyikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali sehari, memotong kuku 1
minggu sekali, pakaian tampak bersih, An A dimandikan oleh NyS pagi dan sore
menggunakan sabun bayi
e. Pola Aktivitas
Tn S sehari-hari beraktivitas bekerja di pasr sebagai penjahit dimulai berangkat pukul
07.00 dan pulang pukul 20.00, sedangkan Ny S di rumah membersihkan rumah serta
menyiapkan keubutuhan keluarga, seperti memasak, mencuci dan mengasuh bayi
f. Pola Reproduksi
42. 46
Kebutuhan pasangan seksual terpenuhi, saat pengkajian Ny S mengatakan bahwa
dirinya belum ber KB karena sejak melahirkan anaknya yang pertama belum
menstruasi sehingga menurutnya tidak perlu KB
9. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Keluarga menempati rumah sendiri, jenis semi-permanen, dinding/tembok terbuat
dari papan dan batu bata, lantai diplester semen mempunyai 3 kamar tidur, 1 ruang
tamu, dapur, kamar mandi dan WC dengan jenis jamban leher angsa dengan kondisi
baik, sedangkan ruang makan tidak ada, ventilasi cukup, ncahayaan baik dan
penerangan dengan listrik, sumber air dari sumur gali pembuangan air limbah
disalurkan melalui saluran buatan sendiri, dialirkan ke saluran pembuangan parit,
halaman rumah tampak bersih, lingkungan rumah cukup bersih, fasilitas yang dekat
seperti Klinik Kesehatan yang berjarak 500 meter dari rumah, pasar yang berjarak
950 meter dari rumah, dan fasilitas beribadah seperti masjid hanya berjarak 4 meter
dari rumah,
Ket
1 : Ruang tamu
2 : Kamar tidur
3 : WC
4 : Dapur
II : pintu
2 2
1 4
2 3
43. 47
b. Mobilitas geografi keluarga
Keluarga Tn S sudah tinggal di daerah tempat tinggalnya sejak tahun 2002 dan setelah itu
menetap tidak berpindah-pindah tempat tinggal
c. Sistem pendukung Keluarga
Keluarga Tn S terlalu sibuk dengan urusan masing-masing dengan Tn W yang sibuk bekerja
sebagai penjahit demi mencukupi kebutuhan keluarganya dan Ny S yang mengurus rumah
serta anak mereka, sehingga komunikasi tidak terjalin dengan efektif
10. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Keluarga Tn S memiliki pola dan proses komunikasi yang kurang baik antar-anggota
keluarga, dimana keluarga Tn. W memiliki kesibukan masing-masing tanpa ada
pembicaraan yang mendalam antar anggota keluarga
b. Struktur Kekuasaan
Keputusan dalam keluarga Tn. S ada pada kepala keluarga, yaitu pada Tn. S sendiri namun
tidak dilakukan musyawarah bersama dengan seluruh anggota keluarga.
c. Struktur Peran
Setiap anggota keluarga menjalankan peran masing-masing dengan baik. Ayah sebagai
pencari nafkah utama dan ibu mengurus rumah dan anak
d. Nilai-nilai dan norma budaya
Keluarga Tn S menerapkan aturan sesuai dengan ajaran islam dengan rajin sholat dan
puasa pada bulan puas dan mengharapkan anaknya nantinya menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama
11. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. S kurang menunjukkan kasih sayang satu sama lain, ditandai dengan
komunikasi tidak berjalan dengan lancer serta terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan kurang
44. 48
menghabiskan waktu denga istri dan anaknya sehingga fungsi afektif di keluarga Tn, S
tidak tercukupi.
b. fungsi sosialisasi
keluarga Tn.S kurang bersosialisasi dengan tetangga nya karna selalu pergi pagi dan pulang
malam
c. fungsi perawatan Kesehatan
Perawatan kesehatan dalam keluarga Tn. S tidak baik, karena belum terlalu mengerti akan
kesehatan. Anaknya serta solusi untuk menangani anaknya tersebut dengan anaknya An A
yang kurang gizi
d. fungsi reproduksi
Tn. A dan Ny. S sampai saat ini hanya mempunyai seorang anak yaitu An. A dan
mengatakan jika mereka sebenarnya ingin memiliki anak lagi, namun tidak terwujud sampai
sekarang
e. fungsi ekonomi
Penghasilan yang didapat Tn. S dalam bekerja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga selama sebulan
12. Strategi Koping
a. Stressor keluarga Jangka Pendek
Menurut Tn. S, sejak kemarin ini sering memikirkan keadaan anaknya yang kekurangan
gizi Tetapi Tn. S dan Ny. S mengatakan tidak bisa melakukan apa-apa karna kondisi
ekonomi
b. Strategi koping yang digunakan
Tn. S tidak menggunakan cara musyawarah dalam menyelesaikan masalah dalam
keluarganya maupun dalam mengambil sebuah keputusan, sehingga beban masalah
tidak dapat diatasi oleh keluarga seperti penyakit An A
45. 49
13. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Pemeriksaan
fisik
Tn. S Ny. S An. A
Kepala
TTV
BB, TB
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Tangan
Kaki
Simetris, tidak ada
luka, rambut bersih,
hitam
N : 90 x/menit
TD : 130/90 mmHg
RR : 20 x/menit
S : 36 ⁰C
BB : 78 kg
TB : 170 cm
Konjungtiva merah
muda, sklera
anikterik
Tidak bersekret
Bersih, tidak bau,
gigi dan gusi utuh,
mukosa lembab,
tidak kesulitan
menelan
Tidak ada benjolan,
tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
Bunyi jantung
S1&S2 normal dan
paru vesikuler
Simetris, peristaltik
usus 25x/menit
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Simetris, tidak ada
luka, rambut: hitam,
bersih
N : 86 x/menit
TD : 120/90 mmHg
RR : 20 x/menit
S : 36,8 ⁰C
BB : 56 kg
TB : 150 cm
Konjungtiva merah
muda, sklera anikterik
Tidak bersekret
Bersih, tidak bau, gigi
dan gusi utuh, mukosa
lembab, tidak kesulitan
menelan
Tidak ada benjolan,
tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
Bunyi jantung S1&S2
normal dan paru
vesikuler
Simetris, peristaltik
usus 25x/menit
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Simetris, tidak ada
luka, rambut : hitam
bersih
N : 96 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8 ⁰C
BB : 7,6 kg
TB : 74,5 cm
LLA : 7,5 cm
Konjungtiva merah
muda, sklera anikterik
Tidak bersekret
Bersih, agak bau,
mukosa agak kering,
bibir sedikit pucat,
tidak kesulitan
menelan
Tidak ada benjolan,
tidak tidak ada
pembesaran kelenjar
limfe
Bunyi jantung S1&S2
normal dan paru
vesikuler
Simetris, peristaltik
usus 20 /menit
Dalam batas normal
Dalam batas normal
46. 50
14. Tugas Keluarga
Mengenal masalah kesehatan Keluarga Tn S menyatakan tidak tau bahwa anaknya
mengalami gizi kurang, Ny S ditanya mengatakan tidak
mengetahui tentang interpretasi garis kuning pada KMS
mengambil keputusan masalah
kesehatan terhadap keluarganya
yang sakit
Tn S menyatakan bahwa anaknya perlu dilakukan perawatan
agar status gizi nya baik
merawat keluarganya yang sakit Ny S mengatakan ketika usia An A 2,5 bulan, ASI nya tidak
lancer, kemudian memberikan susu formula sampai sekarang,
tanpa ada makanan tambahan, ketika ditanya tidak
mengetahui jenis makanan yang tepat untuk anak usia 1 tahun
memodifikasi lingkungan dalam
dan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga
Lingkungan rumah Tn S tampak bersih, lingkungan tidak ada
barang tajam atau membahayakan anak
memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
An A selalu dibawa ke posyandu untuk dilakukan
pengukuran dan ke puskesmas dilakukan imunisasi
15. Data Tambahan
Status Gizi Keluarga Tn S
Nama anggota
keluarga
Hubungan
Keluarga
Umur Pengukuran status gizi Kategori status
gizi
BB TB
Tn S KK 32 tahun 78 Kg 170 cm Normal
Ny S Istri 34 tahun 56 Kg 150 cm Normal
An A Anak 1 tahun 7,6 Kg 74,5 cm Kurus
16. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. S berharap dengan dilakukannya asuhan keperawatan keluarga dapat
mensejahterakan keluarganya, terutama dalam hal kesehatan, yang semula tidak paham
mengenai kesehatan, memanfaatkan fasilitas Kesehatan yang ada sehingga dapat menjadi
47. 51
paham dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari demi tercapainya derajat kesehatan
keluarga yang optimal.
Analisa Data
No Tgl/Waktu Data Fokus Problem Etiologi
1 12-10-2022
15.00 WIB
Data Subyektif:
a. Ny S mengatakan berat badan
anaknya susah naik
b. Ny S menyatakan memberi ASI
mulai lahir sampai umur 2,5
bulan, ASI berhenti karena
keluar sedikit dan puting lecet,
kemudian mengganti dengan
ASI susu formula sampai
sekarang
c. Ny S mengatakan tidak
memberikan makanan
pendamping ASI
Data Obyektif:
a. Suhu tubuh An. A: 36,8⁰C
b. LLA : 7,5 cm
c. Status gizi An A pada KMS
Balita berada di garis kuning
d. Anak tampak kurus
Manajemen Kesehatan
keluarga tidak efektif
( D. 0115)
Ketidakmampuan
keluarga merawat An
A dengan gizi kurang (
BGM) karena
kurangnya
pengetahuan keluarga
tentang gizi sehat
2 12-10-2022
15.05 WIB
Data Subyektif :
a. Ny S menyatakan berat badan
anaknya sulit naik
b. Ny S mengatakan tidak
mengetahui makna dari garis
kuning pada KMS balita
Data Obyektif :
a. Ibu tidak tau tentang masalah
gizi kurang dan interpretasi
garis kuning pada KMS
Manajemen Kesehatan
keluarga tidak efektif
( D. 0115)
Ketidakmampuan
keluarga Tn S
mengenal masalah
kesehatan terhadap
makna garis kuning
pada KMS balita
48. 52
Menentukan Prioritas Masalah
1. Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif ( D. 0115) b/d Ketidakmampuan keluarga
merawat An A dengan gizi kurang ( BGM) karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang
gizi sehat Aktual
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah :
Aktual
3/3x1 1 An A sudah berada pada garis kuning dan 2 bulan tidak naik,
BB anak tetap 7,6 Kg
2 Kemungkinan
masalah dapat diubah
: Sebagaian
2/2x2 2 Ny S bertugas mengrus anak sepenuhnya, dengan focus pada
mengurus anak diharapkan dapat mengubah kondisi An A
3 Potensi untuk
dicegah : Cukup
2/3x1 2/3 Masalah ini dirasakan cukup lama dan sedang dilakukan usaha-
usaha untuk meningkatkan status gizi anak
4 Menonjolnya
masalah : Masalah
berat, harus segera
ditangani
1/2x1 1/2 Tn S menyatakan bahwa anaknya harus diarawat agar gizinya
Kembali baik
Total Skor 4 1/6
2. Ketidakmampuan keluarga Tn S mengenal masalah kesehatan pada Anak An A terhadap
makna garis kuning pada KMS balita b/d Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif
( D. 0115) Risiko
No Kriteria Hitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah :
Resiko
2/3 x 1 2/3 An A dengan status gizi kurang akan mudah tertular penyakit
infeksi
2 Kemungkinan
masalah dapat diubah
: Sebagian
1/2x2 1 Pendidikan Keluarga ( Ny S) yang cukup, sumber daya
keluarga dan masayarakat yang memadai dan adanya fasilitas
Kesehatan yang terjangkau
3 Potensial untuk
dicegah : Cukup
2/3x1 2/3 Masalah ini dirasakan cukup lama dan sedang dilakukan
usaha-usaha untuk meningkatkan status gizi anak
4 Menonjolnya
masalah : Tidak
dirasakan
0/2x1 0 Keluarga Tn S tidak menyadari bahwa gizi kurang dapat
membahayakan Kesehatan dan tumbuh kembang anak
Total Skor 2 1/3
49. 53
3. 2 Diagnosa Keperawatan
1. Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif ( D. 0115) b/d Ketidakmampuan keluarga
merawat An A dengan gizi kurang ( BGM) karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang
gizi sehat
2. Ketidakmampuan keluarga Tn S mengenal masalah kesehatan pada Anak An A terhadap
makna garis kuning pada KMS balita b/d Manajemen Kesehatan keluarga tidak efektif
( D. 0115)
50. 54
3.3 Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Keluarga Tujuan Umum
( TUM)
Tujuan Khusus
( TUK)
Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Kriteria Standar
1 Manajemen Kesehatan keluarga
tidak efektif ( D. 0115) b/d
Ketidakmampuan keluarga
merawat An A dengan gizi kurang
( BGM) karena kurangnya
pengetahuan keluarga tentang gizi
sehat
Setelah diberikan
Asuhan
keperawatan
selama 2 x
pertemuan pada
An. A di keluarga
Tn. S mampu
meningkatkan
status gizi sehat
Setelah dilakukan
tindakan kesehatan
Selama 1x24 jam
keluarga mampu:
a. Merawat
anggota
keluarga yang
mengalami
kurang gizi
Respon Verbal
Keluarga dapat
menjawab tentang
pengertian status
gizi sehat
Status gizi baik
atau status gizi
optimal terjadi bila
tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi
yang digunakan
secara efisien,
sehingga
memungkinkan
pertumbuhan fisik,
perkembangan
otak, kemampuan
kerja, dan
kesehatan secara
umum pada
tingkat setinggi
mungkin.
Kaji pengetahuan
keluarga tentang
status gizi sehat
Kaji saat timbul
gejala gizi kurang
Berikan
pengetahuan
kepada keluarga
tentang memenuhi
kebutuhan gizi
anak
Koordinasi dengan
petugas gizi
puskesmas tentang
pemberian
51. 55
makanan
tambahan ( PMT-
ASI)
Anjurkan keluarga
untuk terus
memantau
kenaikan BB
setiap bulan
2 Ketidakmampuan keluarga Tn S
mengenal masalah kesehatan pada
Anak An A terhadap makna garis
kuning pada KMS balita b/d
Manajemen Kesehatan keluarga
tidak efektif
( D. 0115)
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
2 kali pertemuan
keluarga mampu
Memahami
tentang makna
garis kuning pada
KMS balita
Setelah dilakukan
tindakan kesehatan
Selama 1x24 jam
keluarga mampu:
a) Mengenal
masalah tentang
status gizi sehat
Verbal
Keluarga dapat
menjawab tentang
penjelasan KMS
balita
Kartu Menuju
Sehat (KMS)
merupakan kartu
yang memuat
kurva
pertumbuhan
normal balita
berdasarkan indeks
antropometri berat
badan menurut
umur (BB/U) dan
berdasarkan jenis
Kaji pengetahuan
keluarga tentang
KMS balita
Berikan
pengetahuan
kepada keluarga
tentang memenuhi
kebutuhan gizi
anak
52. 56
kelamin. Kartu
Menuju Sehat
memiliki tiga
fungsi utama yaitu
sebagai alat
pemantauan
pertumbuhan
balita; sebagai
catatan pelayanan
kesehatan balita
terutama
penimbangan berat
badan, pemberian
ASI eksklusif,
kejadian sakit, dll;
serta sebagai alat
edukasi.
53. 57
3.4 Implementasi Keperawatan
Tanggal/Waktu No.
Dx.
Implementasi Respon Paraf
12-10-2022
16.25 WIB 1
Memberikan pengetahuan keluarga
tentang status gizi sehat
S: Keluarga mengatakan sudah
mengetahui tentang status gizi sehat
O: Keluarga tampak paham terhadap apa
penjelasan tentang status gizi sehat
16.30 WIB 1
Berikan pengetahuan kepada keluarga
tentang memenuhi kebutuhan gizi anak
S: Keluarga mengatakan paham terhadap
apa yang dijelaskan
O: Keluarga tampak mengerti dengan
yang dijelaskan
16.40 WIB 1
Melakukan Koordinasi dengan petugas
gizi puskesmas tentang pemberian
makanan tambahan ( PMT-ASI)
S: Keluarga mengatakan tidak tau jika
harus memberikan pemberian makanan
tambahan ( PMT -ASI)
O: Keluarga tampak memperhatikan
perawat pada saat melakukan tentang
pemberian makanan tambahan ( PMT-
ASI)
16.50 WIB 1
Keluarga memantau kenaikan BB setiap
bulan
S: Keluarga mengatakan sudah tau
memantau kenaikan BB setiap bulan
O: Keluarga tampak mengerti dengan
yang dijelaskan
54. 58
Tanggal/Waktu No.
Dx.
Implementasi Respon Paraf
13-10-2022
16.00 WIB 1
Kaji pengetahuan keluarga tentang KMS
balita
S: Keluarga mengatakan sudah
mengetahui tentang KMS Balita
O: Keluarga tampak paham terhadap apa
penjelasan tentang KMS Balita
16.15 WIB 1
Berikan pengetahuan kepada keluarga
tentang memenuhi kebutuhan gizi anak
S: Keluarga mengatakan paham terhadap
apa yang dijelaskan
O: Keluarga tampak mengerti dengan
yang dijelaskan
55. 59
3.5 Evaluasi Keperawatan
Tanggal/Wa
ktu
Diagnosa Keperawatan
Keluarga
Evaluasi Sumatif
Para
f
13-10-2022
16.41 WIB
Manajemen Kesehatan keluarga
tidak efektif ( D. 0115) b/d
Ketidakmampuan keluarga
merawat An A dengan gizi kurang
( BGM) karena kurangnya
pengetahuan keluarga tentang gizi
sehat
S: Keluarga mengatakan sudah jelas setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang status gizi
sehat
O: An. A sudah mulai mau makan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi :
1. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan
tambahan pada anak
13-10-2018
17.00 WIB
Ketidakmampuan keluarga Tn S
mengenal masalah kesehatan pada
Anak An A terhadap makna garis
kuning pada KMS balita b/d
Manajemen Kesehatan keluarga
tidak efektif
( D. 0115)
S: Keluarga mengatakan sudahj jelas setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang KMS Balita
O: Ny S sudah bisa menjelaskan tentang KMS Balita
A: Masalah semuanya
P: Pertahankan intervensi: Anjurkan keluarga untuk
tetap memberikaan makanan tambahan pada balita
56. 60
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Upaya penanggulangan gizi kurang memerlukan pendekatan dari berbagai segi kehidupan.
Pencegahan dan penanggulangan gizi kurang tidak cukup dengan memperbaiki aspek
makanan saja, tetapi juga lingkungan kehidupan balita seperti, pola asuh, tersedianya air
bersih dan kesehatan lingkungan (Soekirman, 2002). Terkait dengan permasalahan gizi atau
penyebaran penyakit berbasis lingkungan sangat diperlukan kesadaran masyarakat maupun
rumah tangga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS adalah semua
perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran setiap anggota keluarga sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
4.2 Saran
a. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya
dalam Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah: Kurang gizi
b. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu lebih efektif, sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan keluarga pada klien secara optimal.
c. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga dapat merawat anggota keluarga yang menderita penyakit kurang gizi.
57. 61
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020.
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Stand
ar_Antropometri_Anak.pdf
Pendahuluan B, Belakang A. http://eprints.ums.ac.id/38210/5/BAB%20I.pdf
Muhammad. Download Makalah Askep Keluarga Dengan Gizi Buruk. Repronote.com.
Published June 25, 2021. Accessed January 31, 2023.
https://www.repronote.com/2021/06/download-makalah-askep-keluarga-gizi-
buruk.html
ASKEP ANAK GIZI BURUK R.S.U.docx. Scribd. Published 2023. Accessed January 31,
2023. https://www.scribd.com/document/358554740/ASKEP-ANAK-GIZI-BURUK-
R-S-U-docx
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/Putri_Nur_Azizah_D-III_Keperawatan_2017_x.pdf
dylla drd. Makalah gizi kurang. Academia.edu. Published 2020. Accessed January 31, 2023.
https://www.academia.edu/26497333/Makalah_gizi_kurang
Askep Anak Gizi Kurang. Scribd. Published 2023. Accessed January 31, 2023.
https://www.scribd.com/document/265632322/Askep-Anak-Gizi-Kurang