GAGAL GINJAL AKUT dan KRONIK merupakan penurunan fungsi ginjal yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, obat-obatan, atau hipertensi. Gejala klinisnya meliputi perubahan eliminasi urine, retensi cairan, serta risiko infeksi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan laboratorium seperti kadar kreatinin dan urea darah, sedangkan pengobatannya meliputi manajemen cairan dan
9. penyakit ginjal dan saluran kencingfikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit ginjal dan saluran kencing yang dapat terjadi pada wanita hamil seperti bakteriuria, sistitis, pielonefritis akut dan kronis, glomerulonefritis akut dan kronis, sindroma nefrotik, gagal ginjal akut, nefrolitiasis dan tuberkulosis ginjal. Dokumen juga menjelaskan gejala, penyebab, pengaruh terhadap kehamilan, dan penanganan dari masing-masing pen
Tinjauan pustaka mengenai ikterus (jaundice) yang membahas: (1) Definisi ikterus adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat peningkatan bilirubin dalam darah, (2) Patofisiologi ikterus terjadi karena gangguan produksi, penyerapan, konjugasi, atau ekskresi bilirubin di hati, (3) Diagnosis ikterus memerlukan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium se
GAGAL GINJAL AKUT dan KRONIK merupakan penurunan fungsi ginjal yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, obat-obatan, atau hipertensi. Gejala klinisnya meliputi perubahan eliminasi urine, retensi cairan, serta risiko infeksi. Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan laboratorium seperti kadar kreatinin dan urea darah, sedangkan pengobatannya meliputi manajemen cairan dan
9. penyakit ginjal dan saluran kencingfikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai penyakit ginjal dan saluran kencing yang dapat terjadi pada wanita hamil seperti bakteriuria, sistitis, pielonefritis akut dan kronis, glomerulonefritis akut dan kronis, sindroma nefrotik, gagal ginjal akut, nefrolitiasis dan tuberkulosis ginjal. Dokumen juga menjelaskan gejala, penyebab, pengaruh terhadap kehamilan, dan penanganan dari masing-masing pen
Tinjauan pustaka mengenai ikterus (jaundice) yang membahas: (1) Definisi ikterus adalah perubahan warna kulit menjadi kuning akibat peningkatan bilirubin dalam darah, (2) Patofisiologi ikterus terjadi karena gangguan produksi, penyerapan, konjugasi, atau ekskresi bilirubin di hati, (3) Diagnosis ikterus memerlukan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium se
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut (GGA), yang merupakan penurunan fungsi ginjal yang mendadak dengan hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. GGA dibedakan menjadi tiga berdasarkan etiologinya, yaitu prarenal, renal, dan pascarenal. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan GGA.
Gagal ginjal akut ditandai dengan penurunan produksi urin mendadak disertai gejala uremia. Dapat disebabkan oleh faktor prerenal, renal, atau postrenal seperti hipovolemia, nefritis, atau obstruksi aliran urin. Patofisiologinya meliputi iskemia korteks ginjal, obstruksi tubulus, dan penurunan koefisien ultrafiltrasi glomerulus. Diagnosis didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
1. Gagal ginjal akut (ARF) adalah penurunan fungsi ginjal yang cepat yang menyebabkan azotemia dan oliguria.
2. Penyebab ARF terbagi menjadi prarenal, pascarenal, dan intrinsik ginjal. Nekrosis tubular akut (ATN) merupakan penyebab intrinsik yang umum.
3. Patofisiologi ARF terkait hipoperfusi ginjal, obstruksi tubulus, kebocoran cairan tubulus, dan disfungsi vaskular dan glomerular.
1. GNA adalah reaksi imunologi yang menyerang glomerulus ginjal dan sering ditemukan pada anak usia 3-7 tahun yang didahului infeksi.
2. Gejalanya berupa protein dan darah dalam urin, bengkak, demam, dan gangguan fungsi ginjal.
3. Pengobatan berfokus pada menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan mencegah infeksi.
Gagal ginjal akut adalah kondisi darurat medis yang ditandai dengan berhentinya fungsi ginjal secara tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti obstruksi, sirkulasi darah yang terganggu, atau penyakit ginjal laten. Kondisi ini ditandai dengan berbagai gejala seperti letargi, mual, hiperkalemia, dan gangguan fungsi ginjal. Penatalaksanaannya meliputi manajemen cairan dan ele
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal akut. Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosa, komplikasi, dan penatalaksanaan gagal ginjal akut dijelaskan secara singkat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, dan komplikasi kolelitiasis atau batu empedu.
2. Terdapat tiga golongan batu empedu berdasarkan komposisi kimia dan gambaran makroskopiknya.
3. Faktor risiko terpenting pembentukan batu empedu adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan komposisi empedu
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Secara ringkas, dibahas konsep, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian dan diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul pada pasien gagal ginjal kronis.
Kegagalan ginjal akut disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke ginjal menyebabkan pengurangan penapisan glomerular dan oliguria. Ia boleh disebabkan oleh kekurangan cecair (pre-renal), kerosakan ginjal (renal) atau penyekatan aliran urin (post-renal). Rawatan bergantung kepada punca dan termasuk pemberian cecair infus, ubat lasiks dan dialisis jika komplikasi seperti kekusutan ber
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab dan klasifikasi diare kronik berdasarkan proses inflamasi, osmotic (malabsorpsi), sekretori dan dismotilitas. Diare kronik dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis seperti infeksi, gangguan pencernaan, tumor, dan kelainan genetik. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari diare ringan hingga diare berdarah
Pasien perempuan berusia 9 tahun mengalami bengkak di sekitar mata dan wajah selama 6 hari. Pemeriksaan menunjukkan edema, hipoalbuminemia, dan proteinuria yang mengindikasikan diagnosis sindrom nefrotik. Terapi steroid diberikan dan gejala mulai membaik.
Dokumen tersebut membahas tentang kegagalan ginjal, yang diklasifikasikan menjadi tiga tipe: pre-renal, renal, dan post-renal. Pre-renal disebabkan oleh ketidakcukupan perfusi darah ke ginjal, renal disebabkan kerusakan struktur ginjal, dan post-renal disebabkan oleh penyumbatan aliran urin. Manifestasi klinisnya bervariasi tergantung pada penyebabnya namun umumnya berupa oliguria atau anuria beserta ge
Sindrom nefrotik merupakan kondisi yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan protein lepas ke urin. Pasien mengeluh lelah, kekurangan nafsu makan, dan sesak napas karena edema. Pengobatan meliputi diet rendah garam, diuretik, dan kortikosteroid untuk mengurangi edema dan gejala lainnya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati normal dan pembentukan nodula regenerasi hati;
(2) Penyebab utama sirosis hepatis adalah pemakaian alkohol kronik dan hepatitis virus kronik;
(3) Gejala dan tanda sirosis hepatis meliputi gangguan fungsi hati, hipertensi portal, dan komplikasinya seperti asites dan varises esofagus
Dokumen tersebut membahas tentang gagal ginjal akut (GGA), yang merupakan penurunan fungsi ginjal yang mendadak dengan hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh. GGA dibedakan menjadi tiga berdasarkan etiologinya, yaitu prarenal, renal, dan pascarenal. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan GGA.
Gagal ginjal akut ditandai dengan penurunan produksi urin mendadak disertai gejala uremia. Dapat disebabkan oleh faktor prerenal, renal, atau postrenal seperti hipovolemia, nefritis, atau obstruksi aliran urin. Patofisiologinya meliputi iskemia korteks ginjal, obstruksi tubulus, dan penurunan koefisien ultrafiltrasi glomerulus. Diagnosis didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
1. Gagal ginjal akut (ARF) adalah penurunan fungsi ginjal yang cepat yang menyebabkan azotemia dan oliguria.
2. Penyebab ARF terbagi menjadi prarenal, pascarenal, dan intrinsik ginjal. Nekrosis tubular akut (ATN) merupakan penyebab intrinsik yang umum.
3. Patofisiologi ARF terkait hipoperfusi ginjal, obstruksi tubulus, kebocoran cairan tubulus, dan disfungsi vaskular dan glomerular.
1. GNA adalah reaksi imunologi yang menyerang glomerulus ginjal dan sering ditemukan pada anak usia 3-7 tahun yang didahului infeksi.
2. Gejalanya berupa protein dan darah dalam urin, bengkak, demam, dan gangguan fungsi ginjal.
3. Pengobatan berfokus pada menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, dan mencegah infeksi.
Gagal ginjal akut adalah kondisi darurat medis yang ditandai dengan berhentinya fungsi ginjal secara tiba-tiba yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti obstruksi, sirkulasi darah yang terganggu, atau penyakit ginjal laten. Kondisi ini ditandai dengan berbagai gejala seperti letargi, mual, hiperkalemia, dan gangguan fungsi ginjal. Penatalaksanaannya meliputi manajemen cairan dan ele
Dokumen tersebut membahas tentang gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal akut. Definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosa, komplikasi, dan penatalaksanaan gagal ginjal akut dijelaskan secara singkat.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, dan komplikasi kolelitiasis atau batu empedu.
2. Terdapat tiga golongan batu empedu berdasarkan komposisi kimia dan gambaran makroskopiknya.
3. Faktor risiko terpenting pembentukan batu empedu adalah gangguan metabolisme yang menyebabkan perubahan komposisi empedu
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis. Secara ringkas, dibahas konsep, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, pengkajian dan diagnosa keperawatan, serta intervensi keperawatan untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul pada pasien gagal ginjal kronis.
Kegagalan ginjal akut disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke ginjal menyebabkan pengurangan penapisan glomerular dan oliguria. Ia boleh disebabkan oleh kekurangan cecair (pre-renal), kerosakan ginjal (renal) atau penyekatan aliran urin (post-renal). Rawatan bergantung kepada punca dan termasuk pemberian cecair infus, ubat lasiks dan dialisis jika komplikasi seperti kekusutan ber
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penyebab dan klasifikasi diare kronik berdasarkan proses inflamasi, osmotic (malabsorpsi), sekretori dan dismotilitas. Diare kronik dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis seperti infeksi, gangguan pencernaan, tumor, dan kelainan genetik. Gejala klinisnya bervariasi mulai dari diare ringan hingga diare berdarah
Pasien perempuan berusia 9 tahun mengalami bengkak di sekitar mata dan wajah selama 6 hari. Pemeriksaan menunjukkan edema, hipoalbuminemia, dan proteinuria yang mengindikasikan diagnosis sindrom nefrotik. Terapi steroid diberikan dan gejala mulai membaik.
Dokumen tersebut membahas tentang kegagalan ginjal, yang diklasifikasikan menjadi tiga tipe: pre-renal, renal, dan post-renal. Pre-renal disebabkan oleh ketidakcukupan perfusi darah ke ginjal, renal disebabkan kerusakan struktur ginjal, dan post-renal disebabkan oleh penyumbatan aliran urin. Manifestasi klinisnya bervariasi tergantung pada penyebabnya namun umumnya berupa oliguria atau anuria beserta ge
Sindrom nefrotik merupakan kondisi yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan protein lepas ke urin. Pasien mengeluh lelah, kekurangan nafsu makan, dan sesak napas karena edema. Pengobatan meliputi diet rendah garam, diuretik, dan kortikosteroid untuk mengurangi edema dan gejala lainnya.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati normal dan pembentukan nodula regenerasi hati;
(2) Penyebab utama sirosis hepatis adalah pemakaian alkohol kronik dan hepatitis virus kronik;
(3) Gejala dan tanda sirosis hepatis meliputi gangguan fungsi hati, hipertensi portal, dan komplikasinya seperti asites dan varises esofagus
Gagal ginjal menyebabkan gangguan pertukaran gas yang ditandai dengan susah napas dan batuk, gangguan pemenuhan nutrisi yang ditandai dengan mual dan penurunan berat badan, serta kelebihan volume cairan yang ditandai dengan perubahan pola buang air kecil.
CKD merupakan penyakit ginjal kronis yang progresif dan irreversibel yang menyebabkan gagal ginjal. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti diabetes, hipertensi, dan infeksi. Manifestasi klinisnya meliputi gangguan sistem kardiovaskuler, integumen, gastrointestinal, dan neurologis. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Pengobatan meliputi diet, obat-obatan, dan terapi pengganti ginjal seperti
Sindrom nefrotik adalah kondisi yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, dan edema yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan kebocoran protein. Pasien mengeluh lelah, kekurangan nafsu makan, dan edema yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kelebihan volume cairan, dan ansietas.
Sindrom nefrotik pada anak ditandai dengan proteinuria massif, hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan glomerulus yang menyebabkan protein urine melewati membran. Manifestasi klinisnya berupa edema, penurunan nafsu makan, dan gangguan sirkulasi. Pengobatan utamanya meliputi diet rendah natrium, diuretik, dan kortikosteroid. Komplikasinya dapat berupa in
[Ringkasan]
Serosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat dan nodul di hati. Penyakit ini disebabkan oleh alkoholisme kronis, hepatitis, atau obstruksi saluran empedu. Gejala umum serosis hepatis antara lain lelah, kurang nafsu makan, nyeri abdomen, sesak napas, dan asites.
Asuhan Keperawatan GGA (gagal ginjal akut) pada pasien di rumah sakit umum. preferensi lengkap pengobatan GGA yang dapat dilakukan di rumah sakit guna mencegah terjadinya proses berkelanjutan.
Organ retroperitoneal berbentuk kacang yang terletak di sisi kolom vertebral dan berfungsi mengekresi limbah metabolisme, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, serta mengatur tekanan darah dan keseimbangan asam basa."
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi, fisiologi, dan kelainan fungsi hati, kandung empedu, dan pankreas. Organ-organ tersebut saling berhubungan dalam proses pencernaan. Hati memiliki peran penting dalam metabolisme, produksi empedu, dan pertahanan tubuh. Kelainan fungsi hati yang dijelaskan antara lain ikterus, hepatitis virus, dan sirosis hati.
1. ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
Definisi :
Adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai dengan dodul.
Etiologi :
Belum jelas
Faktor penyebab :
• Alkoholik
• Infeksi
• Malnutrisi
• Kongesti
• Dll
Klasifikasi :
1. Morfologi:
a. Mikronoduler – Adanya septa tipis.
b. Makronoduler – Sirosis pasca necrotic.
c. Campuran sirosis mikro dan makro noduler.
2. Fungsional:
a. Kegagalan hati (Keluhan lemah, BB Menurun Dll).
b. Hipertensi portal terjadi :
- Meningkatnya resistensi portal akibat fibrosis.
- Meningkatnya aliran portal akibat distorsi hati.
ANATOMI HATI
berat hati 1500 gram.
Metabolisme hati menghasilkan panas 20 %.
Mendapat peredaran darah dari Arteri hepatica dan Vena porta.
2. Fungsi hati
- Mensintesa sebagian besar protein plasma, metabolisme Asam amino, Lemak,
KH, Alkohol, Obat-obatan dan membuat getah Empedu.
- Menyimpan Vit B 12 untuk kebutuhan selama 1 sampai dengan 3 Tahun dan
Vit A, D, E, K.
- Menyimpan Trigliserida sebagai cadangan Energi
Susunan Empedu :
Hati menghasilkan Empedu 1 Liter / hari. Volume ini menyusut 10 sampai
dengan 20 % setelah dipekatkan di kandung empedu.
Garam Empedu :
• Asam – asam Empedu yaitu asam Kholat dan Kenodioksikolat disintesa dari
kolesterol.
• Sintesa terjadi pada sel hati dengan penggabungan Taurine Garam Na.
• 90 % Garam Empedu yang terkonjugasi diserap secara aktif di dalam Ileum
dan selanjutnya di bawa ke hati.
• 10 % Garam Empedu lolos ke usus besar, lalu dipecah oleh bakteri menjadi
Tinja.
4. Keluhan subyektif :
- Tiad ada nafsu makan, mual, perut terasa tidak enak, cepat lelah.
- Keluhan awal : Kembung
- Tahap lanjut : Icterus dan urine gelap.
Keluhan Obyektif :
a. Hati – Kadang terasa keras/ tumpul
b. Limpa – Pembesaran pada limpa
c. Perut – Sirkulasi kolateral pada dinding perut dan ascites.
d. Manifestasi ekstra abdominal :
- Spider nervi pada bagian atas
- Eritema palmaris
- Ginekomasti dan atropi testis
- Haemoroid
- Mimisan
Pemeriksaan Laboratorium
Protrombin time memanjang
Kadar albumin rendah
Peningkatan gamma globulin G.
Urobillin feces meningkat (n = 90 – 280 mg/hari).
Urobillin urine meninglkat (n = 0,1 – 1,0 erlich u/dl).
Kadar bilirubin direk dan indirek meningkat.
(Direk n = 0,1 – 0,3 mg/dl. Indirek n = 0,2 – 0,8 mg/dl).
Pemeriksaan penunjang lain :
- Radiologi
- Esofagoskopi
- Ultrasonografi
Prognosis :
a. Adanya ikterik menetap.
b. Ascites refrakter memerlukan diuretic dosis besar.
5. c. Kadara labumin rendah. /< 2,5 g % (n = 3.2 – 4,5 g %).
d. Orgam hati mengecil.
e. Perdarahan – Varises esophagus.
f. Kesadaran menurun
g. Komplikasi neurologis.
h. Kadar protrombin rendah.
i. Kadar Na+ darah < 120 meq/l.
Komplikasi
1. Haematemesis – melena
2. Koma hepatic.
Penatalaksanaan :
1. Sirosis hati :
a. Istirahat samapai ada perbaikan ikterus, ascites.
b. Diet rendah protein (DH III).
c. Pemberian antibiotika.
d. Memperbaiki keadaan gizi.
e. Pemberian Roborantia
2. Ascites dan Edema
a. Bed rest , dirt rendah garm 500 mg/hari, cairan dibatasi 1 lt/hari, ukur
kadar Elektrolit serum, timbang BB.
b. Kolaborasi Spirolakton 100 mg/ hari, KCL 50 mg/hari.
c. Dalam pemberian diuretic harus hati-hati untuk keadaan hipokalemi.
Pengkajian data
1. Istirahat/aktivitas
DS : Kelemahan, Fatique.
DO: Menurunkan massa otot.
2. Sirkulasi :
DS : Riwayat ganggguan kongesti (CHF), Penyakit rematik, jantung, kanker
(Malfungsi hati akibat gagl hati).
DO : Hipertensi / hipotensi
- Disritmia, suara jantung tambahan
- Distensi vena juguler, dan vena abdomen.
6. 3. Eliminasi :
DS : - Flatulensi
- Diare/konstipas
DO : Distensi abdominal.
Menurunya suara pencernaan
Urin pekat
Feses seperti dempul, melena.
4.Makana/minum
DS : Anoreksia
DO : Penurunan BB, Edema.
Kulit kering, turgor jelek.
Joundice, Spider angiomos.
5. Neurosensori
DS : Depresi mental
DO : Berbicara tidak jelas
Hepatik enchelopati.
6. Nyeri/kenyamanan
DS : Kembung, pruriyus
DO : Tingkah laku membingungkan
7. Respirasi
DS : Dyspnoe
DO : Tachypnoe
Terbatasnya ekspirasi dada.
8. Sexualitas
DS : Gangguan menstruasi
DO : Atropi testis, Ginekomasti, Rambut rontok
9. Pengetahuan
DS : Riwayat pemakaian alcohol yang lama.
Riwayat penyakit empedu, hepatitis, pemakaian obat yang merusak
fungsi hati, dll.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorksia,
gangguan metabolisme protein,lemak,glukosa dan gangguan penyimpanan
Vitamin
b. Perubahan volume cairan tubuh, berhubungan dengan malnitrisi, kelebihan
sodium/ intake cairan.
c. Resiko ketidak efektifan pola nafas berhubungna dengan ascites,
menurunya ekspansi paru.
d. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
sirkulasi atau status metabolic.
e. Resiko terjadi perdarahan yang berhubungan dengan riwayat darah yang
abnormal, hipertensi portal.
f. kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
yang didapat.
IMPEMENTASI
Dianosa keperawatan 1.
a. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnoe, nausea.
b. Anjurkan untuk istirahat sebelum makan.
c. Beri makanan dengan jumlah kecil tapi sring.
d. Batasi minum.
e. Beri makanan rendah Protein dan kalori.
f. Monitor hasil Lab : kadar glukosa, albumin, protein total dan kadar amoniak.
g. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pengarapen, Tarigan, (1998). Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga :
Balai penernit FKUI. Jakarta
Carpenito. L.J (2001). Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta
Sylvia A. Prince, (1995). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 4, Buku
1. EGC. Jakarta
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan keperawatan. EGC. Jakarta
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorksia,
gangguan metabolisme protein,lemak,glukosa dan gangguan penyimpanan
Vitamin
b. Perubahan volume cairan tubuh, berhubungan dengan malnitrisi, kelebihan
sodium/ intake cairan.
c. Resiko ketidak efektifan pola nafas berhubungna dengan ascites,
menurunya ekspansi paru.
d. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
sirkulasi atau status metabolic.
e. Resiko terjadi perdarahan yang berhubungan dengan riwayat darah yang
abnormal, hipertensi portal.
f. kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
yang didapat.
IMPEMENTASI
Dianosa keperawatan 1.
a. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnoe, nausea.
b. Anjurkan untuk istirahat sebelum makan.
c. Beri makanan dengan jumlah kecil tapi sring.
d. Batasi minum.
e. Beri makanan rendah Protein dan kalori.
f. Monitor hasil Lab : kadar glukosa, albumin, protein total dan kadar amoniak.
g. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pengarapen, Tarigan, (1998). Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga :
Balai penernit FKUI. Jakarta
Carpenito. L.J (2001). Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta
Sylvia A. Prince, (1995). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 4, Buku
1. EGC. Jakarta
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan keperawatan. EGC. Jakarta
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anorksia,
gangguan metabolisme protein,lemak,glukosa dan gangguan penyimpanan
Vitamin
b. Perubahan volume cairan tubuh, berhubungan dengan malnitrisi, kelebihan
sodium/ intake cairan.
c. Resiko ketidak efektifan pola nafas berhubungna dengan ascites,
menurunya ekspansi paru.
d. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
sirkulasi atau status metabolic.
e. Resiko terjadi perdarahan yang berhubungan dengan riwayat darah yang
abnormal, hipertensi portal.
f. kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi
yang didapat.
IMPEMENTASI
Dianosa keperawatan 1.
a. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnoe, nausea.
b. Anjurkan untuk istirahat sebelum makan.
c. Beri makanan dengan jumlah kecil tapi sring.
d. Batasi minum.
e. Beri makanan rendah Protein dan kalori.
f. Monitor hasil Lab : kadar glukosa, albumin, protein total dan kadar amoniak.
g. Kolaborasi obat – obatan sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pengarapen, Tarigan, (1998). Buku ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga :
Balai penernit FKUI. Jakarta
Carpenito. L.J (2001). Buku saku diagnosa keperawatan, Edisi 8. EGC. Jakarta
Sylvia A. Prince, (1995). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 4, Buku
1. EGC. Jakarta
Doengoes M.E. (2000). Rencana Asuhan keperawatan. EGC. Jakarta