Studi ini menganalisis pengaruh konsumsi teh dan asam askorbat terhadap penyerapan zat besi pada wanita muda India dengan dan tanpa defisiensi zat besi. Subyek dibagi menjadi kelompok defisiensi zat besi dan kontrol, kemudian diberi makanan penguji dengan atau tanpa teh atau asam askorbat. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi teh secara signifikan menurunkan penyerapan zat besi pada kedua
1. ANALISIS JURNAL
PENYERAPAN ZAT BESI PADA WANITA MUDA INDIA:
HUBUNGAN STATUS BESI DENGAN PENGARUH TEH DAN ASAM ASKORBAT
PENDAHULUAN
Diperkirakan bahwa 2 miliar orang di seluruh dunia kekurangan zat besi, termasuk 1
miliar diantaranya menderita anemia defisiensi zat besi. Di India, 74% dari anak-anak usia < 5
tahun dan 52% dari wanita muda menderita anemia . Wanita muda lebih rentan terhadap
kekurangan zat besi karena mereka membutuhkan zat besi yang lebih banyak untuk menstruasi
dan melahirkan anak. Rendahnya penyerapan zat besi bisa mempengaruhi defisiensi zat besi
pada populasi. Di India, zat besi dari golongan nonheme sebesar 91% mendominasi dari
sumber zat besi golongan heme . Faktor individu juga berpengaruh terhadap terhambatnya dan
meningkatnya penyerapan zat besi. Zat lain yang juga dikenal menghambat penyerapan zat besi
nonheme adalah asam fitat. Senyawa seperti asam khlorogenik, flavonoid, dan polifenol yang
terdapat dalam kopi dan teh juga sangat menghambat penyerapan zat besi .
Asam askorbat (AA) dapat meningkatkan penyerapan zat besi. Zat besi dari golongan
heme yang berasal dari sumber hewani merupakan sumber zat besi penting karena memliki
bioavailabilitas yang tinggi. Faktor lain, fisiologis juga memainkan peran utama dalam jumlah
zat besi yang diserap tubuh. Beberapa studi telah melaporkan hubungan terbalik antara status
zat besi dalam tubuh dengan penyerapan zat besi: yaitu, lebih banyak zat besi yang diserap
dalam keadaan kekurangan zat besi dan zat besi kurang diserap dalam keadaan zat besi yang
berlebihan.
Studi-studi ini berguna bagi subyek dengan status zat besi rendah dan subyek dengan
status zat besi tinggi. Dan sejauh mana penyerapan zat besi menanggapi adanya
enhancer(peningkat) dan inhibitor(penghambat) pada subyek dengan anemia defisiensi zat besi
belum jelas. Informasi tersebut sangat penting untuk memahami bagaimana memodifikasi diet
makanan sumber zat besi dan peningkatan inhibitor yang dapat meningkatkan status zat besi
pada populasi yang kekurangan zat besi . Saat ini studi menggunakan teknik Label isotop
2. digunakan untuk mempelajari apakah penyerapan zat besi dari pemberian makanan (nasi kari
tomat) dengan atau tanpa teh ditambahkan Asam askorbat akan berbeda antara status zat besi
yang kurang dan normal
SUBYEK DAN METODE
Subjek
- Dua studi terpisah yang dilakukan pada 40 perempuan berusia 18-35 tahun.
- Masing-masing studi berisi 10 orang (kelompok kasus) dan 10 orang ( kelompok kontrol),
yang diambil dari kalangan staf dan mahasiswa Fakultas Kedokteran St John (Bangalore, India).
- Semua sampel berada dalam kesehatan yang baik, tidak sedang hamil atau menyusui, dan tidak
ada memiliki riwayat gangguan pencernaan atau metabolisme.
-Tidak ada satu pun sampel yang telah mendonorkan darah dalam waktu 6 bulan dari awal studi.
Subjek yang rutin mengonsumsi suplemen vitamin-mineral menghentikan suplementasi, 2
minggu sebelum memulai penelitian. 40 perempuan dipilih berdasarkan kadar hemoglobin,
status besi status dan ada atau tidaknya peradangan/infeksi selama pemeriksaan awal.
-Kriteria untuk kelompok IDA adalah kadar hemoglobin < 11,0 g / dL, konsentrasi serum feritin
(SF) < 12 g / L, dan konsentrasi zink protoporfirin > 40 mol / mol heme atau reseptor transferin
yang larut (TFRs) > 8.5 mg / L.
-Kriteria untuk kelompok kontrol, kadar hemoglobin > 12,0 g / dL dan ukuran status zat besi
(SF, zink protoporfirin, dan TFRs) dalam rentang normal.
Uji makanan
- Persiapan Uji makanan dan komposisi
TABEL 1
Komposisi standar bahan makanan pada nasi tomat
Bahan Kebutuhan Energi Protein Lemak Karbohidrat Zat Besi
g kkal g g g mg
Beras 60 207 4.1 0.3 46.9 0.4
Tomat 45 10 0.9 0.0 1.6 0.8
Kunyit 0.125 <1 <0.1 <0.1 0.1 0.1
Cabe bubuk 0.125 <1 <0.1 <0.1 <0.1 <0.1
Minyak sayur 9 81 <0.1 <0.1 <0.1 <0.1
Garam 2
3. Total 298 5.0 9.3 48.6 1.3
Makanan tersebut juga mengandung phytate sebesar 47.6 mg
Makanan referensi terdiri dari nasi kari tomat, yang dirancang sedemikian rupa sehingga
mengandung sedikit enhancer dan inhibitor penyerapan zat besi (Tabel 1). Makanan dibuat
dalam porsi untuk semua sampel di kedua penelitian, dibagi menjadi bagian-bagian individu
lalu ditimbang (200 g), dan disimpan beku pada suhu -80 ° C sampai digunakan.
- Persiapan teh dan asam askorbat
Beberapa teh India merek lokal (Taj Mahal; Hindustan Lever Ltd, Mumbai, India) diperoleh.
Rebus air (1000 mL) ditambahkan pada 10 g teh dalam gelas kaca, dan campuran dibiarkan
meresap selama 3 menit sembari diaduk. Teh yang sudah siap disimpan dalam termos. Isi total
polifenol pada teh diukur dengan menggunakan metode Folin- Cicoalteau dengan asam galat
sebagai standar. Pada pengujian 1,setiap cangkir teh hitam (150 ml) mengandung 78 mg
polifenol disajikan dengan makanan penguji Pada pengujian asam askorbat,siapkan 1 mL
larutan AA dengan molar rasio 2:1 dan 2 mL larutan AA dengan rasio molar 4:1. Tergantung
pada jenis makanan tes dalam studi 2 (B atau C), 1 atau 2 mL larutan AA dipipet ke dalam gelas
tared, yang kemudian diisi dengan air murni untuk volume akhir 150 mL dalam masing-masing
gelas.
TABEL 2
Hari(tipe makanan)
1 (A) 2 (B) 15 (A) 16 ( C )
57 58 57 58
Label Isotop FeSO4 FeSO4 FeSO4 FeSO4
Pengujian teh Uji makanan + 300 Uji makanan + 150 Uji makanan + 300 Uji makanan + 300
mL air mL air+ 150 ml teh mL air mL teh
Pengujian Asam Uji makanan + 300 Uji makanan + 150 Uji makanan + 300 Uji makanan + 150
askorbat mL air mL air+ 150 mL air mlLair mL air+ 150 mL air
+AA pada rasio +AA pada rasio
molar 2:1 molar 4:1
- Desain studi
Studi ini menggunakan desain penelitian secara acak crossover
4. Tiap subyek menerima 2 uji makanan, yaitu A dengan B, atau A dengan C yang
diberi label isotop 57Fe atau 58Fe
Pada hari ke 1, berat badan dan tinggi diukur dengan menggunakan stadiometer.
Setelah pengukuran ini, subyek mengkonsumsi makanan pertama (A) dilanjut dengan
makanan penguji kedua (B atau C) yang diberikan pada hari berikutnya (hari ke 2).
Sampel darah vena diambil 14 hari setelah pemberian makanan penguji (B atau C),
Sampel darah diambil pada hari ke 29, 14 hari setelah dua pasangan makanan
penguji terakhir.
Makanan penguji diberikan sebagai sarapan.
- Label isotop
Penyusunan label isotop mirip dengan metode yang dijelaskan oleh Walczyk. Secara singkat,
label [57Fe]-FeSO4 dan [58Fe]-FeSO4 dibuat dari isotopikal yang diperkaya unsur besi (57Fe
pada pengayaan 95,9% dan 58Fe pada pengayaan 93,2% ) ( Chemgas, Boulogne, Prancis)
dengan dilarutkan dalam 0,1 mol H2SO4/L. Komposisi isotop dari besi dalam larutan ditentukan
dengan menggunakan ionisasi termal negatif- spektrometri massa.
- Pengukuran hemoglobin dan status zat besi
Konsentrasi hemoglobin dalam darah diukur keseluruhan dengan menggunakan counter Coulter.
SF dan TFRs dihitung dengan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay dalam sampel
plasma. Jumlah zat besi yang beredar dihitung berdasar volume darah dan konsentrasi
hemoglobin,80 % zat besi besi diserap ke dalam eritrosit. Pergeseran diamati dalam rasio isotop
zat besi besi yang diubah menjadi pecahan zat besi dengan menggunakan algoritma standar .
Pergeseran rasio isotop yang diukur pada hari 15 digunakan sebagai dasar untuk pengukuran
pergeseran rasio isotop pada hari 29.
- Analisis statistik
Desain penelitian dengan 10 sampel per kelompok studi memiliki kekuatan 80% untuk
mendeteksi perbedaan yang signifikan dari 50% zat besi dengan tingkat signifikansi dari 0,05.
Tes digunakan untuk menguji perbedaan antara penyerapan zat besi dari makanan referensi
5. dengan atau tanpa teh atau AA dalam IDA dan kelompok kontrol. Perbandingan penyerapan zat
besi antara IDA dan kelompok kontrol dibuat dengan menggunakan tes berpasangan. Perbedaan
dianggap signifikan (P < 0,05).
TABEL 3
Antropometri dan indikator status zat besi pada kelompok studi
Pengujian teh Pengujian AA
Variabel Kelompok IDA Kelompok Kontrol ( Kelompok IDA Kelompok Kontrol
(n=10) n=10) (n=10) ( n=10)
Umur (th) 22.6 ± 3.5 24.3 ± 2.9 24.6 ± 5.2 23.5 ± 5.1
Berat badan(kg) 52.3 ± 7.5 51.2 ± 7.1 44.4 ± 5.4 44.3 ± 4.3
Tinggi badan (m) 1.58 ± 0.05 1.56 ± 0.04 1.52 ± 0.04 1.55 ±0.05
BMI (kg/m2) 21.0 ± 2.7 21.0± 2.2 1.89 ± 1.8 18.3 ± 1.7
Hb (g/dL) 10.4 ± 0.9 12.7 ± 0.6 9.6 ± 0.9 13.3 ± 0.5
CRP (mg/L) 2.4 ± 1.4 3.2 ± 1.4 2.7 ± 1.6 3.2 ± 1.0
3 3
Serum ferritin 2.9 (0.62;13.66) 50.2( 39.43;63.84) 6.0 (2.98;11.98) 36.5(23.14;57.56)
4
(µg/L)
Serum reseptor 9.9± 7.0 3.7 ± 1.3 24.7 ± 10.7 6.2 ± 1.1
trasnferrin
Darah Zink 97.4 ± 77.5 26.6 ± 5.9 182.1 ± 92.4 33.3 ± 9.2
protoporphirin
(µmol/mol heme)
HASIL
- Karakteristik dan status zat besi
Pengukuran antropometrik dan status zat besi dari 2 kelompok penelitian dirangkum dalam
Tabel 3. Dalam masing-masing studi , usia dan antropometri sebanding antara kelompok IDA
dan kontrol, dan semua indikator status besi berbeda secara signifikan antar kelompok (P <0,001
untuk kedua studi).
- Penyerapan zat besi dari makanan referensi dan pengujian
Makanan referensi : Efek pada status zat besi
6. Penyerapan zat besi dari makanan referensi di kedua penelitian adalah sedang hingga tinggi,
berkisar antara 15,6% dan 19,7% pada kelompok IDA dan antara 5,2% dan 9,4% di kelompok
kontrol. Penyerapan zat besi 1,8 -3,7 kali lebih tinggi pada kelompok IDA seperti dalam
kelompok kontrol dalam studi 1 dan 2 (P < 0,05 untuk keduanya).
Uji makanan : Efek dari teh
Penyerapan zat besi dari makanan referensi dengan 1 cangkir teh mengalami penurunan sebesar
59% (P < 0,001) dan 49% (P < 0,05) untuk masing-masing kelompok. Konsumsi dari 2 cangkir
teh dengan makanan referensi menurunkan penyerapan zat besi sebesar 67% (P <0,001) dan
66% (P < 0,01) untuk masing-masing kelompok pada subyek yang sama. Sebuah perbandingan
penyerapan rasio kelompok IDA dan kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan
signifikan antara masing-masing kelompok dengan penambahan baik 1 cangkir teh (P = 0,26)
atau 2 cangkir teh (P =0,87).
- Uji makanan: Efek asam askorbat
Bila ditambahkan ke makanan dengan rasio molar untuk besi 2:1, ada
peningkatan penyerapan zat besi sebesar 291% pada kelompok IDA dan 270% pada kelompok
kontrol (P < 0,001). Peningkatan lebih lanjut dalam penyerapan zat besi diamati pada kedua
kelompok dengan AA dengan penambahan rasio molar untuk besi 4:1 (350% dan 343%, masing-
masing; P < 0,001).
PEMBAHASAN
Studi ini menunjukkan bahwa penyerapan zat besi dari makanan penguji pada IDA
sebesar 17,5% IDA dan 7,0% pada kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan terbalik antara status zat besi dalam tubuh dengan penyerapan zat besi. Orang
dengan defisiensi zat besi memiliki penyerapan lebih tinggi dari orang yang memiliki
status zat besi yang terpenuhi. Penyerapan zat besi meningkat menjadi 2,5 kali (rentang:
1,8-3,7) lebih tinggi pada subyek IDA daripada subyek kontrol dalam penelitian ini,
berkaitan dengan makanan dengan atau tanpa bahan peningkat atau penghambat
penyerapan zat besi.
7. Penyerapan zat besi dari makanan referensi dengan 1 cangkir teh mengalami penurunan
sebesar 59% (P < 0,001) dan 49% (P < 0,05) untuk masing-masing kelompok. Konsumsi
dari 2 cangkir teh dengan makanan referensi menurunkan penyerapan zat besi sebesar
67% (P <0,001) dan 66% (P < 0,01) untuk masing-masing kelompok pada subyek yang
sama
Penyerapan zat besi dengan rasio molar besi 2:1, ada peningkatan penyerapan zat besi
sebesar 291% pada kelompok IDA dan 270% pada kelompok kontrol (P < 0,001).
Peningkatan lebih lanjut dalam penyerapan zat besi diamati pada kedua kelompok dengan
AA dengan penambahan rasio molar untuk besi 4:1 (350% dan 343%, masing-masing; P
< 0,001).
KESIMPULAN
Penyerapan zat besi pada perempuan India relatif lebih tinggi dari makan nasi sederhana.
Efek penghambatan kuat dari teh dan efek menguntungkan dari AA pada penyerapan zat
besi adalah sama besarnya pada perempuan dengan zat besi tercukupi dan perempuan
dengan IDA.