Dokumen tersebut membahas peran negara dalam kebijakan publik dan fase-fase keterlibatan negara, mulai dari laissez-faire society, kemudian berkembang menjadi welfare state, dan kemudian economic rationalism. Dokumen tersebut juga membahas instrumen-instrumen yang digunakan negara dalam kebijakan publik seperti government provision, subsidy, production, dan regulation. Terakhir, dibahas pula isu-isu besaran pemerintah seperti alokasi sumber daya,
Meskipun artikel ini di publikasikan di tahun 2008, namun relevansinya pada saat ini masih dapat kita rasakan. Saya sangat setuju bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, rakyat harus turut serta menggunakan hak-haknya dengan tepat dan bijaksana, bukan hanya semata-mata dengan merongrong kewajiban negara atas pemenuhan hak-hak rakyat tersebut.
Setiap kewajiban pemerintah dalam upaya kesejahteraan sosial ini, telah nyata tertulis dalam konstitusi negara kita di pasal 34 UUD 1945 yang berlandaskan pancasila sila ke-5, yaitu: “keadilan soial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Para pemimpin kita telah menerapkan beragam kebijakan dalam rangka pemenuhan kewajiban ini, seperti bentuk-bentuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (yang saat ini menggunakan sistem KIS, Kartu Indonesia Sehat) dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), subsidi biaya pendidikan melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) serta beragam kebijakan lainnya.
Meskipun artikel ini di publikasikan di tahun 2008, namun relevansinya pada saat ini masih dapat kita rasakan. Saya sangat setuju bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, rakyat harus turut serta menggunakan hak-haknya dengan tepat dan bijaksana, bukan hanya semata-mata dengan merongrong kewajiban negara atas pemenuhan hak-hak rakyat tersebut.
Setiap kewajiban pemerintah dalam upaya kesejahteraan sosial ini, telah nyata tertulis dalam konstitusi negara kita di pasal 34 UUD 1945 yang berlandaskan pancasila sila ke-5, yaitu: “keadilan soial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Para pemimpin kita telah menerapkan beragam kebijakan dalam rangka pemenuhan kewajiban ini, seperti bentuk-bentuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin (yang saat ini menggunakan sistem KIS, Kartu Indonesia Sehat) dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), subsidi biaya pendidikan melalui dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) serta beragam kebijakan lainnya.
Neoliberalisme Welfare Pluralism oleh Prof. Sunyoto UsmanHisnuddinLubis
Negara bukan hanya sekedar penjamin utama kesejahteraan selama periode paska perang saja, tetapi juga merupakan pemain kunci dalam perekonomian makro dan pasar.
KAJIAN TEORITIS PENGELUARAN PEMERINTAH MELALUI BELANJA PUBLIKAloysius Mandowen
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.
Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Kemiskinan dibagi menjadi beberapa kategori menurut keadaan dan sumber penyebabnya.
a. Menurut keadaannya dibagi menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah standar yang tetap untuk mengukur batasan minimal kemiskinan pada berbagai tempat dan berbagai keadaan.
Kemiskinan relatif (Relative Poverty) adalah kemiskinan yang dikaitkan dengan masyarakat dimana warga miskin itu tinggal.
b. Menurut sumber penyebabnya dibagi menjadi kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang penyebabnya struktur yang merugikan, baik struktur negara, pemerintahan, maupun sistem kemasyarakatan.
Kemiskinan kultural atau budaya miskin adalah kemiskinan yang terjadi akibat dari berlakunya sistem kapitalisme.
C. Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan menurut Sharp, dkk (dalam Prima Sukmaraga, 2011) dari sisi ekonomi adalah sebagai berikut.
1) Secara mikro, kemiskinan muncul karena ketidaksmaan pola kepemilikan sumber daya sehingga distribusi pendapatan timpang.
2) Kemiskinan karena perbedaan kualitas sumber daya manusia.
3) Kemiskinan akibat perbedaan akses modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Ragnar Nurkse (dalam Mudrajad Kuncoro, 2006) mengungkapkan bahwa adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menjadi penyebab produktivitas rendah sehingga pendapatan
Kumpulan Teori pengantar Ekonomi mikro
Dosen pengampu: Dr. Sigit Sardjono. M.Ec
Kelompok 11:
Aditya Rizky Mahendra_1222300088
Isnani evita Fauziah_1222300087
I Kadek Farrel Arvananta _1222300089
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun 2023
Neoliberalisme Welfare Pluralism oleh Prof. Sunyoto UsmanHisnuddinLubis
Negara bukan hanya sekedar penjamin utama kesejahteraan selama periode paska perang saja, tetapi juga merupakan pemain kunci dalam perekonomian makro dan pasar.
KAJIAN TEORITIS PENGELUARAN PEMERINTAH MELALUI BELANJA PUBLIKAloysius Mandowen
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air hujan.
Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.
Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari.
Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD.
Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Kemiskinan dibagi menjadi beberapa kategori menurut keadaan dan sumber penyebabnya.
a. Menurut keadaannya dibagi menjadi kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Kemiskinan absolut adalah standar yang tetap untuk mengukur batasan minimal kemiskinan pada berbagai tempat dan berbagai keadaan.
Kemiskinan relatif (Relative Poverty) adalah kemiskinan yang dikaitkan dengan masyarakat dimana warga miskin itu tinggal.
b. Menurut sumber penyebabnya dibagi menjadi kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang penyebabnya struktur yang merugikan, baik struktur negara, pemerintahan, maupun sistem kemasyarakatan.
Kemiskinan kultural atau budaya miskin adalah kemiskinan yang terjadi akibat dari berlakunya sistem kapitalisme.
C. Penyebab Kemiskinan
Penyebab kemiskinan menurut Sharp, dkk (dalam Prima Sukmaraga, 2011) dari sisi ekonomi adalah sebagai berikut.
1) Secara mikro, kemiskinan muncul karena ketidaksmaan pola kepemilikan sumber daya sehingga distribusi pendapatan timpang.
2) Kemiskinan karena perbedaan kualitas sumber daya manusia.
3) Kemiskinan akibat perbedaan akses modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Ragnar Nurkse (dalam Mudrajad Kuncoro, 2006) mengungkapkan bahwa adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menjadi penyebab produktivitas rendah sehingga pendapatan
Kumpulan Teori pengantar Ekonomi mikro
Dosen pengampu: Dr. Sigit Sardjono. M.Ec
Kelompok 11:
Aditya Rizky Mahendra_1222300088
Isnani evita Fauziah_1222300087
I Kadek Farrel Arvananta _1222300089
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun 2023
2. FASE-FASE KETERLIBATAN
NEGARA
1. The laissez-faire society. Akhir abad 18 merupakan
tahap akhir merkantilisme di mana pemerintah terlibat
sangat intensive dalam kegiatan ekonomi. Peran negara
sangat luas dan intrusive serta mendominasi
perekonomian.
Tulisan Adam Smith tahun 1776 berjudul The Wealth of
Nations merupakan reaksi terhadap merkantilisme
dengan membatasi tugas negara sbb: melindungi
masyarakat dari kekerasan dan invasi masyarakat lain;
melindungi masyarakat dari ketidakadilan dan
ketertindasan; menyediakan pekerjaan publik dan
lembaga publik yang tidak pernah menjadi perhatian
individual (invisible hand and invisible foot)
3. Fase lanjutan
2. The rise of the welfare state. Di abad 19, di Inggris ada
usaha serious untuk menegakkan minimal state. Akan
tetapi, ketika standar hidup meningkat banyak sekali
efek samping: eksploitasi tenaga kerja anak, perumahan
yang tidak memadai dan kesehatan warga yang buruk.
Marx: Laissez-faire kontradiksi dengan kapitalisme
The Welfare State dianggap dimulai di tahun 1880an di
Jerman, yakni negara berperan untuk melindungi warga
“from the cradle to the grave”: unemployment benefits,
universal health schemes, educational assistance and
social aid programmes
4. Fase lanjutan
3. Economic rationalism. Tahun 1970an
banyak yang menganggap bahwa welfare
state terlalu mahal. Pemilu Thatcher 1979
dan Reagan di 1980 mengintrodusir “small
government”. Tetapi pemilu Clinton
merupakan tanda “a return to
governmentalism”
6. Instrumen Pemerintah
1. Government provision
a. Allocation: menyangkut ukuran relatif sektor publik dan
swasta. Pengeluaran pemerintah dan kebijakan perpajakan
mempengaruhi alokasi dan distribusi sumberdaya di sektor
swasta (contoh pengeluaran di sektor konstruksi berpengaruh
ke ekonomi konstruksi, sektor manufaktur dan
ketenagakerjaan)
b. Distribution: menyangkut upaya mempertahankan
kesetimbangan (keseimbangan) seperti transfer payments
c. Stabilisation: bertujuan memperbaiki perekonomian secara
keseluruhan melalui kebijakan anggaran. Dalam pandangan
Keynesian: pemerintah bertanggungjawab atas full
employment, price stability, economic growth and balance of
payments
7. Instrumen lanjut
2. Subsidy: kadang sulit dibedakan dengan
government provision ketika swasta
membangun jalan atau jembatan dengan dana
pemerintah (ini subsidi atau provision?)
3. Production: tidak menggunakan budget
pemerintah melainkan dengan menarik bayaran
pada users (listrik, air dlll)
4. Regulation: perijinan dan larangan atas kegiatan
tertentu (lisensi, penentuan tarif, regulasi
ketenagakerjaan dlll)
8. ISU BESARAN PEMERINTAH
Seberapa proporsi sumberdaya masyarakat dikonsumsi
atau diinvestasikan pemerintah dan berapa untuk
swasta? (problem alokasi)
Seberapa besar seharusnya anggaran pemerintah, dan
sejauhmana pemerintah memberi kontribusi pada
penerimaan swasta dalam bentuk transfer payments?
(problem distribusi)
Berapa persentase angkatan kerja seharusnya
dipekerjakan di sektor publik (problem birokrasi)
Seberapa besar sumberdaya produktif dimiliki oleh
pemerintah (problem kepemilikan)
Seberapa derajat otoritas di tangan pemerintah atau
masyarakat? (problem kebebasan individu)