SlideShare a Scribd company logo
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 1
CV YARA PASHMA
V. RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM
5.1. PENDUDUK
Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk kepadatan penduduk
kecamatan Pringsewu pada tahun 2013 adalah 1.491 jiwa/km2, dimana artinya
setiap 1 kilometer persegi wilayah di kecamatan Pringsewu rata rata dihuni oleh
sekitar 1.491 jiwa penduduk. Diantara 11 pekon dan 4 kelurahan yang terdapat
dikecamatan Pringsewu, kelurahan Pringsewu Selatan mempunyai jumlah
penduduk yang paling banyak dibandingkan yang lainnya. Dengan penduduk
laki-laki berjumlah 4.961 orang dan penduduk perempuan berjumlah 4.817
orang sehingga jumlah keseluruhan penduduk pekon Pringsewu Selatan pada
tahun 2013 adalah sebesar 9.778 orang.
Hal ini juga berarti 13 persen penduduk di kecamatan Pringsewu berada
di kelurahan Pringsewu Selatan. Kemudian yang mempunyai penduduk paling
sedikit adalah pekon Bumi Ayu, dimana penduduknya hanya terdiri dari 861
penduduk laki-laki dan 845 penduduk perempuan sehingga total penduduknya
hanya 1.706 orang. Dan wilayah yang mempunyai kepadatan tertinggi adalah
kelurahan Pringsewu Selatan dengan 4.889 jiwa penduduk per 1 kilometer
persegi. Dan kepadatan penduduk paling rendah adalah pekon Bumiayu
dengan 315 jiwa/km2. Lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kecamatan
Pringsewu secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Pringsewu Per-Desa/Pekon
Desa/ Pekon Laki-Laki Perempuan Jumlah
Margakarya 1.743 1.854 3.597
Waluyojati 2.208 2.154 4.362
Pajaresuk 3.690 3.614 7.304
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 2
CV YARA PASHMA
Desa/ Pekon Laki-Laki Perempuan Jumlah
Sidoharjo 3.484 3.525 7.009
Podomoro 2.755 2.527 5.282
Bumiarum 1.752 1.597 3.349
Fajaragung 1.313 1.239 2.552
Rejosari 1.764 1.734 3.498
Pringsewu Utara 4.752 4.688 9.440
Pringsewu Selatan 4.961 4.817 9.778
Pringsewu Barat 3.962 3.795 7.757
Pringsewu Timur 3.824 3.866 7.690
Bumiayu 861 845 1.706
Fajaragung Barat 1.057 1.050 2.107
Podosari 2.035 1.996 4.031
Kecamatan Pringsewu 40.161 39.301 79.462
Sumber : Statistik Kecamatan Pringsewu 2014
5.2. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan faktor utama dalam
kepentingan penataan jaringan distribusi air minum. Kebutuhan akan air minum
akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk
itu dalam pelaksanaan penataan jaringan distribusi air minum diperlukan
proyeksi penduduk dari daerah perencanaan tersebut.
Proyeksi pertumbuhan penduduk pada prinsipnya adalah suatu usaha
perkiraan yang didasarkan pada trend/ kecendrungan yang dihasilkan dari
sejumlah data yang ada pada tahun-tahun sebelumnya.
Agar data menentukan kebutuhan air minum pada masa mendatang
perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk yang ada
pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang. Hasil analisa
ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan penataan jaringan
distribusi air minum. Proyeksi jumlah penduduk dilakukan dengan
menggunakan metode yaitu :
1. Metode Aritmatika
2. Metode Geometri
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 3
CV YARA PASHMA
3. Metode Least Square
5.2.1. Metoda Aritmatika
Metoda ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap
tahun. Metoda ini digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah
penambahan yang relatif sama setiap tahunnya. Metoda ini juga merupakan
metoda proyeksi dengan regresi sederhana. Persamaan umumnya adalah :
Y = a + bx
Dimana :
Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi, populasi ke - n
x = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
      
   22
2
XiXin
XiYiXiXiYi
a



b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier
     
   22
XiXin
YiXiXiYin
b



5.2.2. Metode Geometri
Metoda ini didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata
tahunan. Sering digunakan untuk memperkirakan data yang perkembangannya
melaju sangat cepat. Persamaan umumnya adalah:
bXaY .
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 4
CV YARA PASHMA
Persamaan diatas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil
logaritma napirnya (Ln), dimana :
Ln Y = Ln a + b x Ln X
Persamaan tersebut linier dalam Ln X dan Ln Y.
n
Ln(Xi)bLn(Yi)
a
 

 
  


 22
ln(X))Ln(Xin
Ln(Yi)Ln(Xi)Ln(Yi))(Ln(Xi)n
b
Dimana :
Y = Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n
X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal
a = konstanta
b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier
5.2.3. Metode Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah
dengan menggunakan metode Least Square. Persamaan yang digunakan
dalam metode Least Square ini adalah :
Ŷ = a + bx
Keterangan :
Ŷ = Nilai variabel berdasarkan garis regresi
x = variabel independen x
a = konstanta
b = koefisien arah regresi linear
adapun persamaan a dan b adalah :
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 5
CV YARA PASHMA
Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu maka koefisien a dapat ditentukan
dengan persamaan lain : a = Y – Bx
Dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X.
5.2.4. Pemilihan Metode Proyeksi
Pemilihan metoda dilakukan dengan menghitung standar deviasi
(simpangan baku) dan nilai koefisien korelasi.
Persamaan Standar Deviasi :
)1(
)()( 22



nn
xxn
S ii
Persamaan Koefisien Korelasi :
2
2'
)(
)(
1
yy
yy
r
i
i



dimana :
xI = P – P’
yI = P = Jumlah penduduk awal
y = Pr = Jumlah penduduk rata-rata
y’ = P’ = Jumlah penduduk yang akan dicari
Pemilihan metoda proyeksi yang paling tepat jika :
 Harga “S“ yang paling kecil.
 Harga “r” yang paling mendekati 1 atau –1.
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 6
CV YARA PASHMA
Fungsi S dan r dalam statistik :
 Harga “S” menunjukkan besarnya penyimpangan data dari nilai rata –
rata
 Harga “r” nilai yang menunjukkan hubungan antara dua parameter.
Berdasarkan metode proyeksi penduduk diatas, maka didapatkan proyeksi
penduduk Kecamatan Pringsewu yang dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Proyeksi Penduduk Kelurahan/ Desa Kecamatan Pringsewu
2014-2025
Desa
Jumlah Penduduk
2014 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2030
Margakarya 3597 3731 3824 3918 4015 4115 4217 4374
Waluyojati 4362 4525 4637 4752 4869 4990 5113 5304
Pajaresuk 7304 7577 7764 7957 8153 8355 8562 8882
Sidoharjo 7009 7271 7451 7635 7824 8018 8216 8523
Podomoro 5282 5479 5615 5754 5896 6042 6192 6423
Bumiarum 3349 3474 3560 3648 3739 3831 3926 4073
Fajaragung 2552 2647 2713 2780 2849 2919 2992 3103
Rejosari 3498 3629 3718 3811 3905 4001 4101 4254
PringsewuUtara 9440 9793 10035 10283 10538 10799 11066 11479
PringsewuSelatan 9778 10143 10394 10652 10915 11185 11462 11890
PringsewuBarat 7757 8047 8246 8450 8659 8874 9093 9433
PringsewuTimur 7690 7977 8175 8377 8584 8797 9015 9351
Bumiayu 1706 1770 1814 1858 1904 1952 2000 2075
FajaragungBarat 2107 2186 2240 2295 2352 2410 2470 2562
Podosari 4031 4182 4338 4500 4668 4783 4902 5085
Bulokarto(Kec.GadingRejo) 3242 3363 3489 3619 3754 3847 3942 4090
JUMLAH 82704 82430 84523 86670 88872 91072 93326 96812
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015
5.3. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM
Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk,
jumlah dan jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar
pemakaian air. Kebutuhan air terdiri dari domestik dan non domestik.
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 7
CV YARA PASHMA
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan yang berdasarkan jumlah penduduk dan
pemakaian air per orang. Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air untuk
kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial yang berupa
industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah,
rumah sakit dan tempat ibadah.
Sebagai referensi, tingkat konsumsi air dapat diperbandingkan dengan
standar kebutuhan air minum yang berlaku sebagai berikut :
 Domestik perkotaan : 120 – 150 ltr/org/hr (Permen PU No. 18/2007)
 Domestik perdesaan : Minimal 60 ltr/org/hr (Permen PU No. 18/2007)
 Non-Domestik : Tambahan 15 % x kebutuhan domestik (Permen PU No.
18/2007)
Berikut besar proyeksi kebutuhan air minum Kecamatan Pringsewu
sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel 5.3 dan grafik kebutuhan air
Kecamatan Pringsewu dapat dilihat pada gambar 5.1.
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 8
CV YARA PASHMA
Tabel 5.3. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Pringsewu Sampai 2030
Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015
A 2014 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2030
1 Jumlah Penduduk jiwa 82704 82430 84523 86670 88872 91072 93326 96812
2 Tingkat Pelayanan % 9.22% 18.35% 23.81% 28.99% 33.90% 38.57% 42.99% 46.61%
3 Penduduk Terlayani jiwa 7625 15125 20125 25125 30125 35125 40125 45125
4 Jumlah Penduduk Per SR Jiwa 5 5 5 5 5 5 5 5
B KEBUTUHAN DOMESTIK
1 Jumlah SRAktif unit 1525 3025 4025 5025 6025 7025 8025 9025
2 Pemakaian Per Orang lt/ hari 90 90 90 90 90 120 120 120
3 Kebutuhan Air SR lt/ det 7.94 15.76 20.96 26.17 31.38 48.78 55.73 62.67
4 Jumlah HU unit 5 5 5 5 5 5 5 5
5 Kebutuhan Air HU lt/ det 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09
6 Kebutuhan Domestik lt/ det 8.03 15.84 21.05 26.26 31.47 48.87 55.82 62.76
C KEBUTUHAN NON DOMESTIK
15 % Dari Kebutuhan Domestik lt/ det 1.20 2.38 3.16 3.94 4.72 7.33 8.37 9.41
Total Kebutuhan Non Domestik lt/ det 1.20 2.38 3.16 3.94 4.72 7.33 8.37 9.41
D KEBUTUHAN TOTALAIR lt/det 9.23 18.22 24.21 30.20 36.19 56.20 64.19 72.17
E KEHILANGAN AIR
% Kehilangan Air % 44.50 40.50 36.50 32.50 28.50 24.50 20.50 16.50
Jumlah Kehilangan Air lt/ det 4.11 7.38 8.84 9.81 10.31 13.77 13.16 11.91
F KEBUTUHAN AIR RATA RATA (D+E) lt/det 13.34 25.60 33.04 40.01 46.50 69.97 77.35 84.08
G KEBUTUHAN AIR MAKSIMUM
Faktor Koefisien 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15
Kebutuhan Air lt/ det 15.34 29.44 38.00 46.01 53.48 80.47 88.95 96.70
H KEBUTUHAN JAM PUNCAK
Faktor Koefisien 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7
Kebutuhan Air lt/ det 22.68 43.51 56.17 68.02 79.05 118.95 131.49 142.94
lt/ det 86.15 85.86496 88.04513 90.28131 92.57497 126.4884 129.6192 134.4612
VOLNo. URAIAN
KEPENDUDUKAN
KEBUTUHAN AIR RATA RATA PENDUDUK KECAMATAN
TAHUN
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 9
CV YARA PASHMA
Gambar 5.1 Grafik Kebutuhan Air Kecamatan Pringsewu
5.4. Kondisi Teknis Eksisting
Pelayanan penyediaan air bersih kota Pringsewu dikelola oleh PDAM.
PDAM kota Pringsewu pada mulanya merupakan bagian dari PDAM Way
Agung Kabupaten Tanggamus atau sejak berdirinya Kabupaten Tanggamus
pada tahun 1997. Artinya bahwa secara teknis penyediaan air bersih di kota ini
sudah ada sejak lama yaitu tahun 1997. Namun hingga akhir pada tahun 2009
Pringsewu resmi berpisah dari kabupaten induknya Tanggamus, yang otomatis
PDAM di kedua wilayah inipun berpisah. Pemisahan aset PDAM sendiri terjadi
pada bulan Agustus 2010.
Periode Agustus 2010 hingga Juli 2011 terjadi kekosongan pengelolaan
SPAM di Kabupaten Pringsewu atau dengan kata lain PDAM berhenti
beroperasi. Baru pada tanggal 25 Juli 2011 turunlah Peraturan Bupati
Kabupaten Pringsewu Nomor 19 Tahun 2011, tentang Pembentukan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Sekampung. Pada pertengahan
bulan Oktober 2011, PDAM Way Sekampung mulai kembali beroperasi, setelah
mendapat bantuan daya listrik dan pompa sentri yang dibangun di IPA Bumi
Arum dari Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja Pengembangan Kinerja
Pengelolaan Air Minum (PKPAM) Propinsi Lampung.
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 10
CV YARA PASHMA
5.4.1. JARINGAN PERPIPAAN (JP)
Daerah pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan saat ini hanya
melayani sebagian wilayah perkotaan Pringsewu, yaitu pekon Sidoharjo, pekon
Podomoro, pekon Margakaya, pekon podosari, pekon Bumi Arum, Kelurahan
Pringsewu Timur, Kelurahan Pringsewu Barat, Kelurahan Pringsewu Selatan
dan Kelurahan Pringsewu Utara.
Jumlah pelanggan air bersih perkotaan Pringsewu ada sebanyak 1.364
unit sambungan yang berarti cakupan pelayanannya sebesar ± 4 % dari jumlah
penduduk yang ada di wilayah ini. Sedangkan volume jaringan pipa yang ada di
wilayah perkotaan Pringsewu ada sebanyak ±162 km, artinya bahwa masih
sangat jauh cakupan layanan yang ada dibandingkan besaran volume pipa
yang tertanam. Hal ini menjadi tugas PDAM dalam mengejar jumlah
sambungan, guna menambah besaran cakupan layanannya.
Sedangkan sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM adalah sungai
Way Sekampung dengan kapasitas produksi sebesar 75 lpd. Artinya bahwa
masih banyak kapasitas yang belum dioptimalkan untuk melayani kebutuhan air
bersih masyarakat. Daerah pelayanan PDAM Pringgsewu dan jumlah SR dapat
dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4. Jumlah penduduk dan SR Eksisiting Daerah Pelayanan
Pringsewu 2014
Kelurahan/ Pekon
Pendudu
k
SR Penduduk
Terlayani
Tingkat
Pelayanan
PringsewuBarat 7757 130 650 8.38%
Bumiarum 3349 209 1045 31.20%
Bumiayu 1706 0 0 0.00%
Pajaresuk 7304 0 0 0.00%
Rejosari 3498 170 850 24.30%
Podosari 4031 29 145 3.60%
Podomoro 5282 142 710 13.44%
PringsewuUtara 9440 144 720 7.63%
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 11
CV YARA PASHMA
Kelurahan/ Pekon
Pendudu
k
SR Penduduk
Terlayani
Tingkat
Pelayanan
PringsewuSelatan 9778 294 1470 15.03%
Waluyojati 4362 0 0 0.00%
Fajaragung 2552 0 0 0.00%
FajaragungBarat 2107 0 0 0.00%
PringsewuTimur 7690 210 1050 13.65%
Margakarya 3597 2 10 0.28%
Sidoharjo 7009 74 370 5.28%
Bulokarto(KecGadingRejo) 3242 121 605 18.66%
Jumlah 82704 1525 7625 9.22%
Sumber : PDAM Pringsewu, 2014
5.4.2. BUKAN JARINGAN PERPIPAAN (BJP)
Untuk penyediaan air bersih yang bukan jaringan perpipaan di wilayah
perkotaan Pringsewu, menggunakan atau memanfaatkan sumur-sumur
dangkal. Baik dengan cara menggali sumur atau membuat pengeboran air
tanah dangkal dan menggunakan pompa air untuk pemanfaatan airnya.
Secara volume kuantitas air tanah dangkal di wilayah ini banyak
dipengaruhi oleh iklim. Saat iklim kemarau, banyak sumur-sumur dangkal yang
ada mengalami penurunan kapasitas. Sehingga menurut kami, ini merupakan
peluang bagi PDAM untuk menambah jumlah sambungan baru. Dan secara
kualitas air tanah dangkalnya kurang baik dan banyak mengadung unsure
kapur dan mineral logam, hal ini hampir rata-rata kondisi air tanah dangkal
sama disemua tempat di Propinsi Lampung. Sehingga banyak masyarakat
perkotaan membeli air kemasan sebagai sumber air minumnya. Sedangkan air
sumur dangkal hanya digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus
(MCK).
5.5. RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR
Rencana penataan jaringan distribusi air pada kecamatan pringsewu
didasari pada kehilangan air yang cukup tinggi, yang diduga adanya kebocoran
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 12
CV YARA PASHMA
pipa maupun adanya air yang tidak berekening. Dalam pelaksanaan
pengendalian kebocoran secara aktif kebocoran yang tidak terlaporkan dan
kebocoran halus (rembes) pada sambungan atau retak-retak yang sangat kecil
ditanggulangi dengan penggantian pipa dan pembentukan “district metered
area” (DMA)
5.5.1. Pembangunan DMA (District Metering Area)
Pembangunan DMA adalah untuk membagi wilayah pelayanan menjadi
zone hidrolik yang lebih kecil, dengan tujuan untuk;
a) mempercepat waktu tanggap dan mempercepat untuk
menemukan dan memperbaiki kebocoran/kerusakan pipa
transmisi/distribusi.
b) membagi jaringan distribusi kebeberapa DMA , sehingga aliran ke
wilayah tersebut bisa dipantau secara berkala, untuk
memperkirakan besarnya dan menemukan kebocoran halus
(rembes) ”back-ground leakage”
c) untuk mengelola tekanan pada setiap DMA, sehingga jaringan
dioperasikan pada tingkat tekanan yang optimum.
Merencanakan DMA, idealnya didahului dengan pemodelan hidraulika,
juga memahami operasi jaringan distribusi yang merupakan faktor penting.
Karena itu merencanakan DMA sangat spesifik, dan DMA satu sistem
penyediaan air minum berbeda dengan sistem penyediaan air minum yang lain.
Umumnya dimulai dari pipa induk dan maju kearah pipa lain yang lebih kecil.
Tujuannya adalah memisahkan sedapat mungkin suatu DMA dari pipa induk,
jadi memperbaiki pengendalian tanpa dampak yang berarti pada sistem secara
keseluruhan (misal pada pemadaman kebakaran dlsbnya). Manfaat yang dapat
diperoleh dengan pembentukan DMA antara lain:
a) Untuk prioritasisasi kegiatan deteksi kebocoran
b) Pengaturan tekanan yang ideal
c) Pengendalian air tak berekening melalui DMA sekaligus berguna
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 13
CV YARA PASHMA
untuk perbaikan kualitas air dan pelayanan
DMA dipilih di wilayah-wilayah pelayanan yang mempunyai atau dicurigai
kehilangan air yang tinggi, dimana diharapkan terget penurunan yang tinggi.
Wilayah geografis DMA sebaiknya tidak terlalu luas sehingga memudahkan
pemantauan. Jumlah sambungan ideal antara 500 – 3.000. semakin kecil
ukuran DMA, semakin mahal biayanya karena semakin banyak meter dan valve
yang harus dipasang. Tetapi keuntungannya, semakin mudah untuk mendeteksi
dan memperbaiki kebocoran di area yang lebih kecil.
Pembuatan DMA menyebabkan lebih banyak ujung pipa mati, akibat
ditutup dengan valve atau diputus pipanya. Biasanya akan menurunkan kualitas
air karena terjadi endapan, terutama di awal-awal operasional DMA. Keluhan
pelanggan pun dapat meningkat. Hal ini dapat diatasi dengan lebih sering
melakukan pengglontoran/pengurasan (flushing) jaringan distribusi.
Pengoperasian atau pengamatan pola aliran dan tekanan dalam DMA
memerlukan tekanan tertentu. Dalam merencanakan DMA sebaiknya
mempertimbangkan dan memahami tekanan dalam jaringan distribusi.
Tekanan yang semula terlalu rendah dalam tahap awal pengoperasian
mungkin akan mengakibatkan tekanan lebih rendah lagi, apabila dibuat DMA.
Namun dengan perbaikan-perbaikan kebocoran pipa,tekanan akan
meningkat.
Tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah seringkali menimbulkan
keluhan pada pelanggan. Idealnya, perencanaan DMA menggunakan
pemodelan jaringan distribusi melalui komputer, namun tidak semua pengelola
penyedia air minum memiliki sarana ini. Sebagai pemutus hubungan antara
satu jaringan DMA dengan jaringan di sebelahnya, penggunaan valve lebih
dianjurkan daripada pemutusan pipa, supaya lebih mudah dilakukan perubahan
bila dalam perkembangannya batasan DMA harus disesuaikan.
Batas DMA tidak perlu terlalu kaku, sehingga pada suatu saat diperlukan
perubahan, mudah untuk disesuaikan. Jumlah meter induk DMA yang
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 14
CV YARA PASHMA
digunakan dibatasi seminimal mungkin, direncanakan setiap DMA
menggunakan hanya 1 (satu) meter induk. Semakin banyak meter induk yang
digunakan, semakin rumit operasi DMA. Meter pelanggan besar, misalnya untuk
pelanggan industri atau niaga besar harus diperlakukan sebagai ekspor air dari
jaringan DMA. Berdasarkan kriteria dan penjelasan tersebut diatas, maka
jumlah DMA per zona serta pengembangan sambungan rumah (SR)
berdasarkan proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2025 setiap zona
bisa dilihat pada tabel 5.5. Terlampir pada gambar 5.2. s/d 5.6 untuk lokasi-
lokasi District Metered Area (DMA) untuk setiap Zona di Area Pelayanan PDAM
Way Sekampung Kecamatan Pringsewu.
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 15
CV YARA PASHMA
Tabel 5.5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Penduduk Per Zona Kecamatan Pringsewu.
Sumber : Hasil Analisa Konsultan
Keterangan:
Zona A : Kel. Pringsewu Barat,Kel Bumiarum,Kel Bumiayu,Kel. Pajaresuk,Kel.Rejosari,Kel.Podosari
Zona B : Kel. Pringsewu Selatan, Kel.Waluyojati, Kel. Fajaragung,Kel.Fajaragung Barat
Zona C : Kel. Pringsewu Utara,Kel. Podomoro,Kel.Sidoharjo
Zona D : Kel. Pringsewu Timur,Kel. Margakarya, Kel. Bulokerto (Kec. Gadingrejo pelayanan Pringsewu)
A B C D A B C D A B C D A B C D
A KEPENDUDUKAN
1 Jumlah Penduduk jiwa 27645 18799 21731 14529 29749 20230 23385 15635 31624 21505 24859 16620 33617 22860 26426 17668
2 Tingkat Pelayanan/ Area Proyeksi % 9.73% 7.82% 8.28% 11.46% 22% 26% 24% 35% 30% 39% 35% 51% 38% 50% 45% 66%
3 Penduduk Terlayani jiwa 2690 1470 1800 1665 6440 5220 5550 5415 9565 8345 8675 8540 12690 11470 11800 11665
4 JumlahPenduduk Per SR Jiwa 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
B KEBUTUHAN DOMESTIK
1 JumlahSR/ Area Proyeksi unit 538 294 360 333 1288 1044 1110 1083 1913 1669 1735 1708 2538 2294 2360 2333
2 PemakaianPer Orang lt/ hari 90 90 90 90 90 90 90 90 120 120 120 120 120 120 120 120
3 KebutuhanAir SRDomestik lt/ det 2.80 1.53 1.88 1.73 6.71 5.44 5.78 5.64 13.28 11.59 12.05 11.86 17.63 15.93 16.39 16.20
C KEBUTUHAN NON DOMESTIK
15 % Dari KebutuhanDomestik lt/ det 0.42 0.23 0.28 0.26 1.01 0.82 0.87 0.85 1.99 1.74 1.81 1.78 2.64 2.39 2.46 2.43
D KEBUTUHAN TOTALAIR lt/det 3.22 1.76 2.16 1.99 7.71 6.25 6.65 6.49 15.28 13.33 13.86 13.64 20.27 18.32 18.85 18.63
E JUMLAH DMA unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
URAIAN VOLNo.
2020
ZONA
2025
ZONAZONA
2014 2030
TAHUN
ZONA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 16
CV YARA PASHMA
Gambar 5.2. Rencana Penataan Jaringan Distribusi air Minum dengan Sistem DMA
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 17
CV YARA PASHMA
Gambar 5.3. District Metering Area ZONA A
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 18
CV YARA PASHMA
Gambar 5.4. District Metering Area ZONA B
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 19
CV YARA PASHMA
Gambar 5.5. District Metering Area ZONA C
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 20
CV YARA PASHMA
Gambar 5.6. District Metering Area ZONA D
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 21
CV YARA PASHMA
5.5.2. Manajemen District Metering Area
Setelah DMA terbentuk valve-valve sudah terpasang untuk
membatasi/mengisolasi jaringan, meter induk sudah terpasang untuk mengukur
aliran pasokan ke DMA, bukan berarti pekerjaan selesai. Justru yang paling
penting adalah mengoperasikan DMA. Ketika DMA sudah teruji, kegiatan
lanjutan adalah mengelola, mengoperasikan dan memeliharanya. Sebaiknya
dibuat SOP (standard operating procedures) untuk mengelola, mengoperasikan
dan memelihara DMA, disesuaikan dengan kebijakan perusahaan.
Kegiatan awal District Metering Area meliputi :
1) Mengatur prosedur pencatatan
2) Mengatur prosedur pemantauan dan pengumpulan data
3) Memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat tentang perubahan
katup
4) Menentukan urutan dan prioritas kegiatan melokalisir kebocoran
5) Memonitor keluhan pelanggan, khususnya pada saat tekanan rendah atau
tidak air.
Gambar. Skematik District Metering Area
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 22
CV YARA PASHMA
Operasional pada DMA diuraikan dibawah ini, meliputi:
1) Monitoring aliran dan tekanan secara teratur.
Monitoring dan pencatatan aliran pada meter induk DMA secara teratur
sangat penting sebagai dasar pengelolaan pasokan dan pengendalian
kebocoran. Pola aliran harian yang tidak terlalu berbeda menjadi indikator
tingginya kebocoran di DMA tersebut. Demikian juga pola variasi tekanan
harian dapat menjadi petunjuk.
2) Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control).
Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control) terutama pada
malam hari harus dilakukan secara periodik. Di wilayah yang relatif tidak
terlalu besar, tentu akan lebih mudah mendengarkan suara kebocoran atau
melihat kebocoran- kebocoran yang muncul ke permukaan hanya pada
malam hari saat tekanan tinggi. Temuan harus segera ditindaklanjuti.
3) Penghitungan volume kebocoran.
Penghitungan volume kebocoran dapat dilakukan dengan menghitung aliran
minimum malam dengan konsumsi minimum malam. Caranya, pada saat
konsumsi paling rendah, biasanya sekitar tengah malam, dapat diketahui
dari pola harian aliran dan tekanan, dilakukan pencatatan meter induk
dan meter pelanggan yang ada di DMA. Meter pelanggan yang dibaca
tidak perlu seluruhnya, tetapi minimum 10% dari total jumlah pelanggan.
Pembacaan meter dilakukan dua kali pada malam yang sama, yaitu sekali
pada awal jam minimum (misalnya pukul 24.00) dan diulang pada akhir jam
minimum (misalnya pukul 04.00). Demikian juga meter induk DMA dibaca
pada jam-jam yang sama. Dengan perhitungan matematis akan didapatkan
aliran minimum malam (dari bacaan meter induk) dan konsumsi malam (dari
bacaan meter pelanggan) secara total. Selisih antara aliran minimum malam
dan konsumsi malam adalah kebocoran atau nett night flow. Saat
melaksanakan pembacaan, biasanya memerlukan persiapan, terutama
pemberitahuan kepada para pelanggan yang akan menjadi sampel
pembacaam meter supaya dapat membaca meter pelanggan pada jam-
DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU
PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU
LAPORAN AKHIR 5. 23
CV YARA PASHMA
jam tersebut. Pembacaan meter pelanggan dapat dilakukan oleh para
pembaca meter.
4) Penghitungan konsumsi (aliran malam minimum)
Penghitungan konsumsi sebagai dasar pengelolaan pasokan dan
tekanan. Pengukuran terhadap pola aliran dan pola konsumsi harian akan
menjadi dasar perencanaan pasokan di wilayah DMA, sehingga sesuai
kebutuhan. Pasokan yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan yang
menyebabkan tambahan kebocoran.
5) Pengendalian tekanan.
Dengan area yang terbatas, tekanan lebih mudah dikendalikan. Dari pola
harian tekanan dapat diketahui kapan tekanan rendah dan tinggi sehingga
dapat dilakukan penyesuaian. Untuk kepentingan ini, setiap DMA dilengkapi
dengan PRV (pressure reducing valve) “double pilot”, untuk mengatur jam
kerja PRV, sehingga penurunan tekanan bisa dilakukan tanpa mengganggu
pelayanan kepada pelanggan.
6) Pengujian-pengujian.
Pengujian lain seperti step testing sangat penting dilakukan, terutama untuk
melokalisir kebocoran.

More Related Content

Similar to 5. Rencana Penataan Jaringan Perpipaan

proyeksi air bersih
proyeksi air bersihproyeksi air bersih
proyeksi air bersih
Reza Nuari
 
Penyusunan KSCT Kabupaten Pamekasan
Penyusunan KSCT Kabupaten PamekasanPenyusunan KSCT Kabupaten Pamekasan
Penyusunan KSCT Kabupaten Pamekasan
Vorata Alvorata
 
Wahyu pujiyono
Wahyu pujiyonoWahyu pujiyono
Wahyu pujiyono
wahyupujiyono
 
Wahyu pujiyono
Wahyu pujiyonoWahyu pujiyono
Wahyu pujiyono
wahyupujiyono
 
Bab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan SanitasiBab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Penentuan Harga Air.pptx
Penentuan Harga Air.pptxPenentuan Harga Air.pptx
Penentuan Harga Air.pptx
ssuser48533b
 
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan YogyakartaPusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
bramantiyo marjuki
 
RAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptx
RAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptxRAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptx
RAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptx
bappedakmtrc
 
PAPARAN INALUM.pptx
PAPARAN INALUM.pptxPAPARAN INALUM.pptx
PAPARAN INALUM.pptx
PieterHutagalung1
 
Paparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptx
Paparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptxPaparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptx
Paparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptx
hananwijayakusuma7
 
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk PangkepMakalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Dian Arisona
 
Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...
Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...
Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...
Hidyantara Firnhanta
 
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdfPaparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
JayaIvan
 
New Site Development (NSD) Jatiwangi Kota Bima
New Site Development (NSD) Jatiwangi Kota BimaNew Site Development (NSD) Jatiwangi Kota Bima
New Site Development (NSD) Jatiwangi Kota Bima
Bagus ardian
 
R4 05 kemenpupera
R4 05 kemenpuperaR4 05 kemenpupera
R4 05 kemenpupera
Geby Mediansyah
 
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptxTugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
dwijuwitaptr
 
Lap kp bab 1
Lap kp bab 1Lap kp bab 1
Lap kp bab 1
Riana Puka ST
 
Analisis data dasar puskesmas
Analisis data dasar puskesmasAnalisis data dasar puskesmas
Analisis data dasar puskesmasJoni Iswanto
 
EXPOSE PENDAHULUAN.pdf
EXPOSE PENDAHULUAN.pdfEXPOSE PENDAHULUAN.pdf
EXPOSE PENDAHULUAN.pdf
syahrul891
 
BKKBN.ppt
BKKBN.pptBKKBN.ppt
BKKBN.ppt
NurHanifah71
 

Similar to 5. Rencana Penataan Jaringan Perpipaan (20)

proyeksi air bersih
proyeksi air bersihproyeksi air bersih
proyeksi air bersih
 
Penyusunan KSCT Kabupaten Pamekasan
Penyusunan KSCT Kabupaten PamekasanPenyusunan KSCT Kabupaten Pamekasan
Penyusunan KSCT Kabupaten Pamekasan
 
Wahyu pujiyono
Wahyu pujiyonoWahyu pujiyono
Wahyu pujiyono
 
Wahyu pujiyono
Wahyu pujiyonoWahyu pujiyono
Wahyu pujiyono
 
Bab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan SanitasiBab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
Bab 4. Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
 
Penentuan Harga Air.pptx
Penentuan Harga Air.pptxPenentuan Harga Air.pptx
Penentuan Harga Air.pptx
 
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan YogyakartaPusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pusat Pelayanan dan Interaksi Keruangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta
 
RAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptx
RAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptxRAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptx
RAPAT PENENTUAN TEMA RKPD 2019.pptx
 
PAPARAN INALUM.pptx
PAPARAN INALUM.pptxPAPARAN INALUM.pptx
PAPARAN INALUM.pptx
 
Paparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptx
Paparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptxPaparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptx
Paparan Musren Kec wangon 1 maret 2024.pptx
 
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk PangkepMakalah Proyeksi Penduduk Pangkep
Makalah Proyeksi Penduduk Pangkep
 
Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...
Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...
Analisa pola operasi embung joho untuk evaluasi sistem jaringan pipa dan peng...
 
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdfPaparan Bappeda Renja Perkim.pdf
Paparan Bappeda Renja Perkim.pdf
 
New Site Development (NSD) Jatiwangi Kota Bima
New Site Development (NSD) Jatiwangi Kota BimaNew Site Development (NSD) Jatiwangi Kota Bima
New Site Development (NSD) Jatiwangi Kota Bima
 
R4 05 kemenpupera
R4 05 kemenpuperaR4 05 kemenpupera
R4 05 kemenpupera
 
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptxTugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
Tugas Akhir PPT Banjir di kota palembang sumatera selatan.pptx
 
Lap kp bab 1
Lap kp bab 1Lap kp bab 1
Lap kp bab 1
 
Analisis data dasar puskesmas
Analisis data dasar puskesmasAnalisis data dasar puskesmas
Analisis data dasar puskesmas
 
EXPOSE PENDAHULUAN.pdf
EXPOSE PENDAHULUAN.pdfEXPOSE PENDAHULUAN.pdf
EXPOSE PENDAHULUAN.pdf
 
BKKBN.ppt
BKKBN.pptBKKBN.ppt
BKKBN.ppt
 

5. Rencana Penataan Jaringan Perpipaan

  • 1. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 1 CV YARA PASHMA V. RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM 5.1. PENDUDUK Berdasarkan perkembangan jumlah penduduk kepadatan penduduk kecamatan Pringsewu pada tahun 2013 adalah 1.491 jiwa/km2, dimana artinya setiap 1 kilometer persegi wilayah di kecamatan Pringsewu rata rata dihuni oleh sekitar 1.491 jiwa penduduk. Diantara 11 pekon dan 4 kelurahan yang terdapat dikecamatan Pringsewu, kelurahan Pringsewu Selatan mempunyai jumlah penduduk yang paling banyak dibandingkan yang lainnya. Dengan penduduk laki-laki berjumlah 4.961 orang dan penduduk perempuan berjumlah 4.817 orang sehingga jumlah keseluruhan penduduk pekon Pringsewu Selatan pada tahun 2013 adalah sebesar 9.778 orang. Hal ini juga berarti 13 persen penduduk di kecamatan Pringsewu berada di kelurahan Pringsewu Selatan. Kemudian yang mempunyai penduduk paling sedikit adalah pekon Bumi Ayu, dimana penduduknya hanya terdiri dari 861 penduduk laki-laki dan 845 penduduk perempuan sehingga total penduduknya hanya 1.706 orang. Dan wilayah yang mempunyai kepadatan tertinggi adalah kelurahan Pringsewu Selatan dengan 4.889 jiwa penduduk per 1 kilometer persegi. Dan kepadatan penduduk paling rendah adalah pekon Bumiayu dengan 315 jiwa/km2. Lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Kecamatan Pringsewu secara lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Kecamatan Pringsewu Per-Desa/Pekon Desa/ Pekon Laki-Laki Perempuan Jumlah Margakarya 1.743 1.854 3.597 Waluyojati 2.208 2.154 4.362 Pajaresuk 3.690 3.614 7.304
  • 2. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 2 CV YARA PASHMA Desa/ Pekon Laki-Laki Perempuan Jumlah Sidoharjo 3.484 3.525 7.009 Podomoro 2.755 2.527 5.282 Bumiarum 1.752 1.597 3.349 Fajaragung 1.313 1.239 2.552 Rejosari 1.764 1.734 3.498 Pringsewu Utara 4.752 4.688 9.440 Pringsewu Selatan 4.961 4.817 9.778 Pringsewu Barat 3.962 3.795 7.757 Pringsewu Timur 3.824 3.866 7.690 Bumiayu 861 845 1.706 Fajaragung Barat 1.057 1.050 2.107 Podosari 2.035 1.996 4.031 Kecamatan Pringsewu 40.161 39.301 79.462 Sumber : Statistik Kecamatan Pringsewu 2014 5.2. PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan faktor utama dalam kepentingan penataan jaringan distribusi air minum. Kebutuhan akan air minum akan semakin meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk itu dalam pelaksanaan penataan jaringan distribusi air minum diperlukan proyeksi penduduk dari daerah perencanaan tersebut. Proyeksi pertumbuhan penduduk pada prinsipnya adalah suatu usaha perkiraan yang didasarkan pada trend/ kecendrungan yang dihasilkan dari sejumlah data yang ada pada tahun-tahun sebelumnya. Agar data menentukan kebutuhan air minum pada masa mendatang perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan pertumbuhan penduduk yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk di masa mendatang. Hasil analisa ini selanjutnya digunakan sebagai dasar perhitungan penataan jaringan distribusi air minum. Proyeksi jumlah penduduk dilakukan dengan menggunakan metode yaitu : 1. Metode Aritmatika 2. Metode Geometri
  • 3. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 3 CV YARA PASHMA 3. Metode Least Square 5.2.1. Metoda Aritmatika Metoda ini didasarkan pada angka kenaikan penduduk rata-rata setiap tahun. Metoda ini digunakan jika data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama setiap tahunnya. Metoda ini juga merupakan metoda proyeksi dengan regresi sederhana. Persamaan umumnya adalah : Y = a + bx Dimana : Y = nilai variabel berdasarkan garis regresi, populasi ke - n x = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal a = konstanta           22 2 XiXin XiYiXiXiYi a    b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier          22 XiXin YiXiXiYin b    5.2.2. Metode Geometri Metoda ini didasarkan pada rasio pertambahan penduduk rata-rata tahunan. Sering digunakan untuk memperkirakan data yang perkembangannya melaju sangat cepat. Persamaan umumnya adalah: bXaY .
  • 4. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 4 CV YARA PASHMA Persamaan diatas dapat dikembalikan kepada model linier dengan mengambil logaritma napirnya (Ln), dimana : Ln Y = Ln a + b x Ln X Persamaan tersebut linier dalam Ln X dan Ln Y. n Ln(Xi)bLn(Yi) a            22 ln(X))Ln(Xin Ln(Yi)Ln(Xi)Ln(Yi))(Ln(Xi)n b Dimana : Y = Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke - n X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun awal a = konstanta b = koefesien arah garis (gradien) regresi linier 5.2.3. Metode Least Square Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah dengan menggunakan metode Least Square. Persamaan yang digunakan dalam metode Least Square ini adalah : Ŷ = a + bx Keterangan : Ŷ = Nilai variabel berdasarkan garis regresi x = variabel independen x a = konstanta b = koefisien arah regresi linear adapun persamaan a dan b adalah :
  • 5. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 5 CV YARA PASHMA Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu maka koefisien a dapat ditentukan dengan persamaan lain : a = Y – Bx Dimana Y dan X masing-masing adalah rata-rata untuk variabel Y dan X. 5.2.4. Pemilihan Metode Proyeksi Pemilihan metoda dilakukan dengan menghitung standar deviasi (simpangan baku) dan nilai koefisien korelasi. Persamaan Standar Deviasi : )1( )()( 22    nn xxn S ii Persamaan Koefisien Korelasi : 2 2' )( )( 1 yy yy r i i    dimana : xI = P – P’ yI = P = Jumlah penduduk awal y = Pr = Jumlah penduduk rata-rata y’ = P’ = Jumlah penduduk yang akan dicari Pemilihan metoda proyeksi yang paling tepat jika :  Harga “S“ yang paling kecil.  Harga “r” yang paling mendekati 1 atau –1.
  • 6. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 6 CV YARA PASHMA Fungsi S dan r dalam statistik :  Harga “S” menunjukkan besarnya penyimpangan data dari nilai rata – rata  Harga “r” nilai yang menunjukkan hubungan antara dua parameter. Berdasarkan metode proyeksi penduduk diatas, maka didapatkan proyeksi penduduk Kecamatan Pringsewu yang dapat dilihat pada tabel 5.2. Tabel 5.2. Proyeksi Penduduk Kelurahan/ Desa Kecamatan Pringsewu 2014-2025 Desa Jumlah Penduduk 2014 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2030 Margakarya 3597 3731 3824 3918 4015 4115 4217 4374 Waluyojati 4362 4525 4637 4752 4869 4990 5113 5304 Pajaresuk 7304 7577 7764 7957 8153 8355 8562 8882 Sidoharjo 7009 7271 7451 7635 7824 8018 8216 8523 Podomoro 5282 5479 5615 5754 5896 6042 6192 6423 Bumiarum 3349 3474 3560 3648 3739 3831 3926 4073 Fajaragung 2552 2647 2713 2780 2849 2919 2992 3103 Rejosari 3498 3629 3718 3811 3905 4001 4101 4254 PringsewuUtara 9440 9793 10035 10283 10538 10799 11066 11479 PringsewuSelatan 9778 10143 10394 10652 10915 11185 11462 11890 PringsewuBarat 7757 8047 8246 8450 8659 8874 9093 9433 PringsewuTimur 7690 7977 8175 8377 8584 8797 9015 9351 Bumiayu 1706 1770 1814 1858 1904 1952 2000 2075 FajaragungBarat 2107 2186 2240 2295 2352 2410 2470 2562 Podosari 4031 4182 4338 4500 4668 4783 4902 5085 Bulokarto(Kec.GadingRejo) 3242 3363 3489 3619 3754 3847 3942 4090 JUMLAH 82704 82430 84523 86670 88872 91072 93326 96812 Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015 5.3. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM Perhitungan kebutuhan air minum didasarkan pada jumlah penduduk, jumlah dan jenis kegiatan perkotaan yang memerlukan air, dan standar pemakaian air. Kebutuhan air terdiri dari domestik dan non domestik.
  • 7. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 7 CV YARA PASHMA Kebutuhan domestik adalah kebutuhan yang berdasarkan jumlah penduduk dan pemakaian air per orang. Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial yang berupa industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Sebagai referensi, tingkat konsumsi air dapat diperbandingkan dengan standar kebutuhan air minum yang berlaku sebagai berikut :  Domestik perkotaan : 120 – 150 ltr/org/hr (Permen PU No. 18/2007)  Domestik perdesaan : Minimal 60 ltr/org/hr (Permen PU No. 18/2007)  Non-Domestik : Tambahan 15 % x kebutuhan domestik (Permen PU No. 18/2007) Berikut besar proyeksi kebutuhan air minum Kecamatan Pringsewu sampai tahun 2030 dapat dilihat pada tabel 5.3 dan grafik kebutuhan air Kecamatan Pringsewu dapat dilihat pada gambar 5.1.
  • 8. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 8 CV YARA PASHMA Tabel 5.3. Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kecamatan Pringsewu Sampai 2030 Sumber : Hasil Analisa Konsultan, 2015 A 2014 2017 2019 2021 2023 2025 2027 2030 1 Jumlah Penduduk jiwa 82704 82430 84523 86670 88872 91072 93326 96812 2 Tingkat Pelayanan % 9.22% 18.35% 23.81% 28.99% 33.90% 38.57% 42.99% 46.61% 3 Penduduk Terlayani jiwa 7625 15125 20125 25125 30125 35125 40125 45125 4 Jumlah Penduduk Per SR Jiwa 5 5 5 5 5 5 5 5 B KEBUTUHAN DOMESTIK 1 Jumlah SRAktif unit 1525 3025 4025 5025 6025 7025 8025 9025 2 Pemakaian Per Orang lt/ hari 90 90 90 90 90 120 120 120 3 Kebutuhan Air SR lt/ det 7.94 15.76 20.96 26.17 31.38 48.78 55.73 62.67 4 Jumlah HU unit 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Kebutuhan Air HU lt/ det 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 6 Kebutuhan Domestik lt/ det 8.03 15.84 21.05 26.26 31.47 48.87 55.82 62.76 C KEBUTUHAN NON DOMESTIK 15 % Dari Kebutuhan Domestik lt/ det 1.20 2.38 3.16 3.94 4.72 7.33 8.37 9.41 Total Kebutuhan Non Domestik lt/ det 1.20 2.38 3.16 3.94 4.72 7.33 8.37 9.41 D KEBUTUHAN TOTALAIR lt/det 9.23 18.22 24.21 30.20 36.19 56.20 64.19 72.17 E KEHILANGAN AIR % Kehilangan Air % 44.50 40.50 36.50 32.50 28.50 24.50 20.50 16.50 Jumlah Kehilangan Air lt/ det 4.11 7.38 8.84 9.81 10.31 13.77 13.16 11.91 F KEBUTUHAN AIR RATA RATA (D+E) lt/det 13.34 25.60 33.04 40.01 46.50 69.97 77.35 84.08 G KEBUTUHAN AIR MAKSIMUM Faktor Koefisien 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 1.15 Kebutuhan Air lt/ det 15.34 29.44 38.00 46.01 53.48 80.47 88.95 96.70 H KEBUTUHAN JAM PUNCAK Faktor Koefisien 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 1.7 Kebutuhan Air lt/ det 22.68 43.51 56.17 68.02 79.05 118.95 131.49 142.94 lt/ det 86.15 85.86496 88.04513 90.28131 92.57497 126.4884 129.6192 134.4612 VOLNo. URAIAN KEPENDUDUKAN KEBUTUHAN AIR RATA RATA PENDUDUK KECAMATAN TAHUN
  • 9. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 9 CV YARA PASHMA Gambar 5.1 Grafik Kebutuhan Air Kecamatan Pringsewu 5.4. Kondisi Teknis Eksisting Pelayanan penyediaan air bersih kota Pringsewu dikelola oleh PDAM. PDAM kota Pringsewu pada mulanya merupakan bagian dari PDAM Way Agung Kabupaten Tanggamus atau sejak berdirinya Kabupaten Tanggamus pada tahun 1997. Artinya bahwa secara teknis penyediaan air bersih di kota ini sudah ada sejak lama yaitu tahun 1997. Namun hingga akhir pada tahun 2009 Pringsewu resmi berpisah dari kabupaten induknya Tanggamus, yang otomatis PDAM di kedua wilayah inipun berpisah. Pemisahan aset PDAM sendiri terjadi pada bulan Agustus 2010. Periode Agustus 2010 hingga Juli 2011 terjadi kekosongan pengelolaan SPAM di Kabupaten Pringsewu atau dengan kata lain PDAM berhenti beroperasi. Baru pada tanggal 25 Juli 2011 turunlah Peraturan Bupati Kabupaten Pringsewu Nomor 19 Tahun 2011, tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Sekampung. Pada pertengahan bulan Oktober 2011, PDAM Way Sekampung mulai kembali beroperasi, setelah mendapat bantuan daya listrik dan pompa sentri yang dibangun di IPA Bumi Arum dari Pemerintah Pusat melalui Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum (PKPAM) Propinsi Lampung.
  • 10. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 10 CV YARA PASHMA 5.4.1. JARINGAN PERPIPAAN (JP) Daerah pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan saat ini hanya melayani sebagian wilayah perkotaan Pringsewu, yaitu pekon Sidoharjo, pekon Podomoro, pekon Margakaya, pekon podosari, pekon Bumi Arum, Kelurahan Pringsewu Timur, Kelurahan Pringsewu Barat, Kelurahan Pringsewu Selatan dan Kelurahan Pringsewu Utara. Jumlah pelanggan air bersih perkotaan Pringsewu ada sebanyak 1.364 unit sambungan yang berarti cakupan pelayanannya sebesar ± 4 % dari jumlah penduduk yang ada di wilayah ini. Sedangkan volume jaringan pipa yang ada di wilayah perkotaan Pringsewu ada sebanyak ±162 km, artinya bahwa masih sangat jauh cakupan layanan yang ada dibandingkan besaran volume pipa yang tertanam. Hal ini menjadi tugas PDAM dalam mengejar jumlah sambungan, guna menambah besaran cakupan layanannya. Sedangkan sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM adalah sungai Way Sekampung dengan kapasitas produksi sebesar 75 lpd. Artinya bahwa masih banyak kapasitas yang belum dioptimalkan untuk melayani kebutuhan air bersih masyarakat. Daerah pelayanan PDAM Pringgsewu dan jumlah SR dapat dilihat pada tabel 5.4 Tabel 5.4. Jumlah penduduk dan SR Eksisiting Daerah Pelayanan Pringsewu 2014 Kelurahan/ Pekon Pendudu k SR Penduduk Terlayani Tingkat Pelayanan PringsewuBarat 7757 130 650 8.38% Bumiarum 3349 209 1045 31.20% Bumiayu 1706 0 0 0.00% Pajaresuk 7304 0 0 0.00% Rejosari 3498 170 850 24.30% Podosari 4031 29 145 3.60% Podomoro 5282 142 710 13.44% PringsewuUtara 9440 144 720 7.63%
  • 11. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 11 CV YARA PASHMA Kelurahan/ Pekon Pendudu k SR Penduduk Terlayani Tingkat Pelayanan PringsewuSelatan 9778 294 1470 15.03% Waluyojati 4362 0 0 0.00% Fajaragung 2552 0 0 0.00% FajaragungBarat 2107 0 0 0.00% PringsewuTimur 7690 210 1050 13.65% Margakarya 3597 2 10 0.28% Sidoharjo 7009 74 370 5.28% Bulokarto(KecGadingRejo) 3242 121 605 18.66% Jumlah 82704 1525 7625 9.22% Sumber : PDAM Pringsewu, 2014 5.4.2. BUKAN JARINGAN PERPIPAAN (BJP) Untuk penyediaan air bersih yang bukan jaringan perpipaan di wilayah perkotaan Pringsewu, menggunakan atau memanfaatkan sumur-sumur dangkal. Baik dengan cara menggali sumur atau membuat pengeboran air tanah dangkal dan menggunakan pompa air untuk pemanfaatan airnya. Secara volume kuantitas air tanah dangkal di wilayah ini banyak dipengaruhi oleh iklim. Saat iklim kemarau, banyak sumur-sumur dangkal yang ada mengalami penurunan kapasitas. Sehingga menurut kami, ini merupakan peluang bagi PDAM untuk menambah jumlah sambungan baru. Dan secara kualitas air tanah dangkalnya kurang baik dan banyak mengadung unsure kapur dan mineral logam, hal ini hampir rata-rata kondisi air tanah dangkal sama disemua tempat di Propinsi Lampung. Sehingga banyak masyarakat perkotaan membeli air kemasan sebagai sumber air minumnya. Sedangkan air sumur dangkal hanya digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus (MCK). 5.5. RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR Rencana penataan jaringan distribusi air pada kecamatan pringsewu didasari pada kehilangan air yang cukup tinggi, yang diduga adanya kebocoran
  • 12. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 12 CV YARA PASHMA pipa maupun adanya air yang tidak berekening. Dalam pelaksanaan pengendalian kebocoran secara aktif kebocoran yang tidak terlaporkan dan kebocoran halus (rembes) pada sambungan atau retak-retak yang sangat kecil ditanggulangi dengan penggantian pipa dan pembentukan “district metered area” (DMA) 5.5.1. Pembangunan DMA (District Metering Area) Pembangunan DMA adalah untuk membagi wilayah pelayanan menjadi zone hidrolik yang lebih kecil, dengan tujuan untuk; a) mempercepat waktu tanggap dan mempercepat untuk menemukan dan memperbaiki kebocoran/kerusakan pipa transmisi/distribusi. b) membagi jaringan distribusi kebeberapa DMA , sehingga aliran ke wilayah tersebut bisa dipantau secara berkala, untuk memperkirakan besarnya dan menemukan kebocoran halus (rembes) ”back-ground leakage” c) untuk mengelola tekanan pada setiap DMA, sehingga jaringan dioperasikan pada tingkat tekanan yang optimum. Merencanakan DMA, idealnya didahului dengan pemodelan hidraulika, juga memahami operasi jaringan distribusi yang merupakan faktor penting. Karena itu merencanakan DMA sangat spesifik, dan DMA satu sistem penyediaan air minum berbeda dengan sistem penyediaan air minum yang lain. Umumnya dimulai dari pipa induk dan maju kearah pipa lain yang lebih kecil. Tujuannya adalah memisahkan sedapat mungkin suatu DMA dari pipa induk, jadi memperbaiki pengendalian tanpa dampak yang berarti pada sistem secara keseluruhan (misal pada pemadaman kebakaran dlsbnya). Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembentukan DMA antara lain: a) Untuk prioritasisasi kegiatan deteksi kebocoran b) Pengaturan tekanan yang ideal c) Pengendalian air tak berekening melalui DMA sekaligus berguna
  • 13. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 13 CV YARA PASHMA untuk perbaikan kualitas air dan pelayanan DMA dipilih di wilayah-wilayah pelayanan yang mempunyai atau dicurigai kehilangan air yang tinggi, dimana diharapkan terget penurunan yang tinggi. Wilayah geografis DMA sebaiknya tidak terlalu luas sehingga memudahkan pemantauan. Jumlah sambungan ideal antara 500 – 3.000. semakin kecil ukuran DMA, semakin mahal biayanya karena semakin banyak meter dan valve yang harus dipasang. Tetapi keuntungannya, semakin mudah untuk mendeteksi dan memperbaiki kebocoran di area yang lebih kecil. Pembuatan DMA menyebabkan lebih banyak ujung pipa mati, akibat ditutup dengan valve atau diputus pipanya. Biasanya akan menurunkan kualitas air karena terjadi endapan, terutama di awal-awal operasional DMA. Keluhan pelanggan pun dapat meningkat. Hal ini dapat diatasi dengan lebih sering melakukan pengglontoran/pengurasan (flushing) jaringan distribusi. Pengoperasian atau pengamatan pola aliran dan tekanan dalam DMA memerlukan tekanan tertentu. Dalam merencanakan DMA sebaiknya mempertimbangkan dan memahami tekanan dalam jaringan distribusi. Tekanan yang semula terlalu rendah dalam tahap awal pengoperasian mungkin akan mengakibatkan tekanan lebih rendah lagi, apabila dibuat DMA. Namun dengan perbaikan-perbaikan kebocoran pipa,tekanan akan meningkat. Tekanan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah seringkali menimbulkan keluhan pada pelanggan. Idealnya, perencanaan DMA menggunakan pemodelan jaringan distribusi melalui komputer, namun tidak semua pengelola penyedia air minum memiliki sarana ini. Sebagai pemutus hubungan antara satu jaringan DMA dengan jaringan di sebelahnya, penggunaan valve lebih dianjurkan daripada pemutusan pipa, supaya lebih mudah dilakukan perubahan bila dalam perkembangannya batasan DMA harus disesuaikan. Batas DMA tidak perlu terlalu kaku, sehingga pada suatu saat diperlukan perubahan, mudah untuk disesuaikan. Jumlah meter induk DMA yang
  • 14. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 14 CV YARA PASHMA digunakan dibatasi seminimal mungkin, direncanakan setiap DMA menggunakan hanya 1 (satu) meter induk. Semakin banyak meter induk yang digunakan, semakin rumit operasi DMA. Meter pelanggan besar, misalnya untuk pelanggan industri atau niaga besar harus diperlakukan sebagai ekspor air dari jaringan DMA. Berdasarkan kriteria dan penjelasan tersebut diatas, maka jumlah DMA per zona serta pengembangan sambungan rumah (SR) berdasarkan proyeksi jumlah penduduk sampai dengan tahun 2025 setiap zona bisa dilihat pada tabel 5.5. Terlampir pada gambar 5.2. s/d 5.6 untuk lokasi- lokasi District Metered Area (DMA) untuk setiap Zona di Area Pelayanan PDAM Way Sekampung Kecamatan Pringsewu.
  • 15. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 15 CV YARA PASHMA Tabel 5.5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Jumlah Penduduk Per Zona Kecamatan Pringsewu. Sumber : Hasil Analisa Konsultan Keterangan: Zona A : Kel. Pringsewu Barat,Kel Bumiarum,Kel Bumiayu,Kel. Pajaresuk,Kel.Rejosari,Kel.Podosari Zona B : Kel. Pringsewu Selatan, Kel.Waluyojati, Kel. Fajaragung,Kel.Fajaragung Barat Zona C : Kel. Pringsewu Utara,Kel. Podomoro,Kel.Sidoharjo Zona D : Kel. Pringsewu Timur,Kel. Margakarya, Kel. Bulokerto (Kec. Gadingrejo pelayanan Pringsewu) A B C D A B C D A B C D A B C D A KEPENDUDUKAN 1 Jumlah Penduduk jiwa 27645 18799 21731 14529 29749 20230 23385 15635 31624 21505 24859 16620 33617 22860 26426 17668 2 Tingkat Pelayanan/ Area Proyeksi % 9.73% 7.82% 8.28% 11.46% 22% 26% 24% 35% 30% 39% 35% 51% 38% 50% 45% 66% 3 Penduduk Terlayani jiwa 2690 1470 1800 1665 6440 5220 5550 5415 9565 8345 8675 8540 12690 11470 11800 11665 4 JumlahPenduduk Per SR Jiwa 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 B KEBUTUHAN DOMESTIK 1 JumlahSR/ Area Proyeksi unit 538 294 360 333 1288 1044 1110 1083 1913 1669 1735 1708 2538 2294 2360 2333 2 PemakaianPer Orang lt/ hari 90 90 90 90 90 90 90 90 120 120 120 120 120 120 120 120 3 KebutuhanAir SRDomestik lt/ det 2.80 1.53 1.88 1.73 6.71 5.44 5.78 5.64 13.28 11.59 12.05 11.86 17.63 15.93 16.39 16.20 C KEBUTUHAN NON DOMESTIK 15 % Dari KebutuhanDomestik lt/ det 0.42 0.23 0.28 0.26 1.01 0.82 0.87 0.85 1.99 1.74 1.81 1.78 2.64 2.39 2.46 2.43 D KEBUTUHAN TOTALAIR lt/det 3.22 1.76 2.16 1.99 7.71 6.25 6.65 6.49 15.28 13.33 13.86 13.64 20.27 18.32 18.85 18.63 E JUMLAH DMA unit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 URAIAN VOLNo. 2020 ZONA 2025 ZONAZONA 2014 2030 TAHUN ZONA
  • 16. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 16 CV YARA PASHMA Gambar 5.2. Rencana Penataan Jaringan Distribusi air Minum dengan Sistem DMA
  • 17. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 17 CV YARA PASHMA Gambar 5.3. District Metering Area ZONA A
  • 18. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 18 CV YARA PASHMA Gambar 5.4. District Metering Area ZONA B
  • 19. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 19 CV YARA PASHMA Gambar 5.5. District Metering Area ZONA C
  • 20. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 20 CV YARA PASHMA Gambar 5.6. District Metering Area ZONA D
  • 21. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 21 CV YARA PASHMA 5.5.2. Manajemen District Metering Area Setelah DMA terbentuk valve-valve sudah terpasang untuk membatasi/mengisolasi jaringan, meter induk sudah terpasang untuk mengukur aliran pasokan ke DMA, bukan berarti pekerjaan selesai. Justru yang paling penting adalah mengoperasikan DMA. Ketika DMA sudah teruji, kegiatan lanjutan adalah mengelola, mengoperasikan dan memeliharanya. Sebaiknya dibuat SOP (standard operating procedures) untuk mengelola, mengoperasikan dan memelihara DMA, disesuaikan dengan kebijakan perusahaan. Kegiatan awal District Metering Area meliputi : 1) Mengatur prosedur pencatatan 2) Mengatur prosedur pemantauan dan pengumpulan data 3) Memberikan informasi kepada semua pihak yang terlibat tentang perubahan katup 4) Menentukan urutan dan prioritas kegiatan melokalisir kebocoran 5) Memonitor keluhan pelanggan, khususnya pada saat tekanan rendah atau tidak air. Gambar. Skematik District Metering Area
  • 22. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 22 CV YARA PASHMA Operasional pada DMA diuraikan dibawah ini, meliputi: 1) Monitoring aliran dan tekanan secara teratur. Monitoring dan pencatatan aliran pada meter induk DMA secara teratur sangat penting sebagai dasar pengelolaan pasokan dan pengendalian kebocoran. Pola aliran harian yang tidak terlalu berbeda menjadi indikator tingginya kebocoran di DMA tersebut. Demikian juga pola variasi tekanan harian dapat menjadi petunjuk. 2) Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control). Deteksi kebocoran secara aktif (active leakage control) terutama pada malam hari harus dilakukan secara periodik. Di wilayah yang relatif tidak terlalu besar, tentu akan lebih mudah mendengarkan suara kebocoran atau melihat kebocoran- kebocoran yang muncul ke permukaan hanya pada malam hari saat tekanan tinggi. Temuan harus segera ditindaklanjuti. 3) Penghitungan volume kebocoran. Penghitungan volume kebocoran dapat dilakukan dengan menghitung aliran minimum malam dengan konsumsi minimum malam. Caranya, pada saat konsumsi paling rendah, biasanya sekitar tengah malam, dapat diketahui dari pola harian aliran dan tekanan, dilakukan pencatatan meter induk dan meter pelanggan yang ada di DMA. Meter pelanggan yang dibaca tidak perlu seluruhnya, tetapi minimum 10% dari total jumlah pelanggan. Pembacaan meter dilakukan dua kali pada malam yang sama, yaitu sekali pada awal jam minimum (misalnya pukul 24.00) dan diulang pada akhir jam minimum (misalnya pukul 04.00). Demikian juga meter induk DMA dibaca pada jam-jam yang sama. Dengan perhitungan matematis akan didapatkan aliran minimum malam (dari bacaan meter induk) dan konsumsi malam (dari bacaan meter pelanggan) secara total. Selisih antara aliran minimum malam dan konsumsi malam adalah kebocoran atau nett night flow. Saat melaksanakan pembacaan, biasanya memerlukan persiapan, terutama pemberitahuan kepada para pelanggan yang akan menjadi sampel pembacaam meter supaya dapat membaca meter pelanggan pada jam-
  • 23. DINAS PEKERJAAN UMUM – KABUPATEN PRINGSEWU PENYUSUNAN RENCANA PENATAAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM KEC. PRINGSEWU LAPORAN AKHIR 5. 23 CV YARA PASHMA jam tersebut. Pembacaan meter pelanggan dapat dilakukan oleh para pembaca meter. 4) Penghitungan konsumsi (aliran malam minimum) Penghitungan konsumsi sebagai dasar pengelolaan pasokan dan tekanan. Pengukuran terhadap pola aliran dan pola konsumsi harian akan menjadi dasar perencanaan pasokan di wilayah DMA, sehingga sesuai kebutuhan. Pasokan yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan yang menyebabkan tambahan kebocoran. 5) Pengendalian tekanan. Dengan area yang terbatas, tekanan lebih mudah dikendalikan. Dari pola harian tekanan dapat diketahui kapan tekanan rendah dan tinggi sehingga dapat dilakukan penyesuaian. Untuk kepentingan ini, setiap DMA dilengkapi dengan PRV (pressure reducing valve) “double pilot”, untuk mengatur jam kerja PRV, sehingga penurunan tekanan bisa dilakukan tanpa mengganggu pelayanan kepada pelanggan. 6) Pengujian-pengujian. Pengujian lain seperti step testing sangat penting dilakukan, terutama untuk melokalisir kebocoran.