Dokumen tersebut membahas tentang kebutuhan transformasi pembelajaran di Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan seperti revolusi industri 4.0 dan krisis pembelajaran. Transformasi pembelajaran perlu mengarah pada pembelajaran yang lebih bermakna dan memerdekakan siswa.
Jual Obat Cytotec Di Padang #082122229359 Apotik Jual Cytotec Original
3. Pak Totok Transformasi Belajar-3-4-23.pdf
1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Transformasi Pembelajaran:
Menuju Pendidikan yang Memerdekakan
Totok Suprayitno
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Urgensi Transformasi Pembelajaran:
Disrupsi dan Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 3
Revolusi Industri 4.0
Sumber: Global Uncertainties in Digital Era: Issues, Challenges, and Policies, Dean, School of Management and Administrative Sciences Chair, Department of
Economics, 2018 dikuti dari website Bank Indonesia
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 4
Sumber:
World Economic Forum, 2015 dan 2016
Dalam kurun hampir setengah
abad, 1960-2009, terdapat tren
penurunan permintaan tenaga
kerja untuk pekerjaan manual
dan rutin
Sebaliknya, terjadi peningkatan
secara konstan permintaan
tenaga kerja untuk pekerjaan
non rutin yang membutuhkan
kemampuan interpersonal dan
analitis
Secara rata-rata, empat tahun
lagi, sepertiga keterampilan
yang dibutuhkan oleh mayoritas
okupasi akan terdiri dari
keterampilan-keterampilan
yang belum dianggap penting
hari ini.
Dampak Industri 4.0:
Meningkatnya Kebutuhan Dunia Kerja akan Keterampilan Berpikir Aras Tinggi (High-
Order Thinking Skills)
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 5
Dampak Industri 4.0: Disrupsi Pekerjaan
1
8
18 26 34 42
51
62
73
91
100
100% >90% >80% >70% >60% >50% >40% >30% >20% >10% >0%
Operator mesin jahit
Buruh perakitan
Pegawai gudang
Agen perjalanan
Laboratorium gigi
Teknisi
Sopir bus
Asisten perawat
Pengembang
web
Perancang busana
Eksekutif perusahaan
Psikiater
Legislator
% aktivitas yang dapat
diotomasi dengan teknologi
yang ada saat ini
Contoh-contoh
pekerjaan
• Dengan teknologi yang ada saat ini, terdapat 9% pekerjaan yang 90% - 100% aktivitasnya dapat diotomasi (mis. buruh
perakitan dan operator mesin). Selain itu, masih terdapat 42% pekerjaan yang lebih dari 50% aktivitasnya dapat diotomasi.
• Pekerjaan yang membutuhkan kemampuan bernalar dan interpersonal seperti psikiater dan legislator merupakan di
antara jenis pekerjaan yang tidak banyak terdampak otomasi.
% pekerjaan
(100% = 820 pekerjaan)
Proporsi Pekerjaan yang Dapat Diotomasi dengan Teknologi Saat Ini
Sumber: McKinsey, 2018
6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia juga akan mengalami perubahan pasar tenaga kerja
Sumber: Cisco, Oxford Economics, analisaKearney
62% Pekerjaan baru akan hadir di sektor
konstruksi, transportasi/pariwisata, dan retail
+1,8 juta
pekerjaan baru tercipta
+2,3 juta
pekerjaan baru tercipta
+1,4 juta
pekerjaan baru tercipta
-3,5 juta
pekerjaan tergantikan
Grosir dan Retail
-1,6 juta
pekerjaan tergantikan
Industri
-1,5 juta
pekerjaan tergantikan
>10% tenaga kerja
yang tergantikan
meliputi operator
mesin, pekerja
keterampilan dasar,
dan pekerja
pertanian terampil
yang umumnya
disebabkan oleh
perkembangan
teknologi
Kesenjangan
keterampilan masa
depan yang paling
besar untuk
pekerjaan baru
yaitu:
• dasar
(pemahaman
membaca, menulis,
dan mendengarkan)
• interaktif
(negosiasi, persuasi),
dan
• keterampilan IT
(pemrograman,
perancangansistem)
Perubahan pada pekerjaan berdasarkan sektor
(# pekerjaan; 2028F)
Pertanian dan Pertambangan
13
8. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber: Andrabi, et.al. 2020 dalam INOVASI, SMERU, dan UNICEF, 2020
Flat Learning Profile: “Schooling without Learning”
8
9. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Terdapat isu kompetensi siswa di
Indonesia…
9
Sumber: Asesmen Nasional 2021
1. Hasil AKM konsisten di semua jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD / SMP / SMA /
SMK / sederajat)
2 dari 3 siswa
belum mencapai
kompetensi minimum
numerasi1
1 dari 2 siswa
belum mencapai
kompetensi minimum literasi
membaca1
…yang berpotensi berakibat buruk pada
kelangsungan kemasyarakatan
Kesadaran rendah
terhadap hoax yang
disebarkan di masyarakat
Daya saing rendah di era
berbasis teknologi dan digital
10. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Arah Transformasi Pembelajaran:
Belajar itu harus
menumbuhkan potensi anak secara holistik
11. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
“Pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti,
pikiran dan tubuh anak. Bagian-bagian
itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup anak-
anak kita”.
Ki Hajar Dewantara
Hakekat pendidikan
11
12. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lifelong Learning:
Sekolah harus menjadi
tempat penumbuhan
budaya belajar
Belajar itu tidak pernah tamat!
“Once you stop learning, you start dying”
(Albert Einstein)
12
13. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pembelajaran adalah Pemahaman atas Nilai dan Penumbuhan
Karakter
Nilai-Nilai
Kebajikan
Pendidikan
Agama
dan Budi
Pekerti
PPKn,
Sejarah
Bahasa
Indonesia
Matematik
a Sains
dan lain-lain 1. Pembelajaran yang bermakna
2. Ekosistem dan budaya sekolah
yang sehat
3. Guru sebagai teladan
4. Lingkungan keluarga dan
masyarakat yang memperkuat
penumbuhan nilai-nilai dan budi
pekerti anak
13
15. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Berguru kepada Warisan Kearifan Tokoh Bangsa
15
“Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna
untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan
manusia sebagai anggauta persatuan.”
Ki Hadjar Dewantara,
Pendiri Taman Siswa, Yogyakarta
“Tujuan pendidikan adalah pendidikan yang
memerdekakan, yaitu membebaskan alam fikiran
murid dari sekat-sekat alam dan manusia untuk
mencapai gilang gemilang lahir dan batin.”
Mohammad Sjafei,
Pendiri INS Kayutanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat)
16. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
16
Merdeka Belajar: Menghilangkan Belenggu-belenggu dalam Pembelajaran
Belenggu-belenggu dalam Learning Cycle:
Aturan standar proses yang kaku, terlalu
teknis dan administratif.
Malpraktek PTK: bukan sebagai feedback
untuk perbaikan pembelajaran, tapi
sekedar sebagai syarat angka kredit
Malpraktek Pembelajaran: sekedar taat
aturan-aturan administratif dan bahkan
membangun tirani berpikir, bukan proses
yang memerdekakan siswa.
Pembelajaran disikapi sebagai proses
penuntasan kurikulum, bukan proses
membangun learning skills siswa.
Asesmen hanya of learning (menguji),
bukan sebagai for learning (untuk
perbaikan pembelajaran) dan as learning
(sebagai bagian dr learning journey)
… dll… identify…
17. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Berbagai inistiatif telah dilakukan untuk mendorong transformasi
pembelajaran
1. Revisi SNP menjadi lebih longgar dan fleksibel untuk mengakomodasi keragaman konteks.
2. Kurikulum Merdeka dikembangkan untuk mendorong pembelajaran yg holistic, lebih relevan
dan lebih bermakna:
Fokus pada materi esensial untuk memberi kesempatan kepada guru dan siswa belajar
secara mendalam (deep learning).
Didesain dalam “fase belajar siswa” (bukan tingkatan kelas), untuk menekankan pada
ketuntasan belajar siswa, bukan ketuntasan kurikulum. Orientasinya siswa, bukan kurikulum.
Penerapan project learning untuk mendukung praktik pembelajaran yang lebih holistic (i.e.
pengembangan karakter), lebih relevan dan lebih bermakna melalui ”real world problem”
Memberikan ”kemerdekaan” kepada guru untuk menerapkan strategi pembelajarannya,
sesuai konteks dan kebutuhan.
Disediakan platform (PMM) untuk memberikan pertolongan kepada guru yang
membutuhkan.
Buku-buku mata pelajaran tidak tunggal, tetapi beragam untuk sebaik mungkin
menangkap berbagai keragaman konteks.
Asesmen sebagai bagian dari belajar, dan untuk perbaikan pembelajaran. Bukan sekedar
alat untuk menghakimi siswa.
3. Akreditasi juga didasarkan pada hasil belajar siswa, bukan hanya pada ketaatan administrative
oleh sekolah.
4. ….
18. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Problem Driven Iterative Adaptation (PDIA):
Transformasi pembelajaran bukan sekedar ganti dokumen
kurikulum. Transformasi pembelajaran merupakan perjalanan
panjang, journey into the unknown. Tidak ada juklak-juknis
yang mampu memandu guru untuk mencapai tujuan.
19. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Expedisi Lewis and Clark, 1804 Amerika: Journey into the Unkown
19
Didorong oleh tekanan masalah akan perlunya
ekspansi perdagangan, pemerintah Amerika
merasakan urgensi untuk menemukan
kemungkinan jalur perdagangan baru di pantai
barat. Presiden Thomas Jefferson yg didukung
penuh congress kemudian memberikan
autorisasi kepada Kapten Meriwether Lewis dan
Letnan William Clark untuk melakukan ekspedisi
dari St Louis, Misouri ke pantai barat Amerika,
sekaligus mengeksplorasi Lousiana yang setahun
sebelumnya dibeli dari Perancis. Pada saat itu,
untuk menuju barat ekspedisi harus melewati
wilayah-wilayah yang belum diketahui
sebelumnya. Tidak ada informasi mengenai
jalur, konteks lokal, risiko dan berbagai
kemungkinan tantangan yang akan dihadapi.
Expedisi terbukti sukses, kembali tiba di St. Louis
dua tahun kemudian.
Sukses dari Ekspedidi Lewis and Clark telah
mengisnpirasi pendekatan baru dalam
melaksanakan transformasi di berbagai
bidang.
20. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Lessons Learned
20
1. Pendorong Tindakan: Masalah yang memotivasi untuk dicari solusinya. Semua pihak
merasakan urgensi dari masalah yang dimaksud.
2. Cara bertindak mengatasi tantangan: Melaui proses iterasi eksperimental. Ide >> lakukan >>
pelajari >> adaptasi >> solusi … dst. TIDAK ADA PETUNJUK.
3. Pihak yang terlibat: Banyak mitra bekerja sebagai tim, masing-masing menjalankan peran
sesuai fungsinya, dan bekerja secara gotong royong. BUKAN INDIVIDU-INDIVIDU YANG
BERTUGAS SECARA TERPISAH.
4. Peran pemimpin (pemegang kewenangan): Berkolaborasi untuk mengelola risiko gagal
(memotivasi, menginspirasi, …dsb), mendukung eksperimentasi.
Strategi menghadapi tantangan tersebut menjadi prinsip Problem Driven Iterative Adaptation
(PDIA). Pendekatan ini serupa dengan nama-nama lain seperti “Learning Organization”, “Multi-
agent Laedership”, “upside down Governance”, “Experiential Learning”, “Design Thinking”,….
dsb
21. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Transformasi Pembelajaran didominasi oleh tantangan “long journey into the
unknown”
21
Logistik:
• Kurikulum
• Buku
• PMM
• Dana
• …
Dalam perubahan cara pembelajaran,
• Ragam konteks, isu, tantangan local yang tidak banyak
diketahui oleh pemerintah pusat.
• Karena itu, tidak ada pola baku untuk memberi solusi atas
tantangan-tantangan yang muncul selama “the journey”.
• Pendekatan menemukan solusi yang realistis adalah iterasi
eksperimentasi: ide >> mencoba Langkah >> belajar dan
refleksi >> adaptasi >> solusi…
• Ini bukan pekerjaan individu seorang guru. Berbagai mitra
perlu terlibat untuk mendukung perubahan. Mitra tidak
bersifat statis dan kaku, tetapi perlu dinamis sesuai
kebutuhan situasional.
• Tekanan masalah “hasil belajar siswa yang rendah beserta
konsekuensinya terhadap anak, keluarga, masyarakat,
negara” harus menjadi motivasi utama bagi semua pihak
untuk bergerak bersama.
22. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Penyebab awal kegagalan transformasi: Salah persepsi atas situasi, maka
salah strategi
22
FAKTA PERSEPSI
• Solusi jelas: google map. Petunjuk-petunjuk tersedia
atau dapat dibuat dengan mudah.
• Mitra: Tidak perlu.
• Pendorong Tindakan: perintah menjalankan petunjuk.
• Tugas pemegang otoritas: mengawasi agar petunjuk
ditaati.
Strategi Solution and Leader Driven Change (SLDC)
Problem Diven Iterative Adaptation (PDIA)
23. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kita semua harus selalu waspada terhadap “isomorphic mimicry”. Tampak
sukses bukan sukses!
23
• Gedung sekolah banyak, makin
megah
• Buku-buku banyak
• Semua guru tertib menjalankan setiap
petunjuk.
• Murid setiap hari masuk sekolah, duduk
di kelas mendengarkan guru.
• Rombel kecil sesuai standar
• … dsb
TAMPAK SUKSES, TAPI BELUM TENTU SUKSES