2. INDUSTRIALIS
ASI
Posisi sentral dalam ekonomi masyarakat
modern
Motor penggerak peningkatan kemakmuran
Memperluas landasan pembangunan dan
memenuhi kebutuhan
Efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang terus berubah
Mengekstraksi material dari basis sumber daya alam, dan memasukkan baik
produk maupun limbah ke lingkungan hidup manusia
Berbagai perubahan dalam pemanfaatan energi dan sumber daya alam
PENCEMARAN
Meningkatkan permintaan sumber daya alam dan “memaksakan” daya tampung
sistem alam untuk menyerap hasil sampingan berupa LIMBAH
3. Industri Mengolah masukan (input) produk Pencemaran
Pengamatan terhadap sumber
pencemar
Input
Proses
Output
Limbah yang keluar
dari pabrik
Bahan beracun dan
berbahaya (B3)
Industri kimia organik maupun anorganik
B3 sebagai bahan baku atau penolong
Proses fisika, kimia, dan biologi dalam
industri
LINGKUNGAN Penurunan kualitas lingkungan
4. PENGADAAN
Penyimpanan
Perlakuan
Bahan baku +
bahan penolong
Air dan bahan
bakar
PRA PROSES
Pencucian
Pencampuran
Pengolahan
Penyimpanan
PROSES
PRODUK
Utama
Sampingan
Antara
Limbah
DAUR
ULANG
DAUR
ULANG
LIMBAH NON-EKONOMIS
Bocoran
Tumpahan
Kecerobohan
5. Bahan buangan yang
kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena
tidak memiliki nilai ekonomi
dan dapat menimbulkan
perubahan pada kualitas
lingkungan.
Limbah B-3 mengandung
bahan polutan yang memiliki
sifat racun dan berbahaya
bahan yang dalam jumlah
relatif sedikit tetapi berpotensi
untuk merusak lingkungan
hidup dan sumber daya
6. Spesifikasi limbah diukur dari jumlah kandungan bahan pencemar di dalam limbah.
Kandungan pencemar beberapa parameter semakin sedikit jumlah parameter &
semakin kecil konsentrasi semakin kecil terjadinya pencemaran lingkungan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas limbah
Volume limbah
Kandungan bahan
pencemar
Frekuensi
pembuangan
Kemungkinan akibat masuknya limbah ke lingkungan :
Lingkungan tidak mendapat pengaruh yang berarti
Ada perubahan tetapi tidak mengakibatkan pencemaran
Memberikan perubahan dan menimbulkan pencemaran
8. Sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun yang karena sifat dan konsentrasinya atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau
merusak dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, dan
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain (PP No 18 Tahun
1999)
Kriteria limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) menurut PP No 18
Tahun 1999:
Mudah meledak
Mudah terbakar
Bersifat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif
9. Berdasarkan
Sumber
Berdasarkan Karakteristik
Sumber spesifik
Sumber tidak spesifik
Sumber bahan kimia
kadaluwarsa, tumpahan,
bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi
Mudah meledak
Sangat mudah menyala
Beracun
Korosif
Iritatif
Karsinogenik
Teratogenik
Mutagenik
10. Bahan-bahan tertentu selain polutan (bahan pencemar) yang lepas ke
udara atau yang dibuang ke lingkungan yang disimpan ataupun masih
dalam proses di dalam pabrik
Sifat fisis dan kimianya masih berbahaya bagi lingkungan apabila sampai
terlepas
Banyak digunakan sebagai bahan penolong maupun bahan utama industri
kimia. Juga banyak dihasilkan dari produk jadi atau produk sampingan
Benzena, siklo-hexanol, asam sulfat, amonium hidroksida, amonium
sulfat, amonium nitrat, hidrokarbon, karbondioksida, belerang oksida
Masalah yang sering dijumpai penyimpanan, pengolahan, pengemasan,
dan pengangkutan pengamanan dan pengawasan harus ditingkatkan
dari waktu ke waktu
Contoh: tragedi Chernobyl di Uni Soviet dan tragedi Bophal di India
11.
12. Sektor industri pangan tahu, tempe, tapioka,
industri pengolahan ikan,
Mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein,
lemak, garam-garam mineral, dan sisasisa bahan
kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan.
Akibat bila tidak diberi perlakuan yang tepat:
Bau yang menyengat
BOD tinggi bila dibuang langsung ke perairan akan mengganggu kese-imbangan
ekologik
Menyebabkan kematian ikan dan biota perairan lainnya
13. Industri kimia alkohol, parfum, minyak pelumas
membutuhkan banyak air besarnya limbah cair
yang dikeluarkan di lingkungan sekitar
Limbah cair dari sisa produksi dan sisa pencucian
peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan,
endapan CaSO4, gas berupa uap alkohol kategori
limbah B3 yang mencemari air dan udara
Industri bahan baku dari bahan galian batako puti, genteng, batu kapur/ gamping dan kerajinan batu
bata penggalian terus menerus kubah-kubah yang tidak mengandung hara tidak segera
direklamasi tidak dapat ditanami untuk ladang pertanian
14. Sektor sandang kulit pencucian
batik, batik printing, penyamakan
kulit memerlukan air sebagai
medium dalam jumlah besar
Air buangan dalam jumlah besar
sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar
minyak tinggi dan beracun
Mengganggu keseimbangan ekologis
dan mematika hewan serta biota
perairan
15. Bahan-bahan pencemar yang
mungkin dihasilkan dari proses-
proses dalam industri besi-baja/
logam
Debu
Karbon Monoksida (CO)
Karbondioksida (CO2)
Belerang dioksida (SO2)
Minyak pelumas
Asap
16. Kasus pencemaran Teluk Buyat akibat pembuangan limbah tailing
(submarine tailing disposal) pada aktivitas penambangan besar-besaran
oleh PT. Newmont Minahasa Raya Sulawesi
PT Freeport Papua yang beroperasi sejak tahun 1967 hancurnya
gunung Grasberg, tercemarnya sungai Aigwa, meluapnya Danau
Wanagon, tailing mengkontaminasi hampir 35.820 hektar daratan dan
84.158 hektar Laut Arafura
Pencemaran sungai Barito, Kahayan, dan Kapuas di Kalimantan oleh air
raksa (merkuri) akibat penambangan emas di sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS)
Pembuangan limbah pabrik di Sungai Cikijing selama puluhan tahun di
Jawa Barat
Kasus lumpur Lapindo di Porong Sidoharjo menyebabkan ribuan rumah
terendam lumpur serta kerusakan vegetasi di sekitarnya
18. Tahun 1980-an
Gagasan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development)
Pembangunan Berwawasan Lingkungan (PBL)
sektor industri
Introduksi dalam
kebijakan pembangunan
nasional
UU No 4 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP No 29 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Sektor Industri
Memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan
kelanggengan sumber daya
Pengolahan Limbah Limbah B-3
19. Kepmen LH No 51/MENLH/10/1995 mengenai parameter limbah cair (air
buangan industri) yang harus diperhatikan: COD, BOD, minyak nabati,
minyak mineral, zat padat tersuspensi, pH, temperatur, amonia bebas,
nitrat, senyawa aktif biru metilen, sulfida, fenol, sianida
Pengolahan limbah pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi
pengolahan limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar
dan pengoperasian yang cermat.
Tahapan pengolahan air limbah:
pengolahan awal (pretreatment)
pengolahan tahap pertama (primary treatment)
pengolahan tahap kedua (secondary treatment)
pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment)
pengolahan lumpur (sludge treatment)
20.
21. Pengendalian limbah gas dalam kegiatan industri
pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran limbah
gas, penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi
senyawa pencemar
Pemisahan debu dan gas secara simultan memanfaatkan
sifat fisik debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut
dalam cairan
Beberapa metode umum dalam pemisahan secara simultan:
Menara percik
Siklon basah
Pemisah venturi
Scrubber
22. Yang harus diperhatikan dalam pengolahan limbah padat: jumlah, sifat fisik
dan kimia, kemungkinan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Proses pengolahan limbah padat: pemisahan, penyusutan ukuran,
pengomposan, pembuangan
23. Persyaratan pengolahan limbah B3
Lokasi pengolahan: di dalam area penghasil (daerah bebas banjir, jarak
dengan fasilitas umum minimal 50 meter), di luar area penghasil (daerah
bebas banjir, jarak dengan jalan utama minimal 150 m, jarak dengan
daerah penduduk minimal 300 m, jarak dengan sumber air dan perairan
minimal 300 m, jarak dengan wilayah terlindungi minimal 300 m.
Fasilitas pengolahan: sistem keamanan, sistem pencegahan terhadap
kebakaran, sistem penanggulangan keadaan darurat, sistem pengujian
peralatan, pelatihan karyawan
Penanganan limbah B3
Penanganan sebelum diolah: analisis kandungan untuk menetapkan
prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah sesuai dengan karakteristik
dan kandungan limbah
Pengolahan limbah B3
24. • Redoks, elektrolisa, netralisasi,
pengendapan, stabilisasi, adsorpsi,
penukaran ion dengan pirolisa
KIMIA
• Pembersihan gas, pemisahan cairan
dan penyisihan komponen-komponen
spesifik dengan metode kristalisasi,
dialisa, osmosis balik, dll
FISIKA
• Mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan
membatasi daya larut, penyebaran,
dan daya racun sebelum limbah
dibuang
STABILISASI/
SOLIDIFIKASI
• Pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus
insinerator dengan efisiensi
pembakaran harus mencapai 99,99%
atau lebih
INSINERASI
25. Concentration thickening: mengurangi
volume lumpur yang akan diolah dengan
cara meningkatkan kandungan padatan.
Treatment, stabilization, and
conditioning: menstabilkan senyawa
organik dan menghancurkan patogen
De-watering and drying: menghilangkan
atau mengurangi kandungan air dan
sekaligus mengurangi volume lumpur
Disposal: proses pembuangan akhir
limbah B3
26. STABILISASI
Proses pencampuran limbah
dengan bahan tambahan untuk
menurunkan laju migrasi bahan
pencemar dari limbah serta
mengurangi toksisitas limbah.
SOLIDIFIKASI
Proses pemadatan suatu bahan
berbahaya dengan penambahan
aditif.
Macroencapsulation,
microencapsulation, precipitation,
adsorbsi, absorbsi, detoxification
Metode lapangan: in drum mixing,
in-situ mixing, plant mixing
27. Mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan
75% (berat)
Menghasilkan energi dalam bentuk
panas
Sebagian besar komponen limbah B3
dapat dihancurkan dan limbah
berkurang dengan cepat
Menghasilkan energi dalam bentuk
panas
28. BIOREMIDIASI
Penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk
mendegradasi limbah B3
Teknik dasar: stimulasi
mikroorganisme asli di lokasi
tercemar, inokulasi
mikroorganisme ke lokasi
tercemar, penerapan
immobilized enzyme
Jenis-jenis: biostimulasi,
bioaugmentasim bioremidiasi
intrinsik
FITOREMIDIASI
Penggunaan tumbuhan untuk
menghilangkan, memindahkan,
menstabilkan, atau menghancurkan
limbah B3
Tahapan:
fitoakumulasi(fitoekstraksi),
rhizofiltrasi, fitostabilisasi,
rhizodegradasi, fitodegradasi,
fitovolatilisasi