SlideShare a Scribd company logo
MMEETTOODDOOLLOOGGII IILLMMUU 
EEKKOONNOOMMII DDAANN 
MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 
FFiillssaaffaatt,, HHaakkeekkaatt && MMeettooddee IIllmmiiaahh 
DDiioollaahh ddaann ddiissaajjiikkaann OOlleehh:: 
PPrrooff.. DDrr.. MMuuhhaammmmaadd YYuunnuuss ZZaaiinn,, SS..EE..,, MM..AA.. 
((FFEE--UUNNHHAASS,, MMaakkaassssaarr))
WHAT IS Economic TTHHEEOORRYY:: SSttaattee ooff tthhee aarrttss 
May-12 
MYZ: FE-UNHAS 
Microeconomics 
results: partial & 
GE: 
-Consumer’s efficiency 
MRSij= relatif price ij 
-Porduction efficiency 
MRTSij= relative factor 
price ij 
-Exchange efficiency 
(market efficiency) 
2 
Two classic welfare theorem 
-market hold, CE is Pareto 
efficient 
-market failure, redistribution 
initial endowment, the CE is also 
Pareto optimal 
Source of Market failure & 
government intervention 
Field development: 
-Public Economics (Choice) 
-New Political Economy 
-Regional economics 
-HRE: Labor Ec.; Health Ec 
-others subjects 
-Development Economics 
-International economics 
-monetary economics 
-others subjects 
The state & results of Macroeconomics 
Four Functional 
Management? And 
Accounting
Contoh: Again to New Political Economy: 
Toward A Multidiscipline? 
State of the arts and results of 
Social-political Theory (B) 
State of the arts and results of 
Economic Theory (A) 
New political Economy 
Ekonomi politik 
Politik ekonomi? 
What/how (before the fact): 
-behavioral foundation 
-Rational (self-interest?) 
What/how (before and 
after the fact): 
-process 
-institutional setting 
Why (event) 
New (?) Paradigm A or B; or both 
Facts: 
empirical 
questions 
science 
Mathematics & Philosophy: an ARTS 
3 MYZ: FE-UNHAS May-12
PENDEKATAN FILSAFAT ILMU 
• Pendekatan ontologis, epistemologis, 
dan aksiologis. Pendekatan ontologis 
dijadikan sebagai acuan untuk 
menentukan hakikat dari ilmu ekonomi . 
• Sedangkan pendekatan epistemologis 
dipergunakan untuk melihat prinsip-prinsip 
dasar, ciri-ciri, dan cara ker ja 
ilmu ekonomi. 
• Dan pendekatan aksiologis diperlukan 
untuk melihat fungsi dan kegunaan 
ilmu ekonomi dalam menyelesaikan 
berbagai persoalan yang dihadapi 
manusia dalam kehidupan sehari-hari. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 4
Secular Wor ldview : 
Pahami akar sekulerisasi 
dari mana? 
• Scientific worldview memandang alam semesta sebagai 
mesin yang bekerja secara otomatis mengikuti hukum 
alam. Secular worldview membatasi visi hidup manusia 
hanya pada sebatas eksistensi-nya di dunia. Secular 
worldview menggantungkan diri sepenuhnya pada akal 
pikiran manusia tanpa PERLU PETUNJUK-NYA? 
• Dalam pandangan hidup sekuler, tujuan utama aktivitas 
adalah mengejar self-interest dengan rasionalitas 
sempurna (khusus) sebagai kondisi dan kriteria yang 
tidak dapat diganggu gugat (kata Alfred Marshall 
rasionalitas khusus dari para economic manSEKULER). 
Di bawah asumsi ini, more is better than less menjadi 
sebuah keniscayaan. Self-interest menjadi identik 
dengan selfishness dimana keuntungan personal 
mendominasi dan jauh mengalahkan manfaat sosial.  
Tampaknya diperlukan konsep manusia RELIGIUS. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 5
METODOLOGI ILMU EKONOMI 
ANTARA SEKULAR DAN RELIGIUS: 
Definisi Metodologi Ilmu 
• Dengan merangkum berbagai definisi metodologi, lebih khusus dalam ilmu sosial, Machlup 
memformulasikannya sebagai: 
• The study of the principles that guide the students of any branch 
of knowledge, and especially of any higher learning (science) in 
deciding whether to accept or to reject certain propositions as a 
part of the body of ordered knowledge in general or of their own 
discipline (science). 
• Machlup tampak mengikuti aliran methodological dualism, dengan menyatakan 
bahwa ilmu ekonomi masuk dalam kategori science, sekalipun berbeda dengan 
natural sciences, namun dia tidak banyak memberikan penjelasan terperinci tentang 
perbedaan tersebut. 
• Adalah Mark Blaug, termasuk yang berbeda dengannya, mengikuti pandangan 
methodoligal monism. Pandangan ini menyatakan bahwa kedua kategori ilmu 
tersebut memiliki metodologi yang sama, dengan doktrinnya, the unity of sciences. 
Karenanya, tambah Backhouse yang mendukung Blaug, metodologi ilmu ekonomi pun 
tidak menyimpang dari metodologi ilmu-ilmu pengetahuan alam. Pandangan kedua ini 
tampak lebih diterima secara luas oleh para ekonom. 
• Worldview, Rationality dan Kelangkaan menjadi persoalan mendasar yang 
terkait erat dengan perbincangan metodologi dalam ilmu ekonomi. 
• Lihat pada Royal Brandis “On the Current State of Methodology in Economics”, Research in History of Economic Thought and Methodology vol. 2, halaman 151-160. 
• Lihat Roger Backhouse, New Direction in Economic Methodology, (London: Routledge, 1994), halaman 1-24. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 6
Metodologi Ilmu Ekonomi-Modern 
• Pada mulanya, ilmu ekonomi modern 
adalah cabang dari filsafat, yang dijadikan 
tempat sumber segala ilmu pengetahuan 
modern, 
• Kemudian datanglah Adam Smith bersama 
David Hume, Bentham, Mill dan disusul 
pula oleh Say yang memformulasikan 
konsep equilibrium pasar beserta 
perangkat mekanismenya, mengikuti jejak 
para pendahulu mereka, Newtonian dan 
kawan-kawannya, dalam bidang fisika. 
• Dan gugatan Keynes dengan mengikuti 
Einstein. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 7
Masudul Alam Choudhury (2005) 
• I argue that the submissive attitude and advice on equating the [religious views] and Western 
methodologies and even empiricism, and thereby calling for adopting Western methods of analysis, 
constitutes a flawed reasoning. Note here that I have made a major difference between the concepts 
of Methods and Methodology as shown by italics. Choudhury (1999) explains that methodology and 
methods are interrelated scientific primitives together used for understanding praxis and applying it 
to inferential consequences of the methodological premise by the corresponding analytical methods. 
• The original premise of praxis is invariably epistemological in nature. Epistemology is subsequently 
integrated by a scientific discursive approach with ontology, and thereafter, with the ontic (evidential) 
domain of analysis, application and policy. Methods belong to the ontological and ontic domains, 
when the analysis and application of the original methodological premise is to be formulated and 
applied for understanding reality. 
• Yet, in the absence of the epistemological methodology it is possible for methods to be used 
independently of the ontological and ontic understanding. When this is the case, the methods fail to 
have substantive relevance in the light of methodology. They exist merely as procedural artifacts of an 
analysis but not the true and relevant one. Choudhury (1999, op cit, p. 348) writes, “Methods can exist 
without methodology as was explained in the case of the reductionist design of rationalism. But 
methodology cannot exist without self-determined methods. Such methods must be derived from the 
essence of the methodology itself. They must be such instruments that mobilize the ontological-epistemological 
nature of divinely unified systems into explanatory relations.” We will explain the 
difficulties that are encountered in such academic ventures from the [religious man] side. 
12/07/14 MYZ: FE-UNHAS 8
Epistemologi 
• Teori ilmu pengetahuan 
• Mempertanyakan problem ilmu, proses 
pembentukan ilmu dan siapa yang 
menyepakati suatu ilmu. 
• ”the theory of the nature of knowing 
and the means by which we know.” 
• Menguji hakikat ilmu pengetahuan atau 
keabsahannya. 
• Pahami: hakikat Prior science and 
Posterior science 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 9
Struktur Ilmu 
• Relativitas Ilmu(Spacial) 
• Ilmu: Ibn Khaldun tumbuh berkembang 
seiring pertumbuhan dan perkembangan 
peradaban yang melahirkannya. 
• Lakatosian: Dimana riset perkembang, ilmu 
itu juga berkembang 
• Khunian: Revolusi Ilmu dengan perubahan 
world view 
• Ilmu lahir dari worldviews produsennya yang 
bersifat ideologis. 
• Ilmu dilahirkan untuk Mengatasi Masalah riil 
Masyarakat 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 10
Kebutuhan terhadap ilmu 
baru 
• Realitas kelemahan ilmu 
sejenis 
• Relativitas teori mengharuskan 
adanya teori baru. 
• Teori out of date harus diganti 
dengan teori up to date. 
• Ilmu harus hidup dan 
dihidupkan agar tidak stagnan. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 11
Kegagalan 
Ilmu ekonomi 
• Gagal menciptakan 
kesejahteraan masyarakat. 
• Melepaskan diri dari aspek 
moral dan agama 
• Sejumlah teorinya tidak sesuai/ 
tidak cocok di negeri lain 
• the death of economics. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 12
Unsur-Unsur Ilmu 
• masalah 
• sikap ilmu: curiosias, spekulasi, 
obyektif, terbuka, dan tentatif. 
• Punya metode yang khas dalam 
memecahkan masalahnya. 
• Adanya subyek komunitas. 
• Menghasilkan kesimpulan 
• Mempunyai pengaruh positif bagi 
kehidupan manusia. 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 13
Aliran Epistimologi dalam Filsafat. 
• Aliran idealisme-subjektif. 
• Empirisme 
• rasionalisme 
• Positivisme 
•MaIy-12dealismeM YdZ: FE-iUNaHASlektik 14
Metodologi: 
• Model investigasi keilmuan 
atau worldviews 
• How should the inquirer go 
about finding out knowable 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 15
FFIILLSSAAFFAATT MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 
PERKEMBANGAN FILSAFAT 
PENELITIAN 
PRAPOSITIVISME 
POSITIVISME 
POSTPOSITIVISME
PPEERRBBAANNDDIINNGGAANN TTIIGGAA FFIILLSSAAFFAATT 
PPRRAAPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE PPOOSSIITTIIVVIISSMMEE PPOOSSTTPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE 
RREEAALLIITTAASS 
BBEERRKKEEMMBBAANNGG 
SSEECCAARRAA AALLAAMMIIAAHH 
RREEAALLIITTAASS TTEERRAAMMAATTII,, 
BBEERRSSIIFFAATT TTUUNNGGGGAALL,, 
DDAAPPAATT 
DDIIKKLLAASSIIFFIIKKAASSIIKKAANN,, 
DDEETTEERRMMIINNIISSMMEE 
((SSEEBBAABB AAKKIIBBAATT)),, 
BBEEBBAASS NNIILLAAII,, RREELLAATTIIFF 
TTEETTAAPP DDAANN TTEERRUUKKUURR 
RREEAALLIITTAASS BBEERRSSIIFFAATT 
HHOOLLIISSTTIIKK ((UUTTUUHH)),, 
DDIINNAAMMIISS ((TTIIDDAAKK 
TTEETTAAPP)),, KKOOMMPPLLEEKKSS,, 
SSAALLIINNGG 
MMEEMMPPEENNGGAARRUUHHII,, 
PPEENNUUHH MMAAKKNNAA DDAANN 
TTEERRIIKKAATT NNIILLAAII 
MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 
DDEESSKKRRIIPPTTIIFF 
KKUUAALLIITTAATTIIFF 
MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 
KKUUAANNTTIITTAATTIIFF,, 
DDEEDDUUKKTTIIFF 
MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 
KKUUAALLIITTAATTIIFF,, 
IINNDDUUKKTTIIFF 
PPEENNEELLIITTII PPAASSIIFF,, 
MMEENNGGGGAAMMBBAARRKKAANN 
AAPPAA YYAANNGG DDIIAAMMAATTII 
MMEELLAAKKUUKKAANN 
EEKKSSPPEERRIIMMEENN,, 
MMEENNCCAARRII PPEENNGGAARRUUHH 
MMEEMMAAHHAAMMII MMAAKKNNAA 
RREEAALLIITTAASS YYAANNGG 
KKOOMMPPLLEEKKSS,, 
MMEENNGGKKOONNSSTTRRUUKKSSII 
FFEENNOOMMEENNAA
PPRRAAPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE 
 MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF,, RREEAALLIITTAASS 
BBEERRSSIIFFAATT AALLAAMMIIAAHH
PPOOSSIITTIIVVIISSMMEE 
MMEETTOODDAA KKUUAANNTTIITTAATTIIFF HHAASSIILL RREESSEEAARRCCHH DDAANN DDEEVVEELLOOPPMMEENNTT
PPOOSSTTPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE 
MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF,, MMEENNCCAARRII MMAAKKNNAA
BERHATI-HATI PADA Metode 
• Apresiasi penemuPano islmtmiaho ydanegr tnerijsadti pada abad 19-21, 
di abad millinium ini, dalam era baru globalisme, dunia 
tidak lain sedang kita rasakan semakin diarahkan menjadi 
satu: one wor ld perkembangan pemikiran pun bergulir 
cepat. 
• Esensinya, Peradaban Barat dalam pencarian 
kebenaran menghentikan teks (menutup rapi segala 
hikmah kitab suci): maka yg ditemukan lebih banyak 
kebatilan dengan hawa nafsu dan subjektif-ber laku 
intelejen- dan masih filsafat Yunani Kuno di zaman 
Moderen. 
• Maka Rasionalisme Descar tes habis di Nietzche (matinya Tuhan), meski 
Sigmund Freud telah menyelam jauh ke alam bawah sadar manusia. Namun 
dengan Filsafat maka teks terbuka terhadap perbedaan. 
• Teks dalam filsafat dianggap, mengungkung, menipu, tdk bermakna 
(Nietzche, Kar l Marx, Mar tin Heidegger, Michael Foucault, Jacques 
Der rida, dan lainnya dgn metode masing-masing). 
• Nietzche dengan Logosentrisme (teks kode makna hakikat & metafor); 
Heidegger dengan fenomenologi-hermeneutik (tak terucap penting tuk 
memahami yang terucap); Althusser dengan metode “penjiwaan”, iapun 
tulusuri Kar l Marx (Teks penuh dengan kepentingan); Foucault dengan 
arkeologi-nya (teks mengawasi-menutupi hakikat); Deleuze dengan 
strukturalisnya (makna tdk termaterikan, hanya kumpulan relasi: yg ada 
hanya posisi dan perbedaanya); terkahir Der rida dengan Dekonstruksi 
(teks tdk berfungsi menjelaskan: hanya arena kesenjangan dan 
kontradiksi. Karena makna lahir dari pembacaan, dekonstruksi teks, 
kemudian melahirkan makna dan menghilangkan jati diri). 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 22
Ide ketimbang Vested Interest 
• Sejumlah pemikiran memang benar telah dan akan selalu kembali lahir. Lalu, masalah 
regulasi pengelolaan dan pembentukan “standardisasi global” terutama terkait bentuk 
institusi sistem finansial global memang selalu menjadi biang keladinya. Sebab pada 
inti dan ujungnya dikatakan akan selalu tercipta global financial bubling and instability, 
seperti sebelumnya diduga Stiglitz (2002), von Mises (2004), Krugman (2008), dan 
Minksy (2008). Dalam kaitan ini semua, Paul Krugman kemudian mengatakan: 
• “…economics inevitably takes place in a political context, and one cannot understand 
the world as it appeared a few years ago without considering the fundamental political 
fact of the 1990s: the collapse of socialism. Not merely as a ruling ideology, but as an 
idea with the power to move men’s minds.” (Paul R. Krugman, 2008: p.10) 
• 
• Dengan esensi yang sama, sebagai sindiran dan mungkin sekaligus peringatan atau 
bahkan mungkin dapat pula menjadi penyejuk segala kerisauan kita semua, tampaknya 
kita perlu dan sangat menarik untuk kembali menyimak juga pernyataan J.M. Keynes 
berikut: 
• “... [The] ideas of economists and political philosophers, both when they are right 
and when they are wrong, are more powerful than is commonly understood.... Practical 
men, who belief themselves to be quite exempt from any intellectual influences, are 
usually the slaves of some defunct economists. ... [For] in the field of economic and 
political philosophy there are not many who are influenced by new theories after they 
are twenty-five or thirty years of age, so that the ideas which civil servants and 
politicians and even agitators apply to current events are not likely to be the newest. 
But, soon or late, it is ideas, not vested interests, which are dangerous for good or evil” 
(Keynes, 1935). Demikian Keynes (1935) mengingatkan kita semua, baik sebagai 
praktisi, politikus, pengamat ekonomi dan akademisi-peneliti bahwa mungkin saja benar 
selalu ada sesuatu yang "more powerful than is commonly understood." 
May-12 MYZ: FE-UNHAS 23
HHAAKKEEKKAATT PPEENNEELLIITTIIAANN 
CCAARRAA IILLMMIIAAHH UUNNTTUUKK MMEENNDDAAPPAATTKKAANN 
DDAATTAA//IINNFFOORRMMAASSII SSEEBBAAGGAAIIMMAANNAA AADDAANNYYAA 
DDAANN BBUUKKAANN SSEEBBAAGGAAIIMMAANNAA 
SSEEHHAARRUUSSNNYYAA,, DDEENNGGAANN TTUUJJUUAANN DDAANN 
KKEEGGUUNNAAAANN TTEERRTTEENNTTUU
Metode Penelitian 
Zaman dahulu : 
- coba-coba (trial & error ?) 
- pengalaman (sendiri > , orang lain <) 
- naluri 
® Perkembangan lambat 
Zaman Modern : 
- coba-coba (dioptimumkan) 
- pengalaman (sendiri < + orang lain >) 
- spekulasi 
- Metode Ilmiah (scientific approach) 
® Perkembangan cepat
Metode Penelitian 
Teknik (Engineering) 
... mengembangkan cara –cara … 
Secara teknis, ekonomis, etis, dll, 
harus feasible (layak) 
Bagaimana ?
M KOMPONEN MEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 
1. CARA ILMIAH 
2. DATA 
3. TUJUAN 
4. KEGUNAAN 
KOMPONEN 
METODE PENELITIAN
CARA ILMIAH 
KEGIATAN PENELITIAN 
DIDASARKAN CIRI-CIRI 
KEILMUAN 
RASIONAL 
Dilakukan dg cara yg masuk akal shg 
Terjangkau penalaran manusia 
EMPIRIS 
Dapat diamati indera manusia shg 
Org lain dpt mengamati dan 
Mengetahui cara yg digunakan 
SISTEMATIS 
Proses yg digunakan menggunakan 
langkah yg logis
KKRRIITTEERRIIAA DDAATTAA PPEENNEELLIITTIIAANN 
VALID 
Menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi 
pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti 
Misal : korban tsunami 900 ribu org dilaporkan berbeda 
RREELLIIAABBEELL 
Menunjukkan derajat konsistensi data dalam interval waktu tertentu 
Misal : peserta penlok 50 org, sumber ditanya tetap 50 org sampai kapanpun 
OBYEKTIF 
Derajat persamaan persepsi berkenaan dengan kesepakatan antar banyak orang 
(interpersonal agreement) 
misal : data peneliti berbeda pd satu obyek, berarti data tdk obyektif
MACAM 
DATA 
KUALITATIF 
KUANTITATIF 
DISKRIT/ 
NOMINAL 
KONTINUM/ 
HSL PENGUKURAN 
ORDINAL 
INTERVAL 
RATIO
DDAATTAA KKUUAALLIITTAATTIIFF 
DDaattaa ddiinnyyaattaakkaann ddaallaamm bbeennttuukk kkaattaa,, kkaalliimmaatt aattaauu ggaammbbaarr
DDAATTAA KKUUAANNTTIITTAATTIIFF 
Data yang dinyatakan dalam angka atau data kualitatif 
yang diangkakan 
DDaattaa kkuuaannttiittaattiiff ddiibbeeddaakkaann mmeennjjaaddii dduuaa:: 
11.. DDiisskkrriitt//nnoommiinnaall :: ddaattaa yyaanngg hhaannyyaa ddaappaatt ddiiggoolloonngg-- 
ggoolloonnggkkaann sseeccaarraa tteerrppiissaahh, ddiisskkrriitt aattaauu kkaatteeggoorrii.. 
DDaattaa ddiippeerroolleehh ddaarrii hhaassiill mmeenngghhiittuunngg 
MMiissaall :: ddaallaamm II kkeellaass sseetteellaahh ddiihhiittuunngg ttddpptt 5500 
mmaahhaassiisswwaa tteerrddiirrii aattaass 3300 pprriiaa ddaann 2200 wwaanniittaa 
22.. KKoonnttiinnuumm :: ddaattaa yyaanngg bbeerrvvaarriiaassii mmeennuurruutt ttiinnggkkaattaann 
ddaann ddiippeerroolleehh ddaarrii hhaassiill ppeenngguukkuurraann
DDAATTAA KKOONNTTIINNUUMM OORRDDIINNAALL 
 DDaattaa kkoonnttiinnuumm oorrddiinnaall aaddaallaahh ddaattaa yyaanngg bbeerrbbeennttuukk 
rraannggkkiinngg aattaauu ppeerriinnggkkaatt 
mmiissaallnnyyaa :: jjuuaarraa II, IIII, IIIIII 
AAttaauu 
ddaattaa yyaanngg ddiinnyyaattaakkaann ddaallaamm sskkaallaa, ddeennggaann jjaarraakk 
ssaattuu ddaattaa ddeennggaann ddaattaa yyaanngg llaaiinn ttiiddaakk ssaammaa 
I II III IV V VI 
88 83 66 60 40 30
DDAATTAA KKOONNTTIINNUUMM RRAATTIIOO 
 DDaattaa kkoonnttiinnuumm rraattiioo aaddaallaahh ddaattaa yyaanngg jjaarraakknnyyaa 
ssaammaa ddaann mmeemmppuunnyyaaii nniillaaii nnooll mmuuttllaakk 
mmiissaall 
bbeerraatt 00 kkgg bbeerraarrttii ttiiddaakk aaddaa bboobboottnnyyaa 
DDaattaa iinnii jjuuggaa ddaappaatt ddiirruubbaahh kkee ddaallaamm iinntteerrvvaall 
ddaann oorrddiinnaall aattaauu ddaappaatt ddiijjuummllaahhkkaann // ddiikkaalliikkaann
DDAATTAA KKOONNTTIINNUUMM IINNTTEERRVVAALL 
 DDaattaa kkoonnttiinnuumm iinntteerrvvaall aaddaallaahh ddaattaa yyaanngg jjaarraakknnyyaa 
ssaammaa tteettaappii ttiiddaakk mmeemmppuunnyyaaii nniillaaii nnooll ((00)) 
aabbssoolluutt//mmuuttllaakk.. 
mmiissaall :: sskkaallaa tthheerrmmoommeetteerr, wwaallaauuppuunn aaddaa nniillaaii 00ºCC 
tteettaappii tteettaapp aaddaa nniillaaiinnyyaa 
DDaattaa iinntteerrvvaall ddaappaatt ddiibbuuaatt mmeennjjaaddii ddaattaa oorrddiinnaall 
((ppeerriinnggkkaatt)).. 
-2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 
Data ordinal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
TTUUJJUUAANN PPEENNEELLIITTIIAANN 
 PPEENNEEMMUUAANN 
SSeebbeelluummnnyyaa bbeelluumm ppeerrnnaahh ddiikkeettaahhuuii 
 PPEEMMBBUUKKTTIIAANN 
MMeemmbbuukkttiikkaann kkeerraagguuaann tteerrhhaaddaapp iinnffoorrmmaassii// 
ppeennggeettaahhuuaann tteerrtteennttuu 
 PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN 
MMeemmppeerrddaallaamm ddaann mmeemmppeerrlluuaass ppeennggeettaahhuuaann 
yyaanngg ssuuddaahh aaddaa
KKEEGGUUNNAAAANN PPEENNEELLIITTIIAANN 
 MMEEMMAAHHAAMMII MMAASSAALLAAHH 
PPeenneelliittii mmeemmppeerrjjeellaass ssuuaattuu mmaassaallaahh//iinnffoorrmmaassii 
yyaanngg ttiiddaakk ddiikkeettaahhuuii ddaann sseellaannjjuuttnnyyaa mmeennjjaaddii ttaahhuu 
 MMEEMMEECCAAHHKKAANN MMAASSAALLAAHH 
PPeenneelliittii mmeemmiinniimmaallkkaann//mmeenngghhiillaannggkkaann mmaassaallaahh 
 MMEENNGGAANNTTIISSIIPPAASSII MMAASSAALLAAHH 
PPeenneelliittii mmeenngguuppaayyaakkaann aaggaarr mmaassaallaahh ttiiddaakk tteerrjjaaddii
MMEETTOODDEE KKUUAANNTTIITTAATTIIFF DDAANN KKUUAALLIITTAATTIIFF 
PERBEDAAN METODA 
KUANTITATIF & KUALITATIF 
PERBEDAAN 
AKSIOMA DASAR 
PERBEDAAN 
PROSES PENILAIAN 
PERBEDAAN 
KARAKTERISTIK PENELITIAN
PPEERRBBEEDDAAAANN AAKKSSIIOOMMAA AANNTTAARRAA 
MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF DDAANN KKUUAANNTTIITTAATTIIFF 
AAKKSSIIOOMMAA DDAASSAARR MMEETTOODDEE 
KKUUAANNTTIITTAATTIIFF 
MMEETTOODDEE 
KKUUAALLIITTAATTIIFF 
SSiiffaatt rreeaalliittaass TTuunnggggaall,, kkoonnkkrriitt,, 
tteerraammaattii 
GGaannddaa,, hhoolliissttiikk,, 
ddiinnaammiiss,, hhssll 
kkoonnssttrruukkssii && 
ppeemmaahhaammaann 
HHuubbuunnggaann ppeenneelliittii 
ddeennggaann yyaanngg ddiitteelliittii 
IInnddeeppeennddeenn IInntteerraakkttiiff ttiiddaakk ddaappaatt 
ddiippiissiissaahhkkaann 
HHuubbuunnggaann vvaarriiaabbeell SSeebbaabb-aakkiibbaatt//kkaauussaall TTiimmbbaall bbaalliikk//iinntteerraakkttiiff 
KKeemmuunnggkkiinnaann 
ggeenneerraalliissaassii 
CCeennddeerruunngg mmeemmbbuuaatt 
ggeenneerraalliissaassii 
TTrraannssffeerraabbiilliittyy//hhaannyyaa 
mmuunnggkkiinn ddaallaamm iikkaattaann 
kkoonntteekkss ddaann wwaakkttuu 
PPeerraannaann nniillaaii CCeennddeerruunngg bbeebbaass 
nniillaaii 
TTeerriikkaatt nniillaaii
KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK MMEETTOODDEE 
KKUUAANNTTIITTAATTIIFF DDAANN KKUUAALLIITTAATTIIFF 
DESAIN 
Metode kuantitatif 
a. spesifik, jelas, rinci 
b. Mantap sejak awal 
c. Menjadi pegangan langkah 
d. demi langkah 
Metode kualitatif 
a. Umum 
b. Fleksibel 
c. Berkembang dan muncul 
dalam prose penelitian
TUJUAN 
Metode kuantitatif 
a. Menunjukkan hubungan antar variabel 
b. Menguji teori 
c. Mencari generalisasi yang mempunyai 
nilai prediktif 
Metode kualitatif 
a. Menemukan pola hubungan yang 
bersifat interaktif 
b. Menggambarkan realitas yg kompleks 
c. Memperoleh pemahaman makna 
d. Menemukan teori
TEKNIK PENELITIAN 
Metode kuantitatif 
a. Eksperimen, survey 
b. Kuisioner 
c. Observasi dan wawancara 
terstruktur 
Metode kualitatif 
a. Participant observation 
b. In depth interview 
c. Dokumentasi 
d. Triangulasi
Instrumen 
penelitian 
Metode kuantitatif 
a. Test, angket, wawancara 
b. Instrumen yang telah standar 
Metode kualitatif 
a. Peneliti sebagai instrumen 
b. catatan, rekaman, kamera, 
handycam, dll
DATA 
Metode kuantitatif 
a. Kuantitatif 
b. Hasil pengukuran variabel yang 
dioperasionalkan dengan menggunakan 
instrumen 
Metode kualitatif 
a. Deskriptif 
b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, 
ucapan dan tindakan responden,, dll
Sampel/ 
Sumber Data 
Metode kuantitatif 
a. Besar 
b. Representatif 
c. Sedapat mungkin random 
d. Ditentukan sejak awal 
Metode kualitatif 
a. Kecil 
b. Tidak representatif 
c. Purposive 
d. Berkembang selama proses penelitian
Analisis 
Metode kuantitatif 
a. Setelah selesai pengumpulan data 
b. Deduktif 
c. Menggunakan statistik 
Metode kualitatif 
a. Terus menerus sejak awal sampai 
akhir penelitian 
b. Induktif 
c. Mencari pola, model, tema, teori
HUBUNGAN DENGAN 
RESPONDEN 
Metode kuantitatif 
a. Berjarak, bahkan sering tanpa kontak 
b. Peneliti merasa lebih 
c. Jangka pendek 
Metode kualitatif 
a. Empati, akrab 
b. Kedudukan sama bahkan sebagai 
guru/konsultan 
c. Jangka lama
USULAN DESAIN 
Metode kuantitatif 
a. Luas dan rinci 
b. Literatur berhubungan dengan masalah 
dan variabel yang diteliti 
c. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya 
d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas 
Metode kualitatif 
a. Singkat 
b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, 
tidak menjadi pegangan utama 
c. Prosedur bersifat umum 
d. Masalah bersifat sementara dan akan 
ditemukan setelah studi pendahuluan 
e. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan 
menemukan hipotesis 
f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh 
data awal dari lapangan
MMEETTOODDEE KKUUAANNTTIITTAATTIIFF 
KKaappaann ppeenneelliittiiaann ddiiaannggggaapp sseelleessaaii 
-SSeetteellaahh sseemmuuaa ddaattaa yyaanngg ddiirreennccaannaakkaann ddaappaatt 
tteerrkkuummppuull 
KKeeppeerrccaayyaaaann tteerrhhaaddaapp hhaassiill ppeenneelliittiiaann 
-- PPeenngguujjiiaann vvaalliiddiittaass ddaann rreeaalliiaabbiilliittaass iinnssttrruummeenn
MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF 
KKaappaann ppeenneelliittiiaann ddiiaannggggaapp sseelleessaaii 
- SSeetteellaahh ttiiddaakk aaddaa yyaanngg ddiiaannggggaapp 
bbaarruu//jjeennuuhh 
KKeeppeerrccaayyaaaann tteerrhhaaddaapp hhaassiill ppeenneelliittiiaann 
-- PPeenngguujjiiaann kkrreeddiibbiilliittaass,, ddeeppeennaabbiilliittaass,, 
pprroosseess ddaann hhaassiill ppeenneelliittiiaann
PPRROOSSEESS PPEENNEELLIITTIIAANN 
 MMeettooddee kkuuaannttiittaattiiff 
 BBeerrssiiffaatt lliinneeaarr 
 MMeettooddee kkuuaalliittaattiiff 
 BBeerrssiiffaatt ssiirrkkuulleerr
TTeerriimmaa KKaassiihh

More Related Content

Viewers also liked

Ppt metode penelitian
Ppt metode penelitianPpt metode penelitian
Ppt metode penelitian
ardhian zahroni
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanvian rahayu
 
Penulisan akademik untuk pemula_Rolip Saptamaji
Penulisan akademik untuk pemula_Rolip SaptamajiPenulisan akademik untuk pemula_Rolip Saptamaji
Penulisan akademik untuk pemula_Rolip Saptamaji
Rolip Saptamaji
 
filsafat Ilmu
filsafat Ilmufilsafat Ilmu
Struktur Ilmu
Struktur IlmuStruktur Ilmu
Struktur Ilmu
Nurmahmudah M.Phil.
 
Filsafat ilmu
Filsafat  ilmu Filsafat  ilmu
Filsafat ilmu Ram Dhany
 
Filsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmuFilsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmu
Dr. Zar Rdj
 

Viewers also liked (7)

Ppt metode penelitian
Ppt metode penelitianPpt metode penelitian
Ppt metode penelitian
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Penulisan akademik untuk pemula_Rolip Saptamaji
Penulisan akademik untuk pemula_Rolip SaptamajiPenulisan akademik untuk pemula_Rolip Saptamaji
Penulisan akademik untuk pemula_Rolip Saptamaji
 
filsafat Ilmu
filsafat Ilmufilsafat Ilmu
filsafat Ilmu
 
Struktur Ilmu
Struktur IlmuStruktur Ilmu
Struktur Ilmu
 
Filsafat ilmu
Filsafat  ilmu Filsafat  ilmu
Filsafat ilmu
 
Filsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmuFilsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmu
 

Similar to 1a myz presentasi metodologi penelitian (filsafat, hakikat, dan metode ilmiah)

TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptxTAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
noorwal
 
TAJUK 1:SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1:SEKOLAH DAN  MASYARAKAT.pptxTAJUK 1:SEKOLAH DAN  MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1:SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
noorwal
 
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptxTAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
noorwal
 
Absw3103 topik 2
Absw3103 topik 2Absw3103 topik 2
Absw3103 topik 2
Fakhrullah Ibrahim
 
BAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
BAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptxBAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
BAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
NORADIBAHMOHAMEDISA
 
Tajuk 5 Metafizik
Tajuk 5 MetafizikTajuk 5 Metafizik
Tajuk 5 Metafizik
Mahyuddin Khalid
 
Assigment bab 3 teori kajian sosial
Assigment bab 3 teori kajian sosialAssigment bab 3 teori kajian sosial
Assigment bab 3 teori kajian sosial
Mumtaz Ahmad Najhi Bin Mohamed
 
Journal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdf
Journal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdfJournal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdf
Journal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdf
Eddy S.R.A/Eddy Saputra
 
Kuliah 6 bahan_kajian_sains_sosial
Kuliah 6 bahan_kajian_sains_sosialKuliah 6 bahan_kajian_sains_sosial
Kuliah 6 bahan_kajian_sains_sosialFatin Halid
 
41404857 4-model-tl
41404857 4-model-tl41404857 4-model-tl
41404857 4-model-tl
Savithri Savi
 
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
sitifatimah624480
 
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
sitifatimah624480
 
(C) falsafah tradisional & moden
(C) falsafah tradisional & moden(C) falsafah tradisional & moden
(C) falsafah tradisional & modenwananip
 
2. sejarah pertumbuhan teori sosial
2. sejarah pertumbuhan teori sosial2. sejarah pertumbuhan teori sosial
2. sejarah pertumbuhan teori sosialSuff Fyee
 
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
sitifatimah624480
 
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
sitifatimah624480
 
Tokoh Tamadun Islam- Ibn Khaldun
Tokoh Tamadun Islam- Ibn KhaldunTokoh Tamadun Islam- Ibn Khaldun
Tokoh Tamadun Islam- Ibn KhaldunKuan Tee 0420
 
BAB 3 teori kajian masyarakat.pdf
BAB 3 teori kajian masyarakat.pdfBAB 3 teori kajian masyarakat.pdf
BAB 3 teori kajian masyarakat.pdf
NurulHudaHusin
 
Edu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysia
Edu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysiaEdu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysia
Edu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysiaAisyah Zainudin
 

Similar to 1a myz presentasi metodologi penelitian (filsafat, hakikat, dan metode ilmiah) (20)

TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptxTAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
 
TAJUK 1:SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1:SEKOLAH DAN  MASYARAKAT.pptxTAJUK 1:SEKOLAH DAN  MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1:SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
 
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptxTAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
TAJUK 1 PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
 
Bab 5.pdf
Bab 5.pdfBab 5.pdf
Bab 5.pdf
 
Absw3103 topik 2
Absw3103 topik 2Absw3103 topik 2
Absw3103 topik 2
 
BAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
BAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptxBAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
BAB 1- PENGENALAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT.pptx
 
Tajuk 5 Metafizik
Tajuk 5 MetafizikTajuk 5 Metafizik
Tajuk 5 Metafizik
 
Assigment bab 3 teori kajian sosial
Assigment bab 3 teori kajian sosialAssigment bab 3 teori kajian sosial
Assigment bab 3 teori kajian sosial
 
Journal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdf
Journal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdfJournal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdf
Journal Falsafah Konsep Prinsip Tiga Rakyat .pdf
 
Kuliah 6 bahan_kajian_sains_sosial
Kuliah 6 bahan_kajian_sains_sosialKuliah 6 bahan_kajian_sains_sosial
Kuliah 6 bahan_kajian_sains_sosial
 
41404857 4-model-tl
41404857 4-model-tl41404857 4-model-tl
41404857 4-model-tl
 
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
 
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 3 TEORI KAJIAN MASYARAKAT.pptx
 
(C) falsafah tradisional & moden
(C) falsafah tradisional & moden(C) falsafah tradisional & moden
(C) falsafah tradisional & moden
 
2. sejarah pertumbuhan teori sosial
2. sejarah pertumbuhan teori sosial2. sejarah pertumbuhan teori sosial
2. sejarah pertumbuhan teori sosial
 
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
 
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptxBAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
BAB 2 KAJIAN MASYARAKAT.pptx
 
Tokoh Tamadun Islam- Ibn Khaldun
Tokoh Tamadun Islam- Ibn KhaldunTokoh Tamadun Islam- Ibn Khaldun
Tokoh Tamadun Islam- Ibn Khaldun
 
BAB 3 teori kajian masyarakat.pdf
BAB 3 teori kajian masyarakat.pdfBAB 3 teori kajian masyarakat.pdf
BAB 3 teori kajian masyarakat.pdf
 
Edu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysia
Edu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysiaEdu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysia
Edu 3101 falsafah dan pendidikan di malaysia
 

1a myz presentasi metodologi penelitian (filsafat, hakikat, dan metode ilmiah)

  • 1. MMEETTOODDOOLLOOGGII IILLMMUU EEKKOONNOOMMII DDAANN MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN FFiillssaaffaatt,, HHaakkeekkaatt && MMeettooddee IIllmmiiaahh DDiioollaahh ddaann ddiissaajjiikkaann OOlleehh:: PPrrooff.. DDrr.. MMuuhhaammmmaadd YYuunnuuss ZZaaiinn,, SS..EE..,, MM..AA.. ((FFEE--UUNNHHAASS,, MMaakkaassssaarr))
  • 2. WHAT IS Economic TTHHEEOORRYY:: SSttaattee ooff tthhee aarrttss May-12 MYZ: FE-UNHAS Microeconomics results: partial & GE: -Consumer’s efficiency MRSij= relatif price ij -Porduction efficiency MRTSij= relative factor price ij -Exchange efficiency (market efficiency) 2 Two classic welfare theorem -market hold, CE is Pareto efficient -market failure, redistribution initial endowment, the CE is also Pareto optimal Source of Market failure & government intervention Field development: -Public Economics (Choice) -New Political Economy -Regional economics -HRE: Labor Ec.; Health Ec -others subjects -Development Economics -International economics -monetary economics -others subjects The state & results of Macroeconomics Four Functional Management? And Accounting
  • 3. Contoh: Again to New Political Economy: Toward A Multidiscipline? State of the arts and results of Social-political Theory (B) State of the arts and results of Economic Theory (A) New political Economy Ekonomi politik Politik ekonomi? What/how (before the fact): -behavioral foundation -Rational (self-interest?) What/how (before and after the fact): -process -institutional setting Why (event) New (?) Paradigm A or B; or both Facts: empirical questions science Mathematics & Philosophy: an ARTS 3 MYZ: FE-UNHAS May-12
  • 4. PENDEKATAN FILSAFAT ILMU • Pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Pendekatan ontologis dijadikan sebagai acuan untuk menentukan hakikat dari ilmu ekonomi . • Sedangkan pendekatan epistemologis dipergunakan untuk melihat prinsip-prinsip dasar, ciri-ciri, dan cara ker ja ilmu ekonomi. • Dan pendekatan aksiologis diperlukan untuk melihat fungsi dan kegunaan ilmu ekonomi dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. May-12 MYZ: FE-UNHAS 4
  • 5. Secular Wor ldview : Pahami akar sekulerisasi dari mana? • Scientific worldview memandang alam semesta sebagai mesin yang bekerja secara otomatis mengikuti hukum alam. Secular worldview membatasi visi hidup manusia hanya pada sebatas eksistensi-nya di dunia. Secular worldview menggantungkan diri sepenuhnya pada akal pikiran manusia tanpa PERLU PETUNJUK-NYA? • Dalam pandangan hidup sekuler, tujuan utama aktivitas adalah mengejar self-interest dengan rasionalitas sempurna (khusus) sebagai kondisi dan kriteria yang tidak dapat diganggu gugat (kata Alfred Marshall rasionalitas khusus dari para economic manSEKULER). Di bawah asumsi ini, more is better than less menjadi sebuah keniscayaan. Self-interest menjadi identik dengan selfishness dimana keuntungan personal mendominasi dan jauh mengalahkan manfaat sosial.  Tampaknya diperlukan konsep manusia RELIGIUS. May-12 MYZ: FE-UNHAS 5
  • 6. METODOLOGI ILMU EKONOMI ANTARA SEKULAR DAN RELIGIUS: Definisi Metodologi Ilmu • Dengan merangkum berbagai definisi metodologi, lebih khusus dalam ilmu sosial, Machlup memformulasikannya sebagai: • The study of the principles that guide the students of any branch of knowledge, and especially of any higher learning (science) in deciding whether to accept or to reject certain propositions as a part of the body of ordered knowledge in general or of their own discipline (science). • Machlup tampak mengikuti aliran methodological dualism, dengan menyatakan bahwa ilmu ekonomi masuk dalam kategori science, sekalipun berbeda dengan natural sciences, namun dia tidak banyak memberikan penjelasan terperinci tentang perbedaan tersebut. • Adalah Mark Blaug, termasuk yang berbeda dengannya, mengikuti pandangan methodoligal monism. Pandangan ini menyatakan bahwa kedua kategori ilmu tersebut memiliki metodologi yang sama, dengan doktrinnya, the unity of sciences. Karenanya, tambah Backhouse yang mendukung Blaug, metodologi ilmu ekonomi pun tidak menyimpang dari metodologi ilmu-ilmu pengetahuan alam. Pandangan kedua ini tampak lebih diterima secara luas oleh para ekonom. • Worldview, Rationality dan Kelangkaan menjadi persoalan mendasar yang terkait erat dengan perbincangan metodologi dalam ilmu ekonomi. • Lihat pada Royal Brandis “On the Current State of Methodology in Economics”, Research in History of Economic Thought and Methodology vol. 2, halaman 151-160. • Lihat Roger Backhouse, New Direction in Economic Methodology, (London: Routledge, 1994), halaman 1-24. May-12 MYZ: FE-UNHAS 6
  • 7. Metodologi Ilmu Ekonomi-Modern • Pada mulanya, ilmu ekonomi modern adalah cabang dari filsafat, yang dijadikan tempat sumber segala ilmu pengetahuan modern, • Kemudian datanglah Adam Smith bersama David Hume, Bentham, Mill dan disusul pula oleh Say yang memformulasikan konsep equilibrium pasar beserta perangkat mekanismenya, mengikuti jejak para pendahulu mereka, Newtonian dan kawan-kawannya, dalam bidang fisika. • Dan gugatan Keynes dengan mengikuti Einstein. May-12 MYZ: FE-UNHAS 7
  • 8. Masudul Alam Choudhury (2005) • I argue that the submissive attitude and advice on equating the [religious views] and Western methodologies and even empiricism, and thereby calling for adopting Western methods of analysis, constitutes a flawed reasoning. Note here that I have made a major difference between the concepts of Methods and Methodology as shown by italics. Choudhury (1999) explains that methodology and methods are interrelated scientific primitives together used for understanding praxis and applying it to inferential consequences of the methodological premise by the corresponding analytical methods. • The original premise of praxis is invariably epistemological in nature. Epistemology is subsequently integrated by a scientific discursive approach with ontology, and thereafter, with the ontic (evidential) domain of analysis, application and policy. Methods belong to the ontological and ontic domains, when the analysis and application of the original methodological premise is to be formulated and applied for understanding reality. • Yet, in the absence of the epistemological methodology it is possible for methods to be used independently of the ontological and ontic understanding. When this is the case, the methods fail to have substantive relevance in the light of methodology. They exist merely as procedural artifacts of an analysis but not the true and relevant one. Choudhury (1999, op cit, p. 348) writes, “Methods can exist without methodology as was explained in the case of the reductionist design of rationalism. But methodology cannot exist without self-determined methods. Such methods must be derived from the essence of the methodology itself. They must be such instruments that mobilize the ontological-epistemological nature of divinely unified systems into explanatory relations.” We will explain the difficulties that are encountered in such academic ventures from the [religious man] side. 12/07/14 MYZ: FE-UNHAS 8
  • 9. Epistemologi • Teori ilmu pengetahuan • Mempertanyakan problem ilmu, proses pembentukan ilmu dan siapa yang menyepakati suatu ilmu. • ”the theory of the nature of knowing and the means by which we know.” • Menguji hakikat ilmu pengetahuan atau keabsahannya. • Pahami: hakikat Prior science and Posterior science May-12 MYZ: FE-UNHAS 9
  • 10. Struktur Ilmu • Relativitas Ilmu(Spacial) • Ilmu: Ibn Khaldun tumbuh berkembang seiring pertumbuhan dan perkembangan peradaban yang melahirkannya. • Lakatosian: Dimana riset perkembang, ilmu itu juga berkembang • Khunian: Revolusi Ilmu dengan perubahan world view • Ilmu lahir dari worldviews produsennya yang bersifat ideologis. • Ilmu dilahirkan untuk Mengatasi Masalah riil Masyarakat May-12 MYZ: FE-UNHAS 10
  • 11. Kebutuhan terhadap ilmu baru • Realitas kelemahan ilmu sejenis • Relativitas teori mengharuskan adanya teori baru. • Teori out of date harus diganti dengan teori up to date. • Ilmu harus hidup dan dihidupkan agar tidak stagnan. May-12 MYZ: FE-UNHAS 11
  • 12. Kegagalan Ilmu ekonomi • Gagal menciptakan kesejahteraan masyarakat. • Melepaskan diri dari aspek moral dan agama • Sejumlah teorinya tidak sesuai/ tidak cocok di negeri lain • the death of economics. May-12 MYZ: FE-UNHAS 12
  • 13. Unsur-Unsur Ilmu • masalah • sikap ilmu: curiosias, spekulasi, obyektif, terbuka, dan tentatif. • Punya metode yang khas dalam memecahkan masalahnya. • Adanya subyek komunitas. • Menghasilkan kesimpulan • Mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan manusia. May-12 MYZ: FE-UNHAS 13
  • 14. Aliran Epistimologi dalam Filsafat. • Aliran idealisme-subjektif. • Empirisme • rasionalisme • Positivisme •MaIy-12dealismeM YdZ: FE-iUNaHASlektik 14
  • 15. Metodologi: • Model investigasi keilmuan atau worldviews • How should the inquirer go about finding out knowable May-12 MYZ: FE-UNHAS 15
  • 16. FFIILLSSAAFFAATT MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN PRAPOSITIVISME POSITIVISME POSTPOSITIVISME
  • 17. PPEERRBBAANNDDIINNGGAANN TTIIGGAA FFIILLSSAAFFAATT PPRRAAPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE PPOOSSIITTIIVVIISSMMEE PPOOSSTTPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE RREEAALLIITTAASS BBEERRKKEEMMBBAANNGG SSEECCAARRAA AALLAAMMIIAAHH RREEAALLIITTAASS TTEERRAAMMAATTII,, BBEERRSSIIFFAATT TTUUNNGGGGAALL,, DDAAPPAATT DDIIKKLLAASSIIFFIIKKAASSIIKKAANN,, DDEETTEERRMMIINNIISSMMEE ((SSEEBBAABB AAKKIIBBAATT)),, BBEEBBAASS NNIILLAAII,, RREELLAATTIIFF TTEETTAAPP DDAANN TTEERRUUKKUURR RREEAALLIITTAASS BBEERRSSIIFFAATT HHOOLLIISSTTIIKK ((UUTTUUHH)),, DDIINNAAMMIISS ((TTIIDDAAKK TTEETTAAPP)),, KKOOMMPPLLEEKKSS,, SSAALLIINNGG MMEEMMPPEENNGGAARRUUHHII,, PPEENNUUHH MMAAKKNNAA DDAANN TTEERRIIKKAATT NNIILLAAII MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN DDEESSKKRRIIPPTTIIFF KKUUAALLIITTAATTIIFF MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN KKUUAANNTTIITTAATTIIFF,, DDEEDDUUKKTTIIFF MMEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN KKUUAALLIITTAATTIIFF,, IINNDDUUKKTTIIFF PPEENNEELLIITTII PPAASSIIFF,, MMEENNGGGGAAMMBBAARRKKAANN AAPPAA YYAANNGG DDIIAAMMAATTII MMEELLAAKKUUKKAANN EEKKSSPPEERRIIMMEENN,, MMEENNCCAARRII PPEENNGGAARRUUHH MMEEMMAAHHAAMMII MMAAKKNNAA RREEAALLIITTAASS YYAANNGG KKOOMMPPLLEEKKSS,, MMEENNGGKKOONNSSTTRRUUKKSSII FFEENNOOMMEENNAA
  • 18. PPRRAAPPOOSSIITTIIVVIISSMMEE  MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF,, RREEAALLIITTAASS BBEERRSSIIFFAATT AALLAAMMIIAAHH
  • 19. PPOOSSIITTIIVVIISSMMEE MMEETTOODDAA KKUUAANNTTIITTAATTIIFF HHAASSIILL RREESSEEAARRCCHH DDAANN DDEEVVEELLOOPPMMEENNTT
  • 20.
  • 22. BERHATI-HATI PADA Metode • Apresiasi penemuPano islmtmiaho ydanegr tnerijsadti pada abad 19-21, di abad millinium ini, dalam era baru globalisme, dunia tidak lain sedang kita rasakan semakin diarahkan menjadi satu: one wor ld perkembangan pemikiran pun bergulir cepat. • Esensinya, Peradaban Barat dalam pencarian kebenaran menghentikan teks (menutup rapi segala hikmah kitab suci): maka yg ditemukan lebih banyak kebatilan dengan hawa nafsu dan subjektif-ber laku intelejen- dan masih filsafat Yunani Kuno di zaman Moderen. • Maka Rasionalisme Descar tes habis di Nietzche (matinya Tuhan), meski Sigmund Freud telah menyelam jauh ke alam bawah sadar manusia. Namun dengan Filsafat maka teks terbuka terhadap perbedaan. • Teks dalam filsafat dianggap, mengungkung, menipu, tdk bermakna (Nietzche, Kar l Marx, Mar tin Heidegger, Michael Foucault, Jacques Der rida, dan lainnya dgn metode masing-masing). • Nietzche dengan Logosentrisme (teks kode makna hakikat & metafor); Heidegger dengan fenomenologi-hermeneutik (tak terucap penting tuk memahami yang terucap); Althusser dengan metode “penjiwaan”, iapun tulusuri Kar l Marx (Teks penuh dengan kepentingan); Foucault dengan arkeologi-nya (teks mengawasi-menutupi hakikat); Deleuze dengan strukturalisnya (makna tdk termaterikan, hanya kumpulan relasi: yg ada hanya posisi dan perbedaanya); terkahir Der rida dengan Dekonstruksi (teks tdk berfungsi menjelaskan: hanya arena kesenjangan dan kontradiksi. Karena makna lahir dari pembacaan, dekonstruksi teks, kemudian melahirkan makna dan menghilangkan jati diri). May-12 MYZ: FE-UNHAS 22
  • 23. Ide ketimbang Vested Interest • Sejumlah pemikiran memang benar telah dan akan selalu kembali lahir. Lalu, masalah regulasi pengelolaan dan pembentukan “standardisasi global” terutama terkait bentuk institusi sistem finansial global memang selalu menjadi biang keladinya. Sebab pada inti dan ujungnya dikatakan akan selalu tercipta global financial bubling and instability, seperti sebelumnya diduga Stiglitz (2002), von Mises (2004), Krugman (2008), dan Minksy (2008). Dalam kaitan ini semua, Paul Krugman kemudian mengatakan: • “…economics inevitably takes place in a political context, and one cannot understand the world as it appeared a few years ago without considering the fundamental political fact of the 1990s: the collapse of socialism. Not merely as a ruling ideology, but as an idea with the power to move men’s minds.” (Paul R. Krugman, 2008: p.10) • • Dengan esensi yang sama, sebagai sindiran dan mungkin sekaligus peringatan atau bahkan mungkin dapat pula menjadi penyejuk segala kerisauan kita semua, tampaknya kita perlu dan sangat menarik untuk kembali menyimak juga pernyataan J.M. Keynes berikut: • “... [The] ideas of economists and political philosophers, both when they are right and when they are wrong, are more powerful than is commonly understood.... Practical men, who belief themselves to be quite exempt from any intellectual influences, are usually the slaves of some defunct economists. ... [For] in the field of economic and political philosophy there are not many who are influenced by new theories after they are twenty-five or thirty years of age, so that the ideas which civil servants and politicians and even agitators apply to current events are not likely to be the newest. But, soon or late, it is ideas, not vested interests, which are dangerous for good or evil” (Keynes, 1935). Demikian Keynes (1935) mengingatkan kita semua, baik sebagai praktisi, politikus, pengamat ekonomi dan akademisi-peneliti bahwa mungkin saja benar selalu ada sesuatu yang "more powerful than is commonly understood." May-12 MYZ: FE-UNHAS 23
  • 24. HHAAKKEEKKAATT PPEENNEELLIITTIIAANN CCAARRAA IILLMMIIAAHH UUNNTTUUKK MMEENNDDAAPPAATTKKAANN DDAATTAA//IINNFFOORRMMAASSII SSEEBBAAGGAAIIMMAANNAA AADDAANNYYAA DDAANN BBUUKKAANN SSEEBBAAGGAAIIMMAANNAA SSEEHHAARRUUSSNNYYAA,, DDEENNGGAANN TTUUJJUUAANN DDAANN KKEEGGUUNNAAAANN TTEERRTTEENNTTUU
  • 25. Metode Penelitian Zaman dahulu : - coba-coba (trial & error ?) - pengalaman (sendiri > , orang lain <) - naluri ® Perkembangan lambat Zaman Modern : - coba-coba (dioptimumkan) - pengalaman (sendiri < + orang lain >) - spekulasi - Metode Ilmiah (scientific approach) ® Perkembangan cepat
  • 26. Metode Penelitian Teknik (Engineering) ... mengembangkan cara –cara … Secara teknis, ekonomis, etis, dll, harus feasible (layak) Bagaimana ?
  • 27. M KOMPONEN MEETTOODDEE PPEENNEELLIITTIIAANN 1. CARA ILMIAH 2. DATA 3. TUJUAN 4. KEGUNAAN KOMPONEN METODE PENELITIAN
  • 28. CARA ILMIAH KEGIATAN PENELITIAN DIDASARKAN CIRI-CIRI KEILMUAN RASIONAL Dilakukan dg cara yg masuk akal shg Terjangkau penalaran manusia EMPIRIS Dapat diamati indera manusia shg Org lain dpt mengamati dan Mengetahui cara yg digunakan SISTEMATIS Proses yg digunakan menggunakan langkah yg logis
  • 29. KKRRIITTEERRIIAA DDAATTAA PPEENNEELLIITTIIAANN VALID Menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti Misal : korban tsunami 900 ribu org dilaporkan berbeda RREELLIIAABBEELL Menunjukkan derajat konsistensi data dalam interval waktu tertentu Misal : peserta penlok 50 org, sumber ditanya tetap 50 org sampai kapanpun OBYEKTIF Derajat persamaan persepsi berkenaan dengan kesepakatan antar banyak orang (interpersonal agreement) misal : data peneliti berbeda pd satu obyek, berarti data tdk obyektif
  • 30. MACAM DATA KUALITATIF KUANTITATIF DISKRIT/ NOMINAL KONTINUM/ HSL PENGUKURAN ORDINAL INTERVAL RATIO
  • 31. DDAATTAA KKUUAALLIITTAATTIIFF DDaattaa ddiinnyyaattaakkaann ddaallaamm bbeennttuukk kkaattaa,, kkaalliimmaatt aattaauu ggaammbbaarr
  • 32. DDAATTAA KKUUAANNTTIITTAATTIIFF Data yang dinyatakan dalam angka atau data kualitatif yang diangkakan DDaattaa kkuuaannttiittaattiiff ddiibbeeddaakkaann mmeennjjaaddii dduuaa:: 11.. DDiisskkrriitt//nnoommiinnaall :: ddaattaa yyaanngg hhaannyyaa ddaappaatt ddiiggoolloonngg-- ggoolloonnggkkaann sseeccaarraa tteerrppiissaahh, ddiisskkrriitt aattaauu kkaatteeggoorrii.. DDaattaa ddiippeerroolleehh ddaarrii hhaassiill mmeenngghhiittuunngg MMiissaall :: ddaallaamm II kkeellaass sseetteellaahh ddiihhiittuunngg ttddpptt 5500 mmaahhaassiisswwaa tteerrddiirrii aattaass 3300 pprriiaa ddaann 2200 wwaanniittaa 22.. KKoonnttiinnuumm :: ddaattaa yyaanngg bbeerrvvaarriiaassii mmeennuurruutt ttiinnggkkaattaann ddaann ddiippeerroolleehh ddaarrii hhaassiill ppeenngguukkuurraann
  • 33. DDAATTAA KKOONNTTIINNUUMM OORRDDIINNAALL  DDaattaa kkoonnttiinnuumm oorrddiinnaall aaddaallaahh ddaattaa yyaanngg bbeerrbbeennttuukk rraannggkkiinngg aattaauu ppeerriinnggkkaatt mmiissaallnnyyaa :: jjuuaarraa II, IIII, IIIIII AAttaauu ddaattaa yyaanngg ddiinnyyaattaakkaann ddaallaamm sskkaallaa, ddeennggaann jjaarraakk ssaattuu ddaattaa ddeennggaann ddaattaa yyaanngg llaaiinn ttiiddaakk ssaammaa I II III IV V VI 88 83 66 60 40 30
  • 34. DDAATTAA KKOONNTTIINNUUMM RRAATTIIOO  DDaattaa kkoonnttiinnuumm rraattiioo aaddaallaahh ddaattaa yyaanngg jjaarraakknnyyaa ssaammaa ddaann mmeemmppuunnyyaaii nniillaaii nnooll mmuuttllaakk mmiissaall bbeerraatt 00 kkgg bbeerraarrttii ttiiddaakk aaddaa bboobboottnnyyaa DDaattaa iinnii jjuuggaa ddaappaatt ddiirruubbaahh kkee ddaallaamm iinntteerrvvaall ddaann oorrddiinnaall aattaauu ddaappaatt ddiijjuummllaahhkkaann // ddiikkaalliikkaann
  • 35. DDAATTAA KKOONNTTIINNUUMM IINNTTEERRVVAALL  DDaattaa kkoonnttiinnuumm iinntteerrvvaall aaddaallaahh ddaattaa yyaanngg jjaarraakknnyyaa ssaammaa tteettaappii ttiiddaakk mmeemmppuunnyyaaii nniillaaii nnooll ((00)) aabbssoolluutt//mmuuttllaakk.. mmiissaall :: sskkaallaa tthheerrmmoommeetteerr, wwaallaauuppuunn aaddaa nniillaaii 00ºCC tteettaappii tteettaapp aaddaa nniillaaiinnyyaa DDaattaa iinntteerrvvaall ddaappaatt ddiibbuuaatt mmeennjjaaddii ddaattaa oorrddiinnaall ((ppeerriinnggkkaatt)).. -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Data ordinal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
  • 36. TTUUJJUUAANN PPEENNEELLIITTIIAANN  PPEENNEEMMUUAANN SSeebbeelluummnnyyaa bbeelluumm ppeerrnnaahh ddiikkeettaahhuuii  PPEEMMBBUUKKTTIIAANN MMeemmbbuukkttiikkaann kkeerraagguuaann tteerrhhaaddaapp iinnffoorrmmaassii// ppeennggeettaahhuuaann tteerrtteennttuu  PPEENNGGEEMMBBAANNGGAANN MMeemmppeerrddaallaamm ddaann mmeemmppeerrlluuaass ppeennggeettaahhuuaann yyaanngg ssuuddaahh aaddaa
  • 37. KKEEGGUUNNAAAANN PPEENNEELLIITTIIAANN  MMEEMMAAHHAAMMII MMAASSAALLAAHH PPeenneelliittii mmeemmppeerrjjeellaass ssuuaattuu mmaassaallaahh//iinnffoorrmmaassii yyaanngg ttiiddaakk ddiikkeettaahhuuii ddaann sseellaannjjuuttnnyyaa mmeennjjaaddii ttaahhuu  MMEEMMEECCAAHHKKAANN MMAASSAALLAAHH PPeenneelliittii mmeemmiinniimmaallkkaann//mmeenngghhiillaannggkkaann mmaassaallaahh  MMEENNGGAANNTTIISSIIPPAASSII MMAASSAALLAAHH PPeenneelliittii mmeenngguuppaayyaakkaann aaggaarr mmaassaallaahh ttiiddaakk tteerrjjaaddii
  • 38. MMEETTOODDEE KKUUAANNTTIITTAATTIIFF DDAANN KKUUAALLIITTAATTIIFF PERBEDAAN METODA KUANTITATIF & KUALITATIF PERBEDAAN AKSIOMA DASAR PERBEDAAN PROSES PENILAIAN PERBEDAAN KARAKTERISTIK PENELITIAN
  • 39. PPEERRBBEEDDAAAANN AAKKSSIIOOMMAA AANNTTAARRAA MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF DDAANN KKUUAANNTTIITTAATTIIFF AAKKSSIIOOMMAA DDAASSAARR MMEETTOODDEE KKUUAANNTTIITTAATTIIFF MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF SSiiffaatt rreeaalliittaass TTuunnggggaall,, kkoonnkkrriitt,, tteerraammaattii GGaannddaa,, hhoolliissttiikk,, ddiinnaammiiss,, hhssll kkoonnssttrruukkssii && ppeemmaahhaammaann HHuubbuunnggaann ppeenneelliittii ddeennggaann yyaanngg ddiitteelliittii IInnddeeppeennddeenn IInntteerraakkttiiff ttiiddaakk ddaappaatt ddiippiissiissaahhkkaann HHuubbuunnggaann vvaarriiaabbeell SSeebbaabb-aakkiibbaatt//kkaauussaall TTiimmbbaall bbaalliikk//iinntteerraakkttiiff KKeemmuunnggkkiinnaann ggeenneerraalliissaassii CCeennddeerruunngg mmeemmbbuuaatt ggeenneerraalliissaassii TTrraannssffeerraabbiilliittyy//hhaannyyaa mmuunnggkkiinn ddaallaamm iikkaattaann kkoonntteekkss ddaann wwaakkttuu PPeerraannaann nniillaaii CCeennddeerruunngg bbeebbaass nniillaaii TTeerriikkaatt nniillaaii
  • 40. KKAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKK MMEETTOODDEE KKUUAANNTTIITTAATTIIFF DDAANN KKUUAALLIITTAATTIIFF DESAIN Metode kuantitatif a. spesifik, jelas, rinci b. Mantap sejak awal c. Menjadi pegangan langkah d. demi langkah Metode kualitatif a. Umum b. Fleksibel c. Berkembang dan muncul dalam prose penelitian
  • 41. TUJUAN Metode kuantitatif a. Menunjukkan hubungan antar variabel b. Menguji teori c. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif Metode kualitatif a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif b. Menggambarkan realitas yg kompleks c. Memperoleh pemahaman makna d. Menemukan teori
  • 42. TEKNIK PENELITIAN Metode kuantitatif a. Eksperimen, survey b. Kuisioner c. Observasi dan wawancara terstruktur Metode kualitatif a. Participant observation b. In depth interview c. Dokumentasi d. Triangulasi
  • 43. Instrumen penelitian Metode kuantitatif a. Test, angket, wawancara b. Instrumen yang telah standar Metode kualitatif a. Peneliti sebagai instrumen b. catatan, rekaman, kamera, handycam, dll
  • 44. DATA Metode kuantitatif a. Kuantitatif b. Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen Metode kualitatif a. Deskriptif b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden,, dll
  • 45. Sampel/ Sumber Data Metode kuantitatif a. Besar b. Representatif c. Sedapat mungkin random d. Ditentukan sejak awal Metode kualitatif a. Kecil b. Tidak representatif c. Purposive d. Berkembang selama proses penelitian
  • 46. Analisis Metode kuantitatif a. Setelah selesai pengumpulan data b. Deduktif c. Menggunakan statistik Metode kualitatif a. Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian b. Induktif c. Mencari pola, model, tema, teori
  • 47. HUBUNGAN DENGAN RESPONDEN Metode kuantitatif a. Berjarak, bahkan sering tanpa kontak b. Peneliti merasa lebih c. Jangka pendek Metode kualitatif a. Empati, akrab b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru/konsultan c. Jangka lama
  • 48. USULAN DESAIN Metode kuantitatif a. Luas dan rinci b. Literatur berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti c. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas Metode kualitatif a. Singkat b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama c. Prosedur bersifat umum d. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan e. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
  • 49. MMEETTOODDEE KKUUAANNTTIITTAATTIIFF KKaappaann ppeenneelliittiiaann ddiiaannggggaapp sseelleessaaii -SSeetteellaahh sseemmuuaa ddaattaa yyaanngg ddiirreennccaannaakkaann ddaappaatt tteerrkkuummppuull KKeeppeerrccaayyaaaann tteerrhhaaddaapp hhaassiill ppeenneelliittiiaann -- PPeenngguujjiiaann vvaalliiddiittaass ddaann rreeaalliiaabbiilliittaass iinnssttrruummeenn
  • 50. MMEETTOODDEE KKUUAALLIITTAATTIIFF KKaappaann ppeenneelliittiiaann ddiiaannggggaapp sseelleessaaii - SSeetteellaahh ttiiddaakk aaddaa yyaanngg ddiiaannggggaapp bbaarruu//jjeennuuhh KKeeppeerrccaayyaaaann tteerrhhaaddaapp hhaassiill ppeenneelliittiiaann -- PPeenngguujjiiaann kkrreeddiibbiilliittaass,, ddeeppeennaabbiilliittaass,, pprroosseess ddaann hhaassiill ppeenneelliittiiaann
  • 51. PPRROOSSEESS PPEENNEELLIITTIIAANN  MMeettooddee kkuuaannttiittaattiiff  BBeerrssiiffaatt lliinneeaarr  MMeettooddee kkuuaalliittaattiiff  BBeerrssiiffaatt ssiirrkkuulleerr