SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
Download to read offline
TUGAS MANEJEMEN OPERASIONAL
PROPOSAL PENELITIAN
“ANALISIS PENGARUH MUTU PELAYANAN KB TERHADAP KEPUASAN
AKSEPTOR KB MANTAP DI POLI KB RSAL DR MINTOHARDJO DALAM
UPAYA MENCAPAI TUJUAN REVITALISASI PROGRAM PKBRS”
Disusun Oleh :
Arie Widiyasa
Nim : 150520029
Program Studi MARS Fakultas Pascasarjana
Universitas Respati Indonesia Jakarta 2016
2
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Daftar Isi
halaman
Judul 1
Daftar Isi 2
Kata Pengantar 3
Bab I Pendahuluan 4
I.1 Latar Belakang 4
I.2 Rumusan Masalah 6
I.3 Tujuan Penelitian 7
I.4 Manfaat Penelitian 7
Bab II Tinjauan Kepustakaan 9
II.1 Umum 9
II.2. Paradigma Nasional 10
II.3 Peraturan Perundangan 13
II.4 Landasan Teori 16
II.5 Program KB Rumah Sakit 28
II.6 7 Tools Manejemen Operasional 32
Bab III 7 Tools Basic Quality Pada Penelitian Ini 49
III.1 Kondisi Saat Ini 49
III.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh 51
III.3 Permasalahan Yang Dihadapi 77
III.4 Implikasi 77
III.5 Penerapan Salah Satu 7 Basic Tools 78
Bab IV Pembahasan 83
IV.1 Kerangka Konsep 83
IV.2 Kerangka Teori 83
IV.3 Pembahasan 84
Bab V Kesimpulan dan Saran 87
Bab VI Daftar Pustaka 88
3
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunianya sehingga makalah tugas semesteran
Manejemen Operasional mahasiswa Universitas Respati indonesia Fakultas Pasca
Sarjana Program Studi Administrasi Rumah Sakit berupa proposal penelitian
dipandang dari Manejemen Operasional dapat terselesaikan dengan waktu yang
ditetapkan oleh pengajar.
Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam
kepada ibu dr Sandra Dewi MARS yang telah membimbing dan mendorong kami
demi terwujudnya makalah ini.
Makalah ini disusun karena bertujuan untuk Pemenuhan atau penyelesaian
tugas mata kuliah Manajemen Operasional. Bagaimanapun juga, makalah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang akan diterima secara terbuka.
Terima kasih.
Penulis
4
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG.
Sesuai dengan bunyi Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang
TNI pada pasal 50 ayat (2) dan (3), pemerintah menjamin kesejahteraan
prajurit beserta keluarganya Dihadapkan spektrum penugasan beragam resiko
yang membutuhkan konsentrasi penuh, setiap anggota TNI AL dituntut memiliki
kesiapsiagaan tinggi dan selalu fokus dalam pekerjaan. Perkembangan jaman
saat ini, kesejahteraan hidup personel TNI AL dan keluarganya sangat
tergantung pada banyak faktor. Salah satunya adalah besarnya penghasilan
dan tunjangan yang diterima setiap bulannya (take home pay), digunakan
untuk membayar kebutuhan-kebutuhan hidup yang dihadapi baik saat
kedinasan maupun diluar kedinasan sebagai konsekuensi interaksi sosial
personel TNI AL dan keluarganya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
berkaitan dengan besarnya beban keluarga yang harus ditanggung dalam satu
rumah tangga. Jadi bila cukup banyak jumlah personel dalam rumah tangga
yang menjadi tanggungan finansial oleh keluarga tersebut, tentu akan
mengganggu kemampuan daya elastis finansialnya selanjutnya bila menetap
dan berlangsung lama dapat mengganggu keharmonisan kehidupan
berumahtangga personel tersebut. Bila toleransi sampai melampaui
kemampuan batas maksimal selanjutnya dapat mengganggu berlangsungnya
kedinasan personel tersebut dalam melaksanakan tugasnya.
Pencanangan Revitalisasi Program Keluarga Berencana di Rumah Sakit
merupakan program kerjasama antara TNI dengan BKKBN (Badan Pemerintah
yang bertanggung jawab terhadap Program KB). Program ini merupakan upaya
pemerintah untuk membangkitkan dan memacu pelaksanaan Program KB,
dengan memperhatikan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dirilis oleh
Bappenas awal Maret tahun 2011, bahwa jumlah penduduk Indonesia saat itu
adalah 237,6 juta orang dengan Laju Pertambahan Penduduk (LPP)
1,49/tahun. Jumlah ini dengan melihat analisa perkembangan lingkungan
strategis berdasarkan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya sudah mulai
terlihat dampak yang dapat mengancam stabilitas dalam nereri NKRI. Bila tak
dikendalikan maka pada tahu 2045, jumlah penduduk NKRI ini berkisar 450
juta orang. Personil TNI AL saat ini mampu berupaya dan mencukupi
5
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
kebutuhan keluarga, tetapi perlu diperhitungkan bahwa kedepan beban
tanggungan terasa berat. Pemerintah melalui Kepala Badan Koodinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Panglima Tentara Nasional
Indonesia (TNI) menjalin kesepakatan bersama tentang Kerjasama Revitalisasi
Pelayanan Program Keluarga Berencana di Rumah Sakit (PKBRS) sebagai
tindak lanjut dari arahan Presiden RI H. DR Soesilo Bambang Yudoyono, pada
pidato penyampaian Nota Keuangan Sidang Paripurna DPR RI tanggal 16
Agustus 2008 tentang Upaya Revitalisasi Program KB Nasional di Rumah Sakit
dalam rangka mengakomodasi perubahan perkembangan lingkungan strategis
di era desentralisasi, serta untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran
Program KB Nasional, dipandang perlu adanya peningkatan dan
pengembangan kerja sama antara BKKBN dengan TNI. Program Keluarga
Berencana merupakan program pemerintah yang telah lama dicanangkan. Dari
beberapa masa kepemimpinan presiden dengan program yang terkait
pelaksanaan KB, penulis menilai bahwa hanya jaman orde baru dibawah
kepemimpinan H.M Soeharto, Program KB berhasil berperan besar ikut
menekan laju pertambahan penduduk NKRI ini. Pada masa itu, penerapan di
kedinasan militer dan instansi pemerintah lainnya menerapkan peraturan yang
tegas pada mewajibkan mengikuti program KB. Sehingga seorang personel
yang mempunyai jumlah anak lebih dari ketentuan tentu karier dalam
kedinasannya berkembang lebih lambat dibanding personil yang menjadi
akseptor KB dan memiliki jumlah keluarga sesuai tujuan KB, “Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera”.
Tercapainya tujuan Program Revitalisasi tersebut, diharapkan
kesejahteran personil TNI dapat meningkat. Paling tidak ini merupakan upaya
TNI AL dalam hal ini memberikan alternatif agar personel TNI AL memiliki
kehidupan ekonomi yang baik, sehingga personel TNI AL bisa fokus dalam
menjalankan tugas kedinasannya sekaligus memberikan kehidupan yang layak
bagi keluarga dan anak-anaknya.1
Poli Keluarga Berencana di Rumah Sakit merupakan salah satu tempat
dari mata rantai terlaksananya pelayanan KB yang merupakan bagian yang
terintegraldari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit.
1
Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia, Oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 2010
6
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Kesepakatan Internasional dalam International Conference of Population
and Development (ICPD) di Kairo 1994 dengan paradigm baru kesehatan
reproduksi, telah merubah orientasi yang semula menempatkan manusia
sebagai obyek menjadi subyek dalam pengendalian kependudukan. Hak
reproduksi memberikan kebebasan kepada perempuan untuk mengatur
kehidupan reproduksinya termasuk dalam menjalankan Keluarga Berencana
(KB).
Sejak tahun 1995, beberapa program yang menyangkut pelayanan
kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di Rumah Sakit termasuk pelayanan
KB. Rumah Sakit sebagai tingkat rujukan primer, sekunder dan tersier
mempunyai kewajiban menyediakan pelayan KIE dan konseling KB yang
diarahkan pada terciptanya akseptor mantap (MOW/MOP), penangan efek
samping dan komplikasi serta kegagalan KB, penanganan rujukan KB yang
meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan,
penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan KB untuk
fasilitas pelayanan dasar.
Motivasi seorang akseptor KB untuk mengikuti kegiatan KB biasanya
didapatkan dari berbagai berita yang disampaikan atau didengar oleh akseptor
tersebut. Pengetahuan yang didapat akan menjadi dasar pegangan bagi para
akseptor untuk menjalani proses menjadi akseptor KB.
I.2 RUMUSAN MASALAH.
Permasalahan yang terjadi antara lain adalah rendahnya cakupan dari
KB, serta tingginya angka drop out yang terjadi di Fasilitas pelayanan KB TNI
AL. Belum adanya ketetapan dinas dalam mengharuskan anggota untuk
menjadi akseptor KB, adanya anggapan pembatasan kehamilan adalah tabu
dan melanggar agama, personel yang mengawakinya belum terlatih dan
terbatas, keterbatasan dukungan anggaran serta terbatasnya sarana dan
prasarana yang ada. Beberapa upaya dapat diberikan seperti meningkatkan
mutu pelayanan dan menekan angka malpraktek oleh tenaga medis yang
menanganinya, memperluas wilayah pelaksanaan program KB dengan cara
membentuk satgas-satgas mobile ke perumahan-perumahan dinas sebagai
bentuk peningkatan pelayanan, mengupayakan secara resmi berjenjang agar
timbul aturan yang tegas melalui KASAL up DISKESAL, melakukan
penyuluhan pada tempat tinggal/kompleks perumahan personel TNI AL untuk
mengubah persepsi yang salah, melakukan penyegaran ilmu dan mengikutkan
7
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
pelatihan resmi dari Kemenkes setiap anggota pengawak Poli KB serta
mengusulkan penambahan personel definitif dari Poli KB, mengusulkan
pembangunan dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan Poli KB.
I.3 TUJUAN PENELITIAN
I.3.1 TUJUAN UMUM
Analisis pengaruh mutu pelayanan medis terhadap kepuasan akseptor KB
Mantap di Poli KB RSAL dr Mintohardjo dalam upaya mencapai tujuan
revitalisasi program PKBRS.
I.3.2 TUJUAN KHUSUS
 Mendeskripsi karakteristik demografi di poli KB RSAL dr Mintohardjo
 Mengetahui dan memperinci factor-faktor kepuasan akseptor KB Mantap
yang dinyatakan setelah menjalani prosedur selama 6 bulan atau 1
tahun. Mengenai adanya gangguan fisik atau lainnya.
 Mengetahui dan memperinci factor-faktor yang berkaitan dengan mutu
pelayanan dari poli KB RSAL dr Mintohardjo. Berkaitan dengan penilaian
secara awam menyangkut ketrampilan medis, kedalaman pengetahuan
dan kemampuan mengkomunikasikannya serta perlakuan terhadap
akseptor.
 Memberikan saran agar cakupan akseptor KB Mantap meningkat dalam
upaya pencapaian tujuan dari program revitalisasi PKBRS.
I.4 MANFAAT PENELITIAN
I.4.1 BAGI RSAL DR MINTOHARDJO
 Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan manejerial agar
kinerja manejemen lebih terarah dan berhasil guna.
 Tercapainya upaya revitalisasi program PKBRS.
 Membentuk budaya selalu melakukan kendali mutu pelayanan di poli
KB.
I.4.2 BAGI PENELITI
 Menambah wawasan tentang proses analisa mutu dari kinerja poli dan
bagaimana penaganannya
 Menambah pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi
kepuasan akseptor.
8
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
 Langkah awal pemahaman mandiri yang bertanggungjawab terhadap
keputusan penilaian secara profesional
I.4.3 BAGI PROGRAM STUDI MARS URINDO
 Untuk menambah kepustakaan tentang penerapan ilmu Manejemen
Rumah Sakit dan sebagai bahan masukan bagi peneliti berikut
mengenai analisa mutu dan kepuasan akseptor KB Metoda Mantap di
RSAL dr Mintohardjo.
I.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN
 Lingkup Sasaran.
Penelitian ini ditujukan pada semua peserta akseptor KB metoda
mantap yang dikerjakan di poli KB RSAL dr Mintohardjo.
 Lingkup masalah.
Masalah dibatasi pada factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
akseptor KB metoda mantap terhadap pelaksanaan prosedur medis dan
hasil pelaksanaan prosedur tersebut setelah beberapa waktu dan
pelayanan yang didapatkan akseptor selama menjalani prosedur
tersebut di poli KB RSAL dr Mintohardjo.
 Lingkup keilmuan.
Keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua materi ajar
Manejemen Administrasi Rumah Sakit yang telah diterima berkaitan
dengan mutu dan kepuasan pelayanan.
 Lingkup metoda.
Metoda yang digunakan adalah retrospektif dengan survey kuesioner
 Lingkup lokasi.
Poli KB RSAL dr Mintohardjo dan kediaman masing-masing akseptor
 Lingkup waktu.
Pelaksanaan tentative.
9
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1 UMUM
Dalam tiga abad, jumlah penduduk indonesia naik empat kali lipat. Pada
abad ke-17 (tahun 1600-an), jumlah penduduk diperkirakan hanya sekitar 10
juta jiwa. Pada awal abad ke-20, naik menjadi 40 juta jiwa. Dengan penduduk
tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk 2010,BPS),
Indonesia berada di posisi keempat dunia dalam hal jumlah penduduk. Rata-
rata laju pertumbuhan penduduk per tahun selama periode 2000-2010
mencapai angka 1,49%. Angka ini cukup tinggi. Karena, pada saat yang
bersamaan, laju pertambahan penduduk dunia hanya sekitar 1,2% dan rata-
rata laju pertambahan penduduk negara berkembang lainnya hanya 1,4%.
Tingginya angka kelahiran juga tercermin dari jumlah bayi yang lahir setiap
hari rata-rata mencapai sekitar 12.000 bayi.2
Beberapa pendapat terdahulu berpikir bahwa Indonesia merupakan
negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000-an pulau besar dan kecil serta
daya tampung lingkungan masih sangat memadai, sehingga lonjakan
penduduk tidak perlu dikhawatirkan. Kenyataannya, kepadatan penduduk
Indonesia perkilometer persegi justru jauh lebih tinggi daripada tingkat
kepadatan penduduk dunia. Data Badan Kependudukan Dunia (UNFPA) tahun
2010 mencatat bahwa rata-rata kepadatan penduduk dunia hanya 51 jiwa per
km2, padahal Indonesia sudah mencapai angka 122 jiwa per km2. Bahkan,
jika dibandingkan negara-negara berkembang pun (sebesar 68 jiwa per km2),
Indonesia masih jauh lebih tinggi. Tantangan pembangunan Indonesia saat ini
didominasi usia produktif (15-64 tahun), tentu berbeda dengan 30 tahun yang
lalu (didominasi penduduk usia muda, dibawah 15 tahun). Tingkat
pendidikanpun hanya dapat dinikmati sebahagian penduduk yang mampu,
upaya pemerintah dengan program 9 tahun wajib belajar juga mengalami
hambatan terutama masalah dana. Sehingga banyak tenaga kerja yang
dihasilkan masih berkualitas rendah. Fakta laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi ternyata dianggap tidak terlalu mengkhawatirkan oleh sebagian
kalangan terutama penentu kebijakan dan pembuat undang-undang di negeri
ini. Thomas Robert Malthus mengungkapkan kemungkinan timbulnya bahaya
2
Media Indonesia “Fakta dan Logika Kependudukan Indonesia” Senin 12 Desember 2011, hal 17.
10
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
kelaparan akibat jumlah penduduk yang tumbuh menurut deret ukur
sedangkan pangan dan lapangan kerja hanya tumbuh menurut deret hitung.
Pada pertengahan tahun 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mencanangkan program akselerasi pengoptimalisasi pencapaian upaya
program keluarga berencana yaitu “Revitalisasi Program KB di Rumah Sakit”
dengan tujuan mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk. Mendorong
semua akses dari komponen masyarakat dan pemerintah guna mencapai
target MDGs. Secara garis komando Panglima TNI dan Kementerian
Pertahanan mengakomodasikan pelaksanaan program tersebut dengan
mencanangkan optimalisasi “Revitalisasi Program KB-Kesehatan di Faskes
TNI”, harapan dengan adanya kerjasama antara BKKBN dengan TNI tersebut,
kesejahteraan anggota TNI dalam hal ini personel TNI AL akan meningkat.
II.2. PARADIGMA NASIONAL
a. Landasan Idiil
Pancasila sebagai Idiologi Bangsa Indonesia memiliki karakter yang
berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia Indonesia, termasuk
kesejahteraan sosial. Pada sila kelima terkandung makna yaitu: Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia harus dicapai suatu kesejahteraan hidup secara adil dan
merata. Kesejahteraan dapat diartikan dalam beban finansial yang ditanggung
personel TNI AL dalam menempuh kehidupan berumah tangga harus mampu
diatasi. Sehingga personil TNI AL dapat berkonsentrasi penuh pada
penugasan-penugasannya. Dengan sendirinya pelaksanaan tugas pokok TNI
AL sebagai bagian dari TNI dapat terlaksana dengan maksimal karena
personel-personel yang mengawakinya dalam keadaan sejahtera. Dengan
terlaksananya misi dan visi BKKBN, diharapkan apa yang dijelaskan oleh sila
kelima dari Pancasila dapat terwujud.
b. Landasan Konstitusional (UUD 1945)
Pasal 27 ayat 2, menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” artinya bahwa
personil TNI AL selain berhak bergabung dengan TNI AL dan berhak
mendapatkan penghidupan yang layak karena personil TNI AL juga merupakan
warga negara NKRI. Jadi bila jumlah tanggungan keluarga bila tak banyak
maka dapat mewujudkan Keluarga Kecil Sejahtera. Pasal 28A, menyatakan
bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan
11
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
hidup dan kehidupannya”. Pasal ini dapat diartikan bahwa dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, personil TNI AL berhak berupaya bagaimana caranya
agar dirinya dan keluarganya mendapat penghidupan yang layak serta dapat
mengembangkan diri dan mencapai kondisi taraf kehidupan yang lebih baik.
Pada pasal 28H Amandemen UUD 1945, menyatakan bahwa, “Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Pada pasal ini diartikan bahwa setiap personel TNI AL dalam
upaya mendapatkan kehidupan yang layak, damai dan sejahtera, personel TNI
AL dan keluarganya berhak mendapatkan pelayanan kesehatan, agar
mendapatkan kualitas kesejahteraan yang baik dan hidup panjang. Hal yang
senada disampaikan oleh Maslow pada Teori Hierarki Kehidupan. Pasal 34
ayat 2 “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan”, pada pasal ini dapat diartikan bahwa Pemerintah
dalam upaya menjaga stabilitas dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara, Pemerintah wajib mengupayakan segala cara tanpa meninggalkan
rasa kemanusiaan serta memperhatikan asas keadilan. Sedangkan pada Pasal
34 ayat 3 disebutkan “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”, dengan
demikian Negara dalam upaya mengendalikan pertambahan jumlah
penduduknya melalui Program “Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera” oleh
BKKBN yang akan menjalankan program-programnya secara adil dan
berkemanusiaan. Sebagai organisasi bentukan Pemerintah serta bertanggung
jawab terlaksananya salah satu Program Stabilitas Ideologi Politik Ekonomi
Sosial Budaya dengan mengendalikan jumlah penduduk.
c. Landasan Konseptual Ketahanan Nasional.
Dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan
bangsa, Bangsa Indonesia mengisi kegiatan dengan terus membangun guna
mewujudkan cita-cita Nasional. Dalam melaksanakan Pembangunan Nasional
tersebut, bangsa Indonesia selalu dihadapkan kondisi kerawanan bidang
keamanan dan harus mampu mewujudkan daya tangkalnya. Dengan
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, kerawanan yang
mengganggu kegiatan Pembangunan Nasional pada umumnya dalam hal
Ideologi, Dinamika Politik, Ketahanan Ekonomi, pengaruh-pengaruh Sosial dan
12
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Budaya. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia, walau beragam suku, adat
kebiasaan, kelompok, agama dan golongan harus mampu dan mewujudkan
Ketahanan Nasional terhadap gangguan-gangguan tersebut. Ketahanan
Nasional sebagai landasan konsepsional pada hakekatnya adalah merupakan
ketangguhan dan keuletan suatu bangsa untuk menjamin eksistensi dan
kelangsungan hidupnya guna menuju kejayaan Bangsa dan Negara dalam
menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan
tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri dengan
memberdayakan faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan
dan keamanan. Dengan memanfaatkan kondisi sumber daya alam yang
berlimpah seolah tanpa habis-habisnya serta pemanfaatan sumber daya
manusia dan buatan, factor tersebut diatas akan mampu mengembangkan
kekuatan nasional yang harus senantiasa siap, diberdayakan dan dibangun
sehingga dapat menghasilkan kondisi dinamis sebagai daya tangkal yang
tangguh. Program KB berupaya mengendalikan jumlah penduduk, apabila
jumlah penduduk tak terkendali dampak sosial akan bertambah terutama
kasus-kasus kriminal dan lain-lainnya.
d. Landasan Visional Wawasan Nusantara (Wanus)
Konsep dasar Wanus mengartikan tanah air Indonesia beserta isinya
sebagai satu kesatuan wadah dan sarana perjuangan hidup bangsa secara
bulat dan utuh. Wanus sebagai Doktrin Dasar Nasional yang mengandung arti
dan tuntutan: "Wujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara
Kepulauan Nusantara yang dalam kesemestaannya merupakan satu kesatuan
politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan satu
kesatuan pertahanan keamanan dalam proses pemekaran bangsa menuju
tercapainya cita-cita bangsa dan tujuan nasionalnya. Cara pandang inilah
sebagai dasar visional bagi TNI/TNI AL dalam pengabdiannya menjaga
kedaulatan bangsa dan keutuhan wilayah NKRI yang menjadi satu kesatuan
pertahanan dan keamanan. Memang wilayah Indonesia luas, namun daya
dukung geografi dan sumber daya alam bukan faktor yang bisa diperbaharui.
Bila jumlah penduduk Indonesia tak terkendali, Doktrin Wanus dapat goyah dan
bermasalah. Program KB berupaya mengendalikan pertambahan penduduk
secara teratur dan tertata sehingga tak timbulkan gangguan pada konsep
Wanus.
13
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
II.3. PERATURAN PERUNDANGAN
a. UU RI nomor 34 Tahun 2004, tentang Tentara Nasional Indonesia.
Pada Pasal 49 menyatakan bahwa “Setiap prajurit TNI berhak
memperoleh penghasilan yang layak dan dibiayai seluruhnya dari anggaran
pertahanan negara yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara”. Hal ini merujuk bahwa setiap personil TNI agar mampu bertugas
secara profesional, negara menjamin masing-masing personil akan mendapat
“reward” sesuai dengan status kepangkatan dan banyaknya keluarga yang
menjadi tanggungan hidupnya. Semua ini bertujuan agar mendapatkan
kehidupan yang layak dan bermartabat.
Pasal lain yang menjamin kesejahteraan personil TNI adalah Pasal 50.
Dimana dalam pasal tersebut ada 5 ayat. Dinyatakan bahwa:
1) Ayat 2 : Prajurit dan prajurit siswa memperoleh rawatan dan layanan
kedinasan, yang meliputi:
a) Penghasilan yang layak.
b) Tunjangan keluarga.
c) Perumahan/asrama/mess.
d) Rawatan kesehatan.
e) Pembinaan mental dan pelayanan keagamaan.
f) Bantuan hukum.
g) Asuransi kesehatan dan jiwa
h) Tunjangan hari tua, dan
i) Asuransi penugasan operasi militer.
2) Ayat 3 : Keluarga prajurit memperoleh rawatan kedinasan yang
meliputi:
a) Rawatan kesehatan.
b) Pembinaan mental dan pelayanan keagamaan.
c) Bantuan hukum
3) Ayat 4 : Penghasilan layak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 poin
1, diberika secara rutin setiap bulan kepada prajurit aktif yang terdiri
dari
a) Gaji pokok prajurit dan kenaikan berkalanya yang
disesuaikan dengan masa dinas.
b) Tunjungan keluarga.
c) Tunjangan operasi.
14
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
d) Tunjangan jabatan.
e) Tunjangan khusus, dan
f) Uang lauk pauk atau natura.
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan
ayat 4 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Isi dan makna Pasal 49 dan Pasal 50 pada UU RI Nomer 34 tahun 2004,
secara gambang dan jelas bisa dijadikan dasar hukum bahwa dalam rangka
agar personil-personil TNI dalam melaksanakan tugas dan kedinasannya
diharapkan bisa profesional karena Negara sudah menjamin kesejahteraannya.
Negara melalui BKKBN dengan program KBnya berupaya agar dengan
membentuk keluarga kecil diharapkan kepala keluarga dapat memberikan
perhatian penuh dan kesejahteraan serta pendidikan dari anggota keluarganya
sesuai dengan isi dan makna Pasal 49 dan Pasal 50 pada UU RI Nomer 34
tahun 2004.
b. UU RI nomor 52 tahun 2009, tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga.
Undang-undang ini menjadi dasar pijakan bagi Pemerintah dalam hal ini
BKKBN melaksanakan Program pemberdayaan fasitas-fasilitas kesehatan
dalam upaya mengendalikan pertambahan jumlah penduduk di NKRI.
Pembangunan Nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan
termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang dilaksanakan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus
menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah
penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat
akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan
kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Sehingga keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang
seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan
memperbaiki segala aspek dan dimensi pembangunan dan kehidupan
masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat berdampingan dengan
bangsa lain dan dapat mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
15
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Strategi dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan
keluarga berkualitas adalah melakukan upaya pengendalian angka kelahiran
dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk,
pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan
serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang
tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing
dengan bangsa lain, dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan
merata. Demikian pula misi dan visi dari BKKBN tersebut dalam mewujudkan
kesejahteraan bagi personel TNI AL dan keluarganya.
c. Nota Kesepakatan Bersama antara Kemenkes RI dengan Kemenhan
RI Nomor 276/Menkes/SKB/II/2010 tentang Kerjasama Dalam Bidang
Kesehatan.
Pada Nota Kerjasama tersebut disebutkan bahwa perlu ditingkatkan
kerjasama pengembangan sumber daya manusia dengan melaksanakan
pengerahan personel dan tenaga kesehatan, penggunaan fasilitas kesehatan
dan sarana lain dari fasilitas sarana prasarana yang dimiliki Kemenhan guna
membantu pelaksanaan Program Kesehatan dan Kependudukan Pemerintah
dalam hal ini Kemenkes RI yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sebagai potensi dan kekuatan pertahanan negara.
d. Kesepakatan Bersama antara BKKBN dengan TNI Nomor
37/HK.104/B5/2009 tentang Kerjasama Revitalisasi Program KB Nasional.
Sesuai dengan Arahan Presiden RI pada penyampaian Nota Keuangan
Sidang Paripurna DPR RI tanggal 16 Agustus 2008 tentang Upaya Revitalisasi
Program KB Nasional dalam rangka mengakomodasi perubahan lingkungan
strategis di era desentralisasi, serta untuk mendukung percepatan pencapaian
sasaran Program KB nasional. Kesepakatan bersama ini dilakukan dengan
memperhatikan azas hukum, kepatutan, kewajaran, efektifitas, transparansi
dan akuntabel serta didorong oleh semangat dan rasa tanggung jawab pihak-
pihak yang terlibat untuk memperluas jangkauan dan cakupan kerjasama
selama ini dalam rangka menunjang pembangunan di bidang KB Nasional.
16
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
II.4. LANDASAN TEORI
Teori-teori manejemen yang terlibat dan berkaitan dalam hal ini :
a. Teori Kompetensi. R. Palan PH.D
Definisi kompetensi di tempat kerja merujuk pada pengertian kecocokan
seseorang dengan pekerjaanya. Kompetensi adalah mengenai orang seperti
apa dan apa yang dapat mereka lakukan, bukan apa yang mungkin mereka
lakukan. Kompetensi ditemukan pada orang-orang yang diklasifikasikan
sebagai berkinerja unggul atau efektif. Lima jenis karakteristik kompetensi
menurut R.Palan PH.D.:
1) Pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari
pembelajaran dalam suatu pendidikan.
2) Ketrampilan. Ketrampilan (skills) merujuk pada kemampuan praktek atau
berupa tingkah laku dalam melakukan kegiatan.
3) Konsep diri dan nilai diri. Konsep diri (self concept) dan nilai-nilai
merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang. Kepercayaan diri
membawa pada seseorang percaya diri untuk bisa berhasil dalam suatu situasi.
4) Karakteristik pribadi. Karakteristik pribadi merujuk pada karakteristik
fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti tetap
dapat mengendalikan diri dan tenang dibawah tekanan.
5) Motivasi. Motif (motives) merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis
atau dorongan yang memicu tindakan. Motif dan karakteristik pribadi bisa
disebut sebagai inisiator yang dapat memprediksi apa yang akan dilakukan
seseorang terhadap pekerjaan tanpa supervisi yang intens.
b. Teori Mutu
Mutu pelayanan dapat didefinisikan dalam banyak pengertian. Ada
beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan hakekat mutu
menurut beberapa ahli yaitu :
 Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
 Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau
jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman
atau pemenuhan kebutuhan para pengguna.
 Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati.
 Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa
pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk
17
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
memberikan kebutuhan kepuasan. 

Sedangkan karakteristik dari pelayanan kesehatan dapat ditelaah dari
karakteristik jasa yakni tidak berwujud, heterogen, tak dapat dipisahkan dan tak
dapat disimpan. Demikian pula dengan rumah sakit yang merupakan sebuah
lembaga yang bergerak di bidang jasa yang mempunyai ciri-ciri seperti, tidak
berwujud, merupakan aktivitas pelayanan antara tenaga medis dan non medis
dengan pelanggan dan tidak ada kepemilikan. Jasa sendiri mempunyai
keunikan, dimana jasa secara bersamaan dalam proses produksi dan
konsumsi, sehingga kualitas jasa sangat ditentukan oleh penyedia jasa,
karyawan dan pelanggan.
Mutu pelayanan jasa memiliki karakteristik khusus yakni lebih sulit untuk
dievaluasi karena :
 Dalam mengevaluasi mutu pelayanan, pelanggan tidak hanya
mempertimbangkan pada outcome tetapi juga proses ketika pelayanan
diberikan. 

 Kriteria yang berlaku dalam mengevaluasi pelayanan tergantung
semata mata oleh penilaian pelanggan. Secara spesifik, persepsi dari
mutu sesuatu jasa tergantung dari bagaimana seorang provider dapat
memahami ekspektasi pelanggannya terhadap jasa yang diberikan.
Dalam pelayanan kesehatan peningkatan mutu pelayanan diperlukan
untuk memberikan kepuasan kepada pasien, petugas profesi kesehatan,
manajer kesehatan maupun pemilik institusi kesehatan. Sedangkan mutu
pelayanan kesehatan bagi seorang pasien tidak lepas dari rasa puas bagi
seseorang pasien terhadap pelayanan yang diterima, dimana mutu yang baik
dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan,
kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan yang menyenangkan, keramahan
petugas, kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan dan biaya yang
terjangkau.
Bila diamati ternyata banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu.
Pihak-pihak tersebut antara lain adalah konsumen, pemberi jasa pelayanan
kesehatan (provider), pembayar (pihak ketiga atau asuransi), manajemen
rumah sakit, karyawan rumah sakit, pemerintah dan ikatan profesi. Pihak-pihak
tersebut memiliki sudut pandang dan kepentingan yang berbeda terhadap
mutu.
18
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Dengan demikian, mutu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang atau
perpektif yaitu :
 Dimensi konsumen atau dimensi pasien.
Dalam persektif pasien, mutu pelayanan yaitu apakah pelayanan
kesehatan itu dapat memenuhi apa yang diharapkan konsumen yang
diukur dengan kepuasan pasien dan keluhan pasien. Dimensi mutu
pelayanan ini lebih terkait dengan penilaian mutu pelayanan kesehatan
berdasarkan persepsi masing- masing individu. Mutu pelayanan
kesehatan bagi pasien lebih banyak dilihat pada dimensi ketanggapan
petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, memberikan suatu empati,
respek, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keramah-
tamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit
yang sedang diderita. Walaupun penilaian mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien merupakan nilai subyektif, tetapi tetap ada
dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan,
situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Dalam penilaian
performance pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen
yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal.
Hal ini meliputi penjelasan dan pemberian informasi kepada pasien
tentang penyakitnya serta memutuskan bersama pasien tindakan yang
akan dilakukan atas dirinya. Hubungan interpersonal ini berhubungan
dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan
dan kepercayaan dengan memperhatikan privacy pasien.

 Dimensi profesi atau dimensi petugas kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan yang dilihat dari sudut pandang petugas
profesi kesehatan sebagai penyelenggaraan pelayanan kesehatan lebih
terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien dan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
masyarakat. Menurut Azwar pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan
kesehatan sesuai dengan standart dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan.
19
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
 Dimensi manajemen atau dimensi proses
Dalam perspektif manajemen, mutu pelayanan berhubungan dengan
suatu cara menjalankan proses pelayanan kesehatan dengan
menggunakan sumber daya yang paling efisien di dalam memenuhi
kebutuhan konsumen.
 Dimensi Pemilik Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan yang dilihat dari sudut pandang
peyandang dana pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi
efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan dan
atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian
penyandang dana pelayanan kesehatan.
Menurut Lori Di Pete Brown dkk, faktor-faktor yang mempengaruhi
dimensi mutu pelayanan kesehatan ialah :

1) Kompetensi teknis : terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan
penampilan petugas.
2) Akses terhadap pelayanan : pelayanan kesehatan yang tak terhalang
oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau
hambatan bahasa.
3) Efektivitas : menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk
klinik sesuai standar yang ada.
4) Efisiensi : terkait dengan pemilihan intervensi yang cost effective,
karena terbatasnya sumber daya pelayanan kesehatan.
5) Kontinuitas : pelayanan yang diberikan lengkap sesuai yang
dibutuhkan tanpa interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur
diagnosis dan terapi yang tak perlu.
6) Keamanan : berarti mengurangi resiko cedera, infeksi, efek samping
dan bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. 

7) Hubungan antar manusia : berkaitan dengan interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien, manajer dan petugas, dan antara tim
kesehatan dengan masyarakat. 

8) Kenyamanan : berkaitan dengan pelayanana kesehatan yang tak
berhubungan langsung dengan efektifitas klinis, tapi dapat
mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke
fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. 

20
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Smith dan Metzne juga disebutkan adanya perbedaan dimensi yang
dimaksud. Disebutkan untuk para dokter sebagai penyalenggara pelayanan
kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatan yang paling penting adalah
pengetahuan ilmiah yang dimiliki oleh dokter (80%), perhatian dokter secara
pribadi kepada pasien (60%), ketrampilan yang dimiliki oleh dokter (50%),
efisiensi pelayanan kesehatan (45%), serta kenyamanan pelayanan yang
dirasakan pasien (8%). Bagi pasien sebagai pemakai jasa pelayanan
kesehatan, dimensi mutu pelayanan yang dipandang paling penting ialah
efisiensi pelayanan kesehatan (45%), baru menyusul perhatian dokter secara
pribadi bagi pasien (40%), pengetahuan ilmiah yang dimiliki dokter (40%),
ketrampilan yang dimiliki dokter (35%), serta kenyamanan yang dirasakan oleh
pasien.
Zeithaml et al mutu jasa / pelayanan merupakan konstruksi multi dimensi,
yang terdiri dari banyak atribut yang berbeda satu sama lain, yang meliputi :
1) Tangible (nyata/berwujud)

2) Reliability (keandalan)

3) Responsiveness (Cepat tanggap)

4) Competence (kompetensi)

5) Access (kemudahan)

6) Courtesy (keramahan)

7) Communication (komunikasi)

8) Credibility (kepercayaan)

9) Security (keamanan)

10)Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan)
Dalam perkembangan selanjutnya, dirasakan adanya dimensi mutu
pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan
dengan kepuasan pelanggan.
Parasuraman et al. dimensi- dimensi tersebut difokuskan menjadi 5
dimensi (ukuran) kualitas jasa/ pelayanan karena dirasakan adanya dimensi
mutu yang saling tumpang tindih, yaitu :
1) Tangible (berwujud): dimensi mutu pelayanan yang meliputi
penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan peralatan
komunikasi. 

21
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
2) Realibility (keandalan) : dimensi mutu pelayanan yang berupa
kemampuan untuk memberikan pelayanan / jasa yang telah dijanjikan
secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).
3) Responsiveness (cepat tanggap) : dimensi mutu pelayanan tentang
kemauan untuk membantu pelanggan (pasien) dan menyediakan jasa /
pelayanan yang cepat dan tepat.
4) Assurance (kepastian) : dimensi mutu pelayanan yang mencakup
pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan
mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan
dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,
risiko atau keragu- raguan.
5) Empaty (empati) : dimensi mutu pelayanan yang meliputi pemahaman
pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan
dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan
pelanggan.
Direktorat Jendral Pelayanan Medik KemenKes RI mendefinisikan mutu
pelayanan rumah sakit sebagai derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia di RS secara wajar, efisien dan efektif serta
diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum
dan sosio-budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat konsumen.
Sebagaimana karakteristik dari jasa, kualitas jasa pelayanan rumah sakit
sangat ditentukan oleh penyedia jasa, karyawan dan pelanggan. Sedangkan
indikator kualitas pelayanan kesehatan menurut pasien merupakan suatu
aspek utama yang menjadi pedoman yang menjadi pengalaman atau yang
dirasakan pasien. Indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit
meliputi aspek tenaga dokter, tenaga perawat, kondisi fisik / fasilitas, sistem
administrasi pelayanan, pembiayaan dan sebagainya.
Tenaga medis sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan di
rumah sakit memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas
pelayanan dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit yang
memiliki fungsi utama memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan
mutu sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu
22
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan kepada
pasien dan rumah sakit.
Menurut Ware dan snyder, di Souther Illinois, USA (Wijono, 1999) aspek
dari perilaku dokter dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sistem
pelayanan kesehatan antara lain yaitu :
1. Tingkah laku dokter.
2. Fungsi pengobatan / penyembuhan
a) Pemberian informasi 

b) Ukuran-ukuran preventif 

c) Tenggang rasa 

d) Perawatan lanjutan 

e) kebijaksanaan 

3. Fungsi pemeliharaan / perawatan 

a) Menentramkan hati
b) Penuh perhatian
c) Sopan santun, respek 

4. Tersedianya (Availability) sarana dan prasarana
a) Mempunyai rumah sakit 

b) Mempunyai spesialisasi 

c) Mempunyai dokter keluarga
d) Fasilitas-fasilitas kantor yang lengkap 

5. Kelangsungan suatu hal yang dapat menyenangkan
a) Kelangsungan perawatan 

b) Dokter keluarga yang teratur 

c) Ketrentraman pelayanan 

6. Akses
a) Biaya perawatan
b) Perawatan darurat 

c) Mekanisme pembayaran
d) Cakupan asuransi kesehatan 

e) Kemudahan medical check up 

Sussman et al di Claveland ditemukan faktor yang 
mempengaruhi mutu
23
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
pelayanan kesehatan yaitu :
a. Dokter terlatih baik 

b. Melihat dokter yang sama setiap kunjungan
c. Perhatian pribadi dokter terhadap pasien. 

d. Keterbukaan dalam diskusi penyakit 

e. Ongkos klinik terbuka
f. Waktu tunggu dokter yang singkat
g. Informasi dari dokter
h. Ruang istirahat yang baik
i. Staff yang menyenangkan 

j. Ruang tunggu yang nyaman.
Sedangkan menurut Klein et al faktor-faktor yang mempengaruhi mutu 

pelayanan kesehatan adalah :
a. Perilaku dokter atau staff rumah sakit terhadap pasien. 

b. Koordinasi antar peran masing-masing interdepartemen.
c. Jumlah kontak dengan pasien.
d. Kepuasan pasien dan hal-hal yang menyenangkan.
e. Ketrampilan tenaga medis dan kelengkapan fasilitas.
f. Penampilan fasilitas fisik.
g. Kelangsungan perawatan, dokter yang sama saat kunjungan pasien.
h. Follow-up, seperti janji pasien kembali.
i. Penyuluhan pasien dan pemahamannya.
j. Hubungan pasien dan staff.
k. System pencatatan.
l. Penekanan riset. 

m. Hubungan antar staff. 

Hasil penelitian Coser (1956) dalam Wolf, Witzel, Fuerst (1984),
menyatakan bahwa pasien mengharapkan seorang dokter yang baik dalam
merawat, dapat memberikan kasih sayang, rasa aman, penuh pengertian dan
perhatian, berusaha sekuat tenaga dalam mengobati dan merawat serta tahu
banyak dan ahli dalam bidangnya.
Dari pendapat beberapa pakar mutu yang memperhatikan kualitas
pelayanan dalam berbagai dimensi mutu, maka dapat dirangkum menjadi 16
faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, yakni :
24
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
a. Efficacy : pelayanan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil
yang diinginkan.

b. Appropriateness : pelayanan yang diberikan relevan dengan
kebutuhan klinis pasien / klien dan didasarkan pada perkembangan
ilmu pengetahuan.
c. Availability : pelayanan yang dibutuhkan tersedia.

d. Accesaibility : pelayanan yang diberikan dapat diakses oleh yang
membutuhkan.

e. Effectiveness : pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar,
berdasarkan ilmu pengetahuan, dan dapat mencapai hasil yang
diinginkan.
f. Amenities : kenyamanan fasilitas pelayanan

g. Technical competence : tenaga yang memberikan pelayanan
mempunyai kompetensi tehnik yang dipersyaratkan.

h. Affordability : pelayanan yang diberikan dapat dijangkau secara
financial oleh yang membutuhkan.
i. Acceptability : pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh
masyarakat pengguna.
j. Safety : pelayanan yang diberikan aman.

k. Efficiency : pelayanan yang diberikan dilakukan dengan efisien.
l. Interpersonal relationship: pelayanan yang diberikan memperhatikan
hubungan antar manusia baik antara pemberi pelayanan dengan
pelanggan, maupun antar petugas pemberi pelayanan.
m. Continuity of care : pelayanan yang diberikan berkelanjutan,
terkoordinir dari waktu ke waktu.
n. Respect and caring : pelayanan yang diberikan dilakukan dengan
hormat, sopan dan penuh perhatian.
o. Legitimacy / accountability: pelayanan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan (secara medik maupun hukum)
p. Timeless : pelayanan yang diberikan tepat waktu.

 Dalam memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan
berdasarkan mutu, maka organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah
rumah sakit perlu memperhatikan apakah nilai pelanggan (customer value)
terhadap mutu pelayanan yang diberikan, dan apa yang dapat memberikan
25
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
kepuasan pada pelanggan (customer satisfaction). Untuk mutu barang pada
umumnya dapat diukur (tangible), namun mutu jasa pelayanan sulit untuk
diukur karena umumnya bersifat subyektif karena menyangkut kepuasan
seseorang, yang bergantung pada persepsi, latar belakang, social ekonomi,
norma, pendidikan, budaya sampai kepribadian seseorang
c. Teori Kepuasan
Definisi Kepuasan
Engel, et al (1990) dalam Tjiptono menyatakan
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif
yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan,
ketidakpuasan muncul apabila hasil tidak memenuhi harapan.
Sedangkan menurut Kotler kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia
rasakan dengan harapannya. Harapan konsumen mempunyai peran yang
besar dalam membentuk kepuasan konsumen. Dalam konteks kepuasan
konsumen, harapan merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen tentang
apa yang akan diterimanya.
Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap
apa yang ia terima. Kepuasan itu sendiri dapat diukur dengan berbagai cara,
diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Kotler dalam Tjiptono tentang
metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu :
a) Sistem keluhan dan saran. 
Metode ini dilakukan dengan cara pasien
menyampaikan keluhan dan saran 
melalui kotak saran, kartu
komentar, saluran telepon khusus dan lain-lain. 

b) Survei kepuasan pelanggan. 
Pengukuran kepuasan pelanggan
melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,diantaranya :
1) Directly reported satisfaction yakni pengukuran langsung
dengan 
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada
pasien tentang 
tingkat kepuasan pasien terhadap
pelayanan.

2) Derived dissatisfaction yakni pengukuran yang dilakukan
dengan cara 
mengajukan pertanyaan tentang seberapa
besar harapan dan hasil dari 
kinerja pelayanan yang telah
dirasakan pasien.
26
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
3) Problem analysis yakni pengukuran kepuasan yang
dilakukan dengan 
cara meminta responden untuk
menuliskan masalah yang berkaitan dengan pelayanan yang
telah diberikan beserta menuliskan saran-saran untuk
perbaikan dalam pelayanan.
4) Importance-performance analysis yakni pengukuran
kepuasan yang dilakukan dengan cara meminta responden
untuk merangking berbagai elemen dari pelayanan yang
ditawarkan berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan
seberapa baik kinerja pelayanan masing-masing elemen. 

c) Ghost shopping.
Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan
beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pasien dengan
tujuan untuk melihat kekurangan atau kelebihan dari pelayanan.
d) Lost customer analysis.
Metode ini dilakukan dengan cara pemberi
pelayanan menghubungi pelanggan yang berhenti atau pindah ke
tempat pelayanan lain dan memantau angka kehilangan pelanggan
yang menunjukkan kelemahan dalam memuaskan pelanggan.

Tjiptono (2000:54) juga menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan
memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan suatu
dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat
dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan
perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan
pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan dengan cara memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan
dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan.
Manfaat lain yang dapat diperoleh dari kepuasan pelanggan adalah
mampu memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya
loyalitas pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut
yang menguntungkan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan kembali
memanfaatkan jasa yang sama, sebaliknya konsumen yang tidak puas akan
memberitahu orang lain tentang pengalaman tersebut.
Pada akhirnya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau
loyalitas pelanggan kepada perusahaan. Perusahaan juga dapat meningkatkan
27
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
pangsa pasarnya dengan memenuhi kualitas yang bersifat customer-driven.
Hal ini akan memberikan keunggulan harga dan customer value. Customer
value merupakan kombinasi dari manfaat dan pengorbanan yang terjadi
apabila pelanggan menggunakan suatu barang atau jasa guna memenuhi
kebutuhan tertentu. Bila kualitas yang dihasilkan superior dan pangsa pasar
yang dimiliki besar, maka profitabilitasnya terjamin. Jadi, ada kaitan yang erat
antara kualitas dan profitabilitas.
Dalam menentukan tingkat kepuasan terdapat lima faktor utama yang
harus diperhatikan oleh perusahaan / rumah sakit, yaitu:
1) Kualitas Produk. Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi
mereka 
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas. 

2) Kualitas pelayanan. Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan
merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau
yang sesuai 
dengan yang diharapkan.
3) Emosional. Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan
keyakinan 
bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila
menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung
mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh
bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau self esteem
yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu.
4) Harga. Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan
harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi
kepada pelanggannya.
5) Biaya. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak
perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa
cenderung puas terhadap produk atau jasa itu.
d. Program Keluarga Berencana Nasional.
Program ini merupakan upaya-upaya kesehatan dengan menggunakan
metoda kesehatan dengan tujuan mencegah terjadinya kehamilan. Misi dan visi
BKKBN adalah mencegah pertambahan penduduk yang tak terkendalikan
mengingat dampak sosial yang akan ditimbulkan bila jumlah penduduk
bertambah tak terkendali sedangkan tanah yang dipijak beserta sumber daya
alamnya mempunyai daya dukung yang terbatas. Indonesia sebagai salah satu
28
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
anggota Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), bersama 189 negara lainnya,
dengan adanya jurang perbedaan kesejahteraan antara negara maju dan
negara berkembang, berupaya menangani kasus-kasus intern pengentasan
kemiskinan dalam negeri masing-masing dengan panduan Internasional yaitu
Millennium Development Goals. Program tersebut berlangsung selama 24
tahun (1990-2015). Terdiri dari 8 target, salah satu target yang menjadikan KB
sebagai salah satu indikator keberhasilannya adalah Strategi Pemerintah
dalam Pencapaian MDG ke 5 yaitu Meningkatkan kesehatan Ibu Hamil.
Keberhasilannya ditandai dengan tercapainya target di tahun 2015 adalah
Pertama, Keberhasilan menekan Angka Kematian Maternal dari tahun 1990
turun ¾ nya di tahun 2015 dan Kedua, Mewujudkan akses kesehatan
reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Hasil dari MDGS saat akhir 2015
karena tak tercapainya target yang ditentukan maka program tersebut
dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDG) dimana
poin yang menjadi titik berat menjadi 17 poin
II.5. PROGRAM KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT.
Dari hasil data Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
terlihat pencapaian program KB belum menggembirakan, hal ini dapat
diketahui dengan penggunaan kontrasepsi yang hanya mencapai 61,4%,
sedangkan angka unmet need meningkat menjadi 9,1%. Selain itu Total
Fertility Rate (TFR) masih sama dengan hasil SDKI 2002/2003 yaitu 2,6.
Angka kematian ibu (AKI) menurun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup
namun angka ini masih jauh dari sasaran Millenium Development Goal
(MDGS) yaitu 125/100.000 kelahiran hidup.
Dengan terjadinya perubahan tatanan pemerintah di tingkat pusat yaitu
desentralisasi urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah, salah satu
program yang dialihkan ke pemerintah daerah adalah program KB. Dalam
Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan
Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota yang antara lain menetapkan urusan pemerintahan bidang
KB dan Keluarga Sejahtera sebagai salah satu urusan wajib dan juga PP No.
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang mengamanatkan
rumpun kelembagaan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
maka Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan terhadap program KB
termasuk dalam pelayanan KB di Rumah Sakit.
29
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Dalam kenyataannya terjadi perubahan pelayanan KB ditingkat lini
lapangan yang antara lain disebabkan oleh kurangnya jumlah serta
ketrampilan sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan program
KB. Disamping itu, menurunnya komitmen politis penentu kebijakan juga turut
menyebabkan menurunnya kemampuan dalam pengelolaan program KB.
Beberapa daerah yang tidak memprioritaskan program KB, dikhawatirkan
membuat terputusnya kendali program KB, hal ini juga terjadi dalam program
KB di RS (PKBRS) yang saat ini. Meski penting, namun belum menjadi
program prioritas maupun unggulan sehingga berdampak pada rendahnya
cakupan pelayanan KB di RS.
Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan Pedoman
Penyelenggaraan RS 2008 yang memuat persyaratan/hal-hal yang harus
dipenuhi dan difasilitasi pada tahapan pendirian dan penyelangaraan
pelayanan RS dan layanan KB termasuk didalamnya. Disamping itu, telah
terbit Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit Nomor 129 tahun 2008 yang memasukkan layanan KB mantap,
sehingga hal ini menjadi tolok ukur bagi daerah mengenai pelayanan minimal
yang harus diberikan kepada masyarakat.
Buku Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit ini
merupakan panduan untuk menjabarkan kebijakan pelayanan KB di Rumah
Sakit bagi Pemerintah Daerah, RS, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten
/Kota. Tenaga Kesehatan, Lintas Program/Sektor, Organsisasi Profesi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sehingga peran dan tanggung jawab
Pemerintah Pusat, dan Daerah dalam pelayanan KB dapat dilaksanakan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
Dengan bervariasinya kepemilikan RS makan bernegaruh terhadap
struktur organisasi PKBRS tersebut. Untuk RS vertikal milik Depkes mengacu
pada Kepmenkes No. 1045 tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi RS di
lingkungan Depkes, sedangkan untuk RS daerah, TNI/POLRI dan swasta
maka strukturnya mengikuti kebijakan/aturan kepemilikan RS tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di RS dilakukan secara terpadu oleh
suatu tim/pokja yang terdiri dari berbagai unsur/unit dalam RS seperti bagian
kebidanan & kandungan, bedah, penyakit dalam, farmasi dan sebagainya
yang ditetapkan dengan SK Direktur RS.
30
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program
KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk
mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam
tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto,
2002).
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding Rahim.
Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara
kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan
suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan
dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti pemakaian yang tidak hati-
hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
31
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu:
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.
Macam-macam Kontrasepsi :
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan
antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida (Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
32
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant
(Handayani,2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR). Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron)
dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang
mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering
dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau
mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat
keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010).
Pada pengelolaan manejemen pelayanan Rumah Sakit menyebutkan
bahwa kepuasaan akseptor KB merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana di
fasilitas-fasilitas kesehatan.
II.6 7 TOOL MANEJEMEN OPERASIONAL
Pada saat sekarang ini di dunia industri, kualitas memainkan peranan yang
sangat penting apabila produk yang dihasilkan ingin tetap berada dipasaran,
karena dengan adanya kualitas yang baik maka produk yang dihasilkan dapat
bersaing dengan produk sejenis. Kualitas produk yang dihasilkan harus
memiliki kualitas yang baik, tetapi dalam proses produksinya masih banyak
terjadinya cacat.
Tools merupakan salah satu alat statistik untuk mencari akar permasalahan
kalitas, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan seven tools tersebut
untuk mengetahui akar permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat,
serta dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya cacat.
33
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Penelitian ini digunakan teknik-teknik perbaikan kualitas yang terdiri dari lembar
periksa, histogram, diagram pareto, statifikasi masalah, diagram pencar, bagan
kendali p dan diagram sebab akibat yang diterapkan di bagian produksi. Dari
lembar periksa dan diagram pareto di peroleh empat jenis kecacatan yang
menyebabkan cacat proses menjahit, cacat proses penggambaran pola, cacat
proses pemotongan, cacat proses penglicinan. Dimana jenis cacat yang paling
tinggi yaitu cacat proses menjahit. Sedangkan dari diagram sebab akibat
banyaknya kecacatan yang terjadi disebabkan oleh lima faktor yaitu manusia,
mesin, metode, dan material / bahan baku dan lingkungan. Menurut Ishikawa
Kaoru (1984)Hasil dari pengolahan sebab akibat kamudian di analisis kembali
dengan menggunakan metode kaizen 5W (who, what, where, when dan why)
serta 1 H(how), dan dibantu dengan menggunakan 5 S ( seiri, seiton, seiso,
seiketsu, shitsuke). Adapun 7 alat perbaikan kualitas/mutu, antara lain yaitu :
II.6.1Diagram Pareto
Diagram pareto atau analisis pareto didasari prinsip yang menyatakan
kebanyakan efek adalah hasil dari sedikit penyebab. Konsep ini dinyatakan
pertama kali oleh Vilfredo Pareto, ekonom Italia abad 19. Beliau mengamati
bahwa kebanyakan persentase kekayaan nasional dimiliki oleh sejumlah kecil
orang. Pareto menemukan rasionya 80:20. Kemudian ide ini ditunjuk sebagai
'sedikit yang penting dan banyak yang tidak penting' oleh satu dari penemu
peningkatan kualitas, Joseph Juran. Sekarang ide ini sering dirujuk sebagai
aturan 80:20 atau prinsip Pareto.
Tujuan analisis pareto :
Tujuan analisis pareto untuk 'memisahkan sedikit yang penting dari banyak
yang tidak penting'. Dikatakan bahwa 80% cacat berasal dari 20% penyebab.
Metode analisis data ini membantu mengarahkan pekerjaan anda ke tempat di
mana dapat dilakukan peningkatan terbanyak. Sehingga analisis pareto
membantu anda memusatkan usaha ke permasalahan yang menyediakan
potensi terbesar untuk peningkatan.
Kegunaan diagram pareto :
 Membantu suatu tim untuk terpusat pada penyebab yang akan
menghasilkan dampak terbesar jika diselesaikan
 Menampilkan kepentingan relatif dari problem dalam format visual yang
sederhana dan dapat diinterpretasi dengan cepat.
34
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
 Membantu mencegah 'mengalihkan permasalahan' di mana 'solusi'
menghilangkan beberapa penyebab namun memperburuk yang lain
 Kemajuan diukur dalam format yang sangat terlihat yang menyediakan
insentif untuk mendorong lebih banyak peningkatan
 Analisis pareto dapat digunakan dalam penerapan peningkatan kualitas
manufaktur atau nonmanufaktur.
Gambar 1 : Diagram Pareto
Gambar 2. Pareto Chart
35
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Langkah-langkah menyusun diagram pareto
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya ber-
dasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-
karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yaang
terbesar hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif
masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk
mendapat perhatian.
II.6.2Diagram Sebab-Akibat
Istilah lain dari diagram sebab akibat adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan
oleh Kaoru Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai
fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan.
Diagram sebab-akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang
menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram
tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah
untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian
dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini pun dapat
berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan,
pengukuran, karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber-
sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil
dan mendetail, misalnya dari metode kerja dapat diturunkan menjadi pelatihan,
pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan sebagainya. Untuk mencari
berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh
personel yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis.
Langkah menerapkan diagram sebab-akibat:
1. Menyiapkan sesi sebab-akibat
2. Mengidentifikasi akibat
3. Mengidentifikasi berbagai kategori
4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran
5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
36
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Gambar 3: Contoh Diagram sebab akibat
Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu
bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi,
pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf
teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.
Manfaat diagram sebab-akibat:
1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan
kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya,
dan dapat mengurangi biaya
2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan
ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan
3. Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang
direncanakan
4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan
pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan
II.6.3Stratifikasi
Stratifikasi adalah teknik yang digunakan dengan kombinasi alat analisis data
lainnya. Ketika data dari berbagai sumber atau kategori telah dikumpulkan, arti
37
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
dari data bisa tidak dapat dilihat. Teknik ini memisahkan data sehingga polanya
dapat dilihat.
Saat menggunakan stratifikasi :
 Sebelum mengumpulkan data
 Ketika data berasal dari beberapa sumber atau kondisi, misalnya sif, hari-
hari dalam satu minggu, pemasok atau grup populasi
 Ketika analisis data mungkin memerlukan pemisahan sumber atau kondisi
berbeda
Gambar 4 :Scatter Diagram
Prosedur Stratifikasi
1. Sebelum mengumpulkan data, pertimbangkan informasi mana mengenai
sumber data yang mungkin berdampak pada hasil. Siapkan pengumpulan
data sehingga anda dapat mengumpulkan informasi juga.
2. Ketika menggambar data yang terkumpul dalam diagram penyebaran,
diagram kendali, histogram atau alat lainnya, gunakan tanda atau warna
yang berbeda untuk membedakan data dari berbagai sumber. Data yang
dibedakan dengan cara ini yang disebut 'distratifikasi'.
3. Analisis set lainnya dari data yang terstratifikasi secara terpisah. Misalnya
pada diagram penyebaran di mana data distratifikasi menjadi data dari
sumber 1 dan sumber 2, gambar kuadran, hitung titik dan tentukan nilai
kritis hanya dari data sumber 1, lalu hanya untuk data sumber 2.
38
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Pertimbangan dalam stratifikasi
Berikut adalah contoh beberapa sumber berbeda yang mungkin memerlukan
stratifikasi data:
 Perlengkapan
 Sif
 Departemen
 Material
 Penyuplai
 Hari dalam minggu
 Waktu
 Produk
Selalu pertimbangkan sebelum mengumpulkan data apakah stratifikasi
diperlukan selama analisis. Rencanakan untuk mengumpulkan informasi
stratifikasi. Setelah data dikumpulkan mungkin sudah terlambat.
Pada gambar atau grafik, masukkan penjelasan mengenai tanda atau warna
yang digunakan.
II.6.4Lembar Pengecekan (Check Sheet)
Suatu tipe khusus dari isian untuk pengumpulan data. Lembar pengecekan
mempermudah mengumpulkan data, cenderung membuat usaha pengumpulan
data lebih akurat, dan secara otomatis menghasilkan semacam ringkasan data
yang sering sangat efektif untuk analisis cepat.
Gambar 5 : Cheksheet
39
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Isian lembar pengecekan dibuat masing-masing untuk situasi yang berbeda.
Lembar pengecekan digunakan untuk mengumpulkan data, bentuknya dapat
berupa apa saja. Lembar pengecekan menjabarkan satu persatu item yang
akan dicek secara rutin ataupun acak, lalu hasil pengecekan tersebut dicatat
dalam bentuk data angka (numerik) atau berupa tanda.
Kegunaan utama dari Check Sheet:
 Untuk manajemen sehari-hari (menghindari kelupaan, mentaati aturan-
aturan operasional)
 Contoh: equipment check list, check list pekerjaan, 6S check list,
check list untuk diagnosis dokter, berbagai macam check list, tabel
statistik, check list penilaian, dan lain-lain.
 Pemeriksaan khusus (pemeriksaan untuk permasalahan yang spesifik)
 Contoh: accident check list, special case analysis, questioner, dan
lain-lain.
 Membuat catatan (mengumpulkan data/angka yang dibutuhkan untuk
pencatatan/pendataan)
 Contoh: laporan harian produksi, quality check list, laporan barang
jadi masuk gudang, laporan catatan pengambilan material, dan lain-
lain.
Prosedur membuat lembar pengecekan:
1. Tentukan kejadian atau masalah apa yang akan diamati. Kembangkan
definisi operasional.
2. Tentukan kapan data akan dikumpulkan dan untuk berapa lama.
3. Rancang isiannya. Buatlah supaya data dapat direkam dengan semudah
membuat tanda centang atau X atau simbol yang mirip juga sehingga data
tidak perlu disalin ulang untuk analisis.
4. Tandai semua tempat di isian.
5. Tes lembar pengecekan untuk periode percobaan singkat untuk
memastikan itu mengumpulkan data yang tepat dan mudah digunakan.
6. Tiap kali kejadian dan masalah yang disasar terjadi, rekam data di lembar
pengecekan.
II.6.5Histogram
Histogram adalah alat untuk menggambarkan secara grafis distribusi frekuensi.
Histogram membuat pengguna mendapatkan informasi yang berguna
mengenai bentuk dan penyebaran dari suatu set data. Yang paling penting,
40
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
histogram membuat penggambaran informasi sangat ringkas dalam format
diagram batang.
Apa yang dilakukan histogram:
 Menunjukkan data dalam jumlah besar yang susah diinterpretasikan dalam
bentuk tabular.
 Menampilkan frekuensi relatif terhadap kejadian berbagai nilai data
 Menunjukkan pemusatan, variasi dan bentuk data
 Menggambarkan secara cepat distribusi data
 Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi performa masa
depan dari suatu proses
 Membantu mengindikasi jika ada terjadi perubahan dalam proses
 Membantu menjawab pertanyaan 'apakah proses mampu memenuhi
persyaratan?'
Langkah menyusun histogram:
1. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai
terbesar dan terkecil
2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Biasanya, dalam menentukan banyaknya
kelas, apabila n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas
ditunjukkan dengan √n.
3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai
lebar yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan
banyaknya kelas.
4. Menentukan Batas-Batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada
masing-masing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling
tumpang tindih.
5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.
Interpretasi histogram
Ketika digabungkan dengan konsep kurva normal dan pengetahuan terhadap
suatu proses tertentu, histogram menjadi alat yang efektif dan praktis dalam
tahapan awal analisis data. Histogram dapat diinterpretasikan dengan
menanyakan tiga pertanyaan :
1. Apakah proses yang dilakukan dalam batas spesifikasi ?
2. Apakah proses kelihatannya menghasilkan variasi yang luas ?
3. Jika tindakan perlu diambil dalam proses, tindakan apa yang pantas ?
41
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Jawaban dari tiga pertanyaan tersebut berada dalam analisis tiga karakteristik
histogram
1. Seberapa terpusat histogram ?
 Pemusatan data menyediakan informasi mengenai proses yang
ditujukan dalam suatu arti atau nilai nominal
2. Seberapa luas histogram ?
 Melihat luas histogram mendefiniskan variasi proses mengenai tujuan
3. Apa bentuk histogram ?
 Ingat bahwa data diharapkan berbentuk normal atau kurva lonceng.
Perubahan signifikan apa pun atau anomali biasanya mengindikasikan
adanya sesuatu yang terjadi dalam proses yang menyebabkan
masalah kualitas.
II.6.6Diagram Penyebaran (Scatter Diagram)
Diagram penyebaran merupakan cara yang paling sederhana untuk me-
nentukan hubungan antara sebab dan akibat dalam dua variabel. Langkah-
langkah yang diambil pun sederhana. Data dikumpulkan dalam bentuk
pasangan titik (x, y). Jika variabelnya berhubungan, titik-titik akan membentuk
sebuah garis atau kurva. Semakin baik hubungannya, semakin rapat titik
mendekati garis.
Kapan menggunakan diagram penyebaran :
 Ketika memiliki pasangan data numerik
 Ketika variabel terikat mungkin memiliki beberapa nilai untuk setiap nilai
variabel bebas
 Ketika ingin menempakan apakah kedua variabel berhubungan, semisal
1. Mencoba mengidentifikasi kemungkinan penyebab utama masalah
2. Setelah brainstorm sebab-akibat dengan diagram tulang ikan, untuk
menetapkan secara objektif apakah ada hubungan antara penyebab
tertentu dan hasil
3. Ketika menentukan apakah dua hasil yang terlihat berhubungan
keduanya terjadi dengan penyebab yang sama
4. Ketika menguji untuk korelasi otomatis sebelum menyusun peta
kendali
Prosedur membuat diagram penyebaran:
1. Kumpulkan pasangan data di mana diduga memiliki hubungan
42
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
2. Gambar grafik dengan variabel bebas pada sumbu horizontal dan variabel
terikat apda sumbu vertikal. Untuk tiap pasang data, beri titik atau simbol di
mana nilai sumbu x memotong sumbu y. (Jika dua titik terletak sama,
letakkan keduanya bersebelahan, bersentuhan, sehingga keduanya bisa
terlihat)
3. Cari pola titik untuk melihat apakah hubungannya jelas. Jika data dengan
jelas membentuk garis atau kurva, anda boleh berhenti. Variabelnya
berkorelasi. Anda mungkin ingin menggunakan regresi atau analisis korelasi
sekarang. Jika tidak, lanjutkan langkah 4 hingga 7.
4. Bagi titik-titik pada grafik menjadi 4 kuadran. Jika ada titik sebanyak X pada
grafik
o Hitung X/2 titik dari atas ke bawah dan gambar garis horizontal
o Hitung X/2 titik dari kiri ke kanan dan gambar garis vertikal
o Jika jumlah titiknya ganjil, gambar garis melalui titik tengah
5. Hitung titik di tiap kuadran. Jangan hitung titik yang terletak di garis.
6. Jumlahkan kuadran yang berseberangan secara diagonal. Temukan jumlah
yang lebih sedikit dan total titik di seluruh kuadran.
o A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah
o B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah
o Q = Yang lebih kecil antara A dan B
o N = A + B
7. Cari batas N pada tabel uji kecenderungan
o Jika Q kurang dari batas, kedua variabel berhubungan
o Jika Q sama atau lebih besar daripada batas, polanya mungkin
terjadi dari kemungkinan acak.
Contoh diagram penyebaran
Tim manufaktur ZZ-400 menduga ada hubungan antara kemurnian produk
(persen kemurnian) dan jumlah besir (diukur dalam bagian per juta atau bpj).
Kemurnian dan besi digambarkan berhadapan dalam diagram penyebaran
sebagaimana pada gambar berikut. Ada 24 titik data. Garis median
digambarkan sehingga 12 titik berada pada tiap sisi untuk persen kemunian
dan besi bpj.
Untuk mengetes hubungan, mereka menghitung:
A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah = 9 + 9 = 18
B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah = 3 + 3 = 6
43
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Q = Yang lebih kecil antara A dan B = Lebih kecil antara 18 dan 6 = 6
N = A + B 18 +6 = 24
Kemudian mereka mencari batas N pada tabel uji kecenderungan. N = 24,
batasnya = 6.
Q sama dengan batas, sehingga polanya dapat terjadi karena kemungkinan
acak dan tidak ada hubungan yang ditampilkan.
Tabel 1 :Uji kecenderungan
II.6.7Grafik dan Peta Kendali (Graph & Control Chart)
Sebelum memasuki permasalahan inti mengenai peta kendali, pertama-tama
bahas soal variasi dulu.
Variasi adalah fenomena alami. Variasi mungkin cukup besar dan mudah
dikenali (tinggi badan) atau mungkin sangat kecil dan susah dikenali dengan
44
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
inspeksi visual (berat pena ball poin). Ketika variasinya sangat kecil, bendanya
mungkin terlihat identik, tetapi instrumen yang presisi akan menunjukkan
perbedaannya. Dalam manufaktur ada tiga kategori variasi :
1. Variasi dalam bagian
2. Variasi antar bagian
3. Variasi dari waktu ke waktu
Gambar 6 : Scatter Diagram
Hal ini juga berlaku dalam situasi nonmanufaktur. Dalam proses manufaktur
variasi terjadi karena :
 peralatan
 material
 operator
 lingkungan
 inspeksi atau pengukuran
45
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Faktor yang sama mengarah ke variasi dalam proses non manufaktur. :
Penyebab variasi ada dua, yaitu penyebab umum variasi , atau kemungkinan
acak, dan penyebab khusus variasi atau yang dapat ditentukan
 Penyebab umum variasi (kemungkinan acak)
Penyebab variasi tersebut melekat dalam suatu proses. Pada dasarnya mereka
adalah penyebab acak. Jumlahnya kecil dan sangat susah dideteksi atau
diidentifikasi. Sering kali penyebab umum variasi atau kemungkinan acak
antara tidak mungkin atau sangat mahal untuk dihilangkan. Jika suatu porses
memiliki variasi hanya karena penyebab kemungkinan acak, proses ini
disebabkan berada dalam kendali statistik. Proses semacam itu juga disebut
proses stabil.
 Penyebab khusus variasi (dapat ditentukan)
Proses mungkin dari waktu ke waktu mengalami variasi tambahan, yang
biasanya besar dan disebabkan oleh beberapa faktor luar. Misalnya material
bawah standar dari penyedia, mesin yang diset salah, atau penggunaan alat
yang salah. Jika penyebab khusus variasi ada dalam suatu proses, proses itu
disebut di luar kendali.
Lalu, bagaimana kita tahu ketika suatu proses beroperasi di bawah penyebab
khusus variasi ? Dengan kata lain, bagaimana kita tahu jika sebuah proses
berada di luar kendali ? Jawabannya adalah peta kendali.
PETA KENDALI
Peta kendali merupakan grafik yang digunakan untuk mempelajari bagaimana
proses berubah seiring waktu. Data digambarkan menurut urutan waktu. Peta
kendali selalu memiliki garis tengah untuk rata-rata, garis atas untuk batas
kendali atas dan garis bawah untuk batas kendali bawah. Garis tersebut
ditentukan dari data masa lampau. Dengan membandingkan data saat ini
dengan garis tersebut, anda dapat menarik kesimpulan apakah variasi proses
konsisten (dalam kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar kendali,
dipengaruhi penyebab khusus variasi). Peta kendali juga memberi tahu kita
kapan untuk membiarkan prosesnya saja atau kapan untuk mulai mencari
penyebab khusus variasi.
Peta kendali untuk data bervariasi digunakan secara berpasangan. Peta atas
memantau rata-rata, atau pemusatan distribusi data dari proses. Peta bawah
memantau jangkauan, atau lebar distribusi. Jika data anda adalah tembakan
dalam latihan menembak, rata-ratanya adalah di mana tembakan terkumpul,
46
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
dan jangkauannya seberapa rapat mereka terkumpul. Peta kendali untuk data
atribut digunakan satu demi satu.
Konsep variabel dan atribut.
Variabel adalah karakteristik kualitas yang dapat diukur dan digambarkan
dalam skala yang berkelanjutan, misalnya berat, panjang, waktu, temperatur,
tegangan, dan sebagainya.
Atribut adalah data yang dapat dihitung dan digambarkan sebagai peristiwa
atau keadaan terpisah/diskret. Contohnya jumlah cat yang cacat, jumlah lubang
pada panjang kabel listrik, dan sebagainya
Selain ketujuh alat yang disebutkan di atas, ada juga yang memasukkan alat
berikut ini dalam tujuh alat dasar.
II.6.8Run Chart
Run Chart digunakan untuk menganalisis proses menurut waktu atau urutan.
Run chart biasanya berguna dalam menemukan pola yang terjadi dalam suatu
waktu. Run chart dianalisis untuk menemukan anomali dalam data yang
menunjukkan pergeseran dalam proses dari waktu ke waktu atau faktor khusus
yang mungkin memengaruhi variabilitas suatu proses. Faktor khas
dipertimbangkan termasuk panjangnya 'jalan' titik data di atas atau di bawah
garis rata-rata yang tidak umum, total jumlah jalan seperti itu dalam set data,
serta rentetan kenaikan atau penurunan berurutan yang tidak umum.
Run chart dalam beberapa hal mirip dengan peta kendali yang digunakan
dalam pengendalian proses statistik, tapi tidak menunjukkan batas kendali
proses. Sehingga run chart lebih mudah dibuat, namun tidak memungkinkan
teknik analisis selengkap peta kendali.
II.6.9Diagram Alir (Flow Chart)
Kenapa menggunakan flow chart ?
Untuk membuat sebuah tim mengidentifikasi aliran sebenarnya atau urutan
kejadian dalam suatu proses di mana barang atau jasa mengalir.
Flowchart dapat diterapkan ke dalam apa saja dari perjalanan pembayaran
atau aliran material, hingga langkah-langkah membuat penjualan atau servis
sebuah produk.
47
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Simbol flow chart
Tips membuat flow chart :
1. Jaga flow chart sederhana
2. Selama situasi membutuhkan, tambah atau buat simbol lain
3. Konsisten dalam level detail yang ditampilkan
4. Beri tiap langkah kata-kata yang dapat dipahami setiap orang
5. Identifikasi karya anda. Termasuk judul proses, tanggal diagram dibuat dan
nama anggota tim
Selama dan setelah membuat flow chart, selalu jaga dalam pikiran faktor dan
pertanyaan berikut
1. who (siapa)
2. what (apa)
3. when (kapan)
4. why (kenapa)
5. where (di mana)
6. how (bagaimana)
Pertanyaan lainnya yang harus ditanyakan untuk tiap tindakan atau langkah
dalam flow chart
 Hapus
 Gabung
 Sederhanakan
 Ubah urutan
48
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
II.6.10 5M check list :
 man (operator)
 machines
 material
 methods
 measurement
5M checklist adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada lima faktor
kunci yang ada dalam proses apa saja.
Lalu, ada juga 7 alat yang dikatakan sebagai alat manajemen dan perencanaan
yang baru, yaitu :
1. Affinity Diagram (KJ Method)
2. Interrelationship Digraph (ID)
3. Tree Diagram
4. Prioritization Matrix
5. Matrix Diagram
6. Process Decision Program Chart (PDPC)
7. Activity Network Diagram
49
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
BAB III
7 TOOLS BASIC QUALITY PADA PENELITIAN INI
III.1 KONDISI SAAT INI
Kesejahteraan personel TNI AL merupakan hal mutlak yang harus diupayakan
agar pada pelaksanaan penugasan tidak menimbulkan masalah-masalah
serius. Salah satu permasalahan saat ini yang dapat mengganggu
kesejahteraan personil TNI AL dan keluarganya adalah beban tanggungan
keluarga yang harus dihadapi para personil beserta keluarga akibat jumlah
keluarga yang besar. Salah satu pemecahan masalah adalah menjadi akseptor
KB, dengan demikian keluarga kecil dapat membawa kesejahteraan di masa
depan.
RSAL dr. Mintohadjo sebagai Rumah Sakit kelas II yang telah lolos akreditasi
Paripurna per akhir bulan tahun 2015 dari Komite Akreditasi Rumah Sakit dan
Kementerian Kesehatan dan Komite Akreditasi Rumah Sakit, memiliki
kompleksitas permasalahan yang luas demi menjaga standar mutu pelayanan
yang telah dicapai dan akan terus diuji ulang kelayakannya setiap tiga tahun,
mengingat mutu itu hal dinamis yang bisa berubah-ubah.
Salah satu pelayanan yang diberikan adalah Pelayanan Keluarga Berencana.
RSAL dr Mintohardjo sebagai RS tingkat II juga merupakan Rumah Sakit
Rujukan dari fasilitas-fasilitas kesehatan wilayah barat yang menjadi Fasilitas-
fasilitas kesehatan binaannya.
Pada pelaksanaan pelayanan KB di tangani oleh Poli KB yang berada di lantai
2 Gedung Poli Bersama. Pelayanan Keluarga Berencana dilaksanakan setiap
hari jam kerdja, dari jam 07.00 – 15.00. Pelayanan dikerjakan oleh seorang
bidan senior (PNS golongan IIID) dan seorang Pekarya (PNS golongan IIIB).
Pada bagan Orgapros RSAL dr. Mintohardjo. Penanggung jawab pelaksanaan
Program Pelayanan KB dipegang oleh seorang Kepala Subdepartemen KKB
(Konsultasi Keluarga Berencana) jabatan Letnan Kolonel dibawah Departemen
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang dijabat seorang Kolonel.
50
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
III.1.1CAKUPAN POLI KB.
Tabel 2 : Jumlah kunjungan poli KB RSAL dr Mintohardjo Jakarta
Sumber : Data Pencatatan dan Pelaporan Tahunan Poli KKB3
Pada pelaporan kunjungan ke poli KB didapatkan angka 1008 kunjungan tahun
2006 dengan didominasi pengunjung dinas sebanyak 89.8%. Tahun 2007,
pengunjung dinas mencapai 78.8%. Tahun 2008, pengunjung dinas mencapai
85,6%. Tahun 2009, pengunjung dinas mencapai 76,9%. Pada tahun 2010,
pengunjung dinas mencapai 86,9%. Pada tahun 2011, pengunjung poli KKB
mencapai 89,3%. Hingga bulan mei 2012, angka kunjungan ke poli KKB
mencapai 75,9%. Metoda pelayanan KB yang dilaksanakan di Poli KKB terdiri
dari beberapa metoda seperti MOP, MOW, Implan, IUD, Suntik, Pil, Kondom,
dan Pantang berkala. Dari semua metoda tersebut diketahui dari tahun 2009
hingga Mei 2012 metoda KB yang paling sering digunakan adalah metoda IUD
(66,6%) kemudian Suntik (14,2%) dan Pil (10,8%).
Ditinjau dari target pencapaian angka cakupan KB Poli KKB di RSAL dr
Mintohardjo hanya 15% nampak target belum tercapai dimana target dari
MDGs diharapkan angka cakupan menjadi 70% PUS pengguna metode KB
modern. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan belum tercapainya target
tersebut antara lain kemungkinan para akseptor telah ikut ditempat lain,
pencatatan dan pelaporan yang tak tertata rapih dan runut serta tidak
dilaporkan, tumpang tindih pelaporannya dll
3
Data Pelaporan Rutin Triwulan Poli KKB RSAL dr Mintohardjo.
No TH
TNI AL
KEM
HAN
ASKES
UMUM JMLMIL SIP KEL JML AL NON
1 2006 100 242 563 905 5 5 25 68 1008
2 2007 107 212 482 801 11 50 72 83 1017
3 2008 43 223 459 725 6 35 24 57 847
4 2009 37 135 277 449 3 20 22 35 585
5 2010 35 142 363 540 8 25 22 26 621
6 2011 47 136 483 666 4 20 30 26 746
7 2012 92 214 450 756 11 25 45 92 929
51
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Tabel 3 : Cakupan Akseptor KB di RSAL dr Mintohardjo.
No Metoda 2009 2010 2011 2012 Jmlh
1 MOP 1 2 2 1 6
2 MOW 17 4 4 44 69
3 IMPLAN 4 6 6 4 20
4 IUD 327 315 315 340 1297
5 SUNTIK 100 96 86 98 380
6 PIL 54 44 49 67 214
7 KONDOM 31 40 14 8 93
8 PAPSMEAR 292 487 487 316 1582
9 KONSELING 51 140 140 67 398
Jmlh 877 1134 1103 945
Sumber : Data Pencatatan dan Pelaporan Tahunan Poli KKB4
III.2 FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH
III.2.1ATURAN YANG BERLAKU.
Hingga saat ini belum ada aturan tegas yang mengupayakan personel TNI AL
agar mengikuti dan menjalankan Program KB. Sehingga banyak personel tidak
melaksanakan karena tidak ada konsekuensi hukumnya.
Bila diperhatikan pada setiap kegiatan pelaporan pelanggaran hukum dalam
rangkaian menjelang HUT TNI 5 Oktober, selalu didapatkan pelaporan adanya
pelanggaran disiplin, bisa saja terjadi karena personel melakukan kegiatan
diluar jam dinas dengan tujuan mencari tambahan agar keberlangsungan
kehidupan rumah tangganya berjalan dengan baik serta bisa memberi
kecukupan yang lebih layak.
III.2.2PERSEPSI AKSEPTOR KB
Sesuai dengan kebijakan Diskesal dan Surat Edaran dari Kepala RSAL dr
Mintohardjo, dihimbau agar Pelayanan KB dilaksanakan bagi semua pasien
yang baru melahirkan (KB Pascasalin) atau pasca kuret sebagai bagian dari
pelaksanaan Revitalisasi Pelayanan KB di RSAL dr Mintohardjo dalam upaya
peningkatan cakupan. Pada umumnya, walau sudah diberi penjelasan, para
calon akseptor KB tersebut tidak terlalu menanggapi serius atau menolak
program tersebut. Penulis mendapatkan beberapa masukan bahwa lebih
4
Ibid, halaman yang sama.
52
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
senang kalau setelah masa nifas (40 hari pasca salin),dimana pada akhirnya
yang bersangkutan tidak datang lagi.
Hal lain yang mempengaruhi persepsi calon akseptor adalah personel TNI AL
dan keluarganya mengganggap tabu pelayanan KB, adanya mispersepsi
bahwa program ini akan menyebabkan gangguan harmonisasi dalam
hubungan badan, mengganggap bahwa pelayanan KB akan meyebabkan
pengeluaran ekstra, adanya keinginan memiliki anak banyak, anggapan
bahwa pelayanan KB personel dinas dinomor duakan dibanding pasien swasta
atau yang mampu mengeluarkan biaya lebih, serta persepsi KB melanggar
aturan agama. Semua ini menyebabkan angka kunjungan Poli menjadi rendah
dan angka cakupan menjadi rendah. Dampaknya pasti akan menyebabkan
komplikasi seperti kehamilan yang tak direncanakan.
III.2.3KOMPETENSI TENAGA MEDIS.
Pelayanan KB di Poli KKB RSAL dr Mintoharjo saat ini dikerjakan oleh dua
orang personel seorang bidan senior PNS golongan IIID dengan dibantu oleh
seorang pekarya golongan IIIB. Pada pelaksanaan pelayanan dipoli tersebut
melakukan tugas rangkap mulai dari pendataan akseptor, melakukan
pemeriksaan fisik dasar, pencatatan data akseptor dan pelaksanaan tindakan
serta pemantauan hasil tindakan sebelum akhirnya akseptor KB tersebut
diijinkan untuk pulang. Karena keterbatasan personel tersebut maka kegiatan
poli menjadi terganggu apabila salah seorang personil absen karena sesuatu
hal.
Karena terbatas jumlah dan kemampuan, tugas dan pelatihan jadi terabaikan.
Dari status pengetahuan dan kompetensi, hanya seorang yang berhak
melakukan kegiatan dan tindakan medis di Poli (bidan) karena yang seorang
pendidikan dasarnya bukan bidang medis. Kasubdep KKB adalah seorang
dokter spesialis kebidanan dan ilmu penyakit kandungan yang kesehariannya
melaksanakan kegiatan penuh di Poli Hamil, Kamar Operasi, pembinaan serta
membimbing mahasiswa kedokteran Universitas Trisakti dan Universitas
Pembangunan Nasional (UPN) juga sebagai dokter militer yang tentu saja
terikat dengan kegiatan kedinasan dan penugasan luar dinas seperti
mendukung kegiatan OMSP Bakti Baskara Jaya ke pulau-pulau perbatasan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan skala massal, Poli KKB akan dibantu
oleh personel dari ruangan-ruangan yang secara struktural berada di bawah
Departemen Kesehatan Ibu dan Anak.
53
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
III.2.4DUKUNGAN ANGGARAN DAN PEMILIHAN METODA MANTAP
Kegiatan dan pengadaan alat kontrasepsi masih bergantung pasokan dari
kiriman BKKBN berdasara laporan rutin kegiatan di Poli RSAL. Dukungan
anggaran dalam suatu kegiatan merupakan suatu hal yang rutin. Pelayanan
KB di Poli KKB melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain memberikan
pelayanan konseling untuk para calon akseptor untuk membantu menentukan
jenis dan cara serta efek samping penggunaan salah satu metoda KB. Metoda
KB modern sangat memperhatikan efektifitas pemilihan alat KB dan juga
memperhatikan kenyamanan dan efisiensi dari pengguna.
Metoda KB konvensional seperti pantang berkala, metoda membuang sperma
diluar vagina, penggunaan pelindung dalam alat kelamin seperti kondom pada
pria dan kondom pada wanita atau penggunaan pil KB yang tak teratur sudah
mulai ditinggalkan karena resiko kegagalannya. Pemilihan metoda KB saat ini
banyak ditekankan pada penggunaan KB jangka menengah dan jangka
panjang (metoda mantap).
Karena dukungan untuk pengadaan metoda ini terbatas. Maka kadang-kadang
para akseptor yang sudah memilih metoda ini berpaling ke metoda
konvensional atau membeli sendiri. Mengingat bahwa idealnya semua logistik
yang mendukung kegiatan ini sudah terdukung. Namun karena dana terbatas,
atas pertimbangan memprioritaskan kegiatan yang mendukung langsung
pelayanan kesehatan lainnya akhirnya logistik tersebut tak bisa dipenuhi.
III.2.5SARANA PRASARANA.
Dengan kondisi prasarana dalam Poli KKB antara lain :
- 1 buah Kursi Ginekologi.
- 1 buah Ultrasonografi 2 dimensi
- 2 set alat ektraktor IUD
- 1 set alat ekstraksi implan
- 1 set perangkat emergensi
- 2 buah meja administrasi dengan kursinya.
- 1 buah telepon saluran intern.
- 1 set alat diagnostik (Tensimeter, Termometer, Hammer Reflek,
Stetoskop).
- 2 set bedah minor.
Kondisi sarana dan prasarana Poli KKB terdiri 1 ruang dengan ukuran 6 x 3
meter yang dibagi menjadi 2 ruang dengan dinding pembatas semi permanen.
54
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Yang dialokasikan menjadi 1 ruang periksa merangkap ruang anamnesa dan
ruang tindakan bedah minor yang tidak steril. Satu ruang lain digunakan
sebagai tempat konsultasi kasus-kasus yang menyangkut KB yang
membutuhkan keadaan privacy tinggi.
Ruang tindakan tempat terlaksananya kegiatan bedah laparoskopi MOW
berada terintegral dengan ruang kamar bersalin yang ukurannya 3x2 meter.
Tampak bahwa program KB bukan merupakan prioritas.
Karena Pelayanan KB terintegral dalam departemen KIA, maka kegiatan yang
membutuhkan tindakan-tindakan pembedahan juga menggunakan fasilitas dari
Departemen KIA. Pelayanan Kebidanan dan Ilmu Penyakit Kandungan
termasuk tindakan-tindakan Pembedahan pada program KB dilaksanakan
pada ruangan kamar operasi yang dikhususkan kasus-kasus tersebut agar
dapat melakukan tindakan antisipatif cepat terhadap komplikasi tindakan.
Karena belum memiliki tempat, khusus, akhirnya dilakukan di Kamar Bersalin
dengan kebersihan dan ke-steril-an yang tak begitu diutamakan. Belum
memiliki unit mobil yang dapat digunakan menjangkau tempat-tempat tinggal
personel yang cukup jauh dari RSAL.
III.2.6KEBIJAKAN DAN ATURAN PEMERINTAH
Penduduk dengan jumlah yang besar sebagai sumber daya manusia (SDM)
tidak selalu merupakan kekuatan pembangunan apabila tak terkendalikan.
Anggapan tersebut, mengandung kebenaran bila kondisi tersebut tak disertai
faktor kualitas dan persebarannya yang merata. Dengan jumlah penduduk
yang besar sekitar 265 juta untuk Amerika dan 124 juta untuk Jepang serta
diimbangi dengan kualitas yang tinggi, penduduk kedua negara tersebut
merupakan aset bagi pertumbuhan dan ketahanan ekonomi negara masing-
masing.
Sebaliknya penduduk yang besar di India dan Nigeria karena tidak didukung
dengan kualitas memadai justru akan menjadi beban bagi pembangunan
ekonomi, Pemerintahan di kedua negara tersebut memiliki kesulitan untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduknya karena hasil yang diperoleh dari
pembangunan harus dibagi kepada banyak penduduk, sehingga masing-
masing penduduk memperoleh bagian yang sedikit.
Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini sekitar 245 juta jiwa merupakan
negara ke empat terbesar di dunia setelah Cina, india dan Amerika. Besarnya
jumlah penduduk ini terkait dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk
55
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
Indonesia di masa lalu yang utamanya dipengaruhi oleh tingkat kelahiran.
Meskipun tingkat kelahiran sudah dapat diturunkan, namun secara absolut
jumlah penduduk Indonesia masih terus akan bertambah. Ditambah dengan
kegagalan pencapaian target MDGS 2015.
Gambar 7 : Prediksi pertambahan penduduk pada tahun 2100
Sumber : kompas.com5
Menurut Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN yang disampaikan
pada Meeting of Population Association of America di Miami, Florida Amerika,
19946 : “Pengertian kualitas adalah suatu kondisi dan atau keadaan dimana
sistem dengan sumber daya, sarana dan dana yang terbatas dapat mencapai
sasaran tujuannya, dengan memberikan jasa pelayanan sebaik-baiknya
kepada keluarga dan atau masyarakat, sehingga pencari jasa pelayanan dapat
perlakuan dan dilayani oleh sistem yang sedemikian rupa dalam upaya
memenuhi kebutuhannya mencapai kesejahteraan keluarganya dan yang
sesuai serta memenuhi syarat etika, aturan agama, dan norma sosial budaya”.
Dalam kontek ini, kualitas mempunyai dan memenuhi empat prasyarat antara
lain kualitas dari perspektif manajer/pengelola program, kualitas dari perspektif
5
Kompas Resiko Pertambahan Penduduk yang tak terkendali. 2011
6
Buku Sumber Advokasi UN Population Fund, Loc.cit hal 25.
56
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
provider/pemberi pelayanan, kualitas dari perspektif klien/keluarga, dan kualitas
dari perspektif komunitas/lingkungan masyarakat,sosial budaya dan agama.
Berdasarkan pengertian tersebut nampaknya kualitas tidak hanya sekedar
dilihat dari sisi ketentuan medis saja, tetapi yang lebih penting adalah aspek
penerima/klien keluarga dan masyarakat serta lingkungan secara etika, sosial
budaya dan agama. Sebagai contoh yang eksrem adalah vasektomi. Meskipun
secara medis teknis vasektomi sangat efektif,aman dan dapat memberikan
perlindungan jangka panjang kepada klien, namun apabila metode ini tidak
diterima dan tidak disetujui oleh norma masyarakat dan agama, maka
pelayanan dengan metode ini nilai kualitas yang kurang atau rendah.
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tiga dasar penilaian
kualitas, pertama ukuran berdasarkan penilaian pengalaman kepuasan klien
(Quality of Care), kedua, ukuran berdasarkan kode etika atau standard
pelayanan profesi yang harus dipenuhi (Quality Assurance) dan ketiga, ukuran
yang berdasarkan ketersediaan tempat pelayanan, akses dan cakupan (Asses
and Coverage).
Ada 5 isu penting dalam kaitannya dengan kualitas pelayanan KB, antara lain :
a. “Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada umumnya bersifat ‘’top
down’’ dan kurang berdasarkan atas kebutuhan klien. Berbagai
kebijaksanaan yang berkaitan dengan pentingnya kualitas pelayanan KB
dan kesehatan remaja telah banyak disepakati dan ditetapkan, namun
nampaknya belum dapat terlaksana dengan baik”.
Konferensi Kependudukan Dunia (International Conference for People
Development) di Kairo tahun 1994 menghasilkan rumusan kebijaksanaan yang
dikenal dengan program aksi untuk kesehatan reproduksi yang meliputi pula
KB. Dalam program aksi tersebut ada enam tujuan pokok yang harus dicapai.
Tujuan program aksi yang relevan dengan peningkatan kualitas adalah tujuan
ke 4, yaitu meningkatkan kualitas pelayanan, informasi, konseling, dan
pelayanan. Seperti yang termaktub pada misi dan visi BKKBN dan yang tertulis
dan tersirat dalam UURI No 52 tahun 2009, bahwa dalam upaya pencapaian
dan terwujudnya kesejahteraan rakyat Indonesia maka perlu diterapkan
Keluarga Kecil Sejahtera dalam upaya pengendalian laju pertambahan jumlah
penduduk.
Implementasi kebijaksanaan tersebut bagi personel TNI AL saat ini kurang
adekuat karena beberapa keterbatasan baik ditingkat pengambil kebijakan
57
URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029
maupun lapangannya. Pelayanan KB berbeda dengan pelayanan kesehatan
lainnya karena pelayanannya harus dilaksanakan secara bertahap didahului
dan dilanjutkan dengan konseling pra dan pasca pelayanan kepada calon
peserta KB, serta dimantapkan oleh pelayanan kunjungan ulang atau tindak
lanjut pada peserta KB. Selain itu keberhasilan pelayanan KB juga tergantung
pada cara petugas menangani efek samping dan komplikasi yang mungkin
timbul serta kelangsungan atau kelanjutan kesertaannya. Oleh karena itu peran
pelayanan pada masing-masing tahap sama pentingnya, dan karena itu pula
mutu pelayanan KB tergantung pula pada mutu pelayanan pada semua tahap.
Dalam upaya peningkatan kualitas ini, BKKBN berkoordinasi dengan sektor lain
dan mengadakan upaya yang berkelanjutan dalam rangka meningkatan
kualitas pelayanan ini. Hal ini dilakukan antara lain melalui peningkatan
keterampilan petugas klinik dengan menerbitkan pedoman pelayanan dan
Standard Operational Procedure (SOP), pelatihan teknis yang
berkesinambungan, sejalan dengan peningkatan keterampilan pada petugas
klinis dan lapangan KB untuk meningkatkan KIE dan Konseling. Selain itu
pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana serta logistik pelayanan KB
diupayakan secara maksimal. Di RSAL, karena terbatas maka kegiatan
tersebut berjalan lambat, menyebabkan pelayanan menjadi tidak maksimal.
Di tingkatkan nasional telah pula dibentuk tim Jaga Mutu Pelayanan KB yang
terdiri dari departemen dan organisasi profesi terkait. Namun semua langkah
yang telah disebutkan diatas tidaklah mudah dilaksanakan. Kenyataannya
ditemukan beberapa hambatan yang harus dicari jalan keluarnya dengan
menggunakan sumber daya yang ada, khususnya berkaitan kesulitan ekonomi
yang dihadapi saat ini. Mutu pelayanan KB pada dasarnya dapat dilihat dari
persepsi manager, persepsi provider/petugas KB baik klinis maupun lapangan,
persepsi klien (peserta atau calon peserta KB) serta persepsi masyarakat
(tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat). Dalam literatur disebutkan
karena KB berkaitan dengan hak pasangan atau individual, mutu pelayanan KB
dapat difokuskan pada pemenuhan hak klien yang dapat diukur dengan
kepuasan klien. Namun untuk Indonesia tuntutan di daerah pinggiran atau
pedesaan karena budaya atau kultur kita tidak terbiasa untuk menyatakan
keberatan secara terang-terangan maka klien dalam posisi sebagai penerima
layanan tidak dapat dinilai kebenaran atas kepuasan pelayanan yang
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.

More Related Content

What's hot

SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...Edi Kusmiadi
 
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasJaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasMuh Saleh
 
4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam
4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam
4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalamDedi Suwandi
 
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Muh Saleh
 
Buku digital standar profesi perawat
Buku digital standar profesi perawatBuku digital standar profesi perawat
Buku digital standar profesi perawatDedi Suwandi
 
Epidemiologi (4)
Epidemiologi (4)Epidemiologi (4)
Epidemiologi (4)EllyeUtami
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Muh Saleh
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014Muh Saleh
 
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014Muh Saleh
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Muh Saleh
 
Undang undang no 36
Undang  undang no 36Undang  undang no 36
Undang undang no 36yunita h
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017Muh Saleh
 
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016Emzet Juwitour
 
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok TimurTabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok TimurJuwitour MICE Training
 

What's hot (20)

SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
SOSIALISASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASI...
 
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkasJaminan kesehatan nasional_ringkas
Jaminan kesehatan nasional_ringkas
 
4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam
4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam
4. lingkup asesmen kompetensi keperawatan penyakit dalam
 
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
Standar pelayanan Minimal Tahun 2018
 
Makalah kb
Makalah kbMakalah kb
Makalah kb
 
Buku digital standar profesi perawat
Buku digital standar profesi perawatBuku digital standar profesi perawat
Buku digital standar profesi perawat
 
Epidemiologi (4)
Epidemiologi (4)Epidemiologi (4)
Epidemiologi (4)
 
Dinkes jamkesda
Dinkes jamkesdaDinkes jamkesda
Dinkes jamkesda
 
Buku jamkesda
Buku jamkesdaBuku jamkesda
Buku jamkesda
 
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2017
 
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
Profil Kesehatan Kabupaten Mamuju Tengah tahun 2014
 
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
Profil kesehatan kabupaten Mamuju tahun 2014
 
Puskesmas kelompok
Puskesmas kelompokPuskesmas kelompok
Puskesmas kelompok
 
Pelibatan Tentara
Pelibatan TentaraPelibatan Tentara
Pelibatan Tentara
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Mamasa 2017
 
Undang undang no 36
Undang  undang no 36Undang  undang no 36
Undang undang no 36
 
Tabloid Dinas Kesehatan
Tabloid Dinas KesehatanTabloid Dinas Kesehatan
Tabloid Dinas Kesehatan
 
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017
Dokumen Deksripsi SDMK Kabupaten Majene Tahun 2017
 
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur, Edisi Maret 2016
 
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok TimurTabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur
Tabloid Infokes Dinas Kesehatan Lombok Timur
 

Similar to 150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.

Buku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetakBuku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetakDR Irene
 
Juknis jaminan persalinan
Juknis jaminan persalinanJuknis jaminan persalinan
Juknis jaminan persalinanmajalah Bidan
 
Buku saku-bok-edit-15-feb1
Buku saku-bok-edit-15-feb1Buku saku-bok-edit-15-feb1
Buku saku-bok-edit-15-feb1DR Irene
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangantitisdwina
 
30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...
30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...
30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...ShintaDevi11
 
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdfV13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdfTemy3
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013Muh Saleh
 
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdfFNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdfAdelinaKusumaWardhan1
 
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasionalSKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasionalprjzjpy4x7
 
Rpjpk pembahasan diy
Rpjpk pembahasan diyRpjpk pembahasan diy
Rpjpk pembahasan diyAbi Muhlies
 
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga BerencanaKB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencanapjj_kemenkes
 
339397603-Perdes-PHBS-AM.docx
339397603-Perdes-PHBS-AM.docx339397603-Perdes-PHBS-AM.docx
339397603-Perdes-PHBS-AM.docxabdulhak1994
 
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
program_kb_di_indonesia.pptx
program_kb_di_indonesia.pptxprogram_kb_di_indonesia.pptx
program_kb_di_indonesia.pptxhidayat835773
 

Similar to 150520029.arie widiyasa.urindo 24 b. (20)

Buku pdbk
Buku pdbkBuku pdbk
Buku pdbk
 
3.sistem kesehatan-nasional-2009
3.sistem kesehatan-nasional-20093.sistem kesehatan-nasional-2009
3.sistem kesehatan-nasional-2009
 
Buku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader PosyanduBuku Panduan Kader Posyandu
Buku Panduan Kader Posyandu
 
Buku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetakBuku juknis jampersal final versi cetak
Buku juknis jampersal final versi cetak
 
Juknis jaminan persalinan
Juknis jaminan persalinanJuknis jaminan persalinan
Juknis jaminan persalinan
 
Juknis jaminan persalinan
Juknis jaminan persalinanJuknis jaminan persalinan
Juknis jaminan persalinan
 
Buku saku-bok-edit-15-feb1
Buku saku-bok-edit-15-feb1Buku saku-bok-edit-15-feb1
Buku saku-bok-edit-15-feb1
 
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseoranganPedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
Pedoman pelayanan upaya kesehatan perseorangan
 
30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...
30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...
30 sept, sambutan pencanangan tni manunggal kb kesehatan, pelantikan bpc a ku...
 
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdfV13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
V13 Penguatan Perencanaan Pembangunan Kesehatan.pdf
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
 
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdfFNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
FNL DIM RUU Kesehatan Penjelasan 04042023_1.pdf
 
MAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docxMAKALAH paper 1.docx
MAKALAH paper 1.docx
 
Makalah posyandu dan kms
Makalah posyandu dan kmsMakalah posyandu dan kms
Makalah posyandu dan kms
 
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasionalSKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
SKN MAKALAH.doc berisi latar belakang dari sistem kesehatan nasional
 
Rpjpk pembahasan diy
Rpjpk pembahasan diyRpjpk pembahasan diy
Rpjpk pembahasan diy
 
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga BerencanaKB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
KB 1 Konsep Dasar Kependudukan dan Keluarga Berencana
 
339397603-Perdes-PHBS-AM.docx
339397603-Perdes-PHBS-AM.docx339397603-Perdes-PHBS-AM.docx
339397603-Perdes-PHBS-AM.docx
 
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
 
program_kb_di_indonesia.pptx
program_kb_di_indonesia.pptxprogram_kb_di_indonesia.pptx
program_kb_di_indonesia.pptx
 

More from INDONESIAN NAVY MEDICAL CORPS (10)

Gambaran kepribadian kita
Gambaran kepribadian kitaGambaran kepribadian kita
Gambaran kepribadian kita
 
Tugas logistik kel 4 baru
Tugas logistik kel 4 baruTugas logistik kel 4 baru
Tugas logistik kel 4 baru
 
Perdarahan rsmc 12 oktober16
Perdarahan rsmc 12 oktober16Perdarahan rsmc 12 oktober16
Perdarahan rsmc 12 oktober16
 
HPV MARINIR
HPV MARINIRHPV MARINIR
HPV MARINIR
 
Uas manejemen problem solving
Uas manejemen problem solvingUas manejemen problem solving
Uas manejemen problem solving
 
Presentation pok 4 hbl
Presentation pok 4 hblPresentation pok 4 hbl
Presentation pok 4 hbl
 
Model organisasi 4.pptx.kel.4
Model organisasi 4.pptx.kel.4Model organisasi 4.pptx.kel.4
Model organisasi 4.pptx.kel.4
 
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSEKESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
 
Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016
Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016
Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016
 
Harkesal 4 oktober 2016
Harkesal 4 oktober 2016Harkesal 4 oktober 2016
Harkesal 4 oktober 2016
 

150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.

  • 1. TUGAS MANEJEMEN OPERASIONAL PROPOSAL PENELITIAN “ANALISIS PENGARUH MUTU PELAYANAN KB TERHADAP KEPUASAN AKSEPTOR KB MANTAP DI POLI KB RSAL DR MINTOHARDJO DALAM UPAYA MENCAPAI TUJUAN REVITALISASI PROGRAM PKBRS” Disusun Oleh : Arie Widiyasa Nim : 150520029 Program Studi MARS Fakultas Pascasarjana Universitas Respati Indonesia Jakarta 2016
  • 2. 2 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Daftar Isi halaman Judul 1 Daftar Isi 2 Kata Pengantar 3 Bab I Pendahuluan 4 I.1 Latar Belakang 4 I.2 Rumusan Masalah 6 I.3 Tujuan Penelitian 7 I.4 Manfaat Penelitian 7 Bab II Tinjauan Kepustakaan 9 II.1 Umum 9 II.2. Paradigma Nasional 10 II.3 Peraturan Perundangan 13 II.4 Landasan Teori 16 II.5 Program KB Rumah Sakit 28 II.6 7 Tools Manejemen Operasional 32 Bab III 7 Tools Basic Quality Pada Penelitian Ini 49 III.1 Kondisi Saat Ini 49 III.2 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh 51 III.3 Permasalahan Yang Dihadapi 77 III.4 Implikasi 77 III.5 Penerapan Salah Satu 7 Basic Tools 78 Bab IV Pembahasan 83 IV.1 Kerangka Konsep 83 IV.2 Kerangka Teori 83 IV.3 Pembahasan 84 Bab V Kesimpulan dan Saran 87 Bab VI Daftar Pustaka 88
  • 3. 3 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunianya sehingga makalah tugas semesteran Manejemen Operasional mahasiswa Universitas Respati indonesia Fakultas Pasca Sarjana Program Studi Administrasi Rumah Sakit berupa proposal penelitian dipandang dari Manejemen Operasional dapat terselesaikan dengan waktu yang ditetapkan oleh pengajar. Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada ibu dr Sandra Dewi MARS yang telah membimbing dan mendorong kami demi terwujudnya makalah ini. Makalah ini disusun karena bertujuan untuk Pemenuhan atau penyelesaian tugas mata kuliah Manajemen Operasional. Bagaimanapun juga, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang akan diterima secara terbuka. Terima kasih. Penulis
  • 4. 4 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Sesuai dengan bunyi Undang-Undang RI Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI pada pasal 50 ayat (2) dan (3), pemerintah menjamin kesejahteraan prajurit beserta keluarganya Dihadapkan spektrum penugasan beragam resiko yang membutuhkan konsentrasi penuh, setiap anggota TNI AL dituntut memiliki kesiapsiagaan tinggi dan selalu fokus dalam pekerjaan. Perkembangan jaman saat ini, kesejahteraan hidup personel TNI AL dan keluarganya sangat tergantung pada banyak faktor. Salah satunya adalah besarnya penghasilan dan tunjangan yang diterima setiap bulannya (take home pay), digunakan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan hidup yang dihadapi baik saat kedinasan maupun diluar kedinasan sebagai konsekuensi interaksi sosial personel TNI AL dan keluarganya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berkaitan dengan besarnya beban keluarga yang harus ditanggung dalam satu rumah tangga. Jadi bila cukup banyak jumlah personel dalam rumah tangga yang menjadi tanggungan finansial oleh keluarga tersebut, tentu akan mengganggu kemampuan daya elastis finansialnya selanjutnya bila menetap dan berlangsung lama dapat mengganggu keharmonisan kehidupan berumahtangga personel tersebut. Bila toleransi sampai melampaui kemampuan batas maksimal selanjutnya dapat mengganggu berlangsungnya kedinasan personel tersebut dalam melaksanakan tugasnya. Pencanangan Revitalisasi Program Keluarga Berencana di Rumah Sakit merupakan program kerjasama antara TNI dengan BKKBN (Badan Pemerintah yang bertanggung jawab terhadap Program KB). Program ini merupakan upaya pemerintah untuk membangkitkan dan memacu pelaksanaan Program KB, dengan memperhatikan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dirilis oleh Bappenas awal Maret tahun 2011, bahwa jumlah penduduk Indonesia saat itu adalah 237,6 juta orang dengan Laju Pertambahan Penduduk (LPP) 1,49/tahun. Jumlah ini dengan melihat analisa perkembangan lingkungan strategis berdasarkan Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya sudah mulai terlihat dampak yang dapat mengancam stabilitas dalam nereri NKRI. Bila tak dikendalikan maka pada tahu 2045, jumlah penduduk NKRI ini berkisar 450 juta orang. Personil TNI AL saat ini mampu berupaya dan mencukupi
  • 5. 5 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 kebutuhan keluarga, tetapi perlu diperhitungkan bahwa kedepan beban tanggungan terasa berat. Pemerintah melalui Kepala Badan Koodinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) menjalin kesepakatan bersama tentang Kerjasama Revitalisasi Pelayanan Program Keluarga Berencana di Rumah Sakit (PKBRS) sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden RI H. DR Soesilo Bambang Yudoyono, pada pidato penyampaian Nota Keuangan Sidang Paripurna DPR RI tanggal 16 Agustus 2008 tentang Upaya Revitalisasi Program KB Nasional di Rumah Sakit dalam rangka mengakomodasi perubahan perkembangan lingkungan strategis di era desentralisasi, serta untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran Program KB Nasional, dipandang perlu adanya peningkatan dan pengembangan kerja sama antara BKKBN dengan TNI. Program Keluarga Berencana merupakan program pemerintah yang telah lama dicanangkan. Dari beberapa masa kepemimpinan presiden dengan program yang terkait pelaksanaan KB, penulis menilai bahwa hanya jaman orde baru dibawah kepemimpinan H.M Soeharto, Program KB berhasil berperan besar ikut menekan laju pertambahan penduduk NKRI ini. Pada masa itu, penerapan di kedinasan militer dan instansi pemerintah lainnya menerapkan peraturan yang tegas pada mewajibkan mengikuti program KB. Sehingga seorang personel yang mempunyai jumlah anak lebih dari ketentuan tentu karier dalam kedinasannya berkembang lebih lambat dibanding personil yang menjadi akseptor KB dan memiliki jumlah keluarga sesuai tujuan KB, “Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera”. Tercapainya tujuan Program Revitalisasi tersebut, diharapkan kesejahteran personil TNI dapat meningkat. Paling tidak ini merupakan upaya TNI AL dalam hal ini memberikan alternatif agar personel TNI AL memiliki kehidupan ekonomi yang baik, sehingga personel TNI AL bisa fokus dalam menjalankan tugas kedinasannya sekaligus memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga dan anak-anaknya.1 Poli Keluarga Berencana di Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari mata rantai terlaksananya pelayanan KB yang merupakan bagian yang terintegraldari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Rumah Sakit. 1 Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia, Oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 2010
  • 6. 6 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Kesepakatan Internasional dalam International Conference of Population and Development (ICPD) di Kairo 1994 dengan paradigm baru kesehatan reproduksi, telah merubah orientasi yang semula menempatkan manusia sebagai obyek menjadi subyek dalam pengendalian kependudukan. Hak reproduksi memberikan kebebasan kepada perempuan untuk mengatur kehidupan reproduksinya termasuk dalam menjalankan Keluarga Berencana (KB). Sejak tahun 1995, beberapa program yang menyangkut pelayanan kesehatan reproduksi telah dilaksanakan di Rumah Sakit termasuk pelayanan KB. Rumah Sakit sebagai tingkat rujukan primer, sekunder dan tersier mempunyai kewajiban menyediakan pelayan KIE dan konseling KB yang diarahkan pada terciptanya akseptor mantap (MOW/MOP), penangan efek samping dan komplikasi serta kegagalan KB, penanganan rujukan KB yang meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis pelayanan KB untuk fasilitas pelayanan dasar. Motivasi seorang akseptor KB untuk mengikuti kegiatan KB biasanya didapatkan dari berbagai berita yang disampaikan atau didengar oleh akseptor tersebut. Pengetahuan yang didapat akan menjadi dasar pegangan bagi para akseptor untuk menjalani proses menjadi akseptor KB. I.2 RUMUSAN MASALAH. Permasalahan yang terjadi antara lain adalah rendahnya cakupan dari KB, serta tingginya angka drop out yang terjadi di Fasilitas pelayanan KB TNI AL. Belum adanya ketetapan dinas dalam mengharuskan anggota untuk menjadi akseptor KB, adanya anggapan pembatasan kehamilan adalah tabu dan melanggar agama, personel yang mengawakinya belum terlatih dan terbatas, keterbatasan dukungan anggaran serta terbatasnya sarana dan prasarana yang ada. Beberapa upaya dapat diberikan seperti meningkatkan mutu pelayanan dan menekan angka malpraktek oleh tenaga medis yang menanganinya, memperluas wilayah pelaksanaan program KB dengan cara membentuk satgas-satgas mobile ke perumahan-perumahan dinas sebagai bentuk peningkatan pelayanan, mengupayakan secara resmi berjenjang agar timbul aturan yang tegas melalui KASAL up DISKESAL, melakukan penyuluhan pada tempat tinggal/kompleks perumahan personel TNI AL untuk mengubah persepsi yang salah, melakukan penyegaran ilmu dan mengikutkan
  • 7. 7 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 pelatihan resmi dari Kemenkes setiap anggota pengawak Poli KB serta mengusulkan penambahan personel definitif dari Poli KB, mengusulkan pembangunan dan melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan Poli KB. I.3 TUJUAN PENELITIAN I.3.1 TUJUAN UMUM Analisis pengaruh mutu pelayanan medis terhadap kepuasan akseptor KB Mantap di Poli KB RSAL dr Mintohardjo dalam upaya mencapai tujuan revitalisasi program PKBRS. I.3.2 TUJUAN KHUSUS  Mendeskripsi karakteristik demografi di poli KB RSAL dr Mintohardjo  Mengetahui dan memperinci factor-faktor kepuasan akseptor KB Mantap yang dinyatakan setelah menjalani prosedur selama 6 bulan atau 1 tahun. Mengenai adanya gangguan fisik atau lainnya.  Mengetahui dan memperinci factor-faktor yang berkaitan dengan mutu pelayanan dari poli KB RSAL dr Mintohardjo. Berkaitan dengan penilaian secara awam menyangkut ketrampilan medis, kedalaman pengetahuan dan kemampuan mengkomunikasikannya serta perlakuan terhadap akseptor.  Memberikan saran agar cakupan akseptor KB Mantap meningkat dalam upaya pencapaian tujuan dari program revitalisasi PKBRS. I.4 MANFAAT PENELITIAN I.4.1 BAGI RSAL DR MINTOHARDJO  Memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan manejerial agar kinerja manejemen lebih terarah dan berhasil guna.  Tercapainya upaya revitalisasi program PKBRS.  Membentuk budaya selalu melakukan kendali mutu pelayanan di poli KB. I.4.2 BAGI PENELITI  Menambah wawasan tentang proses analisa mutu dari kinerja poli dan bagaimana penaganannya  Menambah pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan akseptor.
  • 8. 8 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029  Langkah awal pemahaman mandiri yang bertanggungjawab terhadap keputusan penilaian secara profesional I.4.3 BAGI PROGRAM STUDI MARS URINDO  Untuk menambah kepustakaan tentang penerapan ilmu Manejemen Rumah Sakit dan sebagai bahan masukan bagi peneliti berikut mengenai analisa mutu dan kepuasan akseptor KB Metoda Mantap di RSAL dr Mintohardjo. I.5. RUANG LINGKUP PENELITIAN  Lingkup Sasaran. Penelitian ini ditujukan pada semua peserta akseptor KB metoda mantap yang dikerjakan di poli KB RSAL dr Mintohardjo.  Lingkup masalah. Masalah dibatasi pada factor-faktor yang mempengaruhi kepuasan akseptor KB metoda mantap terhadap pelaksanaan prosedur medis dan hasil pelaksanaan prosedur tersebut setelah beberapa waktu dan pelayanan yang didapatkan akseptor selama menjalani prosedur tersebut di poli KB RSAL dr Mintohardjo.  Lingkup keilmuan. Keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua materi ajar Manejemen Administrasi Rumah Sakit yang telah diterima berkaitan dengan mutu dan kepuasan pelayanan.  Lingkup metoda. Metoda yang digunakan adalah retrospektif dengan survey kuesioner  Lingkup lokasi. Poli KB RSAL dr Mintohardjo dan kediaman masing-masing akseptor  Lingkup waktu. Pelaksanaan tentative.
  • 9. 9 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 UMUM Dalam tiga abad, jumlah penduduk indonesia naik empat kali lipat. Pada abad ke-17 (tahun 1600-an), jumlah penduduk diperkirakan hanya sekitar 10 juta jiwa. Pada awal abad ke-20, naik menjadi 40 juta jiwa. Dengan penduduk tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk 2010,BPS), Indonesia berada di posisi keempat dunia dalam hal jumlah penduduk. Rata- rata laju pertumbuhan penduduk per tahun selama periode 2000-2010 mencapai angka 1,49%. Angka ini cukup tinggi. Karena, pada saat yang bersamaan, laju pertambahan penduduk dunia hanya sekitar 1,2% dan rata- rata laju pertambahan penduduk negara berkembang lainnya hanya 1,4%. Tingginya angka kelahiran juga tercermin dari jumlah bayi yang lahir setiap hari rata-rata mencapai sekitar 12.000 bayi.2 Beberapa pendapat terdahulu berpikir bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.000-an pulau besar dan kecil serta daya tampung lingkungan masih sangat memadai, sehingga lonjakan penduduk tidak perlu dikhawatirkan. Kenyataannya, kepadatan penduduk Indonesia perkilometer persegi justru jauh lebih tinggi daripada tingkat kepadatan penduduk dunia. Data Badan Kependudukan Dunia (UNFPA) tahun 2010 mencatat bahwa rata-rata kepadatan penduduk dunia hanya 51 jiwa per km2, padahal Indonesia sudah mencapai angka 122 jiwa per km2. Bahkan, jika dibandingkan negara-negara berkembang pun (sebesar 68 jiwa per km2), Indonesia masih jauh lebih tinggi. Tantangan pembangunan Indonesia saat ini didominasi usia produktif (15-64 tahun), tentu berbeda dengan 30 tahun yang lalu (didominasi penduduk usia muda, dibawah 15 tahun). Tingkat pendidikanpun hanya dapat dinikmati sebahagian penduduk yang mampu, upaya pemerintah dengan program 9 tahun wajib belajar juga mengalami hambatan terutama masalah dana. Sehingga banyak tenaga kerja yang dihasilkan masih berkualitas rendah. Fakta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ternyata dianggap tidak terlalu mengkhawatirkan oleh sebagian kalangan terutama penentu kebijakan dan pembuat undang-undang di negeri ini. Thomas Robert Malthus mengungkapkan kemungkinan timbulnya bahaya 2 Media Indonesia “Fakta dan Logika Kependudukan Indonesia” Senin 12 Desember 2011, hal 17.
  • 10. 10 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 kelaparan akibat jumlah penduduk yang tumbuh menurut deret ukur sedangkan pangan dan lapangan kerja hanya tumbuh menurut deret hitung. Pada pertengahan tahun 2007, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan program akselerasi pengoptimalisasi pencapaian upaya program keluarga berencana yaitu “Revitalisasi Program KB di Rumah Sakit” dengan tujuan mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk. Mendorong semua akses dari komponen masyarakat dan pemerintah guna mencapai target MDGs. Secara garis komando Panglima TNI dan Kementerian Pertahanan mengakomodasikan pelaksanaan program tersebut dengan mencanangkan optimalisasi “Revitalisasi Program KB-Kesehatan di Faskes TNI”, harapan dengan adanya kerjasama antara BKKBN dengan TNI tersebut, kesejahteraan anggota TNI dalam hal ini personel TNI AL akan meningkat. II.2. PARADIGMA NASIONAL a. Landasan Idiil Pancasila sebagai Idiologi Bangsa Indonesia memiliki karakter yang berpengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan manusia Indonesia, termasuk kesejahteraan sosial. Pada sila kelima terkandung makna yaitu: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus dicapai suatu kesejahteraan hidup secara adil dan merata. Kesejahteraan dapat diartikan dalam beban finansial yang ditanggung personel TNI AL dalam menempuh kehidupan berumah tangga harus mampu diatasi. Sehingga personil TNI AL dapat berkonsentrasi penuh pada penugasan-penugasannya. Dengan sendirinya pelaksanaan tugas pokok TNI AL sebagai bagian dari TNI dapat terlaksana dengan maksimal karena personel-personel yang mengawakinya dalam keadaan sejahtera. Dengan terlaksananya misi dan visi BKKBN, diharapkan apa yang dijelaskan oleh sila kelima dari Pancasila dapat terwujud. b. Landasan Konstitusional (UUD 1945) Pasal 27 ayat 2, menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” artinya bahwa personil TNI AL selain berhak bergabung dengan TNI AL dan berhak mendapatkan penghidupan yang layak karena personil TNI AL juga merupakan warga negara NKRI. Jadi bila jumlah tanggungan keluarga bila tak banyak maka dapat mewujudkan Keluarga Kecil Sejahtera. Pasal 28A, menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan
  • 11. 11 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 hidup dan kehidupannya”. Pasal ini dapat diartikan bahwa dalam menjalani kehidupan di dunia ini, personil TNI AL berhak berupaya bagaimana caranya agar dirinya dan keluarganya mendapat penghidupan yang layak serta dapat mengembangkan diri dan mencapai kondisi taraf kehidupan yang lebih baik. Pada pasal 28H Amandemen UUD 1945, menyatakan bahwa, “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Pada pasal ini diartikan bahwa setiap personel TNI AL dalam upaya mendapatkan kehidupan yang layak, damai dan sejahtera, personel TNI AL dan keluarganya berhak mendapatkan pelayanan kesehatan, agar mendapatkan kualitas kesejahteraan yang baik dan hidup panjang. Hal yang senada disampaikan oleh Maslow pada Teori Hierarki Kehidupan. Pasal 34 ayat 2 “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”, pada pasal ini dapat diartikan bahwa Pemerintah dalam upaya menjaga stabilitas dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara, Pemerintah wajib mengupayakan segala cara tanpa meninggalkan rasa kemanusiaan serta memperhatikan asas keadilan. Sedangkan pada Pasal 34 ayat 3 disebutkan “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”, dengan demikian Negara dalam upaya mengendalikan pertambahan jumlah penduduknya melalui Program “Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera” oleh BKKBN yang akan menjalankan program-programnya secara adil dan berkemanusiaan. Sebagai organisasi bentukan Pemerintah serta bertanggung jawab terlaksananya salah satu Program Stabilitas Ideologi Politik Ekonomi Sosial Budaya dengan mengendalikan jumlah penduduk. c. Landasan Konseptual Ketahanan Nasional. Dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI serta keselamatan bangsa, Bangsa Indonesia mengisi kegiatan dengan terus membangun guna mewujudkan cita-cita Nasional. Dalam melaksanakan Pembangunan Nasional tersebut, bangsa Indonesia selalu dihadapkan kondisi kerawanan bidang keamanan dan harus mampu mewujudkan daya tangkalnya. Dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, kerawanan yang mengganggu kegiatan Pembangunan Nasional pada umumnya dalam hal Ideologi, Dinamika Politik, Ketahanan Ekonomi, pengaruh-pengaruh Sosial dan
  • 12. 12 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Budaya. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia, walau beragam suku, adat kebiasaan, kelompok, agama dan golongan harus mampu dan mewujudkan Ketahanan Nasional terhadap gangguan-gangguan tersebut. Ketahanan Nasional sebagai landasan konsepsional pada hakekatnya adalah merupakan ketangguhan dan keuletan suatu bangsa untuk menjamin eksistensi dan kelangsungan hidupnya guna menuju kejayaan Bangsa dan Negara dalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri dengan memberdayakan faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Dengan memanfaatkan kondisi sumber daya alam yang berlimpah seolah tanpa habis-habisnya serta pemanfaatan sumber daya manusia dan buatan, factor tersebut diatas akan mampu mengembangkan kekuatan nasional yang harus senantiasa siap, diberdayakan dan dibangun sehingga dapat menghasilkan kondisi dinamis sebagai daya tangkal yang tangguh. Program KB berupaya mengendalikan jumlah penduduk, apabila jumlah penduduk tak terkendali dampak sosial akan bertambah terutama kasus-kasus kriminal dan lain-lainnya. d. Landasan Visional Wawasan Nusantara (Wanus) Konsep dasar Wanus mengartikan tanah air Indonesia beserta isinya sebagai satu kesatuan wadah dan sarana perjuangan hidup bangsa secara bulat dan utuh. Wanus sebagai Doktrin Dasar Nasional yang mengandung arti dan tuntutan: "Wujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara Kepulauan Nusantara yang dalam kesemestaannya merupakan satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan satu kesatuan pertahanan keamanan dalam proses pemekaran bangsa menuju tercapainya cita-cita bangsa dan tujuan nasionalnya. Cara pandang inilah sebagai dasar visional bagi TNI/TNI AL dalam pengabdiannya menjaga kedaulatan bangsa dan keutuhan wilayah NKRI yang menjadi satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Memang wilayah Indonesia luas, namun daya dukung geografi dan sumber daya alam bukan faktor yang bisa diperbaharui. Bila jumlah penduduk Indonesia tak terkendali, Doktrin Wanus dapat goyah dan bermasalah. Program KB berupaya mengendalikan pertambahan penduduk secara teratur dan tertata sehingga tak timbulkan gangguan pada konsep Wanus.
  • 13. 13 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 II.3. PERATURAN PERUNDANGAN a. UU RI nomor 34 Tahun 2004, tentang Tentara Nasional Indonesia. Pada Pasal 49 menyatakan bahwa “Setiap prajurit TNI berhak memperoleh penghasilan yang layak dan dibiayai seluruhnya dari anggaran pertahanan negara yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara”. Hal ini merujuk bahwa setiap personil TNI agar mampu bertugas secara profesional, negara menjamin masing-masing personil akan mendapat “reward” sesuai dengan status kepangkatan dan banyaknya keluarga yang menjadi tanggungan hidupnya. Semua ini bertujuan agar mendapatkan kehidupan yang layak dan bermartabat. Pasal lain yang menjamin kesejahteraan personil TNI adalah Pasal 50. Dimana dalam pasal tersebut ada 5 ayat. Dinyatakan bahwa: 1) Ayat 2 : Prajurit dan prajurit siswa memperoleh rawatan dan layanan kedinasan, yang meliputi: a) Penghasilan yang layak. b) Tunjangan keluarga. c) Perumahan/asrama/mess. d) Rawatan kesehatan. e) Pembinaan mental dan pelayanan keagamaan. f) Bantuan hukum. g) Asuransi kesehatan dan jiwa h) Tunjangan hari tua, dan i) Asuransi penugasan operasi militer. 2) Ayat 3 : Keluarga prajurit memperoleh rawatan kedinasan yang meliputi: a) Rawatan kesehatan. b) Pembinaan mental dan pelayanan keagamaan. c) Bantuan hukum 3) Ayat 4 : Penghasilan layak sebagaimana dimaksud pada ayat 2 poin 1, diberika secara rutin setiap bulan kepada prajurit aktif yang terdiri dari a) Gaji pokok prajurit dan kenaikan berkalanya yang disesuaikan dengan masa dinas. b) Tunjungan keluarga. c) Tunjangan operasi.
  • 14. 14 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 d) Tunjangan jabatan. e) Tunjangan khusus, dan f) Uang lauk pauk atau natura. 4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, ayat 3 dan ayat 4 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Isi dan makna Pasal 49 dan Pasal 50 pada UU RI Nomer 34 tahun 2004, secara gambang dan jelas bisa dijadikan dasar hukum bahwa dalam rangka agar personil-personil TNI dalam melaksanakan tugas dan kedinasannya diharapkan bisa profesional karena Negara sudah menjamin kesejahteraannya. Negara melalui BKKBN dengan program KBnya berupaya agar dengan membentuk keluarga kecil diharapkan kepala keluarga dapat memberikan perhatian penuh dan kesejahteraan serta pendidikan dari anggota keluarganya sesuai dengan isi dan makna Pasal 49 dan Pasal 50 pada UU RI Nomer 34 tahun 2004. b. UU RI nomor 52 tahun 2009, tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Undang-undang ini menjadi dasar pijakan bagi Pemerintah dalam hal ini BKKBN melaksanakan Program pemberdayaan fasitas-fasilitas kesehatan dalam upaya mengendalikan pertambahan jumlah penduduk di NKRI. Pembangunan Nasional mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Sehingga keberhasilan dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan mengembangkan kualitas penduduk serta keluarga akan memperbaiki segala aspek dan dimensi pembangunan dan kehidupan masyarakat untuk lebih maju, mandiri, dan dapat berdampingan dengan bangsa lain dan dapat mempercepat terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
  • 15. 15 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Strategi dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas adalah melakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional, serta mampu bersaing dengan bangsa lain, dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata. Demikian pula misi dan visi dari BKKBN tersebut dalam mewujudkan kesejahteraan bagi personel TNI AL dan keluarganya. c. Nota Kesepakatan Bersama antara Kemenkes RI dengan Kemenhan RI Nomor 276/Menkes/SKB/II/2010 tentang Kerjasama Dalam Bidang Kesehatan. Pada Nota Kerjasama tersebut disebutkan bahwa perlu ditingkatkan kerjasama pengembangan sumber daya manusia dengan melaksanakan pengerahan personel dan tenaga kesehatan, penggunaan fasilitas kesehatan dan sarana lain dari fasilitas sarana prasarana yang dimiliki Kemenhan guna membantu pelaksanaan Program Kesehatan dan Kependudukan Pemerintah dalam hal ini Kemenkes RI yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sebagai potensi dan kekuatan pertahanan negara. d. Kesepakatan Bersama antara BKKBN dengan TNI Nomor 37/HK.104/B5/2009 tentang Kerjasama Revitalisasi Program KB Nasional. Sesuai dengan Arahan Presiden RI pada penyampaian Nota Keuangan Sidang Paripurna DPR RI tanggal 16 Agustus 2008 tentang Upaya Revitalisasi Program KB Nasional dalam rangka mengakomodasi perubahan lingkungan strategis di era desentralisasi, serta untuk mendukung percepatan pencapaian sasaran Program KB nasional. Kesepakatan bersama ini dilakukan dengan memperhatikan azas hukum, kepatutan, kewajaran, efektifitas, transparansi dan akuntabel serta didorong oleh semangat dan rasa tanggung jawab pihak- pihak yang terlibat untuk memperluas jangkauan dan cakupan kerjasama selama ini dalam rangka menunjang pembangunan di bidang KB Nasional.
  • 16. 16 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 II.4. LANDASAN TEORI Teori-teori manejemen yang terlibat dan berkaitan dalam hal ini : a. Teori Kompetensi. R. Palan PH.D Definisi kompetensi di tempat kerja merujuk pada pengertian kecocokan seseorang dengan pekerjaanya. Kompetensi adalah mengenai orang seperti apa dan apa yang dapat mereka lakukan, bukan apa yang mungkin mereka lakukan. Kompetensi ditemukan pada orang-orang yang diklasifikasikan sebagai berkinerja unggul atau efektif. Lima jenis karakteristik kompetensi menurut R.Palan PH.D.: 1) Pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari pembelajaran dalam suatu pendidikan. 2) Ketrampilan. Ketrampilan (skills) merujuk pada kemampuan praktek atau berupa tingkah laku dalam melakukan kegiatan. 3) Konsep diri dan nilai diri. Konsep diri (self concept) dan nilai-nilai merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang. Kepercayaan diri membawa pada seseorang percaya diri untuk bisa berhasil dalam suatu situasi. 4) Karakteristik pribadi. Karakteristik pribadi merujuk pada karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti tetap dapat mengendalikan diri dan tenang dibawah tekanan. 5) Motivasi. Motif (motives) merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau dorongan yang memicu tindakan. Motif dan karakteristik pribadi bisa disebut sebagai inisiator yang dapat memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang terhadap pekerjaan tanpa supervisi yang intens. b. Teori Mutu Mutu pelayanan dapat didefinisikan dalam banyak pengertian. Ada beberapa pengertian yang secara sederhana melukiskan hakekat mutu menurut beberapa ahli yaitu :  Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.  Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna.  Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati.  Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya untuk
  • 17. 17 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 memberikan kebutuhan kepuasan. 
 Sedangkan karakteristik dari pelayanan kesehatan dapat ditelaah dari karakteristik jasa yakni tidak berwujud, heterogen, tak dapat dipisahkan dan tak dapat disimpan. Demikian pula dengan rumah sakit yang merupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang jasa yang mempunyai ciri-ciri seperti, tidak berwujud, merupakan aktivitas pelayanan antara tenaga medis dan non medis dengan pelanggan dan tidak ada kepemilikan. Jasa sendiri mempunyai keunikan, dimana jasa secara bersamaan dalam proses produksi dan konsumsi, sehingga kualitas jasa sangat ditentukan oleh penyedia jasa, karyawan dan pelanggan. Mutu pelayanan jasa memiliki karakteristik khusus yakni lebih sulit untuk dievaluasi karena :  Dalam mengevaluasi mutu pelayanan, pelanggan tidak hanya mempertimbangkan pada outcome tetapi juga proses ketika pelayanan diberikan. 
  Kriteria yang berlaku dalam mengevaluasi pelayanan tergantung semata mata oleh penilaian pelanggan. Secara spesifik, persepsi dari mutu sesuatu jasa tergantung dari bagaimana seorang provider dapat memahami ekspektasi pelanggannya terhadap jasa yang diberikan. Dalam pelayanan kesehatan peningkatan mutu pelayanan diperlukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien, petugas profesi kesehatan, manajer kesehatan maupun pemilik institusi kesehatan. Sedangkan mutu pelayanan kesehatan bagi seorang pasien tidak lepas dari rasa puas bagi seseorang pasien terhadap pelayanan yang diterima, dimana mutu yang baik dikaitkan dengan kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan, kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan yang menyenangkan, keramahan petugas, kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan dan biaya yang terjangkau. Bila diamati ternyata banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah konsumen, pemberi jasa pelayanan kesehatan (provider), pembayar (pihak ketiga atau asuransi), manajemen rumah sakit, karyawan rumah sakit, pemerintah dan ikatan profesi. Pihak-pihak tersebut memiliki sudut pandang dan kepentingan yang berbeda terhadap mutu.
  • 18. 18 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Dengan demikian, mutu dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang atau perpektif yaitu :  Dimensi konsumen atau dimensi pasien. Dalam persektif pasien, mutu pelayanan yaitu apakah pelayanan kesehatan itu dapat memenuhi apa yang diharapkan konsumen yang diukur dengan kepuasan pasien dan keluhan pasien. Dimensi mutu pelayanan ini lebih terkait dengan penilaian mutu pelayanan kesehatan berdasarkan persepsi masing- masing individu. Mutu pelayanan kesehatan bagi pasien lebih banyak dilihat pada dimensi ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, memberikan suatu empati, respek, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keramah- tamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita. Walaupun penilaian mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien merupakan nilai subyektif, tetapi tetap ada dasar obyektif yang dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu pelayanan dan pengaruh lingkungan. Dalam penilaian performance pemberi jasa pelayanan kesehatan terdapat dua elemen yang perlu diperhatikan yaitu teknis medis dan hubungan interpersonal. Hal ini meliputi penjelasan dan pemberian informasi kepada pasien tentang penyakitnya serta memutuskan bersama pasien tindakan yang akan dilakukan atas dirinya. Hubungan interpersonal ini berhubungan dengan pemberian informasi, empati, kejujuran, ketulusan hati, kepekaan dan kepercayaan dengan memperhatikan privacy pasien.
  Dimensi profesi atau dimensi petugas kesehatan Mutu pelayanan kesehatan yang dilihat dari sudut pandang petugas profesi kesehatan sebagai penyelenggaraan pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien dan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat. Menurut Azwar pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan standart dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
  • 19. 19 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029  Dimensi manajemen atau dimensi proses Dalam perspektif manajemen, mutu pelayanan berhubungan dengan suatu cara menjalankan proses pelayanan kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang paling efisien di dalam memenuhi kebutuhan konsumen.  Dimensi Pemilik Pelayanan Kesehatan Mutu pelayanan kesehatan yang dilihat dari sudut pandang peyandang dana pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan dan atau kemampuan pelayanan kesehatan mengurangi kerugian penyandang dana pelayanan kesehatan. Menurut Lori Di Pete Brown dkk, faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi mutu pelayanan kesehatan ialah :
 1) Kompetensi teknis : terkait dengan ketrampilan, kemampuan dan penampilan petugas. 2) Akses terhadap pelayanan : pelayanan kesehatan yang tak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. 3) Efektivitas : menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinik sesuai standar yang ada. 4) Efisiensi : terkait dengan pemilihan intervensi yang cost effective, karena terbatasnya sumber daya pelayanan kesehatan. 5) Kontinuitas : pelayanan yang diberikan lengkap sesuai yang dibutuhkan tanpa interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tak perlu. 6) Keamanan : berarti mengurangi resiko cedera, infeksi, efek samping dan bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan. 
 7) Hubungan antar manusia : berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manajer dan petugas, dan antara tim kesehatan dengan masyarakat. 
 8) Kenyamanan : berkaitan dengan pelayanana kesehatan yang tak berhubungan langsung dengan efektifitas klinis, tapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya. 

  • 20. 20 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Smith dan Metzne juga disebutkan adanya perbedaan dimensi yang dimaksud. Disebutkan untuk para dokter sebagai penyalenggara pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan kesehatan yang paling penting adalah pengetahuan ilmiah yang dimiliki oleh dokter (80%), perhatian dokter secara pribadi kepada pasien (60%), ketrampilan yang dimiliki oleh dokter (50%), efisiensi pelayanan kesehatan (45%), serta kenyamanan pelayanan yang dirasakan pasien (8%). Bagi pasien sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu pelayanan yang dipandang paling penting ialah efisiensi pelayanan kesehatan (45%), baru menyusul perhatian dokter secara pribadi bagi pasien (40%), pengetahuan ilmiah yang dimiliki dokter (40%), ketrampilan yang dimiliki dokter (35%), serta kenyamanan yang dirasakan oleh pasien. Zeithaml et al mutu jasa / pelayanan merupakan konstruksi multi dimensi, yang terdiri dari banyak atribut yang berbeda satu sama lain, yang meliputi : 1) Tangible (nyata/berwujud)
 2) Reliability (keandalan)
 3) Responsiveness (Cepat tanggap)
 4) Competence (kompetensi)
 5) Access (kemudahan)
 6) Courtesy (keramahan)
 7) Communication (komunikasi)
 8) Credibility (kepercayaan)
 9) Security (keamanan)
 10)Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan) Dalam perkembangan selanjutnya, dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan pelanggan. Parasuraman et al. dimensi- dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/ pelayanan karena dirasakan adanya dimensi mutu yang saling tumpang tindih, yaitu : 1) Tangible (berwujud): dimensi mutu pelayanan yang meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan, karyawan dan peralatan komunikasi. 

  • 21. 21 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 2) Realibility (keandalan) : dimensi mutu pelayanan yang berupa kemampuan untuk memberikan pelayanan / jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat). 3) Responsiveness (cepat tanggap) : dimensi mutu pelayanan tentang kemauan untuk membantu pelanggan (pasien) dan menyediakan jasa / pelayanan yang cepat dan tepat. 4) Assurance (kepastian) : dimensi mutu pelayanan yang mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, risiko atau keragu- raguan. 5) Empaty (empati) : dimensi mutu pelayanan yang meliputi pemahaman pemberian perhatian secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan pelanggan. Direktorat Jendral Pelayanan Medik KemenKes RI mendefinisikan mutu pelayanan rumah sakit sebagai derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di RS secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio-budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen. Sebagaimana karakteristik dari jasa, kualitas jasa pelayanan rumah sakit sangat ditentukan oleh penyedia jasa, karyawan dan pelanggan. Sedangkan indikator kualitas pelayanan kesehatan menurut pasien merupakan suatu aspek utama yang menjadi pedoman yang menjadi pengalaman atau yang dirasakan pasien. Indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit meliputi aspek tenaga dokter, tenaga perawat, kondisi fisik / fasilitas, sistem administrasi pelayanan, pembiayaan dan sebagainya. Tenaga medis sebagai bagian dari pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas pelayanan dari pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit yang memiliki fungsi utama memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya, menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu
  • 22. 22 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan kepada pasien dan rumah sakit. Menurut Ware dan snyder, di Souther Illinois, USA (Wijono, 1999) aspek dari perilaku dokter dan faktor-faktor yang mempengaruhi mutu sistem pelayanan kesehatan antara lain yaitu : 1. Tingkah laku dokter. 2. Fungsi pengobatan / penyembuhan a) Pemberian informasi 
 b) Ukuran-ukuran preventif 
 c) Tenggang rasa 
 d) Perawatan lanjutan 
 e) kebijaksanaan 
 3. Fungsi pemeliharaan / perawatan 
 a) Menentramkan hati b) Penuh perhatian c) Sopan santun, respek 
 4. Tersedianya (Availability) sarana dan prasarana a) Mempunyai rumah sakit 
 b) Mempunyai spesialisasi 
 c) Mempunyai dokter keluarga d) Fasilitas-fasilitas kantor yang lengkap 
 5. Kelangsungan suatu hal yang dapat menyenangkan a) Kelangsungan perawatan 
 b) Dokter keluarga yang teratur 
 c) Ketrentraman pelayanan 
 6. Akses a) Biaya perawatan b) Perawatan darurat 
 c) Mekanisme pembayaran d) Cakupan asuransi kesehatan 
 e) Kemudahan medical check up 
 Sussman et al di Claveland ditemukan faktor yang 
mempengaruhi mutu
  • 23. 23 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 pelayanan kesehatan yaitu : a. Dokter terlatih baik 
 b. Melihat dokter yang sama setiap kunjungan c. Perhatian pribadi dokter terhadap pasien. 
 d. Keterbukaan dalam diskusi penyakit 
 e. Ongkos klinik terbuka f. Waktu tunggu dokter yang singkat g. Informasi dari dokter h. Ruang istirahat yang baik i. Staff yang menyenangkan 
 j. Ruang tunggu yang nyaman. Sedangkan menurut Klein et al faktor-faktor yang mempengaruhi mutu 
 pelayanan kesehatan adalah : a. Perilaku dokter atau staff rumah sakit terhadap pasien. 
 b. Koordinasi antar peran masing-masing interdepartemen. c. Jumlah kontak dengan pasien. d. Kepuasan pasien dan hal-hal yang menyenangkan. e. Ketrampilan tenaga medis dan kelengkapan fasilitas. f. Penampilan fasilitas fisik. g. Kelangsungan perawatan, dokter yang sama saat kunjungan pasien. h. Follow-up, seperti janji pasien kembali. i. Penyuluhan pasien dan pemahamannya. j. Hubungan pasien dan staff. k. System pencatatan. l. Penekanan riset. 
 m. Hubungan antar staff. 
 Hasil penelitian Coser (1956) dalam Wolf, Witzel, Fuerst (1984), menyatakan bahwa pasien mengharapkan seorang dokter yang baik dalam merawat, dapat memberikan kasih sayang, rasa aman, penuh pengertian dan perhatian, berusaha sekuat tenaga dalam mengobati dan merawat serta tahu banyak dan ahli dalam bidangnya. Dari pendapat beberapa pakar mutu yang memperhatikan kualitas pelayanan dalam berbagai dimensi mutu, maka dapat dirangkum menjadi 16 faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, yakni :
  • 24. 24 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 a. Efficacy : pelayanan yang diberikan menunjukkan manfaat dan hasil yang diinginkan.
 b. Appropriateness : pelayanan yang diberikan relevan dengan kebutuhan klinis pasien / klien dan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan. c. Availability : pelayanan yang dibutuhkan tersedia.
 d. Accesaibility : pelayanan yang diberikan dapat diakses oleh yang membutuhkan.
 e. Effectiveness : pelayanan yang diberikan dengan cara yang benar, berdasarkan ilmu pengetahuan, dan dapat mencapai hasil yang diinginkan. f. Amenities : kenyamanan fasilitas pelayanan
 g. Technical competence : tenaga yang memberikan pelayanan mempunyai kompetensi tehnik yang dipersyaratkan.
 h. Affordability : pelayanan yang diberikan dapat dijangkau secara financial oleh yang membutuhkan. i. Acceptability : pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat pengguna. j. Safety : pelayanan yang diberikan aman.
 k. Efficiency : pelayanan yang diberikan dilakukan dengan efisien. l. Interpersonal relationship: pelayanan yang diberikan memperhatikan hubungan antar manusia baik antara pemberi pelayanan dengan pelanggan, maupun antar petugas pemberi pelayanan. m. Continuity of care : pelayanan yang diberikan berkelanjutan, terkoordinir dari waktu ke waktu. n. Respect and caring : pelayanan yang diberikan dilakukan dengan hormat, sopan dan penuh perhatian. o. Legitimacy / accountability: pelayanan yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan (secara medik maupun hukum) p. Timeless : pelayanan yang diberikan tepat waktu. 
 Dalam memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pelanggan berdasarkan mutu, maka organisasi pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit perlu memperhatikan apakah nilai pelanggan (customer value) terhadap mutu pelayanan yang diberikan, dan apa yang dapat memberikan
  • 25. 25 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 kepuasan pada pelanggan (customer satisfaction). Untuk mutu barang pada umumnya dapat diukur (tangible), namun mutu jasa pelayanan sulit untuk diukur karena umumnya bersifat subyektif karena menyangkut kepuasan seseorang, yang bergantung pada persepsi, latar belakang, social ekonomi, norma, pendidikan, budaya sampai kepribadian seseorang c. Teori Kepuasan Definisi Kepuasan
Engel, et al (1990) dalam Tjiptono menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, ketidakpuasan muncul apabila hasil tidak memenuhi harapan. Sedangkan menurut Kotler kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dengan harapannya. Harapan konsumen mempunyai peran yang besar dalam membentuk kepuasan konsumen. Dalam konteks kepuasan konsumen, harapan merupakan perkiraan atau keyakinan konsumen tentang apa yang akan diterimanya. Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia terima. Kepuasan itu sendiri dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Kotler dalam Tjiptono tentang metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu : a) Sistem keluhan dan saran. 
Metode ini dilakukan dengan cara pasien menyampaikan keluhan dan saran 
melalui kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus dan lain-lain. 
 b) Survei kepuasan pelanggan. 
Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan berbagai cara,diantaranya : 1) Directly reported satisfaction yakni pengukuran langsung dengan 
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada pasien tentang 
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan.
 2) Derived dissatisfaction yakni pengukuran yang dilakukan dengan cara 
mengajukan pertanyaan tentang seberapa besar harapan dan hasil dari 
kinerja pelayanan yang telah dirasakan pasien.
  • 26. 26 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 3) Problem analysis yakni pengukuran kepuasan yang dilakukan dengan 
cara meminta responden untuk menuliskan masalah yang berkaitan dengan pelayanan yang telah diberikan beserta menuliskan saran-saran untuk perbaikan dalam pelayanan. 4) Importance-performance analysis yakni pengukuran kepuasan yang dilakukan dengan cara meminta responden untuk merangking berbagai elemen dari pelayanan yang ditawarkan berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja pelayanan masing-masing elemen. 
 c) Ghost shopping.
Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pasien dengan tujuan untuk melihat kekurangan atau kelebihan dari pelayanan. d) Lost customer analysis.
Metode ini dilakukan dengan cara pemberi pelayanan menghubungi pelanggan yang berhenti atau pindah ke tempat pelayanan lain dan memantau angka kehilangan pelanggan yang menunjukkan kelemahan dalam memuaskan pelanggan.
 Tjiptono (2000:54) juga menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan memiliki hubungan yang erat dengan kualitas. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan pelanggan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara memaksimumkan pengalaman yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Manfaat lain yang dapat diperoleh dari kepuasan pelanggan adalah mampu memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan. Konsumen yang puas akan kembali memanfaatkan jasa yang sama, sebaliknya konsumen yang tidak puas akan memberitahu orang lain tentang pengalaman tersebut. Pada akhirnya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas pelanggan kepada perusahaan. Perusahaan juga dapat meningkatkan
  • 27. 27 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 pangsa pasarnya dengan memenuhi kualitas yang bersifat customer-driven. Hal ini akan memberikan keunggulan harga dan customer value. Customer value merupakan kombinasi dari manfaat dan pengorbanan yang terjadi apabila pelanggan menggunakan suatu barang atau jasa guna memenuhi kebutuhan tertentu. Bila kualitas yang dihasilkan superior dan pangsa pasar yang dimiliki besar, maka profitabilitasnya terjamin. Jadi, ada kaitan yang erat antara kualitas dan profitabilitas. Dalam menentukan tingkat kepuasan terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan oleh perusahaan / rumah sakit, yaitu: 1) Kualitas Produk. Pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka 
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 
 2) Kualitas pelayanan. Terutama untuk industri jasa, pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai 
dengan yang diharapkan. 3) Emosional. Pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan 
bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi nilai sosial atau self esteem yang membuat pelanggan menjadi puas terhadap merek tertentu. 4) Harga. Produk yang mempunyai kualitas sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggannya. 5) Biaya. Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa itu. d. Program Keluarga Berencana Nasional. Program ini merupakan upaya-upaya kesehatan dengan menggunakan metoda kesehatan dengan tujuan mencegah terjadinya kehamilan. Misi dan visi BKKBN adalah mencegah pertambahan penduduk yang tak terkendalikan mengingat dampak sosial yang akan ditimbulkan bila jumlah penduduk bertambah tak terkendali sedangkan tanah yang dipijak beserta sumber daya alamnya mempunyai daya dukung yang terbatas. Indonesia sebagai salah satu
  • 28. 28 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 anggota Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), bersama 189 negara lainnya, dengan adanya jurang perbedaan kesejahteraan antara negara maju dan negara berkembang, berupaya menangani kasus-kasus intern pengentasan kemiskinan dalam negeri masing-masing dengan panduan Internasional yaitu Millennium Development Goals. Program tersebut berlangsung selama 24 tahun (1990-2015). Terdiri dari 8 target, salah satu target yang menjadikan KB sebagai salah satu indikator keberhasilannya adalah Strategi Pemerintah dalam Pencapaian MDG ke 5 yaitu Meningkatkan kesehatan Ibu Hamil. Keberhasilannya ditandai dengan tercapainya target di tahun 2015 adalah Pertama, Keberhasilan menekan Angka Kematian Maternal dari tahun 1990 turun ¾ nya di tahun 2015 dan Kedua, Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Hasil dari MDGS saat akhir 2015 karena tak tercapainya target yang ditentukan maka program tersebut dilanjutkan dengan program Sustainable Development Goals (SDG) dimana poin yang menjadi titik berat menjadi 17 poin II.5. PROGRAM KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT. Dari hasil data Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, terlihat pencapaian program KB belum menggembirakan, hal ini dapat diketahui dengan penggunaan kontrasepsi yang hanya mencapai 61,4%, sedangkan angka unmet need meningkat menjadi 9,1%. Selain itu Total Fertility Rate (TFR) masih sama dengan hasil SDKI 2002/2003 yaitu 2,6. Angka kematian ibu (AKI) menurun menjadi 228/100.000 kelahiran hidup namun angka ini masih jauh dari sasaran Millenium Development Goal (MDGS) yaitu 125/100.000 kelahiran hidup. Dengan terjadinya perubahan tatanan pemerintah di tingkat pusat yaitu desentralisasi urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah, salah satu program yang dialihkan ke pemerintah daerah adalah program KB. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang antara lain menetapkan urusan pemerintahan bidang KB dan Keluarga Sejahtera sebagai salah satu urusan wajib dan juga PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang mengamanatkan rumpun kelembagaan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana maka Pemerintah Daerah wajib memberikan dukungan terhadap program KB termasuk dalam pelayanan KB di Rumah Sakit.
  • 29. 29 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Dalam kenyataannya terjadi perubahan pelayanan KB ditingkat lini lapangan yang antara lain disebabkan oleh kurangnya jumlah serta ketrampilan sumber daya manusia yang mendukung pelaksanaan program KB. Disamping itu, menurunnya komitmen politis penentu kebijakan juga turut menyebabkan menurunnya kemampuan dalam pengelolaan program KB. Beberapa daerah yang tidak memprioritaskan program KB, dikhawatirkan membuat terputusnya kendali program KB, hal ini juga terjadi dalam program KB di RS (PKBRS) yang saat ini. Meski penting, namun belum menjadi program prioritas maupun unggulan sehingga berdampak pada rendahnya cakupan pelayanan KB di RS. Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan RS 2008 yang memuat persyaratan/hal-hal yang harus dipenuhi dan difasilitasi pada tahapan pendirian dan penyelangaraan pelayanan RS dan layanan KB termasuk didalamnya. Disamping itu, telah terbit Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Nomor 129 tahun 2008 yang memasukkan layanan KB mantap, sehingga hal ini menjadi tolok ukur bagi daerah mengenai pelayanan minimal yang harus diberikan kepada masyarakat. Buku Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit ini merupakan panduan untuk menjabarkan kebijakan pelayanan KB di Rumah Sakit bagi Pemerintah Daerah, RS, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten /Kota. Tenaga Kesehatan, Lintas Program/Sektor, Organsisasi Profesi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sehingga peran dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, dan Daerah dalam pelayanan KB dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Dengan bervariasinya kepemilikan RS makan bernegaruh terhadap struktur organisasi PKBRS tersebut. Untuk RS vertikal milik Depkes mengacu pada Kepmenkes No. 1045 tahun 2006 tentang Pedoman Organisasi RS di lingkungan Depkes, sedangkan untuk RS daerah, TNI/POLRI dan swasta maka strukturnya mengikuti kebijakan/aturan kepemilikan RS tersebut. Dalam pelaksanaan pelayanan KB di RS dilakukan secara terpadu oleh suatu tim/pokja yang terdiri dari berbagai unsur/unit dalam RS seperti bagian kebidanan & kandungan, bedah, penyakit dalam, farmasi dan sebagainya yang ditetapkan dengan SK Direktur RS.
  • 30. 30 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002). Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut : a. Keluarga berencana b. Kesehatan reproduksi remaja c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas e. Keserasian kebijakan kependudukan f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan. Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding Rahim. Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni: a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar. b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti pemakaian yang tidak hati- hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya. Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Aman atau tidak berbahaya
  • 31. 31 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 b. Dapat diandalkan c. Sederhana d. Murah e. Dapat diterima oleh orang banyak f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi). Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi yaitu: a. Faktor pasangan 1) Umur 2) Gaya hidup 3) Frekuensi senggama 4) Jumlah keluarga yang diinginkan 5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu 6) Sikap kewanitaan 7) Sikap kepriaan. b. Faktor kesehatan 1) Status kesehatan 2) Riwayat haid 3) Riwayat keluarga 4) Pemeriksaan fisik 5) Pemeriksaan panggul. Macam-macam Kontrasepsi : a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010). b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
  • 32. 32 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,2010). c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002). d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani, 2010). Pada pengelolaan manejemen pelayanan Rumah Sakit menyebutkan bahwa kepuasaan akseptor KB merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kinerja Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana di fasilitas-fasilitas kesehatan. II.6 7 TOOL MANEJEMEN OPERASIONAL Pada saat sekarang ini di dunia industri, kualitas memainkan peranan yang sangat penting apabila produk yang dihasilkan ingin tetap berada dipasaran, karena dengan adanya kualitas yang baik maka produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk sejenis. Kualitas produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas yang baik, tetapi dalam proses produksinya masih banyak terjadinya cacat. Tools merupakan salah satu alat statistik untuk mencari akar permasalahan kalitas, sehingga manajemen kualitas dapat menggunakan seven tools tersebut untuk mengetahui akar permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat, serta dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya cacat.
  • 33. 33 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Penelitian ini digunakan teknik-teknik perbaikan kualitas yang terdiri dari lembar periksa, histogram, diagram pareto, statifikasi masalah, diagram pencar, bagan kendali p dan diagram sebab akibat yang diterapkan di bagian produksi. Dari lembar periksa dan diagram pareto di peroleh empat jenis kecacatan yang menyebabkan cacat proses menjahit, cacat proses penggambaran pola, cacat proses pemotongan, cacat proses penglicinan. Dimana jenis cacat yang paling tinggi yaitu cacat proses menjahit. Sedangkan dari diagram sebab akibat banyaknya kecacatan yang terjadi disebabkan oleh lima faktor yaitu manusia, mesin, metode, dan material / bahan baku dan lingkungan. Menurut Ishikawa Kaoru (1984)Hasil dari pengolahan sebab akibat kamudian di analisis kembali dengan menggunakan metode kaizen 5W (who, what, where, when dan why) serta 1 H(how), dan dibantu dengan menggunakan 5 S ( seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke). Adapun 7 alat perbaikan kualitas/mutu, antara lain yaitu : II.6.1Diagram Pareto Diagram pareto atau analisis pareto didasari prinsip yang menyatakan kebanyakan efek adalah hasil dari sedikit penyebab. Konsep ini dinyatakan pertama kali oleh Vilfredo Pareto, ekonom Italia abad 19. Beliau mengamati bahwa kebanyakan persentase kekayaan nasional dimiliki oleh sejumlah kecil orang. Pareto menemukan rasionya 80:20. Kemudian ide ini ditunjuk sebagai 'sedikit yang penting dan banyak yang tidak penting' oleh satu dari penemu peningkatan kualitas, Joseph Juran. Sekarang ide ini sering dirujuk sebagai aturan 80:20 atau prinsip Pareto. Tujuan analisis pareto : Tujuan analisis pareto untuk 'memisahkan sedikit yang penting dari banyak yang tidak penting'. Dikatakan bahwa 80% cacat berasal dari 20% penyebab. Metode analisis data ini membantu mengarahkan pekerjaan anda ke tempat di mana dapat dilakukan peningkatan terbanyak. Sehingga analisis pareto membantu anda memusatkan usaha ke permasalahan yang menyediakan potensi terbesar untuk peningkatan. Kegunaan diagram pareto :  Membantu suatu tim untuk terpusat pada penyebab yang akan menghasilkan dampak terbesar jika diselesaikan  Menampilkan kepentingan relatif dari problem dalam format visual yang sederhana dan dapat diinterpretasi dengan cepat.
  • 34. 34 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029  Membantu mencegah 'mengalihkan permasalahan' di mana 'solusi' menghilangkan beberapa penyebab namun memperburuk yang lain  Kemajuan diukur dalam format yang sangat terlihat yang menyediakan insentif untuk mendorong lebih banyak peningkatan  Analisis pareto dapat digunakan dalam penerapan peningkatan kualitas manufaktur atau nonmanufaktur. Gambar 1 : Diagram Pareto Gambar 2. Pareto Chart
  • 35. 35 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Langkah-langkah menyusun diagram pareto 1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya ber- dasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya 2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik- karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan sebagainya 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan. 4. Merangkum data dan membuat ranking kategori data tersebut dari yaang terbesar hingga yang terkecil. 5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan. 6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian. II.6.2Diagram Sebab-Akibat Istilah lain dari diagram sebab akibat adalah Diagram Ishikawa, dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang ikan. Diagram sebab-akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini pun dapat berasal dari berbagai sumber utama, misalnya metode kerja, bahan, pengukuran, karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber- sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, misalnya dari metode kerja dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan sebagainya. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personel yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis. Langkah menerapkan diagram sebab-akibat: 1. Menyiapkan sesi sebab-akibat 2. Mengidentifikasi akibat 3. Mengidentifikasi berbagai kategori 4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran 5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama 6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
  • 36. 36 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Gambar 3: Contoh Diagram sebab akibat Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain yaitu bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi, pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi, penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks. Manfaat diagram sebab-akibat: 1. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya 2. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan 3. Dapat membuat suatu standardisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan 4. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan II.6.3Stratifikasi Stratifikasi adalah teknik yang digunakan dengan kombinasi alat analisis data lainnya. Ketika data dari berbagai sumber atau kategori telah dikumpulkan, arti
  • 37. 37 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 dari data bisa tidak dapat dilihat. Teknik ini memisahkan data sehingga polanya dapat dilihat. Saat menggunakan stratifikasi :  Sebelum mengumpulkan data  Ketika data berasal dari beberapa sumber atau kondisi, misalnya sif, hari- hari dalam satu minggu, pemasok atau grup populasi  Ketika analisis data mungkin memerlukan pemisahan sumber atau kondisi berbeda Gambar 4 :Scatter Diagram Prosedur Stratifikasi 1. Sebelum mengumpulkan data, pertimbangkan informasi mana mengenai sumber data yang mungkin berdampak pada hasil. Siapkan pengumpulan data sehingga anda dapat mengumpulkan informasi juga. 2. Ketika menggambar data yang terkumpul dalam diagram penyebaran, diagram kendali, histogram atau alat lainnya, gunakan tanda atau warna yang berbeda untuk membedakan data dari berbagai sumber. Data yang dibedakan dengan cara ini yang disebut 'distratifikasi'. 3. Analisis set lainnya dari data yang terstratifikasi secara terpisah. Misalnya pada diagram penyebaran di mana data distratifikasi menjadi data dari sumber 1 dan sumber 2, gambar kuadran, hitung titik dan tentukan nilai kritis hanya dari data sumber 1, lalu hanya untuk data sumber 2.
  • 38. 38 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Pertimbangan dalam stratifikasi Berikut adalah contoh beberapa sumber berbeda yang mungkin memerlukan stratifikasi data:  Perlengkapan  Sif  Departemen  Material  Penyuplai  Hari dalam minggu  Waktu  Produk Selalu pertimbangkan sebelum mengumpulkan data apakah stratifikasi diperlukan selama analisis. Rencanakan untuk mengumpulkan informasi stratifikasi. Setelah data dikumpulkan mungkin sudah terlambat. Pada gambar atau grafik, masukkan penjelasan mengenai tanda atau warna yang digunakan. II.6.4Lembar Pengecekan (Check Sheet) Suatu tipe khusus dari isian untuk pengumpulan data. Lembar pengecekan mempermudah mengumpulkan data, cenderung membuat usaha pengumpulan data lebih akurat, dan secara otomatis menghasilkan semacam ringkasan data yang sering sangat efektif untuk analisis cepat. Gambar 5 : Cheksheet
  • 39. 39 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Isian lembar pengecekan dibuat masing-masing untuk situasi yang berbeda. Lembar pengecekan digunakan untuk mengumpulkan data, bentuknya dapat berupa apa saja. Lembar pengecekan menjabarkan satu persatu item yang akan dicek secara rutin ataupun acak, lalu hasil pengecekan tersebut dicatat dalam bentuk data angka (numerik) atau berupa tanda. Kegunaan utama dari Check Sheet:  Untuk manajemen sehari-hari (menghindari kelupaan, mentaati aturan- aturan operasional)  Contoh: equipment check list, check list pekerjaan, 6S check list, check list untuk diagnosis dokter, berbagai macam check list, tabel statistik, check list penilaian, dan lain-lain.  Pemeriksaan khusus (pemeriksaan untuk permasalahan yang spesifik)  Contoh: accident check list, special case analysis, questioner, dan lain-lain.  Membuat catatan (mengumpulkan data/angka yang dibutuhkan untuk pencatatan/pendataan)  Contoh: laporan harian produksi, quality check list, laporan barang jadi masuk gudang, laporan catatan pengambilan material, dan lain- lain. Prosedur membuat lembar pengecekan: 1. Tentukan kejadian atau masalah apa yang akan diamati. Kembangkan definisi operasional. 2. Tentukan kapan data akan dikumpulkan dan untuk berapa lama. 3. Rancang isiannya. Buatlah supaya data dapat direkam dengan semudah membuat tanda centang atau X atau simbol yang mirip juga sehingga data tidak perlu disalin ulang untuk analisis. 4. Tandai semua tempat di isian. 5. Tes lembar pengecekan untuk periode percobaan singkat untuk memastikan itu mengumpulkan data yang tepat dan mudah digunakan. 6. Tiap kali kejadian dan masalah yang disasar terjadi, rekam data di lembar pengecekan. II.6.5Histogram Histogram adalah alat untuk menggambarkan secara grafis distribusi frekuensi. Histogram membuat pengguna mendapatkan informasi yang berguna mengenai bentuk dan penyebaran dari suatu set data. Yang paling penting,
  • 40. 40 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 histogram membuat penggambaran informasi sangat ringkas dalam format diagram batang. Apa yang dilakukan histogram:  Menunjukkan data dalam jumlah besar yang susah diinterpretasikan dalam bentuk tabular.  Menampilkan frekuensi relatif terhadap kejadian berbagai nilai data  Menunjukkan pemusatan, variasi dan bentuk data  Menggambarkan secara cepat distribusi data  Menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi performa masa depan dari suatu proses  Membantu mengindikasi jika ada terjadi perubahan dalam proses  Membantu menjawab pertanyaan 'apakah proses mampu memenuhi persyaratan?' Langkah menyusun histogram: 1. Menentukan batas-batas observasi, misalnya perbedaan antara nilai terbesar dan terkecil 2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Biasanya, dalam menentukan banyaknya kelas, apabila n menunjukkan banyaknya data, maka banyaknya kelas ditunjukkan dengan √n. 3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai lebar yang sama. Lebar kelas ditentukan dengan membagi range dengan banyaknya kelas. 4. Menentukan Batas-Batas kelas. Tentukan banyaknya observasi pada masing-masing kelas dan yakinkan bahwa kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang tindih. 5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya. Interpretasi histogram Ketika digabungkan dengan konsep kurva normal dan pengetahuan terhadap suatu proses tertentu, histogram menjadi alat yang efektif dan praktis dalam tahapan awal analisis data. Histogram dapat diinterpretasikan dengan menanyakan tiga pertanyaan : 1. Apakah proses yang dilakukan dalam batas spesifikasi ? 2. Apakah proses kelihatannya menghasilkan variasi yang luas ? 3. Jika tindakan perlu diambil dalam proses, tindakan apa yang pantas ?
  • 41. 41 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Jawaban dari tiga pertanyaan tersebut berada dalam analisis tiga karakteristik histogram 1. Seberapa terpusat histogram ?  Pemusatan data menyediakan informasi mengenai proses yang ditujukan dalam suatu arti atau nilai nominal 2. Seberapa luas histogram ?  Melihat luas histogram mendefiniskan variasi proses mengenai tujuan 3. Apa bentuk histogram ?  Ingat bahwa data diharapkan berbentuk normal atau kurva lonceng. Perubahan signifikan apa pun atau anomali biasanya mengindikasikan adanya sesuatu yang terjadi dalam proses yang menyebabkan masalah kualitas. II.6.6Diagram Penyebaran (Scatter Diagram) Diagram penyebaran merupakan cara yang paling sederhana untuk me- nentukan hubungan antara sebab dan akibat dalam dua variabel. Langkah- langkah yang diambil pun sederhana. Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x, y). Jika variabelnya berhubungan, titik-titik akan membentuk sebuah garis atau kurva. Semakin baik hubungannya, semakin rapat titik mendekati garis. Kapan menggunakan diagram penyebaran :  Ketika memiliki pasangan data numerik  Ketika variabel terikat mungkin memiliki beberapa nilai untuk setiap nilai variabel bebas  Ketika ingin menempakan apakah kedua variabel berhubungan, semisal 1. Mencoba mengidentifikasi kemungkinan penyebab utama masalah 2. Setelah brainstorm sebab-akibat dengan diagram tulang ikan, untuk menetapkan secara objektif apakah ada hubungan antara penyebab tertentu dan hasil 3. Ketika menentukan apakah dua hasil yang terlihat berhubungan keduanya terjadi dengan penyebab yang sama 4. Ketika menguji untuk korelasi otomatis sebelum menyusun peta kendali Prosedur membuat diagram penyebaran: 1. Kumpulkan pasangan data di mana diduga memiliki hubungan
  • 42. 42 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 2. Gambar grafik dengan variabel bebas pada sumbu horizontal dan variabel terikat apda sumbu vertikal. Untuk tiap pasang data, beri titik atau simbol di mana nilai sumbu x memotong sumbu y. (Jika dua titik terletak sama, letakkan keduanya bersebelahan, bersentuhan, sehingga keduanya bisa terlihat) 3. Cari pola titik untuk melihat apakah hubungannya jelas. Jika data dengan jelas membentuk garis atau kurva, anda boleh berhenti. Variabelnya berkorelasi. Anda mungkin ingin menggunakan regresi atau analisis korelasi sekarang. Jika tidak, lanjutkan langkah 4 hingga 7. 4. Bagi titik-titik pada grafik menjadi 4 kuadran. Jika ada titik sebanyak X pada grafik o Hitung X/2 titik dari atas ke bawah dan gambar garis horizontal o Hitung X/2 titik dari kiri ke kanan dan gambar garis vertikal o Jika jumlah titiknya ganjil, gambar garis melalui titik tengah 5. Hitung titik di tiap kuadran. Jangan hitung titik yang terletak di garis. 6. Jumlahkan kuadran yang berseberangan secara diagonal. Temukan jumlah yang lebih sedikit dan total titik di seluruh kuadran. o A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah o B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah o Q = Yang lebih kecil antara A dan B o N = A + B 7. Cari batas N pada tabel uji kecenderungan o Jika Q kurang dari batas, kedua variabel berhubungan o Jika Q sama atau lebih besar daripada batas, polanya mungkin terjadi dari kemungkinan acak. Contoh diagram penyebaran Tim manufaktur ZZ-400 menduga ada hubungan antara kemurnian produk (persen kemurnian) dan jumlah besir (diukur dalam bagian per juta atau bpj). Kemurnian dan besi digambarkan berhadapan dalam diagram penyebaran sebagaimana pada gambar berikut. Ada 24 titik data. Garis median digambarkan sehingga 12 titik berada pada tiap sisi untuk persen kemunian dan besi bpj. Untuk mengetes hubungan, mereka menghitung: A = Titik di kiri atas + titik di kanan bawah = 9 + 9 = 18 B = Titik di kanan atas + titik di kiri bawah = 3 + 3 = 6
  • 43. 43 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Q = Yang lebih kecil antara A dan B = Lebih kecil antara 18 dan 6 = 6 N = A + B 18 +6 = 24 Kemudian mereka mencari batas N pada tabel uji kecenderungan. N = 24, batasnya = 6. Q sama dengan batas, sehingga polanya dapat terjadi karena kemungkinan acak dan tidak ada hubungan yang ditampilkan. Tabel 1 :Uji kecenderungan II.6.7Grafik dan Peta Kendali (Graph & Control Chart) Sebelum memasuki permasalahan inti mengenai peta kendali, pertama-tama bahas soal variasi dulu. Variasi adalah fenomena alami. Variasi mungkin cukup besar dan mudah dikenali (tinggi badan) atau mungkin sangat kecil dan susah dikenali dengan
  • 44. 44 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 inspeksi visual (berat pena ball poin). Ketika variasinya sangat kecil, bendanya mungkin terlihat identik, tetapi instrumen yang presisi akan menunjukkan perbedaannya. Dalam manufaktur ada tiga kategori variasi : 1. Variasi dalam bagian 2. Variasi antar bagian 3. Variasi dari waktu ke waktu Gambar 6 : Scatter Diagram Hal ini juga berlaku dalam situasi nonmanufaktur. Dalam proses manufaktur variasi terjadi karena :  peralatan  material  operator  lingkungan  inspeksi atau pengukuran
  • 45. 45 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Faktor yang sama mengarah ke variasi dalam proses non manufaktur. : Penyebab variasi ada dua, yaitu penyebab umum variasi , atau kemungkinan acak, dan penyebab khusus variasi atau yang dapat ditentukan  Penyebab umum variasi (kemungkinan acak) Penyebab variasi tersebut melekat dalam suatu proses. Pada dasarnya mereka adalah penyebab acak. Jumlahnya kecil dan sangat susah dideteksi atau diidentifikasi. Sering kali penyebab umum variasi atau kemungkinan acak antara tidak mungkin atau sangat mahal untuk dihilangkan. Jika suatu porses memiliki variasi hanya karena penyebab kemungkinan acak, proses ini disebabkan berada dalam kendali statistik. Proses semacam itu juga disebut proses stabil.  Penyebab khusus variasi (dapat ditentukan) Proses mungkin dari waktu ke waktu mengalami variasi tambahan, yang biasanya besar dan disebabkan oleh beberapa faktor luar. Misalnya material bawah standar dari penyedia, mesin yang diset salah, atau penggunaan alat yang salah. Jika penyebab khusus variasi ada dalam suatu proses, proses itu disebut di luar kendali. Lalu, bagaimana kita tahu ketika suatu proses beroperasi di bawah penyebab khusus variasi ? Dengan kata lain, bagaimana kita tahu jika sebuah proses berada di luar kendali ? Jawabannya adalah peta kendali. PETA KENDALI Peta kendali merupakan grafik yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses berubah seiring waktu. Data digambarkan menurut urutan waktu. Peta kendali selalu memiliki garis tengah untuk rata-rata, garis atas untuk batas kendali atas dan garis bawah untuk batas kendali bawah. Garis tersebut ditentukan dari data masa lampau. Dengan membandingkan data saat ini dengan garis tersebut, anda dapat menarik kesimpulan apakah variasi proses konsisten (dalam kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar kendali, dipengaruhi penyebab khusus variasi). Peta kendali juga memberi tahu kita kapan untuk membiarkan prosesnya saja atau kapan untuk mulai mencari penyebab khusus variasi. Peta kendali untuk data bervariasi digunakan secara berpasangan. Peta atas memantau rata-rata, atau pemusatan distribusi data dari proses. Peta bawah memantau jangkauan, atau lebar distribusi. Jika data anda adalah tembakan dalam latihan menembak, rata-ratanya adalah di mana tembakan terkumpul,
  • 46. 46 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 dan jangkauannya seberapa rapat mereka terkumpul. Peta kendali untuk data atribut digunakan satu demi satu. Konsep variabel dan atribut. Variabel adalah karakteristik kualitas yang dapat diukur dan digambarkan dalam skala yang berkelanjutan, misalnya berat, panjang, waktu, temperatur, tegangan, dan sebagainya. Atribut adalah data yang dapat dihitung dan digambarkan sebagai peristiwa atau keadaan terpisah/diskret. Contohnya jumlah cat yang cacat, jumlah lubang pada panjang kabel listrik, dan sebagainya Selain ketujuh alat yang disebutkan di atas, ada juga yang memasukkan alat berikut ini dalam tujuh alat dasar. II.6.8Run Chart Run Chart digunakan untuk menganalisis proses menurut waktu atau urutan. Run chart biasanya berguna dalam menemukan pola yang terjadi dalam suatu waktu. Run chart dianalisis untuk menemukan anomali dalam data yang menunjukkan pergeseran dalam proses dari waktu ke waktu atau faktor khusus yang mungkin memengaruhi variabilitas suatu proses. Faktor khas dipertimbangkan termasuk panjangnya 'jalan' titik data di atas atau di bawah garis rata-rata yang tidak umum, total jumlah jalan seperti itu dalam set data, serta rentetan kenaikan atau penurunan berurutan yang tidak umum. Run chart dalam beberapa hal mirip dengan peta kendali yang digunakan dalam pengendalian proses statistik, tapi tidak menunjukkan batas kendali proses. Sehingga run chart lebih mudah dibuat, namun tidak memungkinkan teknik analisis selengkap peta kendali. II.6.9Diagram Alir (Flow Chart) Kenapa menggunakan flow chart ? Untuk membuat sebuah tim mengidentifikasi aliran sebenarnya atau urutan kejadian dalam suatu proses di mana barang atau jasa mengalir. Flowchart dapat diterapkan ke dalam apa saja dari perjalanan pembayaran atau aliran material, hingga langkah-langkah membuat penjualan atau servis sebuah produk.
  • 47. 47 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Simbol flow chart Tips membuat flow chart : 1. Jaga flow chart sederhana 2. Selama situasi membutuhkan, tambah atau buat simbol lain 3. Konsisten dalam level detail yang ditampilkan 4. Beri tiap langkah kata-kata yang dapat dipahami setiap orang 5. Identifikasi karya anda. Termasuk judul proses, tanggal diagram dibuat dan nama anggota tim Selama dan setelah membuat flow chart, selalu jaga dalam pikiran faktor dan pertanyaan berikut 1. who (siapa) 2. what (apa) 3. when (kapan) 4. why (kenapa) 5. where (di mana) 6. how (bagaimana) Pertanyaan lainnya yang harus ditanyakan untuk tiap tindakan atau langkah dalam flow chart  Hapus  Gabung  Sederhanakan  Ubah urutan
  • 48. 48 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 II.6.10 5M check list :  man (operator)  machines  material  methods  measurement 5M checklist adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada lima faktor kunci yang ada dalam proses apa saja. Lalu, ada juga 7 alat yang dikatakan sebagai alat manajemen dan perencanaan yang baru, yaitu : 1. Affinity Diagram (KJ Method) 2. Interrelationship Digraph (ID) 3. Tree Diagram 4. Prioritization Matrix 5. Matrix Diagram 6. Process Decision Program Chart (PDPC) 7. Activity Network Diagram
  • 49. 49 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 BAB III 7 TOOLS BASIC QUALITY PADA PENELITIAN INI III.1 KONDISI SAAT INI Kesejahteraan personel TNI AL merupakan hal mutlak yang harus diupayakan agar pada pelaksanaan penugasan tidak menimbulkan masalah-masalah serius. Salah satu permasalahan saat ini yang dapat mengganggu kesejahteraan personil TNI AL dan keluarganya adalah beban tanggungan keluarga yang harus dihadapi para personil beserta keluarga akibat jumlah keluarga yang besar. Salah satu pemecahan masalah adalah menjadi akseptor KB, dengan demikian keluarga kecil dapat membawa kesejahteraan di masa depan. RSAL dr. Mintohadjo sebagai Rumah Sakit kelas II yang telah lolos akreditasi Paripurna per akhir bulan tahun 2015 dari Komite Akreditasi Rumah Sakit dan Kementerian Kesehatan dan Komite Akreditasi Rumah Sakit, memiliki kompleksitas permasalahan yang luas demi menjaga standar mutu pelayanan yang telah dicapai dan akan terus diuji ulang kelayakannya setiap tiga tahun, mengingat mutu itu hal dinamis yang bisa berubah-ubah. Salah satu pelayanan yang diberikan adalah Pelayanan Keluarga Berencana. RSAL dr Mintohardjo sebagai RS tingkat II juga merupakan Rumah Sakit Rujukan dari fasilitas-fasilitas kesehatan wilayah barat yang menjadi Fasilitas- fasilitas kesehatan binaannya. Pada pelaksanaan pelayanan KB di tangani oleh Poli KB yang berada di lantai 2 Gedung Poli Bersama. Pelayanan Keluarga Berencana dilaksanakan setiap hari jam kerdja, dari jam 07.00 – 15.00. Pelayanan dikerjakan oleh seorang bidan senior (PNS golongan IIID) dan seorang Pekarya (PNS golongan IIIB). Pada bagan Orgapros RSAL dr. Mintohardjo. Penanggung jawab pelaksanaan Program Pelayanan KB dipegang oleh seorang Kepala Subdepartemen KKB (Konsultasi Keluarga Berencana) jabatan Letnan Kolonel dibawah Departemen KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) yang dijabat seorang Kolonel.
  • 50. 50 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 III.1.1CAKUPAN POLI KB. Tabel 2 : Jumlah kunjungan poli KB RSAL dr Mintohardjo Jakarta Sumber : Data Pencatatan dan Pelaporan Tahunan Poli KKB3 Pada pelaporan kunjungan ke poli KB didapatkan angka 1008 kunjungan tahun 2006 dengan didominasi pengunjung dinas sebanyak 89.8%. Tahun 2007, pengunjung dinas mencapai 78.8%. Tahun 2008, pengunjung dinas mencapai 85,6%. Tahun 2009, pengunjung dinas mencapai 76,9%. Pada tahun 2010, pengunjung dinas mencapai 86,9%. Pada tahun 2011, pengunjung poli KKB mencapai 89,3%. Hingga bulan mei 2012, angka kunjungan ke poli KKB mencapai 75,9%. Metoda pelayanan KB yang dilaksanakan di Poli KKB terdiri dari beberapa metoda seperti MOP, MOW, Implan, IUD, Suntik, Pil, Kondom, dan Pantang berkala. Dari semua metoda tersebut diketahui dari tahun 2009 hingga Mei 2012 metoda KB yang paling sering digunakan adalah metoda IUD (66,6%) kemudian Suntik (14,2%) dan Pil (10,8%). Ditinjau dari target pencapaian angka cakupan KB Poli KKB di RSAL dr Mintohardjo hanya 15% nampak target belum tercapai dimana target dari MDGs diharapkan angka cakupan menjadi 70% PUS pengguna metode KB modern. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan belum tercapainya target tersebut antara lain kemungkinan para akseptor telah ikut ditempat lain, pencatatan dan pelaporan yang tak tertata rapih dan runut serta tidak dilaporkan, tumpang tindih pelaporannya dll 3 Data Pelaporan Rutin Triwulan Poli KKB RSAL dr Mintohardjo. No TH TNI AL KEM HAN ASKES UMUM JMLMIL SIP KEL JML AL NON 1 2006 100 242 563 905 5 5 25 68 1008 2 2007 107 212 482 801 11 50 72 83 1017 3 2008 43 223 459 725 6 35 24 57 847 4 2009 37 135 277 449 3 20 22 35 585 5 2010 35 142 363 540 8 25 22 26 621 6 2011 47 136 483 666 4 20 30 26 746 7 2012 92 214 450 756 11 25 45 92 929
  • 51. 51 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Tabel 3 : Cakupan Akseptor KB di RSAL dr Mintohardjo. No Metoda 2009 2010 2011 2012 Jmlh 1 MOP 1 2 2 1 6 2 MOW 17 4 4 44 69 3 IMPLAN 4 6 6 4 20 4 IUD 327 315 315 340 1297 5 SUNTIK 100 96 86 98 380 6 PIL 54 44 49 67 214 7 KONDOM 31 40 14 8 93 8 PAPSMEAR 292 487 487 316 1582 9 KONSELING 51 140 140 67 398 Jmlh 877 1134 1103 945 Sumber : Data Pencatatan dan Pelaporan Tahunan Poli KKB4 III.2 FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH III.2.1ATURAN YANG BERLAKU. Hingga saat ini belum ada aturan tegas yang mengupayakan personel TNI AL agar mengikuti dan menjalankan Program KB. Sehingga banyak personel tidak melaksanakan karena tidak ada konsekuensi hukumnya. Bila diperhatikan pada setiap kegiatan pelaporan pelanggaran hukum dalam rangkaian menjelang HUT TNI 5 Oktober, selalu didapatkan pelaporan adanya pelanggaran disiplin, bisa saja terjadi karena personel melakukan kegiatan diluar jam dinas dengan tujuan mencari tambahan agar keberlangsungan kehidupan rumah tangganya berjalan dengan baik serta bisa memberi kecukupan yang lebih layak. III.2.2PERSEPSI AKSEPTOR KB Sesuai dengan kebijakan Diskesal dan Surat Edaran dari Kepala RSAL dr Mintohardjo, dihimbau agar Pelayanan KB dilaksanakan bagi semua pasien yang baru melahirkan (KB Pascasalin) atau pasca kuret sebagai bagian dari pelaksanaan Revitalisasi Pelayanan KB di RSAL dr Mintohardjo dalam upaya peningkatan cakupan. Pada umumnya, walau sudah diberi penjelasan, para calon akseptor KB tersebut tidak terlalu menanggapi serius atau menolak program tersebut. Penulis mendapatkan beberapa masukan bahwa lebih 4 Ibid, halaman yang sama.
  • 52. 52 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 senang kalau setelah masa nifas (40 hari pasca salin),dimana pada akhirnya yang bersangkutan tidak datang lagi. Hal lain yang mempengaruhi persepsi calon akseptor adalah personel TNI AL dan keluarganya mengganggap tabu pelayanan KB, adanya mispersepsi bahwa program ini akan menyebabkan gangguan harmonisasi dalam hubungan badan, mengganggap bahwa pelayanan KB akan meyebabkan pengeluaran ekstra, adanya keinginan memiliki anak banyak, anggapan bahwa pelayanan KB personel dinas dinomor duakan dibanding pasien swasta atau yang mampu mengeluarkan biaya lebih, serta persepsi KB melanggar aturan agama. Semua ini menyebabkan angka kunjungan Poli menjadi rendah dan angka cakupan menjadi rendah. Dampaknya pasti akan menyebabkan komplikasi seperti kehamilan yang tak direncanakan. III.2.3KOMPETENSI TENAGA MEDIS. Pelayanan KB di Poli KKB RSAL dr Mintoharjo saat ini dikerjakan oleh dua orang personel seorang bidan senior PNS golongan IIID dengan dibantu oleh seorang pekarya golongan IIIB. Pada pelaksanaan pelayanan dipoli tersebut melakukan tugas rangkap mulai dari pendataan akseptor, melakukan pemeriksaan fisik dasar, pencatatan data akseptor dan pelaksanaan tindakan serta pemantauan hasil tindakan sebelum akhirnya akseptor KB tersebut diijinkan untuk pulang. Karena keterbatasan personel tersebut maka kegiatan poli menjadi terganggu apabila salah seorang personil absen karena sesuatu hal. Karena terbatas jumlah dan kemampuan, tugas dan pelatihan jadi terabaikan. Dari status pengetahuan dan kompetensi, hanya seorang yang berhak melakukan kegiatan dan tindakan medis di Poli (bidan) karena yang seorang pendidikan dasarnya bukan bidang medis. Kasubdep KKB adalah seorang dokter spesialis kebidanan dan ilmu penyakit kandungan yang kesehariannya melaksanakan kegiatan penuh di Poli Hamil, Kamar Operasi, pembinaan serta membimbing mahasiswa kedokteran Universitas Trisakti dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) juga sebagai dokter militer yang tentu saja terikat dengan kegiatan kedinasan dan penugasan luar dinas seperti mendukung kegiatan OMSP Bakti Baskara Jaya ke pulau-pulau perbatasan. Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan skala massal, Poli KKB akan dibantu oleh personel dari ruangan-ruangan yang secara struktural berada di bawah Departemen Kesehatan Ibu dan Anak.
  • 53. 53 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 III.2.4DUKUNGAN ANGGARAN DAN PEMILIHAN METODA MANTAP Kegiatan dan pengadaan alat kontrasepsi masih bergantung pasokan dari kiriman BKKBN berdasara laporan rutin kegiatan di Poli RSAL. Dukungan anggaran dalam suatu kegiatan merupakan suatu hal yang rutin. Pelayanan KB di Poli KKB melaksanakan beberapa kegiatan, antara lain memberikan pelayanan konseling untuk para calon akseptor untuk membantu menentukan jenis dan cara serta efek samping penggunaan salah satu metoda KB. Metoda KB modern sangat memperhatikan efektifitas pemilihan alat KB dan juga memperhatikan kenyamanan dan efisiensi dari pengguna. Metoda KB konvensional seperti pantang berkala, metoda membuang sperma diluar vagina, penggunaan pelindung dalam alat kelamin seperti kondom pada pria dan kondom pada wanita atau penggunaan pil KB yang tak teratur sudah mulai ditinggalkan karena resiko kegagalannya. Pemilihan metoda KB saat ini banyak ditekankan pada penggunaan KB jangka menengah dan jangka panjang (metoda mantap). Karena dukungan untuk pengadaan metoda ini terbatas. Maka kadang-kadang para akseptor yang sudah memilih metoda ini berpaling ke metoda konvensional atau membeli sendiri. Mengingat bahwa idealnya semua logistik yang mendukung kegiatan ini sudah terdukung. Namun karena dana terbatas, atas pertimbangan memprioritaskan kegiatan yang mendukung langsung pelayanan kesehatan lainnya akhirnya logistik tersebut tak bisa dipenuhi. III.2.5SARANA PRASARANA. Dengan kondisi prasarana dalam Poli KKB antara lain : - 1 buah Kursi Ginekologi. - 1 buah Ultrasonografi 2 dimensi - 2 set alat ektraktor IUD - 1 set alat ekstraksi implan - 1 set perangkat emergensi - 2 buah meja administrasi dengan kursinya. - 1 buah telepon saluran intern. - 1 set alat diagnostik (Tensimeter, Termometer, Hammer Reflek, Stetoskop). - 2 set bedah minor. Kondisi sarana dan prasarana Poli KKB terdiri 1 ruang dengan ukuran 6 x 3 meter yang dibagi menjadi 2 ruang dengan dinding pembatas semi permanen.
  • 54. 54 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Yang dialokasikan menjadi 1 ruang periksa merangkap ruang anamnesa dan ruang tindakan bedah minor yang tidak steril. Satu ruang lain digunakan sebagai tempat konsultasi kasus-kasus yang menyangkut KB yang membutuhkan keadaan privacy tinggi. Ruang tindakan tempat terlaksananya kegiatan bedah laparoskopi MOW berada terintegral dengan ruang kamar bersalin yang ukurannya 3x2 meter. Tampak bahwa program KB bukan merupakan prioritas. Karena Pelayanan KB terintegral dalam departemen KIA, maka kegiatan yang membutuhkan tindakan-tindakan pembedahan juga menggunakan fasilitas dari Departemen KIA. Pelayanan Kebidanan dan Ilmu Penyakit Kandungan termasuk tindakan-tindakan Pembedahan pada program KB dilaksanakan pada ruangan kamar operasi yang dikhususkan kasus-kasus tersebut agar dapat melakukan tindakan antisipatif cepat terhadap komplikasi tindakan. Karena belum memiliki tempat, khusus, akhirnya dilakukan di Kamar Bersalin dengan kebersihan dan ke-steril-an yang tak begitu diutamakan. Belum memiliki unit mobil yang dapat digunakan menjangkau tempat-tempat tinggal personel yang cukup jauh dari RSAL. III.2.6KEBIJAKAN DAN ATURAN PEMERINTAH Penduduk dengan jumlah yang besar sebagai sumber daya manusia (SDM) tidak selalu merupakan kekuatan pembangunan apabila tak terkendalikan. Anggapan tersebut, mengandung kebenaran bila kondisi tersebut tak disertai faktor kualitas dan persebarannya yang merata. Dengan jumlah penduduk yang besar sekitar 265 juta untuk Amerika dan 124 juta untuk Jepang serta diimbangi dengan kualitas yang tinggi, penduduk kedua negara tersebut merupakan aset bagi pertumbuhan dan ketahanan ekonomi negara masing- masing. Sebaliknya penduduk yang besar di India dan Nigeria karena tidak didukung dengan kualitas memadai justru akan menjadi beban bagi pembangunan ekonomi, Pemerintahan di kedua negara tersebut memiliki kesulitan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya karena hasil yang diperoleh dari pembangunan harus dibagi kepada banyak penduduk, sehingga masing- masing penduduk memperoleh bagian yang sedikit. Indonesia dengan jumlah penduduk saat ini sekitar 245 juta jiwa merupakan negara ke empat terbesar di dunia setelah Cina, india dan Amerika. Besarnya jumlah penduduk ini terkait dengan tingginya angka pertumbuhan penduduk
  • 55. 55 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 Indonesia di masa lalu yang utamanya dipengaruhi oleh tingkat kelahiran. Meskipun tingkat kelahiran sudah dapat diturunkan, namun secara absolut jumlah penduduk Indonesia masih terus akan bertambah. Ditambah dengan kegagalan pencapaian target MDGS 2015. Gambar 7 : Prediksi pertambahan penduduk pada tahun 2100 Sumber : kompas.com5 Menurut Menteri Negara Kependudukan/ Kepala BKKBN yang disampaikan pada Meeting of Population Association of America di Miami, Florida Amerika, 19946 : “Pengertian kualitas adalah suatu kondisi dan atau keadaan dimana sistem dengan sumber daya, sarana dan dana yang terbatas dapat mencapai sasaran tujuannya, dengan memberikan jasa pelayanan sebaik-baiknya kepada keluarga dan atau masyarakat, sehingga pencari jasa pelayanan dapat perlakuan dan dilayani oleh sistem yang sedemikian rupa dalam upaya memenuhi kebutuhannya mencapai kesejahteraan keluarganya dan yang sesuai serta memenuhi syarat etika, aturan agama, dan norma sosial budaya”. Dalam kontek ini, kualitas mempunyai dan memenuhi empat prasyarat antara lain kualitas dari perspektif manajer/pengelola program, kualitas dari perspektif 5 Kompas Resiko Pertambahan Penduduk yang tak terkendali. 2011 6 Buku Sumber Advokasi UN Population Fund, Loc.cit hal 25.
  • 56. 56 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 provider/pemberi pelayanan, kualitas dari perspektif klien/keluarga, dan kualitas dari perspektif komunitas/lingkungan masyarakat,sosial budaya dan agama. Berdasarkan pengertian tersebut nampaknya kualitas tidak hanya sekedar dilihat dari sisi ketentuan medis saja, tetapi yang lebih penting adalah aspek penerima/klien keluarga dan masyarakat serta lingkungan secara etika, sosial budaya dan agama. Sebagai contoh yang eksrem adalah vasektomi. Meskipun secara medis teknis vasektomi sangat efektif,aman dan dapat memberikan perlindungan jangka panjang kepada klien, namun apabila metode ini tidak diterima dan tidak disetujui oleh norma masyarakat dan agama, maka pelayanan dengan metode ini nilai kualitas yang kurang atau rendah. Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tiga dasar penilaian kualitas, pertama ukuran berdasarkan penilaian pengalaman kepuasan klien (Quality of Care), kedua, ukuran berdasarkan kode etika atau standard pelayanan profesi yang harus dipenuhi (Quality Assurance) dan ketiga, ukuran yang berdasarkan ketersediaan tempat pelayanan, akses dan cakupan (Asses and Coverage). Ada 5 isu penting dalam kaitannya dengan kualitas pelayanan KB, antara lain : a. “Kebijaksanaan yang telah ditetapkan pada umumnya bersifat ‘’top down’’ dan kurang berdasarkan atas kebutuhan klien. Berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan pentingnya kualitas pelayanan KB dan kesehatan remaja telah banyak disepakati dan ditetapkan, namun nampaknya belum dapat terlaksana dengan baik”. Konferensi Kependudukan Dunia (International Conference for People Development) di Kairo tahun 1994 menghasilkan rumusan kebijaksanaan yang dikenal dengan program aksi untuk kesehatan reproduksi yang meliputi pula KB. Dalam program aksi tersebut ada enam tujuan pokok yang harus dicapai. Tujuan program aksi yang relevan dengan peningkatan kualitas adalah tujuan ke 4, yaitu meningkatkan kualitas pelayanan, informasi, konseling, dan pelayanan. Seperti yang termaktub pada misi dan visi BKKBN dan yang tertulis dan tersirat dalam UURI No 52 tahun 2009, bahwa dalam upaya pencapaian dan terwujudnya kesejahteraan rakyat Indonesia maka perlu diterapkan Keluarga Kecil Sejahtera dalam upaya pengendalian laju pertambahan jumlah penduduk. Implementasi kebijaksanaan tersebut bagi personel TNI AL saat ini kurang adekuat karena beberapa keterbatasan baik ditingkat pengambil kebijakan
  • 57. 57 URINDO 24B Arie Widiyasa 150520029 maupun lapangannya. Pelayanan KB berbeda dengan pelayanan kesehatan lainnya karena pelayanannya harus dilaksanakan secara bertahap didahului dan dilanjutkan dengan konseling pra dan pasca pelayanan kepada calon peserta KB, serta dimantapkan oleh pelayanan kunjungan ulang atau tindak lanjut pada peserta KB. Selain itu keberhasilan pelayanan KB juga tergantung pada cara petugas menangani efek samping dan komplikasi yang mungkin timbul serta kelangsungan atau kelanjutan kesertaannya. Oleh karena itu peran pelayanan pada masing-masing tahap sama pentingnya, dan karena itu pula mutu pelayanan KB tergantung pula pada mutu pelayanan pada semua tahap. Dalam upaya peningkatan kualitas ini, BKKBN berkoordinasi dengan sektor lain dan mengadakan upaya yang berkelanjutan dalam rangka meningkatan kualitas pelayanan ini. Hal ini dilakukan antara lain melalui peningkatan keterampilan petugas klinik dengan menerbitkan pedoman pelayanan dan Standard Operational Procedure (SOP), pelatihan teknis yang berkesinambungan, sejalan dengan peningkatan keterampilan pada petugas klinis dan lapangan KB untuk meningkatkan KIE dan Konseling. Selain itu pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana serta logistik pelayanan KB diupayakan secara maksimal. Di RSAL, karena terbatas maka kegiatan tersebut berjalan lambat, menyebabkan pelayanan menjadi tidak maksimal. Di tingkatkan nasional telah pula dibentuk tim Jaga Mutu Pelayanan KB yang terdiri dari departemen dan organisasi profesi terkait. Namun semua langkah yang telah disebutkan diatas tidaklah mudah dilaksanakan. Kenyataannya ditemukan beberapa hambatan yang harus dicari jalan keluarnya dengan menggunakan sumber daya yang ada, khususnya berkaitan kesulitan ekonomi yang dihadapi saat ini. Mutu pelayanan KB pada dasarnya dapat dilihat dari persepsi manager, persepsi provider/petugas KB baik klinis maupun lapangan, persepsi klien (peserta atau calon peserta KB) serta persepsi masyarakat (tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat). Dalam literatur disebutkan karena KB berkaitan dengan hak pasangan atau individual, mutu pelayanan KB dapat difokuskan pada pemenuhan hak klien yang dapat diukur dengan kepuasan klien. Namun untuk Indonesia tuntutan di daerah pinggiran atau pedesaan karena budaya atau kultur kita tidak terbiasa untuk menyatakan keberatan secara terang-terangan maka klien dalam posisi sebagai penerima layanan tidak dapat dinilai kebenaran atas kepuasan pelayanan yang