3. D a r i 550
r e s ponde n,
30%
di a nt a r a ny a
me n j a w a b
“C e r i t a n y a
k ur a ng
ba gus ”
22% m e n j a w a b
“S u k a r
d i t e mu i d i
t ok o buk u”
(2012, 562
r e s ponde n)
6. Lingkup Pembinaan dan
Pengembangan Ekonomi Kreatif
•
Meningkatkan apresiasi
dan literasi masyarakat
terhadap produk dan
layanan kreatif
• Menciptakan akademisi &
calon tenaga kerja dengan
kualitas dan kuantitas yang
memadai
INDUSTRI
PRODUKS
I
STUDI
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
MASYARAKAT
•
Menyediakan produk dan
layanan kreatif yang
berkualitas kepada
masyarakat, yang bernilai
ekonomi, sosial, budaya,
dan lingkungan
7. - 1 Kontinuitas
PAJAK &
PABEAN
- 1 Melalui perpustakaan ;
apakah memungkinkan
membeli putus komik
PEMBIAYAAN
PEMERINTAH
PRODUKS
I
STUDI
PERIJINAN
KOMUNITAS
LITBANG
BISNIS
DATA
- 1 Tidak mengerti jalur
industri
SDM
AKADEMISI
MASALAH PRIORITAS
1.
Insentive
2.
Story telling kurang
3.
Model produksi
4.
Asosiasi
5.
Kemampuan
Manajemen Komikus
6.
Kualitas Editor
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
8. Jumlah Komik Indonesia sedikit?
• Jumlah komik Indonesia di pasaran
tiap bulannya ada, walaupun hanya 12 komik (update 2013 11 – 12 Judul).
Sebagai perbandingan, di Malaysia
ada 10-20 komik lokal terbit per
bulannya, dan itu dibuat dalam 3
bahasa (Melayu, Inggris, Mandarin).
• Komikus banyak yang merugi, karena
harus menunggu lama untuk
mendapatkan keuntungan dari
penjualan/royalti. Keuntungannya pun
kecil.
• Jumlah komikus banyak, tapi
karyanya tidak sebanyak itu. Yang
dihitung sebagai karya adalah yang
diterbitkan atau dijual.
• Komik bisa hidup jika dianggap
sebagai elemen-elemen terpisah. Tapi
komik Indonesia butuh lem yang
merekatkan elemen-elemen tersebut.
Di situlah peran pemerintah. Jika
dibandingkan dengan Jepang, komik
di sana adalah bagian dari budaya
negara. Keterlibatan pemerintah tinggi
sekali. Bisnis penerbitan di Indonesia
tidak melihat komik lokal sebagai
sesuatu yang menguntungkan. Komik
Indonesia butuh trigger/bom, seperti
yang pernah terjadi saat munculnya
Carok. Dibutuhkan event untuk
menaikkan komik-komik Indonesia
tersebut.
9. SDM
AKADEMISI
MASALAH PRIORITAS
1.
Belum ada distributor
2.
Belum ada promosi
DATA
PAJAK &
PABEAN
PEMBIAYAAN
PEMERINTAH
STUDI
PERIJINAN
KOMUNITAS
LITBANG
BISNIS
PRODUKS
I
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
10. Bagaimana membuat sistem distribusi
komik yang cocok untuk di Indonesia?
• Apa yang terjadi di bisnis komik
dunia, seperti Amerika, Jepang,
atau Korea, berpengaruh
terhadap Indonesia. Jadi
seharusnya kita mempelajari
kenapa bisa seperti itu.
• Konsep utamanya adalah
bagaimana menjadikan komik
Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat. Masyarakat
memang membaca komik, tapi
bukan komik Indonesia.
• Yang berbeda di bisnis komik
Indonesia adalah
infrastrukturnya. Industri komik
masih menjadi bagian dari
industri buku. Jadi kalau ada
masalah dalam industri buku
yang sifatnya menyempitkan
industri buku, maka
berpengaruh juga pada komik.
Itu menjadi tambahan kendala
bagi komik Indonesia. Hal-hal
seperti itu yang menyebabkan
komik Indonesia belum bisa
menjadi bagian dari
masyarakat.
11. Maukah masyarakat membaca komik
Indonesia?
• Yang harus dibongkar adalah paradigma bahwa produksi buku
hanya didistribusikan di toko buku. Lalu sentra produksi buku
hanya berpusat di Jakarta. Skema industri seperti itu tidak
tepat, karena sebetulnya ada distribusi yang tidak melewati
toko. Contohnya, jika dilihat dari pendekatan karya seni, tidak
semua karya seni didistribusikan lewat toko. Karena itu
komik/buku bisa didistribusikan lewat lembaga seperti LSM atau
proyek dari departemen. Walaupun jika lewat proyek, biasanya
akan merusak pasar karena dijual dengan harga yang lebih
mahal.
12. Maukah masyarakat membaca komik
Indonesia?
• Bisa juga lewat lembaga pendidikan, tentunya komik yang bertema
pendidikan. Karena komik pendidikan yang ada di toko buku didominasi
oleh komik terjemahan Korea.
• Toko buku itu biasanya hanya banyak di toko besar. Untuk mereka yang
tinggal di kota kecil, harus pergi ke kota besar hanya untuk mengunjungi
toko buku.
• Yang baru-baru ini dilakukan adalah minimarket Alfamart yang
menerbitkan komik Albi. Minimarket ini biasanya banyak tersedia di mana
pun, sehingga mudah dalam pendistribusiannya.
• Peran komunitas juga penting sebagai pihak yang ikut terlibat dalam
semua proses.
• Distributor yang ada sekarang belum fokus dan masih insignifikan, karena
masih menyatu dengan buku. Seandainya ada pihak/pengusaha yang
mau menerbitkan dan mendistribusikan komik Indonesia.
13. SDM
AKADEMISI
MASALAH PRIORITAS
1.
Perlu ada jalur alternatif
2.
Kualitas dan kapasitas
agen masih kurang
DATA
- 1 Melalui perpustakaan ; apakah
memungkinkan membeli putus
komik
- 2 Mengkaji kemungkinan sekolah
mengkonsumsi komik
PEMBIAYAAN
PEMERINTAH
PAJAK &
PABEAN
- 1 Pemberdayaan
Komunitas/promosi
STUDI
PERIJINAN
KOMUNITAS
LITBANG
BISNIS
PRODUKS
I
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
14. Bagaimana kondisi komik Indonesia di
toko buku?
• Di toko buku, komik Jepang terjual 100-150 ribu per volumenya.
Banyak konsumen yang suka komik Jepang, dan hanya beberapa
saja yang suka komik lokal. Itu pun judul-judul tertentu, seperti
Benny & Mice atau 101 Hantu (Cendana Art Media).
• Pihak toko buku lebih memilih menjual karya yang sudah pasti laku
daripada yang belum tentu laku atau baru coba-coba.
• Toko buku sebetulnya cukup mendukung komik lokal, sebagai
contoh, Gramedia Depok yang langsung menyediakan rak khusus
untuk komik Indonesia. Persoalannya, jika komiknya itu-itu saja
karena sedikitnya karya yang terbit, tentunya membosankan. Suplai
komik lokal terbatas, karena komikus Indonesia banyak, tapi tidak
banyak yang ingin ngomik di Indonesia.
15. SDM
AKADEMISI
DATA
PAJAK &
PABEAN
- 1 Memberi awarding
- 2. Membangun
wacana tentang komik
PEMBIAYAAN
PEMERINTAH
STUDI
PERIJINAN
KOMUNITAS
LITBANG
BISNIS
PRODUKS
I
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
MASALAH PRIORITAS
1.
Ada konsumen yang
belum tergarap
2.
Media kurang
mengangkat komik
(komik strip)
3.
Apresiasi masyarakat
bisa lebih tinggi
terhadap komik lokal
selama komik
tersebut bagus
4.
Masyarakat tidak tahu
ada komik Indonesia
16. Apa yang diinginkan oleh pembaca?
• Sebetulnya, komik tidak perlu momen yang besar. Gambar
yang indah dan cerita yang sophisticated tidak begitu
diperlukan. Yang penting adalah cerita yang bagus dan dekat
dengan keseharian pembaca, sehingga pembaca bisa
memahami dan related dengan komik tersebut.
17. KOMUNITAS
- 1 Pembentukan Museum Komik
Indonesia
- 2. Pembuatan
museum/pengarsipan secara digital
(on progress)
PEMBIAYAAN
PEMERINTAH
PAJAK &
PABEAN
- 1 Pembentukan Museum
Komik Indonesia
PRODUKS
I
STUDI
PERIJINAN
- 1 Pembentukan Museum
Komik Indonesia
LITBANG
BISNIS
DATA
- 1 Pembentukan Museum
Komik Indonesia
SDM
AKADEMISI
MASALAH PRIORITAS
1.
Dokumentasi dan
pengarsipan sedikit dan
sporadis
2.
Kemampuan dokumentasi
dan pengarsipan kurang
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
18. - 1 Merancang kurikulum untuk
komik
- 2. Workshop yang berkelanjutan ;
story telling, editing
PEMBIAYAAN
PEMERINTAH
PAJAK &
PABEAN
- 1 Workshop yang
berkelanjutan
PRODUKS
I
STUDI
PERIJINAN
KOMUNITAS
LITBANG
BISNIS
DATA
- 1 Komik jurnal
- 2. Cara mengajar dengan
menggunakan komik
SDM
AKADEMISI
MASALAH PRIORITAS
1.
Belum ada sekolah
storytelling untuk komik
DISTRIBUSI
QUO
VADIS
?
DOKUMENTASI
DAN ARSIP
RETAIL/TOKO
APRESIAS
I
19. Banyak komikus Indonesia, memangnya
ada sekolahnya?
• Sekolah khusus komik ada, tapi jumlahnya tidak banyak.
Komikus Indonesia kebanyakan belajar secara otodidak.
Mereka rajin sharing antar sesama komikus. Kebanyakan
mereka tidak tahu setelah berkarya, lantas karya mereka akan
diapakan. Alangkah baiknya jika ada jalur yang jelas.
• Komik adalah cerita dan gambar. Kebanyakan
sekolah/pendidikan formal hanya mengajarkan melulu soal
gambar. Jadi sebetulnya, pendidikan komik dalam artian
sebenarnya itu belum ada. Komikus yang utuh seharusnya bisa
memahami semua dengan komplit.
20. Profesi yang ada di komik
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Ilustrator
Editor
Penulis naskah
Kurator*
Kritikus*
Desainer/Layouter
Colorist
Pemberi aksara
Inker
Penciler
Desainer sampul
Beragamnya profesi yang
terkait dengan industri komik
Bagaimana perlindungannya?
Perlukah?
21. Profesi yang ada di komik
• Ilustrator : seniman yang bertanggung-jawab atas keseluruhan gambar
sebuah komik yang dihasilkan melalui proses tradisional maupun digital.
• Editor (penyunting) : orang yang bertanggung jawab atas kebutuhan
logistik dalam proses pembuatan sebuah komik, termasuk di dalamnya
direksi produksi, direksi kreatif, koreksi dan manajemen tim.
• Penulis naskah (Scripwriter Penulisan Naskah) : orang yang bertanggungjawab atas penulisan cerita sebuah komik yang dituangkan lewat bentuk
naskah tertulis maupun gambar.
• Desainer : orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan rancang
produksi termasuk logo, simbol, colophon serta bertanggung jawab atas
proses pra-produksi yang termasuk tata letak (lay out) dan pra-cetak.
22. Profesi yang ada di komik
• Colorist (juru warna) : seniman yang bertanggung jawab atas
pemberian warna terhadap gambar komik baik secara
tradisional maupun digital *saran : termasuk pemberi
screentone
• Letterer (pemberi aksara) : orang yang beratanggung jawab
atas peletakkan balon kata serta efek suara pada komik.
• Inker : seniman yang bertanggung-jawab atas gambar hitamputih sebuah komik yang dibuat dengan media tinta baik
tradisional dan digital
• Penciler : seniman yang bertanggung-jawab atas gambaran
awal sebuah komik serta bekerja menggunakan media pensil
23. Pekerja komik :
• Orang yang bekerja dan berpenghasilan dari salah satu profesi
di dalam industri komik dan telah menerbitkan karya sedikitnya
1 (satu) komik baik dalam bentuk buku maupun digital. Karya
tersebut dapat berupa karya tunggal maupun antologi dan
harus melalui proses editorial, bukan diterbitkan sendiri.