Fotografi berkaitan erat dengan cahaya dan bermula dari kamera obscura. Teknologi fotografi berkembang dari daguerreotype hingga kamera digital modern. Unsur-unsur dasar fotografi meliputi lensa, shutter speed, aperture, focus, dan komposisi.
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
SEJARAH FOTOGRAFI
1. PENGERTIAN DAN SEJARAH SINGKAT FOTOGRAFI
Pengertian dan Definisi Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari
kata dalam bahasa Yunani yaitu “Photos”: cahaya dan “Grafo”:
Melukis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media
cahaya.
Fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya
yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa
cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk
menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur
berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang
tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut
dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), Diafragma
(Aperture), dan Kecepatan Rana (Speed). Kombinasi antara ISO,
Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (Exposure). Di era
fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film
yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
2. ISO pada kamera digital, adalah ukuran tingkat sensifitas sensor
kamera terhadap cahaya
PENDAHULUAN.
1. Sejarah Fotografi
Sejarah Fotografi dimulai pada abad ke-19. Tahun 1839
merupakan tahun awal kelahiran fotografi. Pada saat itu, di Perancis
dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan
teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata
sudah bisa dibuat permanen.
Sejarah fotografi bermula jauh sebelum Masehi. Pada abad ke-
5 Sebelum Masehi (SM), seorang pria bernama Mo Ti mengamati
suatu gejala. Jika pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang
kecil(pinhole), maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan
pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Mo Ti
adalah orang pertama yang menyadari fenomena kamera obscura.
Berabad-abad kemudian, banyak yang menyadari dan mengagumi
fenomena ini, sebut saja Aristoteles pada abad ke-3 SM dan seorang
ilmuwan Arab Ibnu Al Haitam (Al Hazen) pada abad ke-10 SM, yang
berusaha untuk menciptakan serta mengembangkan alat yang
sekarang dikenal sebagai kamera. Pada tahun 1558, seorang ilmuwan
Italia, Giambattista della Porta menyebut ”camera obscura” pada
sebuah kotak yang membantu pelukis menangkap bayangan gambar.
Nama kamera obscura diciptakan oleh Johannes Kepler pada
tahun 1611. Johannes Kepler membuat desain kamera portable yang
dibuat seperti sebuah tenda, dan memberi nama alat tersebut
kamera obscura. Didalam tenda sangat gelap kecuali sedikit cahaya
yang ditangkap oleh lensa, yang membentuk gambar keadaan di luar
tenda di atas selembar kertas.
3. seniman pada abad-19 menggunakan kamera obscura untuk membuat
sketsa
gambar 3D kamera obscura
4. Berbagai penelitian dilakukan mulai pada awal abad ke-17
,seorang ilmuwan berkebangsaan Italia – Angelo Sala menggunakan
cahaya matahari untuk merekam serangkaian kata pada pelat chloride
perak. Tapi ia gagal mempertahankan gambar secara permanen.
Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang berkebangsaan
Inggris bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra pada
kamera obscura berlensa, hasilnya sangat mengecewakan. Humphrey
Davy melakukan percobaan lebih lanjut dengan chlorida perak, tapi
bernasib sama juga walaupun sudah berhasil menangkap imaji melalui
kamera obscura tanpa lensa.
Akhirnya, pada tahun 1824, seorang seniman lithography
Perancis, Joseph-Nicephore Niepce (1765-1833), setelah delapan
jam meng-exposed pemandangan dari jendela kamarnya, melalui
proses yang disebutnya Heliogravure (proses kerjanya mirip
lithograph) di atas pelat logam yang dilapisi aspal, berhasil
melahirkan sebuah gambar yang agak kabur, berhasil pula
mempertahankan gambar secara permanen. Ia melanjutkan
percobaannya hingga tahun 1826, inilah yang akhirnya menjadi
sejarah awal fotografi yang sebenarnya. Foto yang dihasilkan itu kini
disimpan di University of Texas di Austin, AS.
5. “View from the Window at Le Gras” foto pertama yang berhasil
dicetak meskipun masih tampak kabur, dibuat oleh Joseph Nicéphore
Niépce
Penelitian demi penelitian terus berlanjut hingga pata tanggal
tanggal 19 Agustus 1839, desainer panggung opera yang juga pelukis,
Louis-Jacques Mande’ Daguerre (1787-1851) dinobatkan sebagai
orang pertama yang berhasil membuat foto yang sebenarnya: sebuah
gambar permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi
larutan iodin yang disinari selama satu setengah jam cahaya langsung
dengan pemanas merkuri (neon).
Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat gambar
permanen, pelat dicuci larutan garam dapur dan asir suling. Januari
1839, Daguerre sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Akan
tetapi, Pemerintah Perancis berpikir bahwa temuan itu sebaiknya
dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma.
6. “Boulevard du Temple” foto pertama yang diakui secara umum, dibuat
oleh Louis Daguerre
Fotografi kemudian berkembang dengan sangat cepat. Melalui
perusahaan Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan
fotografi dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera
boks yang praktis, sejalan dengan perkembangan dalam dunia
fotografi melalui perbaikan lensa, shutter, film dan kertas foto.
Tahun 1950, untuk memudahkan pembidikan pada kamera Single
Lens Reflex maka mulailah digunakan prisma (SLR), dan Jepang pun
mulai memasuki dunia fotografi dengan produksi kamera Nikon yang
kemudian disusul dengan Canon. Tahun 1972 kamera Polaroid temuan
Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid mampu menghasilkan
gambar tanpa melalui proses pengembangan dan pencetakan film.
7. kamera dslr nikon
Kemajuan teknologi turut memacu fotografi secara sangat
cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa menghasilkan
gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma
sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam
ukuran sebesar koran.
A. Fotografi
Fotografi ( Photography ) berasal dari kata Photo (Cahaya) dan
Grafo ( menulis / menggambar ), sehingga dapat diartikan
bahwa fotografi adalah suatu teknik menggambar dengan cahaya.
Atas dasar tersebut, jelas bahwa cahaya sangat berperan penting
dan menjadi sumber utama dalam memperoleh gambar (tanpa cahaya
tidak akan ada hasil foto).
8. B. Kamera SLR
Kamera SLR ( Single Lens Reflex ) atau Kamera DSLR ( Digital)
merupakan kamera dengan jendela bidik (Viewfinder) yang
memberikan gambar sesuai dengan sudut pandang lensa melalui
pantulan cermin yang terletak di belakang lensa. Pada umumnya
kamera biasa memiliki tampilan dari jendela bidik yang berbeda
dengan sudut pandang lensa karena jendela bidik tidak berada
segaris dengan sudut pandang lensa .
Fotografi berkaitan erat dengan cahaya (jadi untuk menghasilkan
sebuah foto diperlukan adanya cahaya, tanpa ada cahaya maka tidak
akan ada foto), maka kamera berfungsi untuk mengatur cahaya yang
ditangkap image sensor ( sensor gambar pada kamera digital atau
film pada kamera konvensional ). Untuk mengatur cahaya, terdapat 2
hal mendasar dalam kamera, yakni Shutter Speed (Kecepatan Rana)
dan Aperture (Diafragma).
C. Lensa
Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya
hingga mampu membakar medium penangkap (film). Di bagian
luar lensa biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang fokus
(untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.
Panjang lensa
Panjang lensa biasa disebut Focal Length
Panjang lensa mempengaruhi:
a. JARAK pemotretan
b. SUDUT pandang
c. PEMBESARAN
d. FASILITAS BUKAAN DIAFRAGMA
9. Lensa Khusus:
a. Lensa Makro (biasa disebut Macro Lens)
b. Penambahan panjang lensa (biasa disebut Tele Converter atau
Extender)
c. Lensa pengoreksian perspektif pada subjek
d. Lensa Lunak (biasa disebut Soft Focus Lens)
Macam-macam lensa
Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm
dan memberikan karakter bidikan natural.
Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat
digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit.
Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran
sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan
kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika
dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya,
maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai
dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm. Lensa Fish Eye. Lensa fish
eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16
mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang
dihasilkan melengkung.
Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle.
Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun
mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele
adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya
sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal
ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk
mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
10. Lensa Zoom.
Merupakan gabungan antara lensa tandar, lensa wide angle, dan
lesa tele. Ukuran lensa idak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini
cukup fleksibel dan memiliki range lensa ang cukup lebar. Oleh karena
itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar
ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda
yang kecil.
D. Fokus
Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa sehingga
gambar yang dihasilkan tidak berbayang..
F. Shutter Speed
Shutter speed atau kecepatan rana merupakan kecepatan terbukanya
jendela kamera sehingga cahaya dapat masuk ke dalam image sensor.
Satuan daripada shutter speed adalah detik, dan sangat tergantung
dengan keadaan cahaya saat pemotretan. Semisal cahaya terang pada
siang hari, maka shutter speed harus disesuaikan menjadi lebih
cepat, semisal 1/500 detik. Sedangkan untuk malam hari yang
cahayanya lebih sedikit, maka shutter speed harus disesuaikan
menjadi lebih lama, semisal 1/5 detik. Hal ini sekaligus menjelaskan
mengapa foto pada malam hari cenderung buram, bahwa shutter
speed yang lebih lambat memungkinkanpergerakan kamera akibat
getaran tangan menjadikan cahaya bergeser sehingga foto menjadi
buram / blur.
11. Foto dengan shutter speed lambat
Foto dengan shutter speed cepat
G. Aperture
Aperture atau diafragma merupakan istilah untuk bukaan lensa.
Apabila diibaratkan sebagai jendela, maka diafragma adalah kiray /
gordyn yang dapat dibuka atau ditutup untuk menyesuaikan
banyaknya cahaya yang masuk. Pada kamera aperture dilambangkan
dengan huruf F kecil dan dengan satuan sebagai berikut:
12. f/1.2
f/1.4
f/1.8
f/2.0
f/2.8
f/3.5
f/4.0
dst...
Semakin kecil angka satuan maka akan semakin besar
bukaan lensa (f/1.4 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan
f/4.0, f/2,8 lebih besar bukaannya dibandingkan dengan f/16).
Gambar Aperture pada lensa
Jadi, korelasi antara shutter speed dan aperture adalah bahwa
semakin besar bukaan lensa maka shutter speed akan semakin cepat,
sebaliknya semakin kecil bukaan lensa maka shutter speed akan
semakin melambat.
13. Keterangan:
perhatikan perbedaan rentang ruang tajam pada ketiga foto
diatas. Pada bukaan diafragma besar ruang tajamnya lebih sempit dan
demikian seterusnya.
Tips :
Gunakan bukaan besar (angka f kecil) untuk mengisolasi background
yang mengganggu. Gunakan bukaan kecil (angka f besar) untuk
pemotretan lanskap (pemandangan).
Teknik Dasar Menggunakan DSLR
Untuk menghasilkan gambar yang berkualitas dan memiliki nilai
seni, seorang fotografer harus menguasai paling tidak teknik-teknik
dasar menggunakan kamera DSLR. Teknik-teknik dasar tersebut
adalah komposisi objek yang baik, pencahayaan yang seimbang dan
fokus yang tajam. Untuk melatih itu semua tentu diperlukan jam
14. terbang yang tinggi dalam memotret, karena insting/kepekaan kita
akan semakin terasah, apalagi terkait dengan komposisi gambar
seorang fotografer harus mempunyai naluri seni yang tinggi agar
menghasilkan gambar tajam dan sebuah gambar yang bisa bercerita.
Komposisi bukan saja objek yang mempunyai susunan bagus(dari
sononya bagus) melainkan juga angle atau sudut pandang yang baik
juga dimana fotografer mampu menemukan titik yang terbaik.
Waktu pengambilan gambar bisa dilakukan kapanpun, baik siang,
malam atau petang dengan mempertimbangkan pencahayaan, kondisi
tempat pemotretan dan menguasai penggunaan berbagai aksesori
kamera untuk mendapatkan gambar yang kita inginkan.
Setiap kamera pasti memiliki karakteristik sendiri-sendiri, oleh
karena itu penting sekali bagi seorang fotografer menguasai
spesifikasi kamera yang mereka miliki. Disinilah pentingnya peran
buku panduan/manual book bawaan yang didalamnya terdapat cara
pemasangan komponen, cara merawat kamera serta cara
mengoperasikannya.
Berikut ini adalah teknik pengaturan kamera yang wajib kita kuasai:
1. White Balance
Untuk melakukan pengaturan white balance kita memerlukan
benda berwarna putih, bisa menggunakan kertas, baju ataupun
dinding. Anggap saja kita menggunakan kertas maka caranya adalah
menempatkan kertas pada bidang tertentu, gunakan pencahayaan
yang sedang (tidak kurang atau kelebihan), gunakan manual fokus dan
usahakan seluruh frame foto terisi dengan kertas tersebut.
Pengaturan white balance bisa dengan menggunakan skala kelvin atau
dengan gambar-gambar untuk menyatakan suhu pencahayaan ruangan
seperti cloudy, tungsteen, white flourescent dll. Nah, gambar yang
15. kita ambil tadi merupakan patokan untuk mengoreksi white balance
untuk mendapatkan ketajaman gambar sesuai dengan suhu ruangan.
Berikut adalah tabel Skala Kelvin
Skala Kelvin
Dari Skala Kelvin diatas menunjukkan bahwa 1.000 kelvin
berwarna merah dan 10.000 kelvin berwarna langit biru, hal ini
menunjukkan bahwa apabila settingan kelvin kita terlalu tinggi akan
berwarna kekuningan, dan apabila settingan kelvin kita terlalu rendah
akan berwarna kebiruan. Aturlah skala kelvin sesuai gambar diatas,
hasil foto haruslah tampak netral, yakni tidak kekuningan atau
kebiruan.
2. Fokus
16. fokus lensa
Pengaturan fokus secara manual dapat dilakukan dengan cara
menggeser ke mode Manual(M) panel fokus yang ada di lensa. Dengan
begitu fokus dapat kita atur ketajamannya secara manual dengan
cara memutar ring fokus pada lensa. Gunakan mode auto apabila tidak
ingin repot mengaturnya, fokus akan bergerak otomatis untuk
menyesuaikan zoom. Beberapa teknik pengambilan gambar yang
berkaitan dengan jarak adalah 1.Extreme Long Shot(Pandangan
Sangat Luas) 2. Long Shot (pandangan lebih Dekat dari ELS) 3.
Medium Long Shot(Manusia dari lutut sampai kepala) 4. Medium Shot
(onjek diatas pinggang sampai kepala) 5. Medium Close Up(Objek
manusia dari dada sampai kepala) 6. Close Up(Wajah) 7. Big Close
Up(Hidung / mata) 8. Extreme Close Up(Pori-pori kulit) yang
mempunyai detail sangat jelas.
3. Diafragma
pengaturan aperture
Diafragma disimbolkan dengan f yakni pengaturan bukaan lensa,
seperti kita lihat pada gambar disamping, semakin kecil nilai f nya
maka semakin besar bukaan lensanya. Angka f yang kecil(bukaan
besar) akan menyebabkan Depth of Field(DOF) / area tajam lebar
meliputi objek utama dan background akan nampak jelas, sedangkan
semakin besar pengaturan f(bukaan kecil) Depth of Fieldnya akan
sempit yakni objek didepan jelas, sedangkan objek
17. dibelakang/backgorund buram. Ukuran f sendiri terdiri dari
f/1,4(yang terkecil) hingga f/16(yang terbesar). Diaframa termasuk 1
dari 3 komponen eksposur yang sangat bermanfaat mengatur
intensitas cahaya yang masuk ke lensa.
4. Shutter Speed
shutter speed cepat
Shutter speed adalah pengaturan kecepatan buka dan tutup
rana atau jendela kamera. Pengaturan shuter speed adalah dalam
satuan detik misalnya 1/125 atau 1/1000, jadi Semakin besar angka
satuannya misal 1/1000 makaa semakin cepat pula waktu buka dan
tutup rana/ jendela sehingga cahaya yang masuk ke image sensor
lebih sedikit. Sebaliknya apabila angka satuannya semakin kecil misal
1/125 maka semakin lama pula kecepatan buka dan tutup rana /
jendela kamera sehingga cahaya yang masuk ke image sensor lebih
banyak.Untuk membekukan objek
Bergerak misalnya orang sedang berselancar atau baling-
baling pada helikopter diperlukan settingan shutter speed yang tinggi
seperti gambar disamping. Biasanya teknik pegambilan gambar
18. tersebut dinamakan panning atau freeze. Jadi semakin cepat gerakan
objek yang ingin kita tangkap maka semakin besar pula satuan
shutter speednya. Set pengaturan shutter Speed diatas 1/250 untuk
membekukan aksi (seperti gambar disamping) , serta gunakan shutter
speed dibawah 1/25 untuk memburamkan objek seperti air yang
sedang jatuh/air terjun.
Tehnik Fotografi Slow Spped
Untuk menghasilkan foto sesuai gambar disamping dibutuhkan
settingan shutter speed yang rendah, hal ini akan memperbanyak
cahaya yang masuk yang sangat berguna apabila dilakukan dimalam
hari. Pada shutter speed yang rendah diperlukan bantuan Camera
stand(monopod/tripod), agar mampu meredam goyangan dan gambar
yang dihasilkan tidak kabur. Lebih baik lagi apabila menggunakan
shutter release / aksesori kamera untuk menggantikan peran tangan
kanan dalam menekan tombol shutter. Alat ini juga bisa dikendalikan
dari jarak jauh sehingga gambar yang dihasilkan akan lebih tajam.
5. ISO
19. ISO merupakan tingkat kesensitifan sensor kamera. Semakin
tinggi ISO maka semakin sensitif pula sensor sehingga gambar yang
dihasilkan akan memiliki lebih banyak cahaya, sebaliknya semakin
rendah settingan ISO maka semakin minim pula cahaya yang masuk
ke sensor kamera . Seperti gambar diatas, semakin rendah ISO
semakin rendah pula noise, sebaliknya semakin tinggi ISO maka
semakin tinggi pula noisenya. Kita harus menemukan setting ISO
yang pas untuk kamera, dan dari kasus gelas diatas pada kisaran 320-
800 karena lebih dari itu gambar over exposure dan kurang dari itu
gambar terlihat redup atau kurang cahaya. ISO tinggi biasanya
digunakan saat malam hari atau saat cahaya benar benar minim. Agar
gambar yang dihasilkan maksimal gunakanlah ISO 100 dan naikkan
hanya jika memang dibutuhkan. Ingat, menaikkan ISO juga berarti
menaikkan Noise.