Indepth report perempuan, dari objek pornografi ke pelaku gerakan sosial digital
1. Indepth Report
Perempuan, Dari Objek Pornografi ke Pelaku Gerakan Sosial Digital
Oleh :
Firdaus Cahyadi
Yayasan Satudunia
2. Ariel, Luna dan Tari
Di tahun 2010 lalu, mungkin tidak ada artis yang
sepopular Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari.
Ketiga artis itu popular karena muncul tiga video
porno yang mirip dengan mereka di internet. Tak
heran dari orang biasa hingga Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) mengomentari video
tersebut.
Ada banyak analisa terkait kemunculan video porno
mirip artis tersebut. Salah satu analisanya itu
mengatakan bahwa kemunculan video porno itu
semakin menunjukan bahwa sejatinya perempuan
telah menjadi objek pornografi di internet.
Jumlah pengguna internet yang didominasi oleh laki-laki membawa konsekuensi
meningkatnya permintaan akan konten-konten pornografi dengan menampilkan permpuan
sebagai objeknya. Untuk membuktikan hal itu tidaklah sulit-sulit amat.
Kunjungi situs pencari google, lalu tulis kata siswi atau mahasiswi di kolom search-nya lalu
klik gambar. Yang akan muncul adalah beberapa gambar perempuan dengan baju seksi,
telanjang bahkan sedang melakukan hubungan layaknya suami istri. Lantas, bandingkan bila
kita menuliskan kata siswa atau mahasiswa. Tidak ada gambar yang menampilkan laki-laki
(siswa/ mahasiswa) sebagai objek pornografi.
Internet yang Bias Gender
Internet sebagai sebuah teknologi seharusnya bisa diakses oleh siapa saja tanpa
membedakan jenis kelamin atau gender. Tapi kenyataannya, di negeri ini, internet menjadi
sangat maskulin, bias laki-laki. Data dari indikator telematika tahun 2005 yang ditulis di
www.iptek.net menyebutkan bahwa secara gender di Indonesia lebih banyak pengguna
internet adalah pria (75.86%) daripada wanita (24.14%).
3. Dominasi laki-laki sebagai pengguna internet nampaknya tidak berubah. Hal itu nampak pula
dari pengguna facebook di Indonesia yang masih didominasi oleh laki-laki. “Sekitar 59 persen
pengguna facebook di Indonesia adalah laki-laki,” ujar Yanuar Nugroho, “Ini bagian dari
sebuah realitas ketercerabutan,”
Sementara bila ditinjau dari jenjang pendidikan, menurut data dari ipteknet, tingkat Sarjana
adalah pengguna terbanyak (43%) selanjutnya tingkat SLTA (41%). Berdasarkan profesi
menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling banyak menggunakan internet (39%). Artinya,
pengguna internet di Indonesia didominasi oleh laki-laki muda. Jika dikaitkan bahwa
sebagaian besar yang diekploitasi dalam pornografi di dunia maya adalah tubuh perempuan,
maka ini menjawab pertanyaan mengapa Indonesia termasuk kedalam negara yang paling
tinggi mengakses pornografi di internet.
Apa yang bisa disimpulkan dari tulisan di atas? Maraknya pornografi di internet yang
menampilkan perempuan sebagai objek pornografinya, paling tidak di Indonesia, tak bisa
dilepaskan dari dominasi penggunaan internet oleh laki-laki. Untuk mencegahnya selain perlu
disosialisasikan internet sehat juga perlu dibongkar struktur dominasi laki-laki dalam
penggunaan internet di Indonesia.
Harapan itu Masih Ada...
Beberapa kelompok masyarakat sipil ternyata telah memiliki inisiatif untuk mengatasi
persoalan ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet di Indonesia. Adalah kelompok
Suara Ibu Peduli telah melakukan berbagai pelatihan internet di komunitas perempuan
melalui kelompok ibu-ibu PKK. Gerakan internet untuk perempuan juga mulai menggeliat di
4. beberapa daerah seperti di Sumatera Selatan, melalui jaringan ibu-ibu PKK dan juga di
Pekalongan, Jawa Tengah.
Pemanfaatan internet oleh perempuan
diharapkan mampu menekan dijadikannya
perempuan sebagai objek pornografi di
internet. Tentu saja, pada akhirnya akan
berujung pada meningkatnya konten positif di
internet. Bukan hanya itu, pemanfaatan
internet oleh perempuan juga mampu
mendinamisasi gerakan sosial digital di
Indonesia.
Adalah Prita Mulyasari, seorang perempuan, yang menjadi icon gerakan sosial digital di
Indonesia. Ia adalah korban pertama dari pasal karet pencemaran nama baik di Undang
Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Banjirnya dukungan terhadap Prita Mulsyasari saat melawan Rumah Sakit OMNI
Internasional mendorong para calon presiden pada pemilu 2009 ikut peduli. Bahkan lebih dari
sekedar itu, kasus Prita Mulyasari juga membuka mata publik dan pengambil kebijakan di
negeri ini akan bahayanya pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Bahkan kasus Prita
telah mendorong pemerintah untuk melakukan revisi terhadap UU ITE.
Kenapa pemanfaatan internet oleh perempuan berpotensi mendinamisasi gerakan sosial
digital? Hal itu disebabkan karena perempuan seringkali menjadi korban dari kebijakan-
kebijkan pembangunan dan berbagai kasus yang terjadi di masyarakat. Dengan
memanfaatkan internet kepentingan-kepentingan perempuan lebih tersuarakan.
Media massa konvensional seringkali melupakan kepentingan-kepentingan perempuan
dalam meliput sebuah kasus, akibatnya selain kepentingan perempuan terlupakan juga kasus
tersebut tidak bisa dilihat secara utuh.
5. Dalam kasus semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur misalnya. Dalam
kasus itu media massa lebih fokus pada tuntutan ganti rugi aset-aset fisik (rumah dan tanah)
yang tenggelam oleh lumpur dibandingkan persoalan-persoalan sosial lainya dari korban
lumpur. Tuntutan ganti rugi yang kemudian dibelokan menjadi sekedar jual beli aset rata-rata
disuarakan oleh korban lumpur dari laki-laki, sementara persoalan sosial lainnya yang lebih
bersentuhan dengan kepentingan perempuan nyaris tak tersuarakan di media mainstream.
Karena media mainstream fokus pada tuntutan ganti rugi fisik, maka persoalan tersebut yang
lebih cepat ditangani, meskipun juga sering berlarut-larut. Namun persoalan sosial seperti
perempuan-perempuan korban lumpur yang terpaksa menjadi pekerja seks komersial
menjadi tidak diperhatikan oleh pemerintah.
Diabaikan persoalan-persoalan sosial di luar ganti rugi aset fisik lebih banyak merugikan
korban lumpur dari kalangan perempuan. Salah satu persoalan sosial lainnya yang dilupakan
dalam kasus Lapindo adalah akses kesehatan bagi perempuan korban lumpur. Adalah Mbok
6. Jumik, perempuan korban lumpur Lapindo, yang sebelum meninggal dunia harus dirawat
dengan obat-obatan tradisional di pengunsian karena tidak mampu membayar biaya berobat
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo.
Persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan perempuan korban lumpur jarang
mendapatkan ruang yang memadai di media massa mainstream. Akibatnya publik memahami
bahwa persoalan lumpur Lapindo hanyalah sebatas persoalan ganti rugi aset fisik berupa
rumah dan tanah. Sementara persoalan hak atas kesehatan dan hak sosial lainnya dianggap
tidak penting. Kebijakan negara pun lpada akhirnya lebih fokus kepada persoalan jual beli
aset korban lumpur persoalan pelanggaran hak-hak kesehatan dan sosial korban lumpur.
Pemanfaatan internet oleh perempuan dapat membongkar itu semua. Perempuan dapat
memposting tuntutan-tuntutan berdasarkan kepentingannya. Dengan keterlibatan perempuan
itu selain membawa dampak positif bagi kelompok perempuan itu sendiri juga mencerdaskan
publik, karena publik dapat melihat sebuah kasus secara lebih utuh.
Namun, kertelibatan perempuan dalam gerakan sosial digital bukanlah tanpa hambatan.
Pasal karet pencemaran nama baik dalam UU ITE menjadi penghambat utamanya. Meskipun
saat ini revisi dari UU ITE telah masuk Prolegnas, nampaknya belum ada kelompok
masyarakat sipil yang mengawal proses revisi itu. Akibatnya, bukan tidak mungkin justru
pasal karet pencemaran nama baik bukan menjadi pasal yang akan direvisi.
Bahan Bacaan
1. Hak Asasi Manusia Pilar Utama Kebijakan Konten di Indonesia , Kertas Posisi
Yayasan Satudunia tentang Kebijakan Konten Yayasan Satudunia, Satudunia, 2010
2. Di Tengah Kegelapan, Kami Nyalakan Lentera, Kertas Posisi Yayasan Satudunia
tentang ICT di Indonesia, Satudunia, 2010
3. http://web.bisnis.com/sektor-riil/telematika/1id179371.html
4. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=5&ch=inti
5. http://www.antaranews.com/berita/1257335727/menkominfo-indonesia-pengakses-
situs-porno-terbesar-dunia
6. http://kosmo.vivanews.com/news/read/22231-suami_kecanduan_situs_porno__1