SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
5
BAB II
DASAR TEORI
Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar
perancangan jig dan fixture yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
dihadapi.
2.1 Pengertian Umum Jig dan Fixture
Menurut Edgard G. Hoffman (1996), jig dan fixture merupakan alat
bantu produksi yang digunakan pada proses manufaktur, sehingga dihasilkan
duplikasi part yang akurat. Jig dan fixture biasanya dibuat secara khusus sebagai
alat bantu proses produksi untuk mempermudah dalam penyetingan material yang
menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk dalam jumlah banyak (mass
product) serta untuk mempersingkat waktu produksi.
Jig didefinisikan sebagai piranti/peralatan khusus yang memegang,
menyangga atau ditempatkan pada komponen yang akan dimesin. Alat bantu
produksi yang dibuat tidak hanya menempatkan dan memegang benda kerja tetapi
juga mengarahkan alat potong ketika operasi berjalan. Jig biasanya dilengkapi
dengan bushing baja keras untuk mengarahkan mata gurdi/bor (drill) atau
perkakas potong lainnya. Pada dasarnya, jig yang kecil tidak dibaut atau dipasang
pada meja kempa gurdi (drill press table). Namun untuk diameter penggurdian
diatas 0,25 inchi, jig biasanya perlu dipasang dengan kencangpadameja.
Fixture adalah peralatan produksi yang menempatkan, memegang dan
menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan pemesinan yang
diperlukan bisa dilakukan. Blok ukur atau feeler gauge digunakan pada fixture
untuk referensi atau setelan alat potong ke benda kerja. Fixture harus dipasang
tetap ke meja mesin dimana benda kerja diletakkan.
Keduanya memegang benda kerja. Tetapi jig mengarahkan alat potong
ketika operasi berjalan, sedangkan fixture tidak. Fixture dibuat lebih kuat dan
berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi.
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
6
a. Size
Jig biasanya ringan dalam ukuran, dan tidak selalu tetap pada meja mesin. Hal
ini karena jig harus bergerak mengarahkan alat potong, tidak seperti fixture
yang dijepit pada meja. Selain itu perlengkapan yang cukup besar dalam
konstruksi dan membantu menahan pada posisinya. Fixture dipatenkan pada
meja adalah untuk memastikan benda kerja tidak bergerak saat mesin mulai
beroperasi.
b. Application
Fixture diterapkan pada aplikasi yang lebih luas dibandingkan dengan jig.
Beberapa contoh fixture secara umum diantaranya lathe fixture, milling
fixture, grinding fixture dan sawing fixture. Fixture juga dapat dimanfaatkan
dalam operasi setiap mesin yang menuntut hubungan yang tepat antara posisi
alat terhadap benda kerja.
c. Accuracy
Perbedaan jig dan fixture juga terletak pada akurasi. Jig lebih akurat
dibandingkan fixture. Jig biasanya digunakan pada pembuatan part yang lebih
rumit baik dari segi ukuran dan proses pengerjaan dalam proses produksi,
sehingga bisa mendekati bahkan mencapai tujuan yang diinginkan. Keduanya
membantu dalam mengontrol biaya dan kualitas, artinya dengan
menggunakan jig dan fixture bisa membantu untuk menghemat tenaga kerja
secara efektif.
2.2 Pertimbangan Penggunaan Jig dan Fixture
Berikut merupakan pertimbangan dalam penggunaan jig dan fixture
2.2.1 Aspek Teknis / Fungsi:
1. Mendapatkan kepresisian/ketepatan dalam ukuran
2. Membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif
2.2.2 Aspek Ekonomi:
1. Mengurangi biaya produksi dengan memperpendek waktu proses
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin
4. Optimalisasi mesin yang kurang teliti
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
7
5. Mengurangi waktu inspeksi dan alat ukur
6. Meniadakan kesalahan pengerjaan (reject)
2.3 Jenis - Jenis Jig
Jig adalah peralatan khusus yang berfungsi untuk menahan dan
menopang benda kerja yang akan mengalami proses pemesinan. Jig dibagi
atas 2 kelas: jig gurdi dan jig bor. Jig bor digunakan untuk mengebor lubang
yang besar untuk digurdi atau ukurannya yang rumit (gambar 2.2). Jig gurdi
digunakan untuk menggurdi (drilling), meluaskan lobang (reaming),
mengetap, chamfer, counterbore, reverse spotface atau reverse countersink
(gambar 2.3). Jig dasar umumnya hampir sama untuk setiap operasi
pemesinan, perbedaannya hanya dalam ukuran dan bushing yang digunakan.
Gambar 2.1 Referensi alat bantu dengan benda kerja
Gambar 2.2 Jig bor
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
8
Jig gurdi bisa dibagi atas 2 tipe umum yaitu tipe terbuka dan tipe
tertutup. Jig terbuka adalah untuk operasi sederhana dimana benda kerja
dimesin hanya pada satu sisi. Jig tertutup atau kotak digunakan untuk
komponen yang dimesin lebih dari satu sisi.
Gambar 2.3 Operasi umum jig gurdi
Template jig adalah jig yang digunakan untuk keperluan akurasi. Jig
tipe ini terpasang di atas, pada atau di dalam benda kerja dan tidak diklem
(gambar 2.4). Template bentuknya paling sederhana dan tidak mahal. Jig
jenis ini bisa mempunyai bushing atau tidak.
Gambar 2.4 Template jig
Plate jig sejenis dengan template, perbedaannya hanya jig jenis ini
mempunyai klem untuk memegang benda kerja. (gambar 2.5).
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
9
Gambar 2.5 Plate jig
Plate jig kadang-kadang dilengkapi dengan kaki untuk menaikkan
benda kerja dari meja terutama untuk benda kerja yang besar. Jig jenis ini
disebut jig table (gambar 2.7).
Sandwich jig adalah bentuk plate jig dengan pelat bawah. Jig jenis
ini ideal untuk komponen yang tipis atau lunak yang mungkin bengkok atau
terlipat pada jig jenis lain (gambar 2.6).
Gambar 2.6 Sandwich jig
Angle plate jig (pelat sudut) digunakan untuk memegang komponen
yang dimesin pada sudut tegak lurus terhadap mounting locator (dudukan
lokator) yaitu dudukan untuk alat penepatan posisi benda kerja. Gambar 2.8
adalah jig jenis ini. Modifikasi jig jenis ini dimana sudut pegangnya bisa
selain 90 derajat disebut jig pelat sudut modifikasi dan diperlihatkan oleh
gambar 2.9.
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
10
Gambar 2.7 Table jig
Gambar 2.8 Angle plate jig modifikasi Gambar 2.9 Angle plate jig
Jig kotak atau tumble jig, biasanya mengelilingi komponen (gambar
2.10). Jig jenis ini memungkinkan komponen dimesin pada setiap
permukaan tanpa memposisikan ulang benda kerja pada jig.
Gambar 2.10 Tumble jig
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
11
Channel jig adalah bentuk paling sederhana dari jig kotak (gambar
2.11). Komponen dipegang diantara dua sisi dan dimesin dari sisi ketiga.
Gambar 2.11 Channel jig
Jig daun (leaf) adalah jig kotak dengan engsel daun untuk
kemudahan pemuatan dan pelepasan (gambar 2.12). Jig daun biasanya lebih
kecil dari jig kotak.
Gambar 2.12 Jig daun
Indexing jig digunakan untuk meluaskan lubang atau daerah yang
dimesin lainnya disekeliling komponen (gambar 2.13). Untuk melakukan
ini, jig menggunakan komponen sendiri atau pelat referensi dan sebuah
plunger. Indexing jig yang besar disebut juga rotary jig.
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
12
Gambar 2.13 Indexing jig
Trunnion jig adalah jenis rotary jig untuk komponen yang besar atau
bentuknya rumit (gambar 2.14). Komponen pertama-tama diletakkan di
dalam kotak pembawa dan kemudian dipasang pada trunnion.
Gambar 2.14 Trunnion jig
Jig pompa adalah jig komersial yang mesti disesuaikan oleh
pengguna (gambar 2.15). Pelat yang diaktifkan oleh tuas membuat alat ini
bisa memasang dan membongkar benda kerja dengan cepat.
Gambar 2.15 Jig pompa
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
13
Multistation jig mempunyai bentuk seperti gambar 2.16. Ciri utama
jig ini adalah cara menempatkan benda kerja. Ketika satu bagian menggurdi,
bagian lain meluaskan lubang (reaming), dan bagian ketiga melakukan
pekerjaan counterbore. Station akhir digunakan untuk melepaskan
komponen yang sudah selesai dan mengambil komponen yang baru.
Gambar 2.16 Multistation jig
2.4 Jenis - Jenis Fixture
Fixture adalah peralatan yang berfungsi untuk menahan benda kerja
dan mendukung pekerjaan sehinggga operasi pemesinan dapat dilakukan.
Jenis fixture dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini dibuat.
Perbedaan utama dengan jig adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat dan
berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi.
Plate fixture adalah bentuk paling sederhana dari fixture (gambar
2.17). Fixture dasar dibuat dari pelat datar yang mempunyai variasi klem
dan lokator untuk memegang dan memposisikan benda kerja. Konstruksi
fixture ini sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses
pemesinan.
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
14
Gambar 2.17 Plate fixture
Angle plate fixture adalah variasi dari fixture pelat (gambar 2.18).
Dengan fixture jenis ini biasanya dimesin pada sudut tegak lurus terhadap
lokatornya. Jika sudutnya selain 90 derajat, fixture pelat sudut yang
dimodifikasi bisa digunakan (gambar 2.19).
Gambar 2.18 Angle plate fixture
Gambar 2.19 Angle plate fixture modifikasi
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
15
Vise-jaw fixture digunakan untuk pemesinan komponen kecil
(gambar 2.20). Dengan alat ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang
dibentuk sesuai dengan bentuk komponen.
Gambar 2.20 Vise-jaw fixture
Indexing fixture mempunyai bentuk yang hampir sama dengan
indexing jig (gambar 21). Fixture jenis ini digunakan untuk pemesinan
komponen yang mempunyai detil pemesinan untuk rongga yang detil.
Gambar 22 adalah contoh komponen yang menggunakan fixture jenis ini.
Gambar 2.21 Indexing fixture
Multistation fixture adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi,
volume produksi tinggi dimana siklus pemesinan kontinyu.
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
16
Duplex fixture adalah jenis paling sederhana dari jenis ini dimana
hanya ada dua stasiun (gambar 2.23). Mesin tersebut bisa memasang dan
melepaskan benda kerja ketika pekerjaan pemesinan berjalan. Misal, ketika
pekerjaan pemesinan selesai pada stasiun 1, perkakas berputar dan siklus
diulang pada stasiun 2. Pada saat yang sama benda kerja dilepaskan pada
stasiun 1 dan benda kerja yang baru dipasang.
Gambar 2.22 Duplex fixture
Profiling fixture digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan
kontur yang tidak terjangkau atau tidak bisa dilakukan oleh mesin. Kontur
bisa internal atau eksternal. Gambar 2.23 memperlihatkan bagaimana
nok/cam secara akurat memotong dengan tetap menjaga kontak antara
fixture dan bantalan pada pisau potong frais.
Gambar 2.23 Profiling fixture
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
17
Fixture biasanya diklasifikasikan berdasarkan tipe mesin yang
menggunakannya. Misal, fixture yang digunakan pada mesin milling disebut
fixture milling. Fixture bisa juga diklasifikasikan dengan subklasifikasi.
Misal, jika pekerjaan yang dilakukan adalah milling, maka fixture disebut
straddle milling fixture.
Berikut ini adalah daftar operasi produksi yang menggunakan fixture:
1.Assembling 8.Boring 15.Broaching
2.Drilling 9.Forming 16.Gauging
3.Grinding 10.Heat treating 17.Honing
4.Inspecting 11.Lapping 18.Milling
5.Planning 12.Sawing 19.Shaping
6.Stamping 13.Tapping 20.Testing
7.Turning 14.Welding
2.5 Prinsip Rancangan Jig dan Fixture
Rong dan Zhu (1999), menyatakan bahwa sebuah benda kerja terdiri
dari beberapa permukaan bidang (surface). Pada penggunaan sebuah fixture,
proses penempatan (locating) adalah proses penempatan beberapa
permukaan benda kerja hingga bersentuhan dengan lokator-lokator yang
kemudian dilanjutkan dengan proses pencekaman (clamping) benda kerja
sehingga benda kerja stabil selama proses pemesinan. Permukaan-
permukaan benda kerja yang bersentuhan dengan lokator tersebut disebut
dengan locating surface.
Pada sebuah benda terdapat 6 derajat kebebasan (degree of freedom)
pergerakan, yaitu pergerakan linear searah atau berlawanan arah dengan
sumbu X,Y dan Z, serta pergerakan rotasi terhadap sumbu X,Y dan Z searah
atau berlawanan dengan jarum jam.
Laporan Tugas Akhir
BAB II DASAR TEORI
18
Gambar 2.24 6 derajat kebebasan
Rong dan Zhu (1999), menyatakan bahwa pada masing-masing titik
kontak dipasang lokator yang akan menahan pergerakan benda kerja.
berdasarkan prinsip kinematik, diperlukan titik kontak dengan benda kerja
agar derajat kebebasan terbatasi secara penuh. Ke-enam titik kontak atau
titik lokator tersebut diletakkan pada 3 bidang yang saling tegak lurus, yaitu:
1. Tiga lokator diletakkan pada bidang dasar (bidang X-Y), sehingga
membatasi derajat kebebasan rotasi terhadap sumbu X dan Y. Bidang ini
disebut sebagai bidang lokator utama (primary locating surface).
2. Dua lokator diletakkan pada bidang tegak lurus bidang lokator primer
yaitu bidang X-Z, sehingga membatasi derajat kebebasan linear sumbu Y
dan derajat kebebasan rotasi terhadap sumbu Z. bidang ini disebut
sebagai bidang lokator sekunder ( seconder locating surface).
3. Satu lokator diletakkan pada bidang yang tegak lurus pada bidang lokator
primer dan bidang lokator sekunder. Yaitu bidang Y-Z, sehingga
membatasi derajat kebebasan linear sumbu X.
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
19
BAB III
PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
3.1. Lower Bracket
Lower bracket dengan kode produk JJB09-000450-A merupakan
salah satu produk stamping part yang sedang diproduksi di PT. STEP.
Lower bracket ini diproduksi berdasarkan permintaan customer PT. STEP
yaitu PT. TMMIN, dimana part tersebut nantinya akan digunakan untuk
komponen kendaraan roda empat yang diterapkan pada bagian body
kendaraan. Lower bracket ini terdiri dari dua bagian, dimana keduanya
digabung dengan proses welding, sehingga menjadi sebuah stamping part
lower bracket.
Berikut ini merupakan part drawing dari customer untuk produk
lower bracket.
Gambar 3.1 Part drawing produk lower bracket
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
20
Jenis material yang digunakan untuk memproduksi produk stamping
part lower bracket ini adalah sheet metal (lembaran baja) jenis SPHC yang
tergolong baja karbon rendah (low carbon steel).
Gambar 3.2 Material SPHC
Gambar 3.3 Part lower bracket
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
21
Untuk menghasilkan part lower bracket tersebut sedikitnya
dibutuhkan 6 tahapan proses, diantaranya; blanking, piercing, bending,
chamfering, tapping dan yang terakhir welding. Dimana proses blanking,
piercing dan bending dilakukan pada sheet metal forming yaitu
menggunakan press machine dengan menggunakan dies sebagai alat
cetaknya. Sedangkan chamfering dan tapping dilakukan pada drilling
machine untuk dilakukan pembuatan ulir. Setelah ke lima proses tersebut
selesai, maka proses selanjutnya adalah welding, untuk menggabungkan
kedua part tersebut.
3.2. Tapping lower bracket jig
Tapping lower bracket jig adalah sebuah alat yang digunakan untuk
membantu proses pembuatan ulir pada produk lower bracket. Diharapkan
dengan pembuatan dan penggunaan tapping lower bracket jig ini dapat
membantu proses produksi pada pembuatan ulir pada produk lower bracket.
Dalam pembuatan tapping lower bracket jig untuk produk lower
bracket ini mengalami beberapa perbaikan dan perubahan baik dari design
dan proses machining, itu semua dilakukan berdasarkan hasil percobaan
(trial) yang memang diperlukan adanya perbaikan. Metode pembuatan yang
dilakukan adalah perancangan, perbaikan rancangan, pembuatan alat,
pengujian alat dan perhitungan waktu.
3.3 Perancangan
Proses pertama yang dilakukan yaitu perancangan dengan membuat
gambar teknik dari tapping lower bracket jig yang akan dibuat. Perancangan
alat ini dengan menggunakan program gambar Autodesk Inventor 2011 dan
memakan waktu sekitar dua minggu termasuk perbaikan rancangan.
Tapping lower bracket jig ini terdiri dari empat komponen utama
yang akan dibuat, yaitu:
a. Clamp, yaitu komponen yang berada pada bagian atas tapping
lower bracket jig yang fungsinya untuk penempatan produk
lower bracket yang akan dilakukan proses pembuatan ulir.
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
22
b. Stripper, yaitu komponen yang berada pada bagian tengah
tapping lower bracket jig sebagai penopang komponen clamp.
c. Spacer, yaitu komponen yang terletak dibagian bawah tapping
lower bracket jig berfungsi sebagai base atau dasar penempatan
semua komponen tapping lower bracket jig.
d. Stopper, yaitu komponen yang dipasang pada clamp dan
difungsinkan sebagai penahan produk lower bracket agar tidak
bergerak pada saat dilakukan proses pembuatan ulir.
Berikut dibawah ini adalah bentuk assembly design awal sebelum
dilakukan perbaikan dan perubahan dengan menggunakan Autodesk
Inventor 2011 :
Gambar 3.4 Assembly design awal
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
23
Dan berikut ini adalah hasil pembuatan tapping lower bracket jig
pertama yang dibuat sebelum dilakukan perbaikan:
Gambar 3.5 Hasil pembuatan tapping lower bracket jig sebelum perbaikan
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
24
3.4 Perbaikan Rancangan
Setelah dilakukan pengujian ada beberapa hal yang ternyata masih
kurang efektif pada saat dilakukan proses tapping, ada kekurangan yang
harus diperbaiki seperti penambahan komponen dan standard part dan
perubahan dimensi.
a. Beberapa kekurangan sebelum dilakukan perbaikan:
1. Part bergoyang/oleng pada saat dilakukan proses tapping, disebabkan
tidak adanya penyanggah/penahan pada bagian bawah.
2. Pada bagian atas jig (clamp) bersifat permanen, dikarenakan pin
(standard part) yang digunakan untuk penahan tidak bisa diubah-ubah
jarak dimensinya.
Gambar 3.6 Perbaikan rancangan
Part bergoyang pada saat
dilakukan proses tapping
Diperlukan penahan agar part tidak
goyang/oleng pada saat proses tapping
Pin bersifat permanen
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
25
Dibawah ini adalah drawing & assembly design beserta material
yang diperlukan (order material) untuk dilakukan proses machining setelah
mengalami perbaikan:
Tabel 3.1 Order Material
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
26
1. Clamp ( SKD11 = T130 x 75 x 20 )
Gambar 3.7 Clamp
2. Stopper ( SKD11 ) = T25x12x10, T30x12x10, T35x12x10
Gambar 3.8 Stopper
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
27
3. Stripper ( S50C = T190 x 100 x 15 )
Gambar 3.9 Stripper
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
28
4. Spacer ( S50C = T200 x 100 x 20 )
Gambar 3.10 Spacer
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
29
5. Assembly Design Jig
Gambar 3.11 Assembly design jig setelah perbaikan
6. Assembly Design Jig dan Part
Gambar 3.12 Assembly design jig dan part
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
30
3.5 Pembuatan Alat
Setelah design dari tapping lower bracket jig telah selesai dibuat
dan disetujui maka proses berikutnya adalah membuat masing-masing
komponen dari jig tersebut dengan menggunakan mesin-mesin machining.
Proses pembuatan alat ini sendiri dilakukan di bagian line Dies Production
di PT. Sari Takagi Elok Produk. Mesin-mesin yang digunakan antara lain:
milling machine, surface grinding machine, drilling mhacine dan band saw
machine.
Proses pembuatannya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan material yang akan dibuat, material yang digunakan untuk
membuat tapping lower bracket jig ini yaitu baja jenis S50C dan
SKD11.
Gambar 3.13 Material S50C dan SKD11
2. Memotong material yang akan digunakan untuk bahan pembuatan
tapping lower bracket jig sesuai dengan spesifikasi ukuran yang akan
dibuat dengan menggunakan alat potong band saw machine.
Gambar 3.14 Band Saw Machine
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
31
3. Melakukan proses machining dengan milling machine. Semua proses
pengurangan dimensi, pembuatan lubang hingga mencapai dimensi
yang diinginkan dilakukan di milling machine.
Gambar 3.15 Milling Machine
4. Melakukan proses machining dengan drilling machine. Proses
pembuatan ulir dilakukan dengan menggunakan drilling machine.
Gambar 3.16 Drilling Machine
5. Melakukan proses machining dengan menggunakan surface grinding
machine. Setiap komponen yang sudah di-machining dan sudah
mencapai dimensi yang diinginkan kemudian dihaluskan setiap bagian
permukaannya dengan menggunakan surface grinding machine.
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
32
Gambar 3.17 Surface Grinding Machine
6. Kemudian ada beberapa komponen yang menggunakan standard part,
standart part ini diambil dari warehouse yang dipesan dan
didatangkan dari luar perusahaan untuk keperluan standard part pada
pembuatan dies. Karena standard part ini adalah komponen-komponen
yang dibuat secara massal dan tersedia di pasaran. Setiap perusahaan
membuat standard part tersebut dengan spesifikasi dan kualitas
masing-masing. Karena itu setiap perusahaan yang memakai standard
part tersebut memilih untuk memakai standar tertentu demi
kemudahan didalam perencanaan stock untuk maintenance ataupun
pembuatan. Beberapa merek perusahaan pembuat komponen standar
dies press diantaranya: ICMI, Misumi, Futaba, Hasco, DME, dan lain
lain.
Gambar 3.18 Standard part (Misumi)
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
33
7. Setelah semua komponen yang diinginkan sudah di-machining dan di-
finishing dan standard part yang dibutuhkan sudah terpenuhi, maka
proses selanjutnya adalah penggabungan atau pemasangan dari setiap
komponen-komponen (assembly) hingga menjadi sebuah tapping
lower bracket jig.
Gambar 3.19 Hasil assembly tapping lower bracket jig
8. Dan yang terakhir adalah melakukan percobaan atau penyesuaian
dengan memasang part lower bracket terhadap tapping lower bracket
jig yang sudah jadi. Pada proses percobaan ini tanpa dipasang pada
mesin, bertujuan apakah antara part dan jig sudah pas atau cocok,
sudah ada kesesuaian atau belum (Gambar 3.19).
Laporan Tugas Akhir
BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
34
Gambar 3.20 Penyesuaian antara jig dan part
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
35
BAB IV
PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
4.1. Penggunaan Tapping lower bracket jig
Alat bantu proses pembuatan ulir/tapping pada produk lower
bracket ini dilakukan di Line Repair PT. Sari Takagi Elok Produk dengan
cara menempatkan part pada tapping lower bracket jig sesuai standard
operating procedure yang sudah ditentukan dalam penggunaannya. Ada dua
proses yang dilakukan, yang pertama part di-chamfer terlebih dahulu
setelah itu baru proses pembuatan ulir atau tapping.
4.2 Pengujian Tapping lower bracket jig
Setelah alat selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu melakukan
proses pengujian. Proses pengujian ini dilakukan di Line Repair PT. Sari
Takagi Elok Produk. Proses pengujian ini dilakukan dua tahapan proses.
Proses yang pertama adalah pembuatan chamfer, kemudian proses
selanjutnya yaitu pembuatan ulir, dengan spesifikasi ulir M6×1.0.
Proses penggunaan tapping lower bracket jig pada produk lower
bracket adalah sebagai berikut :
a. Setting jig pada drilling machine
Bersihkan area meja kerja sebelum jig dipasang. Lalu letakkan jig
pada meja kerja kemudian posisikan jig agar lubang ulir pada jig lurus
(center) terhadap bor tapping. Selanjutnya pasang baut pengunci,
kemudian kencangkan dan pastikan jig tidak goyang/bergerak.
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
36
Gambar 4.1 Proses setting jig pada drilling machine
b. Lakukan Proses chamfering sebelum proses tapping dilakukan
Proses chamfering ini bertujuan agar tidak timbul burry pada
bagian luar permukaan ulir pada part. Langkah proses chamfering sama
dengan dengan proses tapping, termasuk putaran mesin yang digunakan
yaitu dengan kecepatan putar 80 rpm. Hanya bedanya pada proses
chamfering ini mata bor yang digunakan yaitu countersink. Proses
chamfering dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3.
Gambar 4.2 Countersink dan part yang akan di chamfer
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
37
Gambar 4.3 Proses chamfering
c. Proses pembuatan ulir (tapping)
 Posisi.1:
Pasang part pada jig (posisi.1). Pastikan part masuk pada pin [1]
dan [2] pada jig. Kemudian lakukan proses tapping: hidupkan mesin pada
putaran 80 rpm , lalu tarik handle mesin bor ke bawah secara perlahan.
Pegang part dengan tangan kiri selama proses tapping dilakukan.
Gambar 4.4 Proses tapping posisi.1
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
38
 Posisi.2:
Pada posisi yang ke-2 ini prosesnya sama seperti pada posisi ke-1,
Pasang part pada jig (posisi.2) tetapi part dibalik. Pastikan part masuk pin
[3] dan [4] pada jig. Kemudian lakukan seperti proses pada posisi.1
dengan putaran mesin yang sama.
Gambar 4.5 Proses tapping posisi.2
d. Pengecekan ulir
Setelah proses chamfering dan tapping selesai maka selanjutnya
adalah melakukan pengecekan pada hasil tapping, untuk memastikan
apakah hasil dari proses tapping ini sudah memenuhi standar yang
diinginkan atau tidak (Standar : Thread pin masuk normal/tidak macet).
Pengecekan dilakukan setiap proses produksi 1 pcs/box.
Gambar 4.6 Pengecekan ulir
Laporan Tugas Akhir
BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG
39
4.3 Hasil Pengujian
Pembuatan produk dengan menggunakan tapping lower bracket jig
ini hanya dikerjakan pada shift 1, dari jam 07.00 s/d 16.00 (8 jam).
Jam kerja = 8 jam/hari = 8 × 3600 dt/hari = 28800 dt/hari
1 hari = 1000 pcs
1 pcs =
= 28.8 dt/pcs ~ 28 dt/pcs
Proses pengerjaannya:
Chamfering
Ambil & pasang benda pada jig = 3 dt
Chamfer (atas) = 4 dt
Membalik benda = 4 dt
Chamfer (bawah) = 4 dt
Melepas & meletakkan benda = 3 dt
Total = 18 dt
Tapping
Ambil & pasang benda pada jig = 3 dt
Tapping (atas) = 8 dt
Membalik benda = 4 dt
Tapping (bawah) = 8 dt
Melepas & meletakkan benda = 3 dt
Total = 26 dt
Hasil dari trial (percobaan) yang dilakukan dengan menggunakan
tapping lower bracket jig yaitu 26 detik/pcs atau ±1100 pcs/hari (8 jam),
berarti sudah memenuhi target pengerjaan produk. Dengan kata lain
penggunaan tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat berdasarkan
target yang diinginkan.
Laporan Tugas Akhir
BAB V PENUTUP
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berikut merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
perancangan, pembuatan dan pengujian/trial tapping lower bracket jig untuk
produk lower bracket yaitu :
a. Tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat sesui dengan tujuan
utamanya, yaitu sebagai alat bantu untuk pembuatan ulir pada produk
lower bracket.
b. Untuk pembuatan ulir pada part lower bracket dilakukan dua proses, yang
pertama part di chamfer terlebih dahulu kemudian barulah pembuatan ulir
(tapping).
c. Hasil dari pengujian, lubang ulir pada part telah sesuai dengan yang
diharapkan dan operatorpun bisa dengan mudah untuk menggunakannya
dengan waktu sesingkat mungkin.
d. Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan ulir pada produk lower bracket
dengan menggunakan tapping lower bracket jig ini sudah memenuhi target
pengerjaan produk, yaitu 26 detik/pcs atau 1100 pcs/hari (8 jam). Dengan
kata lain penggunaan tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat
untuk memenuhi target yang diinginkan.
5.2 Saran
Setelah menyelesaikan Tugas Akhir ini, maka saran yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan kepada PT. Sari Takagi Elok Produk
mengenai masalah pembuatan alat bantu tapping lower bracket jig, alangkah
baiknya dibuat lagi hingga diperbanyak dalam pembuatannya. Karena
semakin banyak tapping lower bracket jig ini dibuat maka proses
produksinyapun akan lebih cepat.

More Related Content

What's hot

mesin larik
mesin larikmesin larik
mesin larikfaismoha
 
Tutorial mastercam lathe groove and thread1
Tutorial mastercam lathe groove and thread1Tutorial mastercam lathe groove and thread1
Tutorial mastercam lathe groove and thread1Bernardus Sentot
 
Edm wire cut presentation
Edm wire cut presentationEdm wire cut presentation
Edm wire cut presentationmohdazliabu
 
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 7
MATERIAL TECHNOLOGY  - CHAPTER 7MATERIAL TECHNOLOGY  - CHAPTER 7
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 7Asraf Malik
 
Gd&T Presentation1111
Gd&T Presentation1111Gd&T Presentation1111
Gd&T Presentation1111zuhaib ansar
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikumAndrian Tri
 
Introduction to jigs and fixtures
Introduction to jigs and fixturesIntroduction to jigs and fixtures
Introduction to jigs and fixturesHasitha Wipulaguna
 
Chapter 23 cutting tool technology
Chapter 23 cutting tool technologyChapter 23 cutting tool technology
Chapter 23 cutting tool technologyHassan Shehwar Shah
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearingoto09
 
Bab 2 alat alat tangan
Bab 2 alat   alat tanganBab 2 alat   alat tangan
Bab 2 alat alat tanganhasnul73
 
Materi kd 1
Materi kd 1Materi kd 1
Materi kd 1gona tri
 
Workholding devices
Workholding devicesWorkholding devices
Workholding devicesad_svh
 

What's hot (20)

mesin larik
mesin larikmesin larik
mesin larik
 
Tutorial mastercam lathe groove and thread1
Tutorial mastercam lathe groove and thread1Tutorial mastercam lathe groove and thread1
Tutorial mastercam lathe groove and thread1
 
MODUL MASTERCAM DASAR
MODUL MASTERCAM DASARMODUL MASTERCAM DASAR
MODUL MASTERCAM DASAR
 
CNC LARIK 1.pptx
CNC LARIK 1.pptxCNC LARIK 1.pptx
CNC LARIK 1.pptx
 
Edm wire cut presentation
Edm wire cut presentationEdm wire cut presentation
Edm wire cut presentation
 
Kerja Pelat
Kerja PelatKerja Pelat
Kerja Pelat
 
Jigs fixure
Jigs fixureJigs fixure
Jigs fixure
 
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 7
MATERIAL TECHNOLOGY  - CHAPTER 7MATERIAL TECHNOLOGY  - CHAPTER 7
MATERIAL TECHNOLOGY - CHAPTER 7
 
Gd&T Presentation1111
Gd&T Presentation1111Gd&T Presentation1111
Gd&T Presentation1111
 
CNC
CNCCNC
CNC
 
Laporan praktikum
Laporan praktikumLaporan praktikum
Laporan praktikum
 
Introduction to jigs and fixtures
Introduction to jigs and fixturesIntroduction to jigs and fixtures
Introduction to jigs and fixtures
 
Chapter 23 cutting tool technology
Chapter 23 cutting tool technologyChapter 23 cutting tool technology
Chapter 23 cutting tool technology
 
51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing51998292 teori-perhitungan-bearing
51998292 teori-perhitungan-bearing
 
Bab 2 alat alat tangan
Bab 2 alat   alat tanganBab 2 alat   alat tangan
Bab 2 alat alat tangan
 
Milling machine
Milling machineMilling machine
Milling machine
 
Materi kd 1
Materi kd 1Materi kd 1
Materi kd 1
 
Grinder machine
Grinder machineGrinder machine
Grinder machine
 
Workholding devices
Workholding devicesWorkholding devices
Workholding devices
 
Jig and Fixture Design Manual
Jig and Fixture Design ManualJig and Fixture Design Manual
Jig and Fixture Design Manual
 

Similar to Diploma 2014-302755-chapter5

TUGAS BESAR INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTUR
TUGAS BESAR  INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTURTUGAS BESAR  INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTUR
TUGAS BESAR INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTURAlbertus Rianto
 
Tugas besar Integrasi Perancangan dan Proses Manufaktur
Tugas besar Integrasi Perancangan dan Proses ManufakturTugas besar Integrasi Perancangan dan Proses Manufaktur
Tugas besar Integrasi Perancangan dan Proses ManufakturAlbertus Rianto
 
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2Roedy Andreas
 
Modul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdfModul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdfawalsyahrani2
 
Bab 2-proses-pembentukan-logam
Bab 2-proses-pembentukan-logamBab 2-proses-pembentukan-logam
Bab 2-proses-pembentukan-logamAde Putra
 
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...bram santo
 
Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi marsyah18009
 
Mengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESINMengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESINEko Supriyadi
 
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mmdesain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mmRoby Andria
 
jenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docx
jenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docxjenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docx
jenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docxTriMurtiYogiPangestu
 

Similar to Diploma 2014-302755-chapter5 (20)

2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais
 
JIg fixture 4.pptx
JIg fixture 4.pptxJIg fixture 4.pptx
JIg fixture 4.pptx
 
BAB II ...pdf
BAB II ...pdfBAB II ...pdf
BAB II ...pdf
 
Bab-10-WorkHoldingDevices.ppt
Bab-10-WorkHoldingDevices.pptBab-10-WorkHoldingDevices.ppt
Bab-10-WorkHoldingDevices.ppt
 
Materi mesin press
Materi mesin pressMateri mesin press
Materi mesin press
 
Materi mesin press
Materi mesin pressMateri mesin press
Materi mesin press
 
TUGAS BESAR INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTUR
TUGAS BESAR  INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTURTUGAS BESAR  INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTUR
TUGAS BESAR INTEGRASI PERANCANGAN & PROSES MANUFAKTUR
 
Tugas besar Integrasi Perancangan dan Proses Manufaktur
Tugas besar Integrasi Perancangan dan Proses ManufakturTugas besar Integrasi Perancangan dan Proses Manufaktur
Tugas besar Integrasi Perancangan dan Proses Manufaktur
 
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
Bab 2 -proses-pembentukan-logam-smt2
 
Modul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdfModul M Perkakas frais.pdf
Modul M Perkakas frais.pdf
 
Bab 2-proses-pembentukan-logam
Bab 2-proses-pembentukan-logamBab 2-proses-pembentukan-logam
Bab 2-proses-pembentukan-logam
 
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...Bab ii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
Bab ii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASAR...
 
Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi Contoh laporan pratikum proses produksi
Contoh laporan pratikum proses produksi
 
Mengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESINMengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESIN
 
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mmdesain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
desain fixture pada mesin milling untuk benda kerja silinder diameter 45 mm
 
BAB 2
BAB 2BAB 2
BAB 2
 
jenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docx
jenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docxjenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docx
jenis-pengefraisan-pada-benda-kerja_compress.docx
 
Laporan setria
Laporan setriaLaporan setria
Laporan setria
 
Unit5
Unit5Unit5
Unit5
 
Milling.pdf
Milling.pdfMilling.pdf
Milling.pdf
 

Diploma 2014-302755-chapter5

  • 1. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 5 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar perancangan jig dan fixture yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dihadapi. 2.1 Pengertian Umum Jig dan Fixture Menurut Edgard G. Hoffman (1996), jig dan fixture merupakan alat bantu produksi yang digunakan pada proses manufaktur, sehingga dihasilkan duplikasi part yang akurat. Jig dan fixture biasanya dibuat secara khusus sebagai alat bantu proses produksi untuk mempermudah dalam penyetingan material yang menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk dalam jumlah banyak (mass product) serta untuk mempersingkat waktu produksi. Jig didefinisikan sebagai piranti/peralatan khusus yang memegang, menyangga atau ditempatkan pada komponen yang akan dimesin. Alat bantu produksi yang dibuat tidak hanya menempatkan dan memegang benda kerja tetapi juga mengarahkan alat potong ketika operasi berjalan. Jig biasanya dilengkapi dengan bushing baja keras untuk mengarahkan mata gurdi/bor (drill) atau perkakas potong lainnya. Pada dasarnya, jig yang kecil tidak dibaut atau dipasang pada meja kempa gurdi (drill press table). Namun untuk diameter penggurdian diatas 0,25 inchi, jig biasanya perlu dipasang dengan kencangpadameja. Fixture adalah peralatan produksi yang menempatkan, memegang dan menyangga benda kerja secara kuat sehingga pekerjaan pemesinan yang diperlukan bisa dilakukan. Blok ukur atau feeler gauge digunakan pada fixture untuk referensi atau setelan alat potong ke benda kerja. Fixture harus dipasang tetap ke meja mesin dimana benda kerja diletakkan. Keduanya memegang benda kerja. Tetapi jig mengarahkan alat potong ketika operasi berjalan, sedangkan fixture tidak. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi.
  • 2. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 6 a. Size Jig biasanya ringan dalam ukuran, dan tidak selalu tetap pada meja mesin. Hal ini karena jig harus bergerak mengarahkan alat potong, tidak seperti fixture yang dijepit pada meja. Selain itu perlengkapan yang cukup besar dalam konstruksi dan membantu menahan pada posisinya. Fixture dipatenkan pada meja adalah untuk memastikan benda kerja tidak bergerak saat mesin mulai beroperasi. b. Application Fixture diterapkan pada aplikasi yang lebih luas dibandingkan dengan jig. Beberapa contoh fixture secara umum diantaranya lathe fixture, milling fixture, grinding fixture dan sawing fixture. Fixture juga dapat dimanfaatkan dalam operasi setiap mesin yang menuntut hubungan yang tepat antara posisi alat terhadap benda kerja. c. Accuracy Perbedaan jig dan fixture juga terletak pada akurasi. Jig lebih akurat dibandingkan fixture. Jig biasanya digunakan pada pembuatan part yang lebih rumit baik dari segi ukuran dan proses pengerjaan dalam proses produksi, sehingga bisa mendekati bahkan mencapai tujuan yang diinginkan. Keduanya membantu dalam mengontrol biaya dan kualitas, artinya dengan menggunakan jig dan fixture bisa membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif. 2.2 Pertimbangan Penggunaan Jig dan Fixture Berikut merupakan pertimbangan dalam penggunaan jig dan fixture 2.2.1 Aspek Teknis / Fungsi: 1. Mendapatkan kepresisian/ketepatan dalam ukuran 2. Membantu untuk menghemat tenaga kerja secara efektif 2.2.2 Aspek Ekonomi: 1. Mengurangi biaya produksi dengan memperpendek waktu proses 3. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat atau mesin 4. Optimalisasi mesin yang kurang teliti
  • 3. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 7 5. Mengurangi waktu inspeksi dan alat ukur 6. Meniadakan kesalahan pengerjaan (reject) 2.3 Jenis - Jenis Jig Jig adalah peralatan khusus yang berfungsi untuk menahan dan menopang benda kerja yang akan mengalami proses pemesinan. Jig dibagi atas 2 kelas: jig gurdi dan jig bor. Jig bor digunakan untuk mengebor lubang yang besar untuk digurdi atau ukurannya yang rumit (gambar 2.2). Jig gurdi digunakan untuk menggurdi (drilling), meluaskan lobang (reaming), mengetap, chamfer, counterbore, reverse spotface atau reverse countersink (gambar 2.3). Jig dasar umumnya hampir sama untuk setiap operasi pemesinan, perbedaannya hanya dalam ukuran dan bushing yang digunakan. Gambar 2.1 Referensi alat bantu dengan benda kerja Gambar 2.2 Jig bor
  • 4. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 8 Jig gurdi bisa dibagi atas 2 tipe umum yaitu tipe terbuka dan tipe tertutup. Jig terbuka adalah untuk operasi sederhana dimana benda kerja dimesin hanya pada satu sisi. Jig tertutup atau kotak digunakan untuk komponen yang dimesin lebih dari satu sisi. Gambar 2.3 Operasi umum jig gurdi Template jig adalah jig yang digunakan untuk keperluan akurasi. Jig tipe ini terpasang di atas, pada atau di dalam benda kerja dan tidak diklem (gambar 2.4). Template bentuknya paling sederhana dan tidak mahal. Jig jenis ini bisa mempunyai bushing atau tidak. Gambar 2.4 Template jig Plate jig sejenis dengan template, perbedaannya hanya jig jenis ini mempunyai klem untuk memegang benda kerja. (gambar 2.5).
  • 5. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 9 Gambar 2.5 Plate jig Plate jig kadang-kadang dilengkapi dengan kaki untuk menaikkan benda kerja dari meja terutama untuk benda kerja yang besar. Jig jenis ini disebut jig table (gambar 2.7). Sandwich jig adalah bentuk plate jig dengan pelat bawah. Jig jenis ini ideal untuk komponen yang tipis atau lunak yang mungkin bengkok atau terlipat pada jig jenis lain (gambar 2.6). Gambar 2.6 Sandwich jig Angle plate jig (pelat sudut) digunakan untuk memegang komponen yang dimesin pada sudut tegak lurus terhadap mounting locator (dudukan lokator) yaitu dudukan untuk alat penepatan posisi benda kerja. Gambar 2.8 adalah jig jenis ini. Modifikasi jig jenis ini dimana sudut pegangnya bisa selain 90 derajat disebut jig pelat sudut modifikasi dan diperlihatkan oleh gambar 2.9.
  • 6. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 10 Gambar 2.7 Table jig Gambar 2.8 Angle plate jig modifikasi Gambar 2.9 Angle plate jig Jig kotak atau tumble jig, biasanya mengelilingi komponen (gambar 2.10). Jig jenis ini memungkinkan komponen dimesin pada setiap permukaan tanpa memposisikan ulang benda kerja pada jig. Gambar 2.10 Tumble jig
  • 7. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 11 Channel jig adalah bentuk paling sederhana dari jig kotak (gambar 2.11). Komponen dipegang diantara dua sisi dan dimesin dari sisi ketiga. Gambar 2.11 Channel jig Jig daun (leaf) adalah jig kotak dengan engsel daun untuk kemudahan pemuatan dan pelepasan (gambar 2.12). Jig daun biasanya lebih kecil dari jig kotak. Gambar 2.12 Jig daun Indexing jig digunakan untuk meluaskan lubang atau daerah yang dimesin lainnya disekeliling komponen (gambar 2.13). Untuk melakukan ini, jig menggunakan komponen sendiri atau pelat referensi dan sebuah plunger. Indexing jig yang besar disebut juga rotary jig.
  • 8. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 12 Gambar 2.13 Indexing jig Trunnion jig adalah jenis rotary jig untuk komponen yang besar atau bentuknya rumit (gambar 2.14). Komponen pertama-tama diletakkan di dalam kotak pembawa dan kemudian dipasang pada trunnion. Gambar 2.14 Trunnion jig Jig pompa adalah jig komersial yang mesti disesuaikan oleh pengguna (gambar 2.15). Pelat yang diaktifkan oleh tuas membuat alat ini bisa memasang dan membongkar benda kerja dengan cepat. Gambar 2.15 Jig pompa
  • 9. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 13 Multistation jig mempunyai bentuk seperti gambar 2.16. Ciri utama jig ini adalah cara menempatkan benda kerja. Ketika satu bagian menggurdi, bagian lain meluaskan lubang (reaming), dan bagian ketiga melakukan pekerjaan counterbore. Station akhir digunakan untuk melepaskan komponen yang sudah selesai dan mengambil komponen yang baru. Gambar 2.16 Multistation jig 2.4 Jenis - Jenis Fixture Fixture adalah peralatan yang berfungsi untuk menahan benda kerja dan mendukung pekerjaan sehinggga operasi pemesinan dapat dilakukan. Jenis fixture dibedakan terutama oleh bagaimana alat bantu ini dibuat. Perbedaan utama dengan jig adalah beratnya. Fixture dibuat lebih kuat dan berat dari jig dikarenakan gaya perkakas yang lebih tinggi. Plate fixture adalah bentuk paling sederhana dari fixture (gambar 2.17). Fixture dasar dibuat dari pelat datar yang mempunyai variasi klem dan lokator untuk memegang dan memposisikan benda kerja. Konstruksi fixture ini sederhana sehingga bisa digunakan pada hampir semua proses pemesinan.
  • 10. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 14 Gambar 2.17 Plate fixture Angle plate fixture adalah variasi dari fixture pelat (gambar 2.18). Dengan fixture jenis ini biasanya dimesin pada sudut tegak lurus terhadap lokatornya. Jika sudutnya selain 90 derajat, fixture pelat sudut yang dimodifikasi bisa digunakan (gambar 2.19). Gambar 2.18 Angle plate fixture Gambar 2.19 Angle plate fixture modifikasi
  • 11. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 15 Vise-jaw fixture digunakan untuk pemesinan komponen kecil (gambar 2.20). Dengan alat ini, vise jaw standar digantikan dengan jaw yang dibentuk sesuai dengan bentuk komponen. Gambar 2.20 Vise-jaw fixture Indexing fixture mempunyai bentuk yang hampir sama dengan indexing jig (gambar 21). Fixture jenis ini digunakan untuk pemesinan komponen yang mempunyai detil pemesinan untuk rongga yang detil. Gambar 22 adalah contoh komponen yang menggunakan fixture jenis ini. Gambar 2.21 Indexing fixture Multistation fixture adalah jenis fixture untuk kecepatan tinggi, volume produksi tinggi dimana siklus pemesinan kontinyu.
  • 12. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 16 Duplex fixture adalah jenis paling sederhana dari jenis ini dimana hanya ada dua stasiun (gambar 2.23). Mesin tersebut bisa memasang dan melepaskan benda kerja ketika pekerjaan pemesinan berjalan. Misal, ketika pekerjaan pemesinan selesai pada stasiun 1, perkakas berputar dan siklus diulang pada stasiun 2. Pada saat yang sama benda kerja dilepaskan pada stasiun 1 dan benda kerja yang baru dipasang. Gambar 2.22 Duplex fixture Profiling fixture digunakan mengarahkan perkakas untuk pemesinan kontur yang tidak terjangkau atau tidak bisa dilakukan oleh mesin. Kontur bisa internal atau eksternal. Gambar 2.23 memperlihatkan bagaimana nok/cam secara akurat memotong dengan tetap menjaga kontak antara fixture dan bantalan pada pisau potong frais. Gambar 2.23 Profiling fixture
  • 13. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 17 Fixture biasanya diklasifikasikan berdasarkan tipe mesin yang menggunakannya. Misal, fixture yang digunakan pada mesin milling disebut fixture milling. Fixture bisa juga diklasifikasikan dengan subklasifikasi. Misal, jika pekerjaan yang dilakukan adalah milling, maka fixture disebut straddle milling fixture. Berikut ini adalah daftar operasi produksi yang menggunakan fixture: 1.Assembling 8.Boring 15.Broaching 2.Drilling 9.Forming 16.Gauging 3.Grinding 10.Heat treating 17.Honing 4.Inspecting 11.Lapping 18.Milling 5.Planning 12.Sawing 19.Shaping 6.Stamping 13.Tapping 20.Testing 7.Turning 14.Welding 2.5 Prinsip Rancangan Jig dan Fixture Rong dan Zhu (1999), menyatakan bahwa sebuah benda kerja terdiri dari beberapa permukaan bidang (surface). Pada penggunaan sebuah fixture, proses penempatan (locating) adalah proses penempatan beberapa permukaan benda kerja hingga bersentuhan dengan lokator-lokator yang kemudian dilanjutkan dengan proses pencekaman (clamping) benda kerja sehingga benda kerja stabil selama proses pemesinan. Permukaan- permukaan benda kerja yang bersentuhan dengan lokator tersebut disebut dengan locating surface. Pada sebuah benda terdapat 6 derajat kebebasan (degree of freedom) pergerakan, yaitu pergerakan linear searah atau berlawanan arah dengan sumbu X,Y dan Z, serta pergerakan rotasi terhadap sumbu X,Y dan Z searah atau berlawanan dengan jarum jam.
  • 14. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI 18 Gambar 2.24 6 derajat kebebasan Rong dan Zhu (1999), menyatakan bahwa pada masing-masing titik kontak dipasang lokator yang akan menahan pergerakan benda kerja. berdasarkan prinsip kinematik, diperlukan titik kontak dengan benda kerja agar derajat kebebasan terbatasi secara penuh. Ke-enam titik kontak atau titik lokator tersebut diletakkan pada 3 bidang yang saling tegak lurus, yaitu: 1. Tiga lokator diletakkan pada bidang dasar (bidang X-Y), sehingga membatasi derajat kebebasan rotasi terhadap sumbu X dan Y. Bidang ini disebut sebagai bidang lokator utama (primary locating surface). 2. Dua lokator diletakkan pada bidang tegak lurus bidang lokator primer yaitu bidang X-Z, sehingga membatasi derajat kebebasan linear sumbu Y dan derajat kebebasan rotasi terhadap sumbu Z. bidang ini disebut sebagai bidang lokator sekunder ( seconder locating surface). 3. Satu lokator diletakkan pada bidang yang tegak lurus pada bidang lokator primer dan bidang lokator sekunder. Yaitu bidang Y-Z, sehingga membatasi derajat kebebasan linear sumbu X.
  • 15. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 19 BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 3.1. Lower Bracket Lower bracket dengan kode produk JJB09-000450-A merupakan salah satu produk stamping part yang sedang diproduksi di PT. STEP. Lower bracket ini diproduksi berdasarkan permintaan customer PT. STEP yaitu PT. TMMIN, dimana part tersebut nantinya akan digunakan untuk komponen kendaraan roda empat yang diterapkan pada bagian body kendaraan. Lower bracket ini terdiri dari dua bagian, dimana keduanya digabung dengan proses welding, sehingga menjadi sebuah stamping part lower bracket. Berikut ini merupakan part drawing dari customer untuk produk lower bracket. Gambar 3.1 Part drawing produk lower bracket
  • 16. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 20 Jenis material yang digunakan untuk memproduksi produk stamping part lower bracket ini adalah sheet metal (lembaran baja) jenis SPHC yang tergolong baja karbon rendah (low carbon steel). Gambar 3.2 Material SPHC Gambar 3.3 Part lower bracket
  • 17. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 21 Untuk menghasilkan part lower bracket tersebut sedikitnya dibutuhkan 6 tahapan proses, diantaranya; blanking, piercing, bending, chamfering, tapping dan yang terakhir welding. Dimana proses blanking, piercing dan bending dilakukan pada sheet metal forming yaitu menggunakan press machine dengan menggunakan dies sebagai alat cetaknya. Sedangkan chamfering dan tapping dilakukan pada drilling machine untuk dilakukan pembuatan ulir. Setelah ke lima proses tersebut selesai, maka proses selanjutnya adalah welding, untuk menggabungkan kedua part tersebut. 3.2. Tapping lower bracket jig Tapping lower bracket jig adalah sebuah alat yang digunakan untuk membantu proses pembuatan ulir pada produk lower bracket. Diharapkan dengan pembuatan dan penggunaan tapping lower bracket jig ini dapat membantu proses produksi pada pembuatan ulir pada produk lower bracket. Dalam pembuatan tapping lower bracket jig untuk produk lower bracket ini mengalami beberapa perbaikan dan perubahan baik dari design dan proses machining, itu semua dilakukan berdasarkan hasil percobaan (trial) yang memang diperlukan adanya perbaikan. Metode pembuatan yang dilakukan adalah perancangan, perbaikan rancangan, pembuatan alat, pengujian alat dan perhitungan waktu. 3.3 Perancangan Proses pertama yang dilakukan yaitu perancangan dengan membuat gambar teknik dari tapping lower bracket jig yang akan dibuat. Perancangan alat ini dengan menggunakan program gambar Autodesk Inventor 2011 dan memakan waktu sekitar dua minggu termasuk perbaikan rancangan. Tapping lower bracket jig ini terdiri dari empat komponen utama yang akan dibuat, yaitu: a. Clamp, yaitu komponen yang berada pada bagian atas tapping lower bracket jig yang fungsinya untuk penempatan produk lower bracket yang akan dilakukan proses pembuatan ulir.
  • 18. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 22 b. Stripper, yaitu komponen yang berada pada bagian tengah tapping lower bracket jig sebagai penopang komponen clamp. c. Spacer, yaitu komponen yang terletak dibagian bawah tapping lower bracket jig berfungsi sebagai base atau dasar penempatan semua komponen tapping lower bracket jig. d. Stopper, yaitu komponen yang dipasang pada clamp dan difungsinkan sebagai penahan produk lower bracket agar tidak bergerak pada saat dilakukan proses pembuatan ulir. Berikut dibawah ini adalah bentuk assembly design awal sebelum dilakukan perbaikan dan perubahan dengan menggunakan Autodesk Inventor 2011 : Gambar 3.4 Assembly design awal
  • 19. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 23 Dan berikut ini adalah hasil pembuatan tapping lower bracket jig pertama yang dibuat sebelum dilakukan perbaikan: Gambar 3.5 Hasil pembuatan tapping lower bracket jig sebelum perbaikan
  • 20. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 24 3.4 Perbaikan Rancangan Setelah dilakukan pengujian ada beberapa hal yang ternyata masih kurang efektif pada saat dilakukan proses tapping, ada kekurangan yang harus diperbaiki seperti penambahan komponen dan standard part dan perubahan dimensi. a. Beberapa kekurangan sebelum dilakukan perbaikan: 1. Part bergoyang/oleng pada saat dilakukan proses tapping, disebabkan tidak adanya penyanggah/penahan pada bagian bawah. 2. Pada bagian atas jig (clamp) bersifat permanen, dikarenakan pin (standard part) yang digunakan untuk penahan tidak bisa diubah-ubah jarak dimensinya. Gambar 3.6 Perbaikan rancangan Part bergoyang pada saat dilakukan proses tapping Diperlukan penahan agar part tidak goyang/oleng pada saat proses tapping Pin bersifat permanen
  • 21. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 25 Dibawah ini adalah drawing & assembly design beserta material yang diperlukan (order material) untuk dilakukan proses machining setelah mengalami perbaikan: Tabel 3.1 Order Material
  • 22. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 26 1. Clamp ( SKD11 = T130 x 75 x 20 ) Gambar 3.7 Clamp 2. Stopper ( SKD11 ) = T25x12x10, T30x12x10, T35x12x10 Gambar 3.8 Stopper
  • 23. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 27 3. Stripper ( S50C = T190 x 100 x 15 ) Gambar 3.9 Stripper
  • 24. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 28 4. Spacer ( S50C = T200 x 100 x 20 ) Gambar 3.10 Spacer
  • 25. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 29 5. Assembly Design Jig Gambar 3.11 Assembly design jig setelah perbaikan 6. Assembly Design Jig dan Part Gambar 3.12 Assembly design jig dan part
  • 26. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 30 3.5 Pembuatan Alat Setelah design dari tapping lower bracket jig telah selesai dibuat dan disetujui maka proses berikutnya adalah membuat masing-masing komponen dari jig tersebut dengan menggunakan mesin-mesin machining. Proses pembuatan alat ini sendiri dilakukan di bagian line Dies Production di PT. Sari Takagi Elok Produk. Mesin-mesin yang digunakan antara lain: milling machine, surface grinding machine, drilling mhacine dan band saw machine. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan material yang akan dibuat, material yang digunakan untuk membuat tapping lower bracket jig ini yaitu baja jenis S50C dan SKD11. Gambar 3.13 Material S50C dan SKD11 2. Memotong material yang akan digunakan untuk bahan pembuatan tapping lower bracket jig sesuai dengan spesifikasi ukuran yang akan dibuat dengan menggunakan alat potong band saw machine. Gambar 3.14 Band Saw Machine
  • 27. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 31 3. Melakukan proses machining dengan milling machine. Semua proses pengurangan dimensi, pembuatan lubang hingga mencapai dimensi yang diinginkan dilakukan di milling machine. Gambar 3.15 Milling Machine 4. Melakukan proses machining dengan drilling machine. Proses pembuatan ulir dilakukan dengan menggunakan drilling machine. Gambar 3.16 Drilling Machine 5. Melakukan proses machining dengan menggunakan surface grinding machine. Setiap komponen yang sudah di-machining dan sudah mencapai dimensi yang diinginkan kemudian dihaluskan setiap bagian permukaannya dengan menggunakan surface grinding machine.
  • 28. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 32 Gambar 3.17 Surface Grinding Machine 6. Kemudian ada beberapa komponen yang menggunakan standard part, standart part ini diambil dari warehouse yang dipesan dan didatangkan dari luar perusahaan untuk keperluan standard part pada pembuatan dies. Karena standard part ini adalah komponen-komponen yang dibuat secara massal dan tersedia di pasaran. Setiap perusahaan membuat standard part tersebut dengan spesifikasi dan kualitas masing-masing. Karena itu setiap perusahaan yang memakai standard part tersebut memilih untuk memakai standar tertentu demi kemudahan didalam perencanaan stock untuk maintenance ataupun pembuatan. Beberapa merek perusahaan pembuat komponen standar dies press diantaranya: ICMI, Misumi, Futaba, Hasco, DME, dan lain lain. Gambar 3.18 Standard part (Misumi)
  • 29. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 33 7. Setelah semua komponen yang diinginkan sudah di-machining dan di- finishing dan standard part yang dibutuhkan sudah terpenuhi, maka proses selanjutnya adalah penggabungan atau pemasangan dari setiap komponen-komponen (assembly) hingga menjadi sebuah tapping lower bracket jig. Gambar 3.19 Hasil assembly tapping lower bracket jig 8. Dan yang terakhir adalah melakukan percobaan atau penyesuaian dengan memasang part lower bracket terhadap tapping lower bracket jig yang sudah jadi. Pada proses percobaan ini tanpa dipasang pada mesin, bertujuan apakah antara part dan jig sudah pas atau cocok, sudah ada kesesuaian atau belum (Gambar 3.19).
  • 30. Laporan Tugas Akhir BAB III PEMBUATAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 34 Gambar 3.20 Penyesuaian antara jig dan part
  • 31. Laporan Tugas Akhir BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 35 BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 4.1. Penggunaan Tapping lower bracket jig Alat bantu proses pembuatan ulir/tapping pada produk lower bracket ini dilakukan di Line Repair PT. Sari Takagi Elok Produk dengan cara menempatkan part pada tapping lower bracket jig sesuai standard operating procedure yang sudah ditentukan dalam penggunaannya. Ada dua proses yang dilakukan, yang pertama part di-chamfer terlebih dahulu setelah itu baru proses pembuatan ulir atau tapping. 4.2 Pengujian Tapping lower bracket jig Setelah alat selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu melakukan proses pengujian. Proses pengujian ini dilakukan di Line Repair PT. Sari Takagi Elok Produk. Proses pengujian ini dilakukan dua tahapan proses. Proses yang pertama adalah pembuatan chamfer, kemudian proses selanjutnya yaitu pembuatan ulir, dengan spesifikasi ulir M6×1.0. Proses penggunaan tapping lower bracket jig pada produk lower bracket adalah sebagai berikut : a. Setting jig pada drilling machine Bersihkan area meja kerja sebelum jig dipasang. Lalu letakkan jig pada meja kerja kemudian posisikan jig agar lubang ulir pada jig lurus (center) terhadap bor tapping. Selanjutnya pasang baut pengunci, kemudian kencangkan dan pastikan jig tidak goyang/bergerak.
  • 32. Laporan Tugas Akhir BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 36 Gambar 4.1 Proses setting jig pada drilling machine b. Lakukan Proses chamfering sebelum proses tapping dilakukan Proses chamfering ini bertujuan agar tidak timbul burry pada bagian luar permukaan ulir pada part. Langkah proses chamfering sama dengan dengan proses tapping, termasuk putaran mesin yang digunakan yaitu dengan kecepatan putar 80 rpm. Hanya bedanya pada proses chamfering ini mata bor yang digunakan yaitu countersink. Proses chamfering dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2 Countersink dan part yang akan di chamfer
  • 33. Laporan Tugas Akhir BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 37 Gambar 4.3 Proses chamfering c. Proses pembuatan ulir (tapping)  Posisi.1: Pasang part pada jig (posisi.1). Pastikan part masuk pada pin [1] dan [2] pada jig. Kemudian lakukan proses tapping: hidupkan mesin pada putaran 80 rpm , lalu tarik handle mesin bor ke bawah secara perlahan. Pegang part dengan tangan kiri selama proses tapping dilakukan. Gambar 4.4 Proses tapping posisi.1
  • 34. Laporan Tugas Akhir BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 38  Posisi.2: Pada posisi yang ke-2 ini prosesnya sama seperti pada posisi ke-1, Pasang part pada jig (posisi.2) tetapi part dibalik. Pastikan part masuk pin [3] dan [4] pada jig. Kemudian lakukan seperti proses pada posisi.1 dengan putaran mesin yang sama. Gambar 4.5 Proses tapping posisi.2 d. Pengecekan ulir Setelah proses chamfering dan tapping selesai maka selanjutnya adalah melakukan pengecekan pada hasil tapping, untuk memastikan apakah hasil dari proses tapping ini sudah memenuhi standar yang diinginkan atau tidak (Standar : Thread pin masuk normal/tidak macet). Pengecekan dilakukan setiap proses produksi 1 pcs/box. Gambar 4.6 Pengecekan ulir
  • 35. Laporan Tugas Akhir BAB IV PENGUJIAN TAPPING LOWER BRACKET JIG 39 4.3 Hasil Pengujian Pembuatan produk dengan menggunakan tapping lower bracket jig ini hanya dikerjakan pada shift 1, dari jam 07.00 s/d 16.00 (8 jam). Jam kerja = 8 jam/hari = 8 × 3600 dt/hari = 28800 dt/hari 1 hari = 1000 pcs 1 pcs = = 28.8 dt/pcs ~ 28 dt/pcs Proses pengerjaannya: Chamfering Ambil & pasang benda pada jig = 3 dt Chamfer (atas) = 4 dt Membalik benda = 4 dt Chamfer (bawah) = 4 dt Melepas & meletakkan benda = 3 dt Total = 18 dt Tapping Ambil & pasang benda pada jig = 3 dt Tapping (atas) = 8 dt Membalik benda = 4 dt Tapping (bawah) = 8 dt Melepas & meletakkan benda = 3 dt Total = 26 dt Hasil dari trial (percobaan) yang dilakukan dengan menggunakan tapping lower bracket jig yaitu 26 detik/pcs atau ±1100 pcs/hari (8 jam), berarti sudah memenuhi target pengerjaan produk. Dengan kata lain penggunaan tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat berdasarkan target yang diinginkan.
  • 36. Laporan Tugas Akhir BAB V PENUTUP 40 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berikut merupakan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil perancangan, pembuatan dan pengujian/trial tapping lower bracket jig untuk produk lower bracket yaitu : a. Tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat sesui dengan tujuan utamanya, yaitu sebagai alat bantu untuk pembuatan ulir pada produk lower bracket. b. Untuk pembuatan ulir pada part lower bracket dilakukan dua proses, yang pertama part di chamfer terlebih dahulu kemudian barulah pembuatan ulir (tapping). c. Hasil dari pengujian, lubang ulir pada part telah sesuai dengan yang diharapkan dan operatorpun bisa dengan mudah untuk menggunakannya dengan waktu sesingkat mungkin. d. Waktu yang dibutuhkan dalam pembuatan ulir pada produk lower bracket dengan menggunakan tapping lower bracket jig ini sudah memenuhi target pengerjaan produk, yaitu 26 detik/pcs atau 1100 pcs/hari (8 jam). Dengan kata lain penggunaan tapping lower bracket jig ini telah berhasil dibuat untuk memenuhi target yang diinginkan. 5.2 Saran Setelah menyelesaikan Tugas Akhir ini, maka saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan kepada PT. Sari Takagi Elok Produk mengenai masalah pembuatan alat bantu tapping lower bracket jig, alangkah baiknya dibuat lagi hingga diperbanyak dalam pembuatannya. Karena semakin banyak tapping lower bracket jig ini dibuat maka proses produksinyapun akan lebih cepat.