SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
TUGAS INDIVIDU KE III
ANALISIS TREN ANGKA DEPENDENCY RATIO DI PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2010-2016
Disusun Oleh :
Rosidah Amini 1613034036
Dosen Pengampu : Dr. Trisnaningsih, M.Si.
Mata Kuliah : Geografi Penduduk
Program Studi : Pendidikan Geografi
Kopel / SKS : KGO616214 / 2 (2-0)
Semester : Genap
Tahun : 2017/2018
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “analisis tren angka dependency ratio di
Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016” tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan
tugas mata kuliah Gegrafi Penduduk. Tugas ini menjelaskan mengenai rasio beban
tanggungan beserta kaitannya dengan bonus demografi di provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2016. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pendidikan
geografi dan para pembaca pada umumnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Trisnaningsih, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Geografi Penduduk atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan
tugas kelompok ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
pada intinya dapat memerbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang akan
datang dapat lebih baik lagi.
Bandarlampung, Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
Analisis tren dependency ratio di Provinsi Jawa Barat tahun
2010-2016 .............................................................................................. 3
BAB III PENUTUP ................................................................................ 8
Kesimuplan ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 angka rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun
2010-2016 ..............................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah fertilitas atau kelahiran bayi lahir hidup di Provinsi Jawa Barat mengalami
pasang surut dari tahun ketahun, meskipun dalam kurun waktu 46 tahun terakhir
angkanya relativ terus mengalami penurunan. Angka kelahiran (Total Fertility
Rate) di Provinsi Jawa Barat telah mengalami penurunan dalam jangka waktu 40
tahunan, hal ini dikarenakan keberhasilan program KB yang digalakkan oleh
pemerintah. Meskipun telah terjadi penurunan TFR, namun tambahan bayi yang
lahir hidup masih terus bertambah disetiap tahunnya, tidak hanya di Provinsi Jawa
Barat, namun begitu juga yang berlaku pada provinsi-provinsi di Indonesia.
Saat ini serta beberapa tahun terakhir Provinsi Jawa Barat telah mengalami masa
dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia
non produktif, sehingga menurunkan rasio beban ketergantungan (Dependency
Ratio). Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Hal ini merupakan
dampak dari adanya perlambatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Jawa
Barat dalam beberapa waktu terakhir. Perlambatan jumlah penduduk disebabkan
oleh banyak hal, salah satu yang terpenting adalah akibat dari angka kelahiran di
Provinsi Jawa Barat yang menurun.
Sumber data pokok yang digunakan adalah, data banyaknya penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin dalam BPS Provinsi Jawa Barat dalam angka
2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017. Adapun tujuan dari pembuatan
tugas ini adalah untuk :
1. Mengetahui jumlah dan perbandingan angka beban ketergantungan Provinsi
Jawa Barat dari tahun 2010-2016
2. Mengetahui periode tahun dengan angka Dependency Ratio tertinggi dan
Dependency Ratio terendah di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010-2016
BAB II PEMBAHASAN
ANALISIS TREN DEPENDENCY RATIO DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2010-2016
Beban ketergantungan (Dependency Ratio) merupakan jumlah penduduk
(population) yang tidak aktif secara ekonomi apabila dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja (labour force) yang dipekerjakan (employed) atau bekerja sendiri
(self imployed). Pertanggungan termasuk anak-anak, orang jompo, cacat serta
yang bekerja tanpa digaji, dan pengangguran yang ditanggung oleh angkatan kerja
dalam menyediakan barang dan jasa bagi kebutuhan mereka (DMCA.Com, 2014).
Dependency ratio merupakan angka perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (penduduk umur kurang dari 15 tahun ditambah dengan penduduk
umur 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif
(usia 15-64 tahun) (Trisnaningsih, 2016 : 63).
Rasio beban tanggungan atau rasio ketergantungan banyak manfaatnya untuk
menyusun studi dibidang perekonomian. Rasio ketergantungan didefinisikan
sebagai jumlah orang-orang yang secara ekonomis tidak aktif per 100 orang yang
secara ekonomis aktif tercakup didalam jumlah penduduk itu juga (Pollard dkk.,
1984 :27-28) dalam (Trisnaningsih, 2016 : 107).
Secara kasar, angka dependency ratio dapat digunakan sebagai tolak ukur
perekonomian dari suatu daerah atau wilayah, apakah wilayah tersebut tergolong
maju atau sebaliknya. Angka beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa
Baratpada tahun 2016 adalah 48, ini berarti bahwa terdapat 100 orang produktif
yang harus menanggung 48 orang yang tidak produktif. Angka beban tanggungan
dikatakan rendah apabila berada pada angka 50 kebawah. Hal ini berarti angka
ketergantungan Provinsi Jawa Barat termasuk rendah.
Tabel 2.1 angka rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun
2010-2016
Tahun Angka Dependency Ratio (DR)
2010 50
2011 49
2012 49
2013 48
2014 48
2015 48
2016 48
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014, 2015,
2016. 2017.
Saat ini serta beberapa tahun terakhir Provinsi Jawa Barat telah mengalami masa
dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia
non produktif, sehingga menurunkan rasio beban ketergantungan (Dependency
Ratio). Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi
sendiri merupakan keadaan dimana struktur penduduk sangat menguntungkan
ditinjau dari sisi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk usia
produktif sangat besar, atau melebihi jumlah penduduk usia belum dan tidak
produktif. Bonus demografi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan
sebgai peluang emas dalam kemajuan wilayah Provinsi Jawa Barat apabila dapat
dipersiapkan dengan baik. Pemerintah harus dapat meyiapkan generasi muda
dengan tingkat kulaitas sumber daya manusia secara optimal, baik melalui
pendidikan, kesehatan, pelatihan keterampilan dan lain-lain, supaya dapat
meningkatkan lapangan kerja dan juga investasi di Jawa Barat.
Berdasarkan tabel 2.1 tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio)
di Provinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan
angka rasio ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai
angka 50. Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok
produktif harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Data pada tabel
2.1 menunjukkan angka rasio beban tanggungan penduduk Jawa Barat dalam
beberapa tahun terakhir. Sedangkan angka terendah rasio beban tanggungan
penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48 yakni terdapat pada tahun
2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok produktif harus
menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif.
Tingginya angka rasio beban ketergantungan di Provinsi Jawa Barat pada tahun
2010, dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kelahiran bayi total pada tahun
tersebut yang mencapai angka 2,43. Hal ini berarti setiap perempuan yang telah
melewati masa suburnya di Provinsi Jawa Barat telah melahirkan 2,43 bayi laki-
laki dan/ perempuan. Selain TFR, keberhasilan program KB serta kesibukan
aktivitas penduduk juga turut berpengaruh pada angka rasio beban tanggungan.
Pada tahun 2010 angka rasio beban tanggungan lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun 2013 sampai sekarang, penyebabnya dapat diperkirakan bahwa pada saat itu
penduduk usia produktif terutama para wanita / ibu-ibu, belum terlalu disibukkan
dengan aktifitas atau kegiatan pekerjaan yang dapat memanfaatkan produktifitas
mereka secara optimal, sehingga masih memiliki banyak waktu senggang, yang
berarti mereka masih memilki banyak waktu untuk bersama dan mengurus anak-
anaknya, meskipun anak-anaknya banyak. Tingkat pendidikan juga berpengaruh,
karena pendidikan mampu membuat seseorang memanfaatkan masa
produktifitasnya dengan baik, sehingga waktu yang ia miliki semakin sempit
akibat kesibukan aktivitasnya, yang kemudian akan berdampak pada minat untuk
memiliki jumlah anak yang banyak semakin berkurang. Hal ini pada intinya tetap
akan berpengaruh pada TFR penduduknya, dimana TFR (Total Fertility Rate)
penduduk akan sangat berpengaruh terhadap rasio beban ketergantungan.
Berbeda dengan angka rasio beban tanggungan penduduk dari tahun 2013 hingga
sekarang, yang angkanya sudah semakin menurun dari tahun 2010 yaitu mencapai
angka 48. Yang berarti tiap 100 penduduk usia produktif menanggung 48
penduduk usia tidak produktif. Menurunnya angka rasio beban tanggungan akan
semakin bagus bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Rendahnya angka rasio
ketergantungan pada tahun 2013-2016 dikarenakan mulai berhasilnya program
KB di Provinsi Jawa Barat. Meskipun program KB telah berjalan dari tahun-tahun
sebelumnya, namun hasil yang lebih optimal lebih dirasakan pada tahun-tahun
terakhir. Dimana angka fertilitas total penduduk Jawa Barat semakin menurun.
Semakin banyaknya kampung KB yang terdapat diberbagai Kabupaten/Kota di
Jawa Barat turut berperan serta menurunkan angka fertilitas total di Jawa Barat.
Yang kemudian berdampak pada rendahnya rasio beban tanggungan penduduk
Jawa Barat.
Menurunnya jumlah kelahiran bayi di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2013 hingga
sekarang dapat dikatakan merupakan jumlah yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan teori sosial ekonomi tentang
fertilitas yang dipelopori oleh John Stuart Mill, rendahnya angka TFR di Provinsi
Jawa Barat pada tahun-tahun terakhir (2013 hingga sekarang) dapat diperkirakan
disebabkan oleh produktifitas penduduk Jawa Barat yang semakin tinggi akibat
adanya modernisasi. Dimana menurut J S Mill ketika produktifitas seseorang
tinggi, keinginan memunyai anak cenderung sedikit atau keluarga kecil, sehingga
menyebabkan fertilitas menjadi rendah. Selain itu, tingkat pendidikan penduduk di
suatu daerah juga berpengaruh terhadap angka TFR penduduknya.
Tinggi rendahnya fertilitas ditentukan oleh nilai anak dalam pandangan manusia,
melalui pendidikan nilai anak tersebut dapat diubah. Peningkatan pendidikan
mampu mengubah cara berfikir seseorang menjadi lebih rasional untuk
mempertimbangkan keinginannya menambah jumlah anak sesuai dengan karir
dan produktivitasnya. Menurut Mill wanita pada umumnya ingin anak yang
sedikit, bila hal ini diperhatikan dapat menurunkan tingkat kelahiran
(Trisnaningsih, 2016 : 89).
Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif.
Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk
memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk
peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit
membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan
mendongkrak produktivitas (Yuswohadi, 2012).
Dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan
sinergitas antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah berperan menyediakan
layanan kesehatan dan layanan pendidikan yang memadai. Kesehatan merupakan
salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat.
Indikator dalam keberhasilan pencapaian kesehatan dapat ditinjau dari
menurunnya angka kematian bayi, tingginya agka harapan hidup, dan menurunnya
jumlah penduduk yang sakit. Dengan tingginya derajat kesehatan diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas penduduk untuk mencapai kesejahteran.
Jadi dalam menghadapi bonus demografi, penduduk dengan usia produktif harus
mampu mengembangkan dirinya agar tidak menjadi beban demografi tapi malah
dapat produktif untuk peningkatan kesejahteraan. Dalam peningkatan SDM
diperlukan kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik maka pemerintah harus
mampu menyediakan sarananya secara optimal. Oleh karena itu, peluang emas
bonus demografi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat,
bukan malah menjadi beban pemerintah. Maksimalkan potensi untuk dapat
menjadi modal bangsa yang kuat dan dapat bersaing (Dea Aninditya, 2016).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dependency ratio merupakan angka perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (penduduk umur kurang dari 15 tahun ditambah dengan penduduk
umur 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif
(usia 15-64 tahun) (Trisnaningsih, 2016 : 63).
Tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio) di Provinsi Jawa Barat
terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan angka rasio
ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai angka 50.
Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok produktif
harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Sedangkan angka terendah
rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48
yakni terdapat pada tahun 2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok
produktif harus menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif.
Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif.
Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk
memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk
peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit
membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan
mendongkrak produktivitas (Yuswohadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Trisnaningsih. 2016. Demografi Edisi 2. Media Akademi : Yogyakarta.
Yuswohady. 2012. Bonus Demografi.
http://www.yuswohady.com/2012/11/17/bonus-demografi/. Diakses pada tanggal
24 Mei 2018 pukul 21.34 WIB.
DMCA.Com. 2014. Pengertian beban ketergantungan. http://arti-definisi-
pengertian.info/pengertian-beban-ketergantungan/ Diakses pada tanggal 25
Mei 2018 pukul 05.27 WIB
Dea Aninditya. 2015. Siapkah Indonesia menghadapi bonus demografi.
https://www.academia.edu/9922358/siapkah_Indonesia_menghadapi_bonu
s_demografi. Diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 06.07 WIB.

More Related Content

Similar to ANALISI TREND DR JAWA BARAT 2010-2016

Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Irma Damayanti
 
Bonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTH
Bonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTHBonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTH
Bonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTHnelvy2
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Demografi 3
Demografi 3Demografi 3
Demografi 3riyan
 
Demografi 3
Demografi 3Demografi 3
Demografi 3riyan
 
Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)
Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)
Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)Indra Lasmana
 
Masa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kbMasa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kbkartika purwandari
 
Policy brief pkh
Policy brief pkhPolicy brief pkh
Policy brief pkhBe Susantyo
 
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptxPP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptxMuhammadAkram782743
 
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptxEkonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptxlianytha
 
Dinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesiaDinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesiawahyunihafnisyah
 
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata   Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata Perpus Maya
 

Similar to ANALISI TREND DR JAWA BARAT 2010-2016 (20)

Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
Membangun kualitas sumber daya manusia melalui program keluarga berencana di ...
 
Bonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTH
Bonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTHBonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTH
Bonus Demografi Pertemuan 1GBGDHDHDHDTHTHTH
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Demografi 3
Demografi 3Demografi 3
Demografi 3
 
Demografi 3
Demografi 3Demografi 3
Demografi 3
 
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
 
Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)
Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)
Sekolah Generasi Muda Berencana (GMB)
 
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
Perkembangan pembangunan (suripto  2013)Perkembangan pembangunan (suripto  2013)
Perkembangan pembangunan (suripto 2013)
 
partisipasi KB
partisipasi KBpartisipasi KB
partisipasi KB
 
Masa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kbMasa depan generasi muda dengan kb
Masa depan generasi muda dengan kb
 
Policy brief pkh
Policy brief pkhPolicy brief pkh
Policy brief pkh
 
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptxPP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
PP. Kependudukan Dan Tenaga Kerja.pptx
 
Makalah sumber daya manusia
Makalah sumber daya manusiaMakalah sumber daya manusia
Makalah sumber daya manusia
 
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptxEkonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
Ekonomi_kependudukan_sesi_5_ukuran_kompo.pptx
 
Dinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesiaDinamika kependudukan indonesia
Dinamika kependudukan indonesia
 
Bonus Demografi
Bonus DemografiBonus Demografi
Bonus Demografi
 
12677180.ppt
12677180.ppt12677180.ppt
12677180.ppt
 
Makalah sumber daya manusia
Makalah sumber daya manusiaMakalah sumber daya manusia
Makalah sumber daya manusia
 
Makalah sumber daya manusia
Makalah sumber daya manusiaMakalah sumber daya manusia
Makalah sumber daya manusia
 
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata   Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
 

Recently uploaded

415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 

Recently uploaded (9)

415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 

ANALISI TREND DR JAWA BARAT 2010-2016

  • 1. TUGAS INDIVIDU KE III ANALISIS TREN ANGKA DEPENDENCY RATIO DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010-2016 Disusun Oleh : Rosidah Amini 1613034036 Dosen Pengampu : Dr. Trisnaningsih, M.Si. Mata Kuliah : Geografi Penduduk Program Studi : Pendidikan Geografi Kopel / SKS : KGO616214 / 2 (2-0) Semester : Genap Tahun : 2017/2018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “analisis tren angka dependency ratio di Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016” tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan tugas mata kuliah Gegrafi Penduduk. Tugas ini menjelaskan mengenai rasio beban tanggungan beserta kaitannya dengan bonus demografi di provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pendidikan geografi dan para pembaca pada umumnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Trisnaningsih, M.Si. selaku dosen mata kuliah Geografi Penduduk atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan tugas kelompok ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan pada intinya dapat memerbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang akan datang dapat lebih baik lagi. Bandarlampung, Mei 2018 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI DAFTAR ISI .......................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3 Analisis tren dependency ratio di Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016 .............................................................................................. 3 BAB III PENUTUP ................................................................................ 8 Kesimuplan ............................................................................................. 8 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 angka rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016 ..............................................................................................4
  • 4. BAB I PENDAHULUAN Jumlah fertilitas atau kelahiran bayi lahir hidup di Provinsi Jawa Barat mengalami pasang surut dari tahun ketahun, meskipun dalam kurun waktu 46 tahun terakhir angkanya relativ terus mengalami penurunan. Angka kelahiran (Total Fertility Rate) di Provinsi Jawa Barat telah mengalami penurunan dalam jangka waktu 40 tahunan, hal ini dikarenakan keberhasilan program KB yang digalakkan oleh pemerintah. Meskipun telah terjadi penurunan TFR, namun tambahan bayi yang lahir hidup masih terus bertambah disetiap tahunnya, tidak hanya di Provinsi Jawa Barat, namun begitu juga yang berlaku pada provinsi-provinsi di Indonesia. Saat ini serta beberapa tahun terakhir Provinsi Jawa Barat telah mengalami masa dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia non produktif, sehingga menurunkan rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio). Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Hal ini merupakan dampak dari adanya perlambatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Jawa Barat dalam beberapa waktu terakhir. Perlambatan jumlah penduduk disebabkan oleh banyak hal, salah satu yang terpenting adalah akibat dari angka kelahiran di Provinsi Jawa Barat yang menurun. Sumber data pokok yang digunakan adalah, data banyaknya penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dalam BPS Provinsi Jawa Barat dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017. Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk : 1. Mengetahui jumlah dan perbandingan angka beban ketergantungan Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010-2016
  • 5. 2. Mengetahui periode tahun dengan angka Dependency Ratio tertinggi dan Dependency Ratio terendah di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010-2016
  • 6.
  • 7. BAB II PEMBAHASAN ANALISIS TREN DEPENDENCY RATIO DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010-2016 Beban ketergantungan (Dependency Ratio) merupakan jumlah penduduk (population) yang tidak aktif secara ekonomi apabila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja (labour force) yang dipekerjakan (employed) atau bekerja sendiri (self imployed). Pertanggungan termasuk anak-anak, orang jompo, cacat serta yang bekerja tanpa digaji, dan pengangguran yang ditanggung oleh angkatan kerja dalam menyediakan barang dan jasa bagi kebutuhan mereka (DMCA.Com, 2014). Dependency ratio merupakan angka perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (penduduk umur kurang dari 15 tahun ditambah dengan penduduk umur 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif (usia 15-64 tahun) (Trisnaningsih, 2016 : 63). Rasio beban tanggungan atau rasio ketergantungan banyak manfaatnya untuk menyusun studi dibidang perekonomian. Rasio ketergantungan didefinisikan sebagai jumlah orang-orang yang secara ekonomis tidak aktif per 100 orang yang secara ekonomis aktif tercakup didalam jumlah penduduk itu juga (Pollard dkk., 1984 :27-28) dalam (Trisnaningsih, 2016 : 107). Secara kasar, angka dependency ratio dapat digunakan sebagai tolak ukur perekonomian dari suatu daerah atau wilayah, apakah wilayah tersebut tergolong maju atau sebaliknya. Angka beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Baratpada tahun 2016 adalah 48, ini berarti bahwa terdapat 100 orang produktif yang harus menanggung 48 orang yang tidak produktif. Angka beban tanggungan
  • 8. dikatakan rendah apabila berada pada angka 50 kebawah. Hal ini berarti angka ketergantungan Provinsi Jawa Barat termasuk rendah. Tabel 2.1 angka rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016 Tahun Angka Dependency Ratio (DR) 2010 50 2011 49 2012 49 2013 48 2014 48 2015 48 2016 48 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016. 2017. Saat ini serta beberapa tahun terakhir Provinsi Jawa Barat telah mengalami masa dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia non produktif, sehingga menurunkan rasio beban ketergantungan (Dependency Ratio). Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi sendiri merupakan keadaan dimana struktur penduduk sangat menguntungkan ditinjau dari sisi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk usia produktif sangat besar, atau melebihi jumlah penduduk usia belum dan tidak produktif. Bonus demografi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan sebgai peluang emas dalam kemajuan wilayah Provinsi Jawa Barat apabila dapat dipersiapkan dengan baik. Pemerintah harus dapat meyiapkan generasi muda dengan tingkat kulaitas sumber daya manusia secara optimal, baik melalui pendidikan, kesehatan, pelatihan keterampilan dan lain-lain, supaya dapat meningkatkan lapangan kerja dan juga investasi di Jawa Barat.
  • 9. Berdasarkan tabel 2.1 tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio) di Provinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan angka rasio ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai angka 50. Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Data pada tabel 2.1 menunjukkan angka rasio beban tanggungan penduduk Jawa Barat dalam beberapa tahun terakhir. Sedangkan angka terendah rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48 yakni terdapat pada tahun 2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif. Tingginya angka rasio beban ketergantungan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010, dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kelahiran bayi total pada tahun tersebut yang mencapai angka 2,43. Hal ini berarti setiap perempuan yang telah melewati masa suburnya di Provinsi Jawa Barat telah melahirkan 2,43 bayi laki- laki dan/ perempuan. Selain TFR, keberhasilan program KB serta kesibukan aktivitas penduduk juga turut berpengaruh pada angka rasio beban tanggungan. Pada tahun 2010 angka rasio beban tanggungan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sampai sekarang, penyebabnya dapat diperkirakan bahwa pada saat itu penduduk usia produktif terutama para wanita / ibu-ibu, belum terlalu disibukkan dengan aktifitas atau kegiatan pekerjaan yang dapat memanfaatkan produktifitas mereka secara optimal, sehingga masih memiliki banyak waktu senggang, yang berarti mereka masih memilki banyak waktu untuk bersama dan mengurus anak- anaknya, meskipun anak-anaknya banyak. Tingkat pendidikan juga berpengaruh, karena pendidikan mampu membuat seseorang memanfaatkan masa produktifitasnya dengan baik, sehingga waktu yang ia miliki semakin sempit akibat kesibukan aktivitasnya, yang kemudian akan berdampak pada minat untuk memiliki jumlah anak yang banyak semakin berkurang. Hal ini pada intinya tetap akan berpengaruh pada TFR penduduknya, dimana TFR (Total Fertility Rate) penduduk akan sangat berpengaruh terhadap rasio beban ketergantungan.
  • 10. Berbeda dengan angka rasio beban tanggungan penduduk dari tahun 2013 hingga sekarang, yang angkanya sudah semakin menurun dari tahun 2010 yaitu mencapai angka 48. Yang berarti tiap 100 penduduk usia produktif menanggung 48 penduduk usia tidak produktif. Menurunnya angka rasio beban tanggungan akan semakin bagus bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Rendahnya angka rasio ketergantungan pada tahun 2013-2016 dikarenakan mulai berhasilnya program KB di Provinsi Jawa Barat. Meskipun program KB telah berjalan dari tahun-tahun sebelumnya, namun hasil yang lebih optimal lebih dirasakan pada tahun-tahun terakhir. Dimana angka fertilitas total penduduk Jawa Barat semakin menurun. Semakin banyaknya kampung KB yang terdapat diberbagai Kabupaten/Kota di Jawa Barat turut berperan serta menurunkan angka fertilitas total di Jawa Barat. Yang kemudian berdampak pada rendahnya rasio beban tanggungan penduduk Jawa Barat. Menurunnya jumlah kelahiran bayi di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2013 hingga sekarang dapat dikatakan merupakan jumlah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan teori sosial ekonomi tentang fertilitas yang dipelopori oleh John Stuart Mill, rendahnya angka TFR di Provinsi Jawa Barat pada tahun-tahun terakhir (2013 hingga sekarang) dapat diperkirakan disebabkan oleh produktifitas penduduk Jawa Barat yang semakin tinggi akibat adanya modernisasi. Dimana menurut J S Mill ketika produktifitas seseorang tinggi, keinginan memunyai anak cenderung sedikit atau keluarga kecil, sehingga menyebabkan fertilitas menjadi rendah. Selain itu, tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga berpengaruh terhadap angka TFR penduduknya. Tinggi rendahnya fertilitas ditentukan oleh nilai anak dalam pandangan manusia, melalui pendidikan nilai anak tersebut dapat diubah. Peningkatan pendidikan mampu mengubah cara berfikir seseorang menjadi lebih rasional untuk mempertimbangkan keinginannya menambah jumlah anak sesuai dengan karir dan produktivitasnya. Menurut Mill wanita pada umumnya ingin anak yang sedikit, bila hal ini diperhatikan dapat menurunkan tingkat kelahiran (Trisnaningsih, 2016 : 89).
  • 11. Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif. Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan mendongkrak produktivitas (Yuswohadi, 2012). Dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan sinergitas antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah berperan menyediakan layanan kesehatan dan layanan pendidikan yang memadai. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat. Indikator dalam keberhasilan pencapaian kesehatan dapat ditinjau dari menurunnya angka kematian bayi, tingginya agka harapan hidup, dan menurunnya jumlah penduduk yang sakit. Dengan tingginya derajat kesehatan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas penduduk untuk mencapai kesejahteran. Jadi dalam menghadapi bonus demografi, penduduk dengan usia produktif harus mampu mengembangkan dirinya agar tidak menjadi beban demografi tapi malah dapat produktif untuk peningkatan kesejahteraan. Dalam peningkatan SDM diperlukan kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik maka pemerintah harus mampu menyediakan sarananya secara optimal. Oleh karena itu, peluang emas bonus demografi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, bukan malah menjadi beban pemerintah. Maksimalkan potensi untuk dapat menjadi modal bangsa yang kuat dan dapat bersaing (Dea Aninditya, 2016).
  • 12. BAB III PENUTUP Kesimpulan Dependency ratio merupakan angka perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (penduduk umur kurang dari 15 tahun ditambah dengan penduduk umur 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif (usia 15-64 tahun) (Trisnaningsih, 2016 : 63). Tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio) di Provinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan angka rasio ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai angka 50. Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Sedangkan angka terendah rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48 yakni terdapat pada tahun 2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif. Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif. Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan mendongkrak produktivitas (Yuswohadi, 2012).
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Trisnaningsih. 2016. Demografi Edisi 2. Media Akademi : Yogyakarta. Yuswohady. 2012. Bonus Demografi. http://www.yuswohady.com/2012/11/17/bonus-demografi/. Diakses pada tanggal 24 Mei 2018 pukul 21.34 WIB. DMCA.Com. 2014. Pengertian beban ketergantungan. http://arti-definisi- pengertian.info/pengertian-beban-ketergantungan/ Diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 05.27 WIB Dea Aninditya. 2015. Siapkah Indonesia menghadapi bonus demografi. https://www.academia.edu/9922358/siapkah_Indonesia_menghadapi_bonu s_demografi. Diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 06.07 WIB.