Tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio) di Provinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan angka rasio ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai angka 50. Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Sedangkan angka terendah rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48 yakni terdapat pada tahun 2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok produktif harus menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif.
1. TUGAS INDIVIDU KE III
ANALISIS TREN ANGKA DEPENDENCY RATIO DI PROVINSI JAWA
BARAT TAHUN 2010-2016
Disusun Oleh :
Rosidah Amini 1613034036
Dosen Pengampu : Dr. Trisnaningsih, M.Si.
Mata Kuliah : Geografi Penduduk
Program Studi : Pendidikan Geografi
Kopel / SKS : KGO616214 / 2 (2-0)
Semester : Genap
Tahun : 2017/2018
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “analisis tren angka dependency ratio di
Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2016” tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan
tugas mata kuliah Gegrafi Penduduk. Tugas ini menjelaskan mengenai rasio beban
tanggungan beserta kaitannya dengan bonus demografi di provinsi Jawa Barat
tahun 2010-2016. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa pendidikan
geografi dan para pembaca pada umumnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Trisnaningsih, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Geografi Penduduk atas bimbingan dan arahan dalam penyusunan
tugas kelompok ini serta pihak-pihak yang telah membantu dan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
pada intinya dapat memerbaiki kekurangan-kekurangan agar di masa yang akan
datang dapat lebih baik lagi.
Bandarlampung, Mei 2018
Penulis
3. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3
Analisis tren dependency ratio di Provinsi Jawa Barat tahun
2010-2016 .............................................................................................. 3
BAB III PENUTUP ................................................................................ 8
Kesimuplan ............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 angka rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun
2010-2016 ..............................................................................................4
4. BAB I
PENDAHULUAN
Jumlah fertilitas atau kelahiran bayi lahir hidup di Provinsi Jawa Barat mengalami
pasang surut dari tahun ketahun, meskipun dalam kurun waktu 46 tahun terakhir
angkanya relativ terus mengalami penurunan. Angka kelahiran (Total Fertility
Rate) di Provinsi Jawa Barat telah mengalami penurunan dalam jangka waktu 40
tahunan, hal ini dikarenakan keberhasilan program KB yang digalakkan oleh
pemerintah. Meskipun telah terjadi penurunan TFR, namun tambahan bayi yang
lahir hidup masih terus bertambah disetiap tahunnya, tidak hanya di Provinsi Jawa
Barat, namun begitu juga yang berlaku pada provinsi-provinsi di Indonesia.
Saat ini serta beberapa tahun terakhir Provinsi Jawa Barat telah mengalami masa
dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia
non produktif, sehingga menurunkan rasio beban ketergantungan (Dependency
Ratio). Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Hal ini merupakan
dampak dari adanya perlambatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Jawa
Barat dalam beberapa waktu terakhir. Perlambatan jumlah penduduk disebabkan
oleh banyak hal, salah satu yang terpenting adalah akibat dari angka kelahiran di
Provinsi Jawa Barat yang menurun.
Sumber data pokok yang digunakan adalah, data banyaknya penduduk menurut
kelompok umur dan jenis kelamin dalam BPS Provinsi Jawa Barat dalam angka
2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2016, dan 2017. Adapun tujuan dari pembuatan
tugas ini adalah untuk :
1. Mengetahui jumlah dan perbandingan angka beban ketergantungan Provinsi
Jawa Barat dari tahun 2010-2016
5. 2. Mengetahui periode tahun dengan angka Dependency Ratio tertinggi dan
Dependency Ratio terendah di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2010-2016
6.
7. BAB II PEMBAHASAN
ANALISIS TREN DEPENDENCY RATIO DI PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN 2010-2016
Beban ketergantungan (Dependency Ratio) merupakan jumlah penduduk
(population) yang tidak aktif secara ekonomi apabila dibandingkan dengan jumlah
angkatan kerja (labour force) yang dipekerjakan (employed) atau bekerja sendiri
(self imployed). Pertanggungan termasuk anak-anak, orang jompo, cacat serta
yang bekerja tanpa digaji, dan pengangguran yang ditanggung oleh angkatan kerja
dalam menyediakan barang dan jasa bagi kebutuhan mereka (DMCA.Com, 2014).
Dependency ratio merupakan angka perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (penduduk umur kurang dari 15 tahun ditambah dengan penduduk
umur 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif
(usia 15-64 tahun) (Trisnaningsih, 2016 : 63).
Rasio beban tanggungan atau rasio ketergantungan banyak manfaatnya untuk
menyusun studi dibidang perekonomian. Rasio ketergantungan didefinisikan
sebagai jumlah orang-orang yang secara ekonomis tidak aktif per 100 orang yang
secara ekonomis aktif tercakup didalam jumlah penduduk itu juga (Pollard dkk.,
1984 :27-28) dalam (Trisnaningsih, 2016 : 107).
Secara kasar, angka dependency ratio dapat digunakan sebagai tolak ukur
perekonomian dari suatu daerah atau wilayah, apakah wilayah tersebut tergolong
maju atau sebaliknya. Angka beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa
Baratpada tahun 2016 adalah 48, ini berarti bahwa terdapat 100 orang produktif
yang harus menanggung 48 orang yang tidak produktif. Angka beban tanggungan
8. dikatakan rendah apabila berada pada angka 50 kebawah. Hal ini berarti angka
ketergantungan Provinsi Jawa Barat termasuk rendah.
Tabel 2.1 angka rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat tahun
2010-2016
Tahun Angka Dependency Ratio (DR)
2010 50
2011 49
2012 49
2013 48
2014 48
2015 48
2016 48
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat dalam angka 2011, 2012, 2013, 2014, 2015,
2016. 2017.
Saat ini serta beberapa tahun terakhir Provinsi Jawa Barat telah mengalami masa
dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dari jumlah penduduk usia
non produktif, sehingga menurunkan rasio beban ketergantungan (Dependency
Ratio). Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi
sendiri merupakan keadaan dimana struktur penduduk sangat menguntungkan
ditinjau dari sisi pembangunan. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduk usia
produktif sangat besar, atau melebihi jumlah penduduk usia belum dan tidak
produktif. Bonus demografi yang terdapat di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan
sebgai peluang emas dalam kemajuan wilayah Provinsi Jawa Barat apabila dapat
dipersiapkan dengan baik. Pemerintah harus dapat meyiapkan generasi muda
dengan tingkat kulaitas sumber daya manusia secara optimal, baik melalui
pendidikan, kesehatan, pelatihan keterampilan dan lain-lain, supaya dapat
meningkatkan lapangan kerja dan juga investasi di Jawa Barat.
9. Berdasarkan tabel 2.1 tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio)
di Provinsi Jawa Barat terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan
angka rasio ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai
angka 50. Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok
produktif harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Data pada tabel
2.1 menunjukkan angka rasio beban tanggungan penduduk Jawa Barat dalam
beberapa tahun terakhir. Sedangkan angka terendah rasio beban tanggungan
penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48 yakni terdapat pada tahun
2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok produktif harus
menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif.
Tingginya angka rasio beban ketergantungan di Provinsi Jawa Barat pada tahun
2010, dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kelahiran bayi total pada tahun
tersebut yang mencapai angka 2,43. Hal ini berarti setiap perempuan yang telah
melewati masa suburnya di Provinsi Jawa Barat telah melahirkan 2,43 bayi laki-
laki dan/ perempuan. Selain TFR, keberhasilan program KB serta kesibukan
aktivitas penduduk juga turut berpengaruh pada angka rasio beban tanggungan.
Pada tahun 2010 angka rasio beban tanggungan lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun 2013 sampai sekarang, penyebabnya dapat diperkirakan bahwa pada saat itu
penduduk usia produktif terutama para wanita / ibu-ibu, belum terlalu disibukkan
dengan aktifitas atau kegiatan pekerjaan yang dapat memanfaatkan produktifitas
mereka secara optimal, sehingga masih memiliki banyak waktu senggang, yang
berarti mereka masih memilki banyak waktu untuk bersama dan mengurus anak-
anaknya, meskipun anak-anaknya banyak. Tingkat pendidikan juga berpengaruh,
karena pendidikan mampu membuat seseorang memanfaatkan masa
produktifitasnya dengan baik, sehingga waktu yang ia miliki semakin sempit
akibat kesibukan aktivitasnya, yang kemudian akan berdampak pada minat untuk
memiliki jumlah anak yang banyak semakin berkurang. Hal ini pada intinya tetap
akan berpengaruh pada TFR penduduknya, dimana TFR (Total Fertility Rate)
penduduk akan sangat berpengaruh terhadap rasio beban ketergantungan.
10. Berbeda dengan angka rasio beban tanggungan penduduk dari tahun 2013 hingga
sekarang, yang angkanya sudah semakin menurun dari tahun 2010 yaitu mencapai
angka 48. Yang berarti tiap 100 penduduk usia produktif menanggung 48
penduduk usia tidak produktif. Menurunnya angka rasio beban tanggungan akan
semakin bagus bagi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Rendahnya angka rasio
ketergantungan pada tahun 2013-2016 dikarenakan mulai berhasilnya program
KB di Provinsi Jawa Barat. Meskipun program KB telah berjalan dari tahun-tahun
sebelumnya, namun hasil yang lebih optimal lebih dirasakan pada tahun-tahun
terakhir. Dimana angka fertilitas total penduduk Jawa Barat semakin menurun.
Semakin banyaknya kampung KB yang terdapat diberbagai Kabupaten/Kota di
Jawa Barat turut berperan serta menurunkan angka fertilitas total di Jawa Barat.
Yang kemudian berdampak pada rendahnya rasio beban tanggungan penduduk
Jawa Barat.
Menurunnya jumlah kelahiran bayi di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2013 hingga
sekarang dapat dikatakan merupakan jumlah yang lebih rendah jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan teori sosial ekonomi tentang
fertilitas yang dipelopori oleh John Stuart Mill, rendahnya angka TFR di Provinsi
Jawa Barat pada tahun-tahun terakhir (2013 hingga sekarang) dapat diperkirakan
disebabkan oleh produktifitas penduduk Jawa Barat yang semakin tinggi akibat
adanya modernisasi. Dimana menurut J S Mill ketika produktifitas seseorang
tinggi, keinginan memunyai anak cenderung sedikit atau keluarga kecil, sehingga
menyebabkan fertilitas menjadi rendah. Selain itu, tingkat pendidikan penduduk di
suatu daerah juga berpengaruh terhadap angka TFR penduduknya.
Tinggi rendahnya fertilitas ditentukan oleh nilai anak dalam pandangan manusia,
melalui pendidikan nilai anak tersebut dapat diubah. Peningkatan pendidikan
mampu mengubah cara berfikir seseorang menjadi lebih rasional untuk
mempertimbangkan keinginannya menambah jumlah anak sesuai dengan karir
dan produktivitasnya. Menurut Mill wanita pada umumnya ingin anak yang
sedikit, bila hal ini diperhatikan dapat menurunkan tingkat kelahiran
(Trisnaningsih, 2016 : 89).
11. Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif.
Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk
memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk
peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit
membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan
mendongkrak produktivitas (Yuswohadi, 2012).
Dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan
sinergitas antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah berperan menyediakan
layanan kesehatan dan layanan pendidikan yang memadai. Kesehatan merupakan
salah satu aspek yang penting dalam peningkatan kualitas SDM masyarakat.
Indikator dalam keberhasilan pencapaian kesehatan dapat ditinjau dari
menurunnya angka kematian bayi, tingginya agka harapan hidup, dan menurunnya
jumlah penduduk yang sakit. Dengan tingginya derajat kesehatan diharapkan
dapat meningkatkan produktivitas penduduk untuk mencapai kesejahteran.
Jadi dalam menghadapi bonus demografi, penduduk dengan usia produktif harus
mampu mengembangkan dirinya agar tidak menjadi beban demografi tapi malah
dapat produktif untuk peningkatan kesejahteraan. Dalam peningkatan SDM
diperlukan kualitas pendidikan dan kesehatan yang baik maka pemerintah harus
mampu menyediakan sarananya secara optimal. Oleh karena itu, peluang emas
bonus demografi dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat,
bukan malah menjadi beban pemerintah. Maksimalkan potensi untuk dapat
menjadi modal bangsa yang kuat dan dapat bersaing (Dea Aninditya, 2016).
12. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dependency ratio merupakan angka perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (penduduk umur kurang dari 15 tahun ditambah dengan penduduk
umur 65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif
(usia 15-64 tahun) (Trisnaningsih, 2016 : 63).
Tren rasio beban tanggungan atau DR (Dependency Ratio) di Provinsi Jawa Barat
terus mengalami penurunan dari tahun ketahun. Dengan angka rasio
ketergantungan tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu mencapai angka 50.
Rasio beban tanggungan sebesar 50 berarti tiap 100 orang kelompok produktif
harus menanggung 50 kelompok orang tidak produktif. Sedangkan angka terendah
rasio beban tanggungan penduduk Provinsi Jawa Barat hingga saat ini adalah 48
yakni terdapat pada tahun 2013-2016. Ini berarti bahwa tiap 100 orang kelompok
produktif harus menanggung 48 kelompok penduduk yang tidak produktif.
Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan SDM produktif.
Ketika angka fertilitas menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk
memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk
peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit
membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan
mendongkrak produktivitas (Yuswohadi, 2012).
13. DAFTAR PUSTAKA
Trisnaningsih. 2016. Demografi Edisi 2. Media Akademi : Yogyakarta.
Yuswohady. 2012. Bonus Demografi.
http://www.yuswohady.com/2012/11/17/bonus-demografi/. Diakses pada tanggal
24 Mei 2018 pukul 21.34 WIB.
DMCA.Com. 2014. Pengertian beban ketergantungan. http://arti-definisi-
pengertian.info/pengertian-beban-ketergantungan/ Diakses pada tanggal 25
Mei 2018 pukul 05.27 WIB
Dea Aninditya. 2015. Siapkah Indonesia menghadapi bonus demografi.
https://www.academia.edu/9922358/siapkah_Indonesia_menghadapi_bonu
s_demografi. Diakses pada tanggal 25 Mei 2018 pukul 06.07 WIB.