SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
A. SITTI NURBAYA


                                  Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai (sering disingkat Sitti
                                  Nurbaya atau Siti     Nurbaya; Ejaan      Republik Sitti
                                  Noerbaja) adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis
                                  oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai
                                  Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada
                                  tahun 1922. Penulisnya dipengaruhi oleh perselisihan
                                  antara kebudayaan orang Minang dari Sumatera bagian
                                  barat dan penjajah Belanda, yang sudah menguasai
                                  Indonesia sejak abad ke-17. Pengaruh lain barangkali
                                  pengalaman buruk Rusli dengan keluarganya; setelah
                                  memilih     wanita Sunda untuk     menjadi    istrinya,
keluarganya menyuruh Rusli kembali ke Padang dan menikah dengan wanita Minang yang
dipilihkan.
Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak
menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke Batavia. Belum lama kemudian,
Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar)
sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dibunuh oleh
Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, membunuh
Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya.
Ditulis dalam bahasa Melayu yang baku dan termasuk teknik penceritaan tradisional
seperti pantun, novel Sitti Nurbayamenyinggung tema kolonialisme, kawin paksa,
dan kemodernan. Novel yang disambut baik pada saat penerbitan pertamanya ini sampai
sekarang masih dipelajari di SMA-SMA se-Nusantara. Novel ini pernah dibandingkan
dengan Romeo dan Julia karya William Shakespeare serta legenda Cina Sampek Engtay.


   B. PENULISAN

Sitti Nurbaya ditulis oleh Marah Rusli, seorang Minang yang berpendidikan Belanda dalam
ilmu kedokteran hewan.[1] Pendidikan itu menyebabkan Rusli menjadi semakin seperti orang
Eropa. Dia meninggalkan beberapa tradisi Minang, tetapi tidak dalam pandangannya bahwa
wanita harus berpatut kepada pria. Menurut Bakri Siregar, seorang kritikus sastra Indonesia
berlatar belakangMarxis, sifat Rusli yang seperti orang Eropa itu mempengaruhi bagaimana
budaya Belanda dijelaskan dalam Sitti Nurbaya, serta suatu adegan di mana kedua tokoh utama
berciuman.[2] A. Teeuw, seorang kritikus sastra Indonesia asal Belanda dan guru besar
diUniversitas Indonesia, mencatat bahwa penggunaan pantun dalam novel ini menunjukkan
bahwa Rusli telah banyak dipengaruhi tradisi sastra lisan Minang, dengan dialog yang
berkepanjangan menunjukkan bahwa ada pengaruh dari tradisi musyawarah.[3]
Kritikus Indonesia Zuber Usman menunjukkan bahwa ada pengalaman lain yang lebih bersifat
pribadi yang telah mempengaruhi penulisan Sitti Nurbaya serta tanggapan positif Rusli akan
kebudayaan Eropa dan kemodernan. Menurut Usman, setelah Rusli menyatakan bahwa dia
hendak mengawini seorang wanita Sunda, yang menyebabkan kehebohan di keluarganya, dia
disuruh kembali ke kota kelahirannya dan dijodohkan dengan wanita Minang. Hal ini
menyebabkan konflik antara Rusli dan keluarganya.[4]
C. ALUR

Di Kota Padang pada awal abad ke-20, Samsulbahri dan Sitti Nurbaya – anak dari bangsawan
                                           Sutan Mahmud Syah dan Baginda Sulaiman –
                                           adalah tetangga dan teman kelas yang masih
                                           remaja. Mereka mulai jatuh cinta, tetapi hanya
                                           bisa mengakui hal tersebut setelah Samsu
                                           mengaku       bahwa       dia   hendak      ke
                                           kota Batavia (sekarang Jakarta)          untuk
                                           melanjutkan pendidikannya.
                                             Setelah menghabiskan waktu bersama di daerah
                                             perbukitan, Samsu dan Nurbaya berciuman di
                                             depan rumah. Ketika ditangkap basah oleh ayah
                                             Nurbaya serta para tetangga, Samsu dikejar dari
                                             Padang dan pergi ke Batavia.
                                            Sementara, Datuk Meringgih, yang iri atas
                                            kekayaan Sulaiman dan mengkhawatirkan
                                            persaingan    bisnis,     berusaha      untuk
menjatuhkannya. Anak buah Meringgih menghancurkan hak milik Sulaiman, yang membuatnya
menjadi bangkrut dan terpaksa meminjam uang dari Meringgih. Ketika Meringgih datang untuk
minta utang itu dilunasi, Nurbaya menawarkan diri sebagai istrinya, dengan syarat utang
ayahnya harus dianggap beres; Datuk Meringgih setuju.
Dalam suatu surat ke Samsu, Nurbaya menyatakan bahwa mereka tidak dapat bersama lagi.
Namun, setelah muak dengan watak Meringgih yang kasar itu, Nurbaya melarikan diri ke
Batavia supaya bisa bersama Samsu; mereka akhirnya jatuh cinta kembali. Setelah dia
menerima sepucuk surat yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal, Nurbaya kembali
ke kota Padang, di mana dia meninggal setelah makan kue yang ternyata telah diberi racun oleh
anak buah Meringgih. Setelah menerima kabar itu, Samsu tampaknya menembak diri di taman
umum.
Sepuluh tahun kemudian, Meringgih memimpin suatu revolusi melawan pemerintah Hindia
Belanda sebagai protes atas kenaikan pajak. Dalam revolusi ini, Samsu - yang ternyata menjadi
prajurit di bawah pimpinan Belanda - menemukan dan membunuh Meringgih, tetapi dia sendiri
terluka berat. Setelah bertemu dengan ayahnya dan memohon maaf, dia meninggal.
D. TOKOH

Sitti Nurbaya
        Sitti Nurbaya (juga dieja Siti Nurbaya; disingkat menjadi Nurbaya) adalah salah satu
        protagonis utama. Menurut penulis cerpen
        dan kritikus sastra Indonesia Muhammad
        Balfas, Nurbaya merupakan tokoh yang dapat
        mengambil keputusan sendiri, sebagaimana
        terwujud ketika dia memutuskan untuk
        menikah Datuk Meringgih ketika Meringgih
        mengancam ayahnya, kesediaannya untuk
        mendorong Samsu, dan pelariannya dari
        Meringgih setelah ayahnya meninggal. Dia
        juga cukup mandiri untuk pergi ke Batavia
        sendiri untuk mencari Samsu. Tindakannya
        dianggap melanggar adat, dan ini akhirnya
        membuat dia diracuni.[5] Kecantikannya,
        sehingga disebut "bunga Padang", dianggap
        sebagai wujud fisik dari hatinya yang baik dan
        beradab.[6]
Samsulbahri
        Samsulbahri (juga dieja Sjamsulbahri; disingkat menjadi Samsu) adalah protagonis pria
        utama. Dia dinyatakan sebagai orang yang berkulit kuning langsat, dengan mata sehitam
        tinta; namun, dari jauh, dia dapat dikira orang Belanda. Sifat fisik ini dijelaskan oleh
        Keith Foulcher, seorang dosen bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Sydney,
        sebagai wujud sifatnya yang suka menjadi seperti orang Belanda.[7] Penampilannya yang
        menarik juga dianggap sebagai wujud sifatnya yang baik dan beradab.[6]
Datuk Meringgih
        Datuk Meringgih adalah antagonis utama dari novel. Dia seorang pedagang yang
        dibesarkan di keluarga yang miskin, lalu menjadi kaya setelah masuk ke dunia kriminal.
        Balfas menyatakan bahwa dorongan utama Meringgih dalam cerita ialah rasa iri dan
        keserakahan, sebab dia tidak dapat "menerima bahwa ada yang lebih kaya daripada
        dia".[8] Balfas beranggapan bahwa Meringgih adalah tokoh yang "digambarkan dengan
        hitam dan putih, tetapi mampu untuk menyebabkan konflik di sekitarnya".[5] Menjelang
        akhir novel, Meringgih menjadi "pejuang pasukan anti-kolonialis", didorong oleh
        keserakahannya; menurut Foulcher, gerakan anti-kolonialis ini kemungkinan besar
        bukanlah usaha untuk memasukkan komentar anti-Belanda.[9]
   E.   TEMA SITTI NURBAYA

Sitti Nurbaya cenderung dianggap mempunyai tema anti-pernikahan paksa, atau menjelaskan
perselisihan antara nilai Timur dan Barat.[8] Novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu
"monumen perjuangan pemuda-pemudi yang berpikiran panjang" melawan adat.[1] Namun,
menurut Balfas tidaklah adil apabila Sitti Nurbaya dianggap hanya sebuah cerita tentang kawin
paksa, sebab hubungan antara Nurbaya dan Samsu dapat diterima masyarakat.[5] Dia
menegaskan bahwa novel ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan tradisional
terhadap pernikahan, yang dilengkapi dengan kritik sistem mas kawin dan poligami.[11]
Sitti Nurbaya

More Related Content

What's hot (20)

Mengenal karya pada Angkatan '20
Mengenal karya pada Angkatan '20Mengenal karya pada Angkatan '20
Mengenal karya pada Angkatan '20
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
Cerpen - Pelajaran Unik
Cerpen - Pelajaran UnikCerpen - Pelajaran Unik
Cerpen - Pelajaran Unik
 
Prosa Moden Terminal3
Prosa Moden Terminal3Prosa Moden Terminal3
Prosa Moden Terminal3
 
Tokoh sasterawan
Tokoh sasterawanTokoh sasterawan
Tokoh sasterawan
 
PPT KELAS IV/2
PPT KELAS IV/2PPT KELAS IV/2
PPT KELAS IV/2
 
Tio 2
Tio 2Tio 2
Tio 2
 
Resensi roman SALAH PILIH
Resensi roman SALAH PILIHResensi roman SALAH PILIH
Resensi roman SALAH PILIH
 
Sumbangan Shahnon Ahmad
Sumbangan Shahnon AhmadSumbangan Shahnon Ahmad
Sumbangan Shahnon Ahmad
 
Fatimah (kartini)
Fatimah (kartini)Fatimah (kartini)
Fatimah (kartini)
 
Sinopsis leftenan adnan
Sinopsis leftenan adnanSinopsis leftenan adnan
Sinopsis leftenan adnan
 
Tugas Biografi kartini
Tugas Biografi kartiniTugas Biografi kartini
Tugas Biografi kartini
 
wayang golek
wayang golekwayang golek
wayang golek
 
Kartini (sarah)
Kartini (sarah)Kartini (sarah)
Kartini (sarah)
 
Sinopsis leftenan adnan
Sinopsis leftenan adnanSinopsis leftenan adnan
Sinopsis leftenan adnan
 
Boilogi
BoilogiBoilogi
Boilogi
 
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
Periodisasi sastra (Angkatan 80, Angkatan Reformasi dan Angkatan 2000)
 
P&p leftenan adnan wira bangsa
P&p leftenan adnan wira bangsaP&p leftenan adnan wira bangsa
P&p leftenan adnan wira bangsa
 
Periodisasi sastra
Periodisasi sastraPeriodisasi sastra
Periodisasi sastra
 
Pengajaran Novel Leftenan Adnan Wira Bangsa
Pengajaran Novel Leftenan Adnan Wira BangsaPengajaran Novel Leftenan Adnan Wira Bangsa
Pengajaran Novel Leftenan Adnan Wira Bangsa
 

Viewers also liked

2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security
2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security
2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS SecurityRaleigh ISSA
 
2013-01 How to Conduct an Effective Job Search
2013-01 How to Conduct an Effective Job Search2013-01 How to Conduct an Effective Job Search
2013-01 How to Conduct an Effective Job SearchRaleigh ISSA
 
2013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 2013
2013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 20132013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 2013
2013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 2013Raleigh ISSA
 
2013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 2013
2013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 20132013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 2013
2013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 2013Raleigh ISSA
 
2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues
2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues
2013-07 How to Win with Customers - Keith PiguesRaleigh ISSA
 
2014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 2014
2014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 20142014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 2014
2014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 2014Raleigh ISSA
 
Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013
Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013
Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013Raleigh ISSA
 
2011-03 Developing Windows Exploits
2011-03 Developing Windows Exploits 2011-03 Developing Windows Exploits
2011-03 Developing Windows Exploits Raleigh ISSA
 
2013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 2013
2013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 20132013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 2013
2013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 2013Raleigh ISSA
 
February 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slides
February 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slidesFebruary 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slides
February 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slidesRaleigh ISSA
 
2013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 2013
2013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 20132013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 2013
2013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 2013Raleigh ISSA
 
March 2014 B2B - Breaking into info sec
March 2014 B2B - Breaking into info secMarch 2014 B2B - Breaking into info sec
March 2014 B2B - Breaking into info secRaleigh ISSA
 
2013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 2013
2013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 20132013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 2013
2013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 2013Raleigh ISSA
 
2013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 2013
2013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 20132013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 2013
2013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 2013Raleigh ISSA
 
2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers
2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers
2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious ServersRaleigh ISSA
 
Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9
Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9
Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9Raleigh ISSA
 
A10 issa d do s 5-2014
A10 issa d do s 5-2014A10 issa d do s 5-2014
A10 issa d do s 5-2014Raleigh ISSA
 
2010-11 The Anatomy of a Web Attack
2010-11 The Anatomy of a Web Attack 2010-11 The Anatomy of a Web Attack
2010-11 The Anatomy of a Web Attack Raleigh ISSA
 
2010-02 Building Security Architecture Framework
2010-02 Building Security Architecture Framework 2010-02 Building Security Architecture Framework
2010-02 Building Security Architecture Framework Raleigh ISSA
 

Viewers also liked (19)

2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security
2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security
2012 04 Analysis Techniques for Mobile OS Security
 
2013-01 How to Conduct an Effective Job Search
2013-01 How to Conduct an Effective Job Search2013-01 How to Conduct an Effective Job Search
2013-01 How to Conduct an Effective Job Search
 
2013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 2013
2013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 20132013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 2013
2013-06 Raleigh ISSA Chapter Updates June 2013
 
2013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 2013
2013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 20132013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 2013
2013-02 Raleigh ISSA Chapter Updates February 2013
 
2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues
2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues
2013-07 How to Win with Customers - Keith Pigues
 
2014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 2014
2014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 20142014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 2014
2014-01 Raleigh ISSA Chapter Updates January 2014
 
Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013
Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013
Raleigh ISSA Chapter Updates- March 2013
 
2011-03 Developing Windows Exploits
2011-03 Developing Windows Exploits 2011-03 Developing Windows Exploits
2011-03 Developing Windows Exploits
 
2013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 2013
2013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 20132013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 2013
2013-10 Raleigh ISSA Chapter Updates October 2013
 
February 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slides
February 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slidesFebruary 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slides
February 2014 Raleigh Chapter ISSA Board update slides
 
2013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 2013
2013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 20132013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 2013
2013-11 Raleigh ISSA Chapter Updates November 2013
 
March 2014 B2B - Breaking into info sec
March 2014 B2B - Breaking into info secMarch 2014 B2B - Breaking into info sec
March 2014 B2B - Breaking into info sec
 
2013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 2013
2013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 20132013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 2013
2013-03 Raleigh ISSA Chapter Updates March 2013
 
2013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 2013
2013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 20132013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 2013
2013-09 Raleigh ISSA Chapter Updates September 2013
 
2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers
2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers
2010-03 Yesterday's Trusted Web Sites are Today's Malicious Servers
 
Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9
Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9
Raleigh issa chapter updates-slides-2014-9
 
A10 issa d do s 5-2014
A10 issa d do s 5-2014A10 issa d do s 5-2014
A10 issa d do s 5-2014
 
2010-11 The Anatomy of a Web Attack
2010-11 The Anatomy of a Web Attack 2010-11 The Anatomy of a Web Attack
2010-11 The Anatomy of a Web Attack
 
2010-02 Building Security Architecture Framework
2010-02 Building Security Architecture Framework 2010-02 Building Security Architecture Framework
2010-02 Building Security Architecture Framework
 

Sitti Nurbaya

  • 1. A. SITTI NURBAYA Sitti Nurbaya: Kasih Tak Sampai (sering disingkat Sitti Nurbaya atau Siti Nurbaya; Ejaan Republik Sitti Noerbaja) adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Marah Rusli. Novel ini diterbitkan oleh Balai Pustaka, penerbit nasional negeri Hindia Belanda, pada tahun 1922. Penulisnya dipengaruhi oleh perselisihan antara kebudayaan orang Minang dari Sumatera bagian barat dan penjajah Belanda, yang sudah menguasai Indonesia sejak abad ke-17. Pengaruh lain barangkali pengalaman buruk Rusli dengan keluarganya; setelah memilih wanita Sunda untuk menjadi istrinya, keluarganya menyuruh Rusli kembali ke Padang dan menikah dengan wanita Minang yang dipilihkan. Sitti Nurbaya menceritakan cinta remaja antara Samsulbahri dan Sitti Nurbaya, yang hendak menjalin cinta tetapi terpisah ketika Samsu dipaksa pergi ke Batavia. Belum lama kemudian, Nurbaya menawarkan diri untuk menikah dengan Datuk Meringgih (yang kaya tapi kasar) sebagai cara untuk ayahnya hidup bebas dari utang; Nurbaya kemudian dibunuh oleh Meringgih. Pada akhir cerita Samsu, yang menjadi anggota tentara kolonial Belanda, membunuh Meringgih dalam suatu revolusi lalu meninggal akibat lukanya. Ditulis dalam bahasa Melayu yang baku dan termasuk teknik penceritaan tradisional seperti pantun, novel Sitti Nurbayamenyinggung tema kolonialisme, kawin paksa, dan kemodernan. Novel yang disambut baik pada saat penerbitan pertamanya ini sampai sekarang masih dipelajari di SMA-SMA se-Nusantara. Novel ini pernah dibandingkan dengan Romeo dan Julia karya William Shakespeare serta legenda Cina Sampek Engtay. B. PENULISAN Sitti Nurbaya ditulis oleh Marah Rusli, seorang Minang yang berpendidikan Belanda dalam ilmu kedokteran hewan.[1] Pendidikan itu menyebabkan Rusli menjadi semakin seperti orang Eropa. Dia meninggalkan beberapa tradisi Minang, tetapi tidak dalam pandangannya bahwa wanita harus berpatut kepada pria. Menurut Bakri Siregar, seorang kritikus sastra Indonesia berlatar belakangMarxis, sifat Rusli yang seperti orang Eropa itu mempengaruhi bagaimana budaya Belanda dijelaskan dalam Sitti Nurbaya, serta suatu adegan di mana kedua tokoh utama berciuman.[2] A. Teeuw, seorang kritikus sastra Indonesia asal Belanda dan guru besar diUniversitas Indonesia, mencatat bahwa penggunaan pantun dalam novel ini menunjukkan bahwa Rusli telah banyak dipengaruhi tradisi sastra lisan Minang, dengan dialog yang berkepanjangan menunjukkan bahwa ada pengaruh dari tradisi musyawarah.[3] Kritikus Indonesia Zuber Usman menunjukkan bahwa ada pengalaman lain yang lebih bersifat pribadi yang telah mempengaruhi penulisan Sitti Nurbaya serta tanggapan positif Rusli akan kebudayaan Eropa dan kemodernan. Menurut Usman, setelah Rusli menyatakan bahwa dia hendak mengawini seorang wanita Sunda, yang menyebabkan kehebohan di keluarganya, dia disuruh kembali ke kota kelahirannya dan dijodohkan dengan wanita Minang. Hal ini menyebabkan konflik antara Rusli dan keluarganya.[4]
  • 2. C. ALUR Di Kota Padang pada awal abad ke-20, Samsulbahri dan Sitti Nurbaya – anak dari bangsawan Sutan Mahmud Syah dan Baginda Sulaiman – adalah tetangga dan teman kelas yang masih remaja. Mereka mulai jatuh cinta, tetapi hanya bisa mengakui hal tersebut setelah Samsu mengaku bahwa dia hendak ke kota Batavia (sekarang Jakarta) untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah menghabiskan waktu bersama di daerah perbukitan, Samsu dan Nurbaya berciuman di depan rumah. Ketika ditangkap basah oleh ayah Nurbaya serta para tetangga, Samsu dikejar dari Padang dan pergi ke Batavia. Sementara, Datuk Meringgih, yang iri atas kekayaan Sulaiman dan mengkhawatirkan persaingan bisnis, berusaha untuk menjatuhkannya. Anak buah Meringgih menghancurkan hak milik Sulaiman, yang membuatnya menjadi bangkrut dan terpaksa meminjam uang dari Meringgih. Ketika Meringgih datang untuk minta utang itu dilunasi, Nurbaya menawarkan diri sebagai istrinya, dengan syarat utang ayahnya harus dianggap beres; Datuk Meringgih setuju. Dalam suatu surat ke Samsu, Nurbaya menyatakan bahwa mereka tidak dapat bersama lagi. Namun, setelah muak dengan watak Meringgih yang kasar itu, Nurbaya melarikan diri ke Batavia supaya bisa bersama Samsu; mereka akhirnya jatuh cinta kembali. Setelah dia menerima sepucuk surat yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal, Nurbaya kembali ke kota Padang, di mana dia meninggal setelah makan kue yang ternyata telah diberi racun oleh anak buah Meringgih. Setelah menerima kabar itu, Samsu tampaknya menembak diri di taman umum. Sepuluh tahun kemudian, Meringgih memimpin suatu revolusi melawan pemerintah Hindia Belanda sebagai protes atas kenaikan pajak. Dalam revolusi ini, Samsu - yang ternyata menjadi prajurit di bawah pimpinan Belanda - menemukan dan membunuh Meringgih, tetapi dia sendiri terluka berat. Setelah bertemu dengan ayahnya dan memohon maaf, dia meninggal.
  • 3. D. TOKOH Sitti Nurbaya Sitti Nurbaya (juga dieja Siti Nurbaya; disingkat menjadi Nurbaya) adalah salah satu protagonis utama. Menurut penulis cerpen dan kritikus sastra Indonesia Muhammad Balfas, Nurbaya merupakan tokoh yang dapat mengambil keputusan sendiri, sebagaimana terwujud ketika dia memutuskan untuk menikah Datuk Meringgih ketika Meringgih mengancam ayahnya, kesediaannya untuk mendorong Samsu, dan pelariannya dari Meringgih setelah ayahnya meninggal. Dia juga cukup mandiri untuk pergi ke Batavia sendiri untuk mencari Samsu. Tindakannya dianggap melanggar adat, dan ini akhirnya membuat dia diracuni.[5] Kecantikannya, sehingga disebut "bunga Padang", dianggap sebagai wujud fisik dari hatinya yang baik dan beradab.[6] Samsulbahri Samsulbahri (juga dieja Sjamsulbahri; disingkat menjadi Samsu) adalah protagonis pria utama. Dia dinyatakan sebagai orang yang berkulit kuning langsat, dengan mata sehitam tinta; namun, dari jauh, dia dapat dikira orang Belanda. Sifat fisik ini dijelaskan oleh Keith Foulcher, seorang dosen bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Sydney, sebagai wujud sifatnya yang suka menjadi seperti orang Belanda.[7] Penampilannya yang menarik juga dianggap sebagai wujud sifatnya yang baik dan beradab.[6] Datuk Meringgih Datuk Meringgih adalah antagonis utama dari novel. Dia seorang pedagang yang dibesarkan di keluarga yang miskin, lalu menjadi kaya setelah masuk ke dunia kriminal. Balfas menyatakan bahwa dorongan utama Meringgih dalam cerita ialah rasa iri dan keserakahan, sebab dia tidak dapat "menerima bahwa ada yang lebih kaya daripada dia".[8] Balfas beranggapan bahwa Meringgih adalah tokoh yang "digambarkan dengan hitam dan putih, tetapi mampu untuk menyebabkan konflik di sekitarnya".[5] Menjelang akhir novel, Meringgih menjadi "pejuang pasukan anti-kolonialis", didorong oleh keserakahannya; menurut Foulcher, gerakan anti-kolonialis ini kemungkinan besar bukanlah usaha untuk memasukkan komentar anti-Belanda.[9] E. TEMA SITTI NURBAYA Sitti Nurbaya cenderung dianggap mempunyai tema anti-pernikahan paksa, atau menjelaskan perselisihan antara nilai Timur dan Barat.[8] Novel ini juga pernah dinyatakan sebagai suatu "monumen perjuangan pemuda-pemudi yang berpikiran panjang" melawan adat.[1] Namun, menurut Balfas tidaklah adil apabila Sitti Nurbaya dianggap hanya sebuah cerita tentang kawin paksa, sebab hubungan antara Nurbaya dan Samsu dapat diterima masyarakat.[5] Dia menegaskan bahwa novel ini merupakan perbandingan pandangan Barat dan tradisional terhadap pernikahan, yang dilengkapi dengan kritik sistem mas kawin dan poligami.[11]