Dalam pasal 7 butir d Undang – Undang No. 43 Tahnu 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban menjamin ketersediaan keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan (translasi), alih aksara (transliterasi), alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih media (transmedia). Yang dimaksud dengan transmedia disini adalah pengalihan bentuk bahan perpustakaan dari bentuk tercetak, audio, dan audio visual ke media lain dalam hal ini media digital.
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Transformasi_digital
1. ALIH MEDIA ( TRANSFORMASI DIGITAL)
Oleh:
Indri Eka Septiani (1206504)
Ranti Mayang Sari (1201861)
Zayyin Abdul Quddus (1201864)
Alih media lahir seiring dengan penerapan teknologi informasi yang saat
ini menyebar ke hampir semua bidang tidak terkecuali dibidang perpustakaan.
Pemanfaatan teknologi informasi, media dan komunikasi telah mengubah baik
prilaku masyarakt maupun peradaban manusia global. Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa
batas dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan
berlangsung demikian cepat. Alih media digital selain dilakukan karena tuntutan
kebutuhan masyarakat yang disebabkan oleh berkembangnya teknologi informasi,
ada hal lain yang tidak kalahpenting yang mendasari proses mengalih mediaan
dokumen ini yaitu, sebaimana yang telah dikemukakan dalam Undang – Undang
No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 3 disebutkan bahwa perpustakaan
berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan
rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. pelestarian
bahan pustaka mencakup perbaikan dan perawatan fisik serta alih media ke bentuk
lain salah satunya ke bentuk digital. Dalam pasal 7 butir d Undang – Undang No.
43 Tahnu 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa pemerintah berkewajiban
menjamin ketersediaan keragaman koleksi perpustakaan melalui terjemahan
(translasi), alih aksara (transliterasi), alih suara ke tulisan (transkripsi), dan alih
media (transmedia). Yang dimaksud dengan transmedia disini adalah pengalihan
bentuk bahan perpustakaan dari bentuk tercetak, audio, dan audio visual ke media
lain dalam hal ini media digital.
2. Pengertian Alih Media Digital
Digitization is the process of taking a physical item, such as a book,
manuscript or photograph and making a digital copy of it. Digitization entails
creating a digital copy of an analogue object (Chowdhury, 2008). Digitasi adalah
suatu proses mengalih bentuk dari fisik suatu buku, manuskrip/ naskah kuno, dan
foto ke dalam bentuk digital. Digitasi mencakup pembaharuan kopi file digital
dari suatu objek yang berbentuk analog (koleksi asli sebelum bentuk digital).
Selain itu dikenal juga istilah alih media digial berasal dari frasa
transformasi digital yang merupakan terjemahan langsung dari digital
transformation, dimana transformation adalah mengubah bentuk,
mengalihmediakan (Oxpord Learner’s Pocket Dictionary 1987). Jadi transformasi
digital berarti mengubah bentuk, mengalihmediakan ke dalam bentuk / format
digital. Sebelum menjadi bentuk digital, data dapat berupa benda tida dimensi,
audio, audiovisual dan bentuk cetak (buku, manuskrip/naskah kuno, surat kabar,
majalah foto, lukisan, peta, poster dan lainnya yang berbahan cetak). Selain itu
alih media digital juga dapat berarti sebuah proses yang mengubah sinyal analog
menjadi bentuk digital (Pendit, 2007). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), digitalisasi adalah proses atau pemakaian sistem digital.
Jadi alih media digital artinya suatu proses pengalihan bentuk kedalam
format digitak dari bentuk analog menjadi file digital yang daoat dibaca komputer
dan dapat dibuatkan copy digitalnya, sehingga ada dua versi, yaitu yang aslinya
dan copyannya dalam bentuk digital.
Manfaat Alih media (transformasi digital):
1. Cepat ditemukan dan memungkinkan pemanfaatan arsip atau dokumen
tanpa meninggalkan meja kerja.
2. Pengindeksan yang fleksibel dan mudah dimodifikasi berdasarkan
prosedur yang telah dikembangkan akan menghemat tenaga, waktu dan
biaya.
3. 3. Pencarian secara full-text, dengan mencari file berdasarkan kata kunci
maupun nama dan menemukannya dalam bentuk full text dokumen.
4. Kecil kemungkinan file akan hilang, hal ini karena kita hanya akan melihat
di layar monitor atau mencetaknya tanpa dapat mengubahnya. Kita dapat
mencarinya
5. Menghemat tempat, dengan kemampuan 1 CD-RW berkapasitas 700 MB
akan mampu menyimpan dokumen dalam bentuk teks sebanyak ± 7000
lembar (1 lembar setera dengan 100 KB dalam format PDF) atau ±700
foto (1 foto setara dengan 1 Mb dalam format JPEG).
6. Mengarsip secara digital, sehingga risiko rusaknya dokumen kertas atau
buram karena usia dapat diminimalisir karena tersimpan secara digital.
Juga berisiko akan berpindahnya dokumen ke folder yang tidak
semestinya tau bahkan hilang sekalipun akan aman karena disimpan secara
digital.
7. Berbagai arsip secara mudah, kerena berbagi dokumen dengan kolega
maupun klien akan mudah dilakukan memalui LAN bahkan internet.
8. Meningkatkan keamanan, karena mekanise kontrol secara jelas
dicantumkanpada buku pedoman pengarsipan secara elektronis, maka
orang yang tidak mempunyai otorisasi relatif sulit untuk mengaksesnya.
9. Mudah dalam melakukan recovery data, dengan memback-up data ke
dalammedia penyimapanan yang compatible. Bandingkan dengan men-
recoverydokumen kertas yang sebagian terbakar atau terkena musibah
banjir ataupunpencurian, pemback-upan akan sulit dilakukan lagi.
Tahapan – tahapan Pembuatan Dokumen Digital
Menurut Abdul Rahman Saleh ( 2010, Untuk membuat dokumen digital
beberapa persiapan perlu dilakukan agar dalam pembuatan dokumen digital
tersebut lancar. Persiapan tersebut meliputi:
1. Perangkat keras
Perangkat keras yang perlu disiapkan antara lain seperti:
4. - Komputer
Perangkat keras komputer yang dapat digunakan tentunya sangat
bervariasi dari komputer dengan spesifikasi yang sangat standar
sampai kepada komputer dengan spesifikasi sangat baik. Tentu saja
semakin baik komputer yang digunakan, semakin baik juga kualitas
pekerjaan dan juga semakin cepat pekerjaan kita dapat diselesaikan.
Dalam menyiapkan alat, kita tentu memperhatikan volume pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab kita. semakin banyak dokumen digital
yang harus dikelola, maka semakin membutuhkan perangkat komputer
dengan spesifikasi baik.
- Alat pemindai (scanner)
Pilihan alat pemindai juga sangat bervariasi dengan kualitas dan harga
bervariasi pula. alat pindai yang paling sederhana berbentuk flatbad
scanner dengan kemampuan pindai yang sangat terbatas dengan harga
yang cukup murah sehingga umumnya terjangkau bagi sebagian besar
perpustakaan. namun alat yang canggih dengan kemampuan pindai
yang sangat cepat harganya sangat mahal, sehingga hanya
perpustakaan besar saja yang mampu memiliki alat pindai tersebut.
dalam memilih alat yang akan digunakan untuk memindai dokumen
koleksi kita hendaknya melakukannya dengan sangat hati – hati dan
kita sesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pendanaan
perpustakaan.
2. Perangkat lunak
Salah satu alat yang harus dipersiapkan adalah perangkat lunak.
Saat ini banyak pilihan perangkat lunak yang beredar dipasaran unutk
mengelola dokumen digital atau elektronik. Dalam memilih perangkat
lunak ini kita juga menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan kemampuan
anggaran dan ekspertis yang kita miliki. Selain perangkat lunak berupa
sistem operasi seperti windows, beberapa perangkat lunak yang
diperluakan antara lain:
5. - Vistascan atau Hpscan atau perangkat lunak pemindai yang lain
(biasanya disertakan pada waktu kita membeli alat pemindai atau
scanner).
- Adobe Acrobat (Versi lengkap) untuk menghasilkan dokumen dalam
format PDF (Fortable Document Format)
- MSWord untuk menuliskan dokumen yang kemudian disimpan dalam
format DOC, RTF ataupun PDF.
Setelah tahap persiapan selesai dilakukan selanjutnya adalah tahapan
pemindaian. Dokumen (jika berasal dari dokumen tercetak) biasanya dilepaskan
terlebih dahulu dari jilidnya, kemudian dokumen tersebut dipindai (scan) lembar
demi lembar seperti memfotokopi lembaran dokumen tersebut. Pada mesin
pemindai (scanner) yang mempunyai fasilitas ADF (Automatic Document Feeder)
kita bisa menempatkan lembaran dokumen yang akan memindai dalam jumlah
beberapa lembar (umumnya 25 sampai 30 lembar atau lebih banyak lagi
tergantung jenis alat pemindaianya) sekaligus. Mesin pemindai tersebut akan
memindai dokumen tersebut secara otomatis satu persatu.
Proses pembuatan dokumen digital ini secara singkat dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Seleksi dan pengumpulan bahan yang akan dibuat koleksi digital.
Bahan-bahan yang akan dikonversi dan tercetak menjadi digital perlu
diseleksi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan digitalisasi
koleksi perpustakaan. sesuai dengan tujuan dan target program digitalisasi
maka bahan-bahan yang akan digitalisasi adalah bahan-bahan yang
mengandung informasi spesifik dimana nperpustakaan lain mungkin tidak
memilikinya, misalnya tesis dan disertasi serta laporan penelitian bagi
perpustakaan perguruan tinggi dan lain-lain.
2. Pembongkaran jilid koleksi agar bisa dibaca alat pemindai (scanner)
Proses ini perlu dilakukan untuk memudahkan operator pemindai
melakukan proses pemindaian lembar demi lembar dari bahan tersebut.
6. untuk penggunaan mesin pemindai atau scanner yang mempunayi fasilitas
ADF (Automatic Document Feeder), maka pembongkaran dokumen
tercetak dari jilidnya menjadi suatu keharusan.
3. Pembacaan halaman demi halaman dokumen menggunakan alat pemindai
yang kemudian disimpan dalam format PDF. Jika menggunakan alat
pemindai yang memiliki fasilitas ADF (Automatic Document Feeder)
maka pembacaan dengan alat pemindai ini bisa dilakukan secara otomatis
oleh mesin. Operator tinggal memasukkan sejumalah lembar (misalnya 30
atau 50 lembar lebih sesuai kemampuan alat pemindai) kedalam bak
kertas. Mesin pemindai secara otomatis akan mengambil lembar demi
lembar sampai persediaan lembaran di bak kertas habis. Dalam
menyiapkan lembaran dokumen yang akan dipindai petugas harus ekstra
hati-hati dan memastikan tidak ada lembaran yang masih salinng
menempel. Jika ini terjadi, maka proses pemindaian akan terganggu.
Kertas akan masuk lebih dari satu lembar dan dapat menyebabkan alat
pemindai macet (terjadi paper jam). Hasil dari proses ini adalah dokumen
dalam bentuk elektronik atau file komputer.
4. Pengeditan
Hasil pemindaian tadi walaupun sudah dalam bentuk elektronik, namun
masih perlu diedit, terutama jika ukuran kertas yag ditentukan pada saat
scanning tidak tepat benar. Oleh karena itu perlu dilakukan editing seperti
pemotongan pinggiran halaman, pembalikan halaman dan lain-lain
sehingga hasilnya menjadi lebih mudah dan enak dibaca. Selain itu
mungkin juga perlu dilakukan penggabungan halaman jika pemindaian
dilakukan secara sepotong-sepotong, serta perlu dilakukan bookmarking
agar halamn-halaman dokumen dapat diakses dengan cepat.
5. Pembuatan serta pengelolaan metadata (basisdata) agar dokumen tersebut
dapat diakses dengan cepat. Pembuatan basis data ini dapat menggunakan
perangkat lunak apa saja yang dapat dikenal dan biasa digunakan oleh
manajer sistem. Namun bila manajer sistem belum mengenal dan terbiasa
dalam menggunakan perangkat lunak basisdta tertentu, disarankan untuk
7. menggunakan perangkat lunak ISIS for Window atau lebih dikenal dengan
WINSIS. Selain gratis, perangkat lunak ini memiliki cukup banyak
kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan program lunak lain sejenis.
6. Melengkapi basis data dokumen dengan abstrak jika diperlukan. Terutama
untuk dokumen-dokumen yang berisi informasi ilmiah serta monogarf
lainnya. Sedangkan untuk dokumen yang berisi informasi singkat seperti
teknologi tepat guna dan semacamnya, cukup ditambahkan keterangan
atau anotasi saja.
7. Proses selanjutnya adalah pemindahan atau penulisan dokumen PDF serta
basis data ke CD-ROM atau DVD. Setelah dokumen digital selesai, maka
tahap berikutnya adalah mengumpulakn dokumen-dokumen tersebut,
menata, serta mengkopikan kedalam CD-R atau DVD. Selain itu jika
server web sudah tersedia, maka dokumen ini bisa juga dipublikasikan
melalui homepage atau halamn-halaman web. Jika menggunakan CD-R
atau DVD maka CD atau DVD hasil rekaman tersebut harus diberi label
agar urutan publikasi dapat diketahui dengan jelas.
8. Penjilidan kembali dokumen yang sudah dibongkar. Jika dokumen
tersebut masih diperlukan bentuk tercetaknya, maka dokumen yang sudah
dibongkar dan sudah melalui tahapan pemindaian atau scanning, dapat
dijilid kembali. Dokumen tersebut dapat dikembalikan ke bagian koeksi
yang menyimpan bahan-bahan tercetak.
Referensi
Saleh, Abdul Rahman. (2010). Membangun Perpustakaan Digital. Jakarta:
Sangung Seto.