1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Pengertian Air
Sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam yang
mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Air
adalah sumber daya yang terbaharui, bersifat dinamis mengikuti siklus hidrologi
yang secara alamiah berpindah-pindah serta mengalami perubahan bentuk dan
sifat. Tergantung dari waktu dan lokasinya, air dapat berupa zat padat sebagai es
dan salju, dapat berupa zat cair yang mengalir sebagai air permukaan, berada di
dalam tanah sebagai air tanah, berada di udara sebagai air hujan, berada di laut
sebagai air laut dan bahkan berupa uap air yang didefinisikan sebagai air udara
(Kodoatie, 2002:27).
Iqbal dan Nurul (2009:298) menyatakan bahwa, “Air merupakan unsur
yang paling penting bagi kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian
tubuh kita terdiri atas air, tidak ada seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-
5 hari tanpa minum air”.
Menurut UU No. 7 Tahun 2004, air adalah semua air yang terdapat pada,
di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air
permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Sedangkan
menurut UU No. 11 Tahun 1974, air adalah semua air yang terdapat di dalam dan
atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah
2. 6
permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut
(Kodoatie dan Roestam, 2005:14).
Air di permukaan bumi tetap, dan secara alamiah terjadi memalui daur
(siklus) air yang dikenal dengan siklus hidrologi. Hal ini sesuai dengan yang
terdapat di dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 43 (Departemen Agama,
2008:355).
Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak
perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya
bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan
Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-
Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan
dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir
menghilangkan penglihatan
Dengan demikian air merupakan unsur pokok dalam kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Makhluk hidup tidak akan mampu bertahan hidup
tanpa air yang merupakan kebutuhan vital baginya. Air merupakan penyokong
kehidupan manusia untuk menjalankan berbagai aktifitas, baik sosial maupun
ekonomi.
2.2 Kebutuhan Air
Kebutuhan air merupakan sesuatu yang digunakan untuk menunjang
segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non domestik, air
irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota.
Kodoatie dan Roestam (2005:174) membagi kebutuhan air bersih menjadi dua
jenis: “Kebutuhan air domestik untuk keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non
3. 7
domestik untuk industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat
komersial atau tempat umum lainnya”.
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan
berkelanjutan. Sedang kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari
waktu ke waktu semakin meningkat yang terkadang tidak diimbangi oleh
kemampuan pelayanan. Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh peningkatan
jumlah penduduk, peningkatan derajat kehidupan warga serta perkembangan
kota/kawasan pelayanan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan
kondisi sosial ekonomi warga.
Simoen (1985) dalam Syahputra (2004) mengatakan bahwa, “Dalam
kehidupan sehari-hari pemanfaatan air semakin bertambah seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, tetapi tidak semata-mata meningkatnya
pemanfaatan air hanya karena pertambahan jumlah penduduk saja, melainkan
juga karena majunya kehidupan manusia”. Pemanfaatan air oleh suatu masyarakat
bertambah besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemanfaatan air
seringkali dipakai sebagai salah satu tolok ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu
masyarakat dengan demikian penggunaan air yang banyak selalu dikatagorikan
sebagai keluarga yang mampu.
2.2.1 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada
tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari, seperti
pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang dipakai adalah
liter/orang/hari. Penggunaan air untuk keperluan domestik diperhitungkan dari
4. 8
jumlah penduduk di daerah perkotaan dan pedesaan yang terdapat di daerah aliran
sungai (DAS). Untuk penduduk perkotaan diperlukan 120 liter/hari/kapita,
sedangkan penduduk pedesaan memerlukan 60 liter/hari/kapita
(http://www.bakosurtanal.go.id). Kemudian menurut Kindler dan Russel (1984),
kebutuhan air domestik adalah:
Kebutuhan air untuk tempat tinggal (kebutuhan domestik) meliputi semua
kebutuhan air untuk keperluan penghuni. Meliputi kebutuhan air untuk
mempersiapkan makanan, toilet, mencuci pakaian mandi (rumah ataupun
apartemen), mencuci kendaraan dan untuk menyiram pekarangan. Tingkat
kebutuhan air bervariasi berdasarkan keadaan alam di areapemukiman,
banyaknya penghuni rumah, karakteristik penghuni serta ada atau tidaknya
penghitungan pemakaian air.
Kebutuhan air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan
konsumsi perkapita. Kecenderungan populasi dan sejarah populasi dipakai sebagai
dasar perhitungan kebutuhan air domestik terutama dalam penentuan
kecenderungan laju pertumbuhan (Growth Rate Trends). Pertumbuhan ini juga
tergantung dari rencana pengembangan dari tata ruang Kabupaten (Kodoatie dan
Roestam, 2005:174).
2.2.2 Kebutuhan Air Non-Domestik
Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan
untuk beberapa kegiatan, seperti: kebutuhan institusional, yaitu kebutuhan air
bersih untuk kegiatan perkantoran dan tempat pendidikan atau sekolah.
Kebutuhan komersial dan industri, yaitu kebutuhan air bersih untuk kegiatan
hotel, pasar, pertokoan, dan restoran. Sedangkan kebutuhan air bersih untuk
industri biasanya digunakan untuk air pendingin, air pada boiler untuk pemanas,
dan bahan baku proses. Kebutuhan fasilitas umum, yaitu kebutuhan air bersih
5. 9
untuk kegiatan tempat-tempat ibadah, rekreasi, dan terminal
(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_lingkungan/bab2_sistem_p
enyedian_air_bersih.pdf, diakses: 31 Januari 2014).
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Kodoatie dan Roestam (2005:
175) yang menyatakan bahwa, “Kebutuhan air non domestik meliputi:
pemanfaatan komersial, kebutuhan institusi, dan kebutuhan industri. Kebutuhan
air komersial untuk suatu daerah cenderung meningkat sejalan dengan
peningkatan penduduk dan perubahan tata guna lahan. Kebutuhan ini bisa
mencapai dua puluh sampai dua puluh lima persen dari total suplai (produksi)
air”.
2.3 Pengertian Sungai (Krueng)
Wardiyatmoko (2006:167) menyatakan bahwa, “Sungai adalah air tawar
yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau,
atau singai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber
dari tiga jenis limpasan, yaitu limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari
anak-anak sungai, dan limpasan dari air tanah.
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1991 tentang sungai
disebutkan bahwa, “Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan
kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan”. Sungai juga bisa
diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah
6. 10
disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau,
rawa atau ke sungai yang lain.
Sungai dalam bahasa Aceh disebut dengan Krueng. Sungai merupakan
bagian dari muka bumi yang karena sifatnya menjadi tempat air mengalir dari
mata air. Biasanya berupa aliran yang besar dan terjadinya secara alami dan bukan
buatan makhluk hidup (Team Pustaka Phoenix, 2007:831). Sungai mempunyai
fungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan
mengalirkannya ke laut. Sungai itu dapat digunakan juga untuk berjenis-jenis
aspek seperti pembangkit tenaga listrik, pelayaran, pariwisata, perikanan, dan lain-lain.
Dalam bidang pertanian sungai itu berfungsi sebagai sumber air yang
penting untuk irigasi. (Sosrodarsono dan Kenaku, 1976: 169).
Sungai adalah daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat
yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah
tanah. Berdasarkan sifar badan air, sungai dapat dibedakan menjadi hulu, hilir,
dan muara. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan sungai yang dangkal dan
sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat. Sungai bagian
hilir umumnya lebih lebar, tebingnya curam atau landai, badan air dalam, keruh,
dan aliran air lambat. Sedangkan muara adalah bagian sungai yang berbstasan
dengan laut. Di bagian sungai ini mempunyai tebing landai dan dangkal, badan air
dalam, keruh serta mengalir lambat. Pada saat air laut pasang, air sungai mengalir
ke hulu. Ketinggian permukaan badan air sangat dipengaruhi oleh pasang dan
surutnya air laut. (Kordi dan Andi, 2007:16-17).
7. 11
2.4 Jenis-Jenis Sungai
Berdasarkan asal (sumber) airnya, sungai dikelompokkan dalam tiga jenis
yaitu: sungai hujan yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari resapan air hujan.
Air hujan yang meresap tersebut kemudian keluar sebagai mata air melalui
rekahan atau celah batuan dan mengalir sebagai sungai. Sebagian besar sungai-sungai
yang terdapat di Indonesia termasuk ke dalam jenis sungai hujan. Sungai
gletser adalah jenis sungai yang sumber airnya berasal dari pencairan es atau
gletser. Sungai campuran yaitu jenis sungai gletser yang mendapat tambahan air
dari curahan hujan (Utoyo, 2009:116).
Sumber air sungai juga dapat mempengaruhi banyak atau sedikitnya debit
(kondisi) air sepanjang tahunnya. Apabila dari segi debit atau volume air sungai
sepanjang tahun, Waluya (2009:229-230) membedakan sungai menjadi dua jenis
yaitu:
Sungai episodik, artinya sungai yang alirannya tetap sepanjang tahun. Pada
umumnya sungai jenis ini terdapat di daerah curah hujannya besar dan di
daerah yang berhutan lebat. Sungai periodik, yaitu sungai yang massa
airnya tidak tetap di sepanjang tahun. Biasanya pada waktu datangnya
musim hujan airnya meluap, dan pada waktu musim kemarau airnya
kering.
Waluya (2009:228) membagi sungai berdasarkan arah alirannya menjadi
lima jenis, yaitu:
1. sungai konsekwen yaitu sungai yang alirannya searah dengan lerengnya
2. sungai insekwen yaitu sungai yang arah alirannya tidak teratur
3. sungai subsekwen yaitu anak sungai yang arah alirannya tegak lurus
terhadap sungai konsekwen
4. sungai obsekwen yaitu anak sungai dari sungai subsekuen yang arahnya
berlawanan dengan induk sungai konsekwen
5. sungai resekwen yaitu sungai subsekwen yang arahnya sejajar dengan
induk sungai konsekwen
8. 12
Sistem pengaliran sungai beserta anak-anak sungainya di suatu daerah
memperlihatkan pola-pola pengaliran tertentu. Hal ini umumnya bergantung dari
beberapa faktor, seperti kondisi morfologi daerah, kemiringan lereng, serta
struktur dan kekerasan batuan. Ada delapan pola pengaliran sungai yang biasa
dijumpai yaitu.
a. Pola dendritik, yaitu sistem pengaliran sungai dalam suatu DAS di
mana anak-anak sungai yang bermuara ke sungai utama membentuk
sudut yang tidak beraturan, ada yang lancip maupun tumpul.
b. Pola pinnate yaitu sistem pola pengaliran sungai dalam suatu DAS
dimana anak-anak sungai yang bermuara ke sungai utamanya
membentuk sudut lancip. Pola pengaliran semacam ini banyak dijumpai
di daerahdaerah yang memiliki kemiringan lereng tinggi atau curam.
c. Pola trellis, yaitu sistem pola pengaliran sungai yang relatif sejajar
dengan anak-anak sungai membentuk sudut hampir tegak lurus terhadap
sungai utama. Pola trellis banyak dijumpai di kawasan kompleks
pegunungan lipatan atau patahan.
d. Pola rektangular, yaitu sistem pola pengaliran yang membentuk sudut
siku-siku (900) . Pola aliran ini terdapat di daerah patahan.
e. Pola paralel, yaitu sistem pengaliran sungai dalam suatu DAS dimana
sungai-sungai yang mengalir di wilayah tersebut relatif sejajar satu
sama lain. Pola pengaliran semacam ini banyak dijumpai di wilayah
pegunungan atau perbukitan yang memanjang dengan kemiringan
lereng yang sangat curam.
9. 13
f. Pola radial yaitu sistem pola pengaliran sungai-sungai yang menyebar
dari suatu puncak ke arah lereng-lereng lembahnya. Pola semacam ini
banyak dijumpai di wilayah gunung api yang berbentuk kerucut.
g. Pola sentripetal, yaitu sistem pengaliran sungai yang memusat ke
daerah depresi atau basin (cekungan).
h. Pola annular yaitu sistem pola pengaliran sungai yang melingkar. Pola
pengaliran annular banyak dijumpai di kawasan morfologi kubah
(Utoyo, 2009:117).
Gambar 2.1 Pola-Pola Aliran Sungai
2.5 Manfaat Sungai
Sumber : belajargeodenganhendri.files.wordpress.com
/2011/04/13/hidrosfer/
Sungai merupakan sumber, baik sumber air untuk kebutuhan sehari-hari
dalam rumah tangga, sebagai tempat pembuangan kotoran, sebagai sumber bahan
makanan, mencari nafkah, dan sarana transportasi. Disamping itu sungai juga
10. 14
dimanfaatkan untuk sarana pertanian dengan jalan membangun irigasi untuk
mengairi sawah. Ada juga sungai yang dimanfaatkan untuk membangun tenaga
hidro-elektrik seperti pembangkit listrik tenaga air. Dengan pemanfaatan sungai
yang tepat, maka manusia akan mendapatkan keuntungan dan manfaat yang besar
dari sungai tersebut (Tanudidjaja dan Omi, 1986:268).
Sungai memiliki beberapa manfaat yang mendukung kehidupan manusia.
Manfaat sungai adalah sebagai berikut.
a. Sumber air bersih. Salah satu manfaat sungai untuk kebutuhan manusia
adalah sebagai sumber cadangan air bersih bagi manusia, terutama
masyarakat perkotaan. Sejak dahulu manfaat sungai bagi manusia
antara lain untuk keperluan minum, makan, mandi, cuci dan berbagai
kebutuhan dasar lainnya. Sebagian besar perusahaan daerah air minum
(PDAM) menggunakan sungai sebagai sumber air bersihnya.
b. Pengairan dan irigasi. Fungsi sungai bagi sektor pertanian adalah
sebagai sarana irigasi bagi lahan pertanian.
c. Sumber energi pembangkit listrik. Aliran air sungai yang deras dapat
digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Pembangkit listrik
yang memanfaatkan aliran sungai disebut dengan pembangkit istrik
tenaga air (PLTA).
d. Sarana transportasi
e. Budidaya perikanan. Sungai menjadi habitat sempurna bagi ikan-ikan
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh masyrakat untuk dibudidayakan.
11. 15
f. Pariwisata. Sungai juga dapat dimanfaatkan untuk tempat pariwisata.
Sungai yang dirawat dengan baik dan dijaga kelestariannya
menjadikannya sebagai salah satu tempat tujuan wisata. Di beberapa
wilayah, sungai juga dapat dimanfaatkan untuk arung jeram.
(http://www.anneahira.com/manfaat-sungai.htm, diakses: 12 Februari
2014)
2.6 Krueng Daroy
Krueng Daroy merupakan sungai yang mengalir di tengah kota Banda
Aceh, berhulu dari perbukitan Mata Ie dan bermuara ke Krueng Aceh. Krueng
Daroy merupakan salah satu sub daerah aliran sungai (DAS) Krueng Aceh.
Krueng Daroy adalah salah satu dari tiga sungai yang mengalir di tengah kota
Banda Aceh selain Krueng Aceh dan Krueng Doy. Terusan Krueng Daroy dapat
ditemukan di pinggiran Jalan Soekarno-Hatta, di pasar Ketapang atau di belakang
Gunongan dan di sekitar Taman Putroe Phang atau di sekitar Meuligo Gubernur
Aceh (Hermaliza, 2009).