Cinta itu tidak berbentuk tetapi dapat dirasakan. Cinta kepada Allah adalah cinta yang paling utama karena mendorong untuk selalu taat beribadah dan merindukan-Nya. Cinta kepada selain Allah hanyalah cinta sampingan. Syarat untuk mendapatkan cinta Allah adalah memenuhi aturan dan ketentuan agama seperti yang tercantum dalam al-Quran dan sunnah.
1. - SILUET RASA -
“CINTA”
Oleh : RACHARDY ANDRIYANTO
22 JULI 2017, 06:58 WIB
2. Cinta itu ada di dalam hati, tidak membentuk pola, persegi, segi tiga atau pun
lingkaran, tak tergambarkan, tetapi ada, dapat di rasa tak dapat di raba. Hati dalam wujudnya
tertanam di dalam dada, pada jasad jasmani, berbentuk segumpal darah dan nyata, tetapi cinta
adalah endapan rasa yang terpendam dalam hati, tidak nyata, adalah pekerjaan ruh yang
kadang giat menggebu dan kadang juga menjadi bosan dan malas.
Tanda dan ciri cinta adalah tidak peduli. Tidak peduli atas untung rugi, tidak peduli
salah benar, tak peduli baik buruk, tidak peduli apa resiko yang akan terjadi, kadang juga tak
punya malu, bahkan tak peduli dikatakan gila, bersatu bergerak mendorong dan menstimulasi
jasad melakukan tindakan untuk menggapai kenikmatannya.
Cinta itu bertingkat – tingkat menentukan kadarnya. Tingkatan kadar cinta tercermin
dan terlihat dari sebesar apa cinta dapat menggerakan jasad untuk memenuhi perintahnya.
Tingkat terendah adalah ucapan, dimana cinta memberikan perintah kepada bibir untuk
mengungkapkan bahwa dia ada. Kemudian cinta menggerakan tangan kaki untuk bergerak
menggapai apa yang diinginkannya dan selanjutnya menggerakan, merangkai dan
memperbudak seluruh indra untuk bekerja untuknya sampai tingkat yang tak terbatas atau
sampai pada titik yang bisa dikatakan sudah terlihat gila.
Pastikan apa yang diinginkan cinta berada pada tempatnya, tempat yang paling pantas
dan hakiki untuk keinginan cinta adalah cinta kepada Allah swt. Ketika cinta mendorong
jasad untuk selalu taat beribadah, menggerakkan indra karena kecintaan kepadaNYA dan
menjadi rindu ketika cinta terasa sedikit meninggalkan hati kita. Maka dengan begitu cinta
kepada selainNYA setidaknya hanya akan menjadi cinta sampingan atau hanya sekedar
kesukaan dan kesenangan saja.
Berbahagialah ketika cinta yang hakiki itu datang, tetapi jangan lalai karena itu adalah
pemberian. Sudah sepantasnya sebuah pemberian itu habis dan tidak diberi lagi, diganti
dengan cinta yang lain, maka waspadalah !, cinta selain cinta kepadaNYA adalah cinta
sampingan, maka selanjutnya jadilah pengemis cinta, untuk istiqomah selalu meminta,
berharap dan yakin akan pemberian cinta yang hakiki itu lagi.
Setiap cinta pasti menuntut adanya syarat, aturan dan ketentuan untuk
mendapatkannya. Pelajari dan cermati syarat, aturan dan ketetentuan – ketentuan bagaimana
cara mendapatkannya, dimana sang pemberi cinta telah menuliskannya dalam kitabNYA dan
sunnah utusanNYA saw. Kegigihan dan ketekunan pemenuhan akan syarat, aturan dan
ketentuan cinta inilah yang kemudian menentukan besar kecilnya, lama pendekknya dan
keruh dalamnya pemberian cinta, yang akhirnya menimbulkan tingkatan – tingkatan cinta di
setiap hati – hati manusia.
Selalu penuhi syarat, aturan dan ketentuan untuk mendapatkan cinta, selalu siaga dan
kosongkan hati untuk siap menerima pemberian cinta dariNYA dengan sebesar - besarnya,
jangan beri ruang terhadap cinta yang lain, jika tak ingin cinta itu menjadi tercampur dan
keruh, karena cinta yang tercampur mempunyai kenikmatan yang berbeda, pastikan bahwa
susu tetap terasa susu bukan yang lain.
3. Cinta yang tercampur dan keruh berpengaruh pada tingkatan kadar cinta, ditandai
dengan penurunan pemenuhan atas syarat, aturan dan ketentuan yang tercirikan dari adanya
gejala rasa keletihan, capek dan nikmatpun menjadi berkurang. Maka Berusahalah terhindar
dari hal itu dan terus beramallah !
Sesungguhnya diluar sana masih banyak orang yang beranggapan bahwa sujud
sebanyak 50 kali sehari masihlah terlalu sedikit. Bisa diibaratkan jika yang fardhu adalah
istana raja atau gedung inti maka, sebelum mencapai ke gedung inti itu meskilah melewati
benteng yang berlapis – lapis. Demikianlah keadaan sang pecinta sejati yang selalu berusaha
untuk meningkatkan amalan – amalannya yang bukan berarti bersandar pada amalan
dengan artian mereka melakukan itu hanyalah sebatas pancaran bukti kecintaan mereka
kepadaNYA. Percayalah kita tidak sendirian !
Macam cinta sampingan adalah cinta dunia, harta, kedudukan, istri dan anak. Maka
ketahuilah ! jangan pernah terbesit sedikitpun untuk bisa melakukan apa saja untuk menuruti
keinginan dari cinta – cinta sampingan ini, karena ruang sekecil apapun untuk cinta
sampingan ini hasilnya hanyalah gundah dan meresahkan saja. Ketahuilah, pemilik sebuah
istana akan dengan serta merta merta mengumpulkan orang untuk sekedar menjaga
kebersihan istananya, memikirkan bagaimana cara menggaji mereka, demikian seterusnya
dengan tak berujung, agar istana tetap lerlihat megah dan istimewa seperti awalnya.
Cukupkan ! peliharalah yang memang layak untuk dipeliharalah, yaitu cinta kepadaNYA
saja, dan kemudian biarkan DIA yang memelihara istana kita dengan caraNYA. Allahu
samad !
Tenang, damai, sabar, istiqomah, tawakal, iklash, tawadhu, qanaah, zuhud, wara,
jujur, amanah adalah sesuatu yang tak nyata sebagai hasil dari buah cinta. Tak dapat dirasa
dan tak bisa dibuat – buat, hal – hal tak nyata itu dengan sendirinya dapat diketahui dari
pribadi – pribadi dalam diri setiap manusia. Maka ketahuilah bahwa pribadi seperti itulah
pribadi yang dipenuhi dengan cinta kepadaNYA. Cinta dengan keteguhan yang terdapat di
bagian yang terdalam dari manusia akan terpancar dengan sendirinya dengan kode – kode
perilaku jasad. Ketika jasad melakukan interaksi dengan dunia diluar dirinya, maka Cinta
dengan sepenuhnya dapat dengan serta merta membuat hati bersih tanpa niat, tujuan dan
prasangka apapun juga kepada dunia luarnya itu. Perhatikanlah para ulama kita yang tampil
di media – media itu, mereka berbicara dengan lepas tanpa kita sedikitpun terbersit
memikirkan apa sebenarnya tujuan – tujuan mereka selain hanya kebaikan – kebaikan saja,
oleh karenanya kita dengan seksama terasa tertarik dan serius untuk menyimaknya.
Demikianlah pancaran kebersihan hati para ulama kita tercinta sebagai wujud bahwa mereka
adalah muqorrobin (orang – orang yang di dekatkan kepadaNYA), bukti ketulusan cinta
mereka kepadaNYA.
Teribaratkan sebuah toko, ulama – ulama yang menghiasi media adalah produk –
produk yang ditampilkan dalam sebuah etalase toko, sesungguhnya di dalam gudang masih
banyak simpananNYA. Jadi bertanya dan mencari ilmu cintaNYA tidak harus kepada ulama
yang popular, diluar sana masih banyak ulama serupa yang tidak popular dengan kualitas
yang sama, berkunjunglah kepada yang paling dekat dengan anda!
4. Perhatikan tujuan anda, apakah ketika anda cinta terhadap seseorang, anda
menginginkan hartanya ? anda menginginkan mendapatkan sebuah kedudukan dengan
mencintainya ? atau hanya ingin dekat dan menjadi kekasihnya ? maka perhatikan tujuan
kecintaan anda karena hal ini menentukan proses perjalanan anda!.
Jadikan hanya rahmat dan taufik (pertolongan) NYA sebagai tujuan anda, bukan
hartanya, bukan pemberian pahalanya, bukan surganya, bukan nikmat – nikmatnya. Jika
memang apa yang anda lakukan selama ini untuk mendapatkan cintaNYA nantinya
justru memasukkan anda kedalam neraka, asalkan itu memang menjadi rahmat dan
ridhoNYA. Maka, itupun tidak mengapa!