Dokumen tersebut membahas tentang laporan pendahuluan hemoroid. Secara ringkas, dokumen menjelaskan konsep medikal hemoroid termasuk pengertian, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis, dan konsep keperawatan untuk hemoroid.
1. ASKEP DAN SOP
jangan pernah berhenti mencari ilmu
88,045
Jumat, 21 November 2014
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOROID
1. KONSEP MEDIS
B. PENGERTIAN
Hemoroid (“wasir”) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna hanya melibatkan
jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A).
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid
intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah
bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer yaitu kanan-depan, kanan-belakang,
dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke
vena porta
2. C. ETIOLOGI
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan
kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas.
Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat) atau perubahan
hemodinamik (misalnya selama hamil) menyebabkan dilatasi kronis dari pleksus submukosa.
Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau diare, sering mengejan,
kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma uteri, dan tumor rektum.
D. KLASIFIKASI
Hemoroid interna dikelompokan dalam 4 derajat :
Derajat satu
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi biasanya
terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang
vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan.
Derajat dua
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid ini dapat mengecil secara
spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
Derajat tiga
Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang keluar tidak dapat masuk
kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini mungkin saja varieses keluar dan
harus didorong kembali tanpa perdarahan.
Derajat empat
3. Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat defekasi tidak dapat didorong
masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini terdapat trombus yang diikuti
infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan rektum.
E. PATOFISIOLOGI
Hemoroid atau wasir merupakan vena varikosa pada anus. Secara kasar hemoroid
biasanya dibagi dalam dua jenis, hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan
varises vena hemoroidalis superior dan media. Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid
eksterna timbul disebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid interna timbul di sebelah dalam
sfingter.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk
yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Penyakit hati kronik yang disertai hipertensi portal mengakibatkan hemoroid,
karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke dalam sistem portal. Selain itu sistem
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
F. MANIFESTASI KLINIS
4. Gejala dan tanda pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada
hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami
trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses
yang keras. Darah yag keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Dapat
hanya berupa gejala pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi
merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan
zat asam. Perdarahan luas dan intensif dipleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap
merupakan ”darah arteri”.
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan
prolaps. Pada tahap awalnya penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh
reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid intern ini
perlu didorong masuk lagi. Akhirnya, hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mukus.
Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang.
G. PEMERIKSAAN DIAKNOSTIK
1. Pemeriksaan colok dubur
5. Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Pada hemoroid interna tidak
dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
2. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar.
3. Proktosikmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan
di tingkat yang lebih tinggi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid
adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroidal,
tetapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan
lokal yang sederhana disertai nasihat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan
berserat tinggi . Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada
penyakit radang usus besar yang mendasarinya.
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan kesubmukosa di dalam jaringan areolar yang
6. longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian
menjadi fibrotik . Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum
yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka
tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam
prostat, dan reaksi hipersensivitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II. Gejala hemoroid dan ketidak
nyamanan yang dapat dihilangkan dengan hygiene personal yang baik dan menghindari
mengejan yang berlebihan selama defekasi. Diet tinggi tinggi serat mungkin satu-satunya
tindakan yang diperlukan; bila tindakan ini gagal, lajsatif yang berfungsi mengabsorpsi air saat
melewati usus dapat membantu.
2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian post operasi terdiri atas observasi dari pembalut akan adanya perdarahan yang
berlebihan, menentukan adekuat BAB, pengkajian nyeri dan tanda infeksi dan pengawasan
pengeluaran tinja. Menentukan perasaan pasien dan kaitannya dengan masalah dan perawat dan
juga tingkat pengetahuan dasar dari klien.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien yang menerima perawatan pada gangguan daerah
rectal meliputi :
7. a. Konstipasi berhubungan dengan penahan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari nyeri
karena hemoroid atau setelah pembedahan hemoroid.
b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.
c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal).
C. Perencanaan
a. Konstipasi berhubungan dengan penahanan dari keinginan untuk BAB untuk menghindari
nyeri karena hemoroid atau setelah pembedahan hemoroid.
Tujuan :
Eliminasi BAB pasien normal dengan nyeri normal minimal.
Intervensi dan rasional
1. Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam.
Rasional :
Pengontrolan nyeri akan membantu mengurangi resiko konstipasi yang munkin akibat pasien
menahan keinginan untuk BAB karena nyeri rektal.
2. Anjurkan duduk rendam sekali atau dua kali sehari.
Rasional :
Hal ini menghilangkan rasa tidak nyaman dan menunjang penyembuhan dengan meningkatkan
sirkulasi ke daerah perianal dan mempertahankan hygiene yang baik.
3. Berikan cincin busa atau donat pada pasien untuk duduk.
Berikan Pelunak tinja selama beberapa hari, jika tidak berhasil selanjutkan berikan minyak
enema. Anjurkan pasien untuk meningkatkan inteke cairan (6 gelas air perhari).
8. Rasional :
Mencegah pengerasan tinja akan meningkatkan rasa tidak nyaman dengan BAB.
b. Nyeri berhubungan dengan hemoroid atau setelah penanganan bedah dan perlukaan jaringan.
Tujuan :
Pasien akan mengalami rasa tidak menyenangkan yang minimal intervensi dan rasional :
1). Berikan obat nyeri secara teratur setelah pembedahan 24-48 jam. Jika pasien rawat jalan, ajarkan
pasien menggunakan obat nyeri secara teratur sesuai kebutuhan.
Rasional :
Hal ini mengurangi stimulasi nyeri.
2). Ajarkan pasien untuk menghindari peregangan pada saat BAB
Rasional :
Hal ini mencegah penekanan pada daerah perineal atau jaringan rectal yang luka. Penekanan
akan menyebabkan nyeri dan mungkin memperlambat penyembuhan.
3). Ajarkan pasien menggunakan salep , suposotoria, atau bentuk lain.
Rasional :
Membantu menyusutkan atau menganastesi membran mukosa yang membengkak.
4). Ajarkan pasien mengenai prognosis :
a. Penyembuhan yang sempurna mungkin memakan waktu beberapa minggu.
b. Nyeri akan hilang setelah waktunya.
Rasional :
Pengetahuan tentang hasil yang diharapkan akan mengurangi ketakutan dan memberikan
referensi bagi kemajuan terhadap penyembuhan yang sempurna.
9. c. Potensial gangguan integritas kulit (perdarahan) berhubungan dengan iritasi oleh defekasi
(internal) atau ruptur hemoroid (eksternal).
Tujuan :
Pasien tidak mengalami perdarahan melalui rectal
Intervensi dan rasional :
Ajarkan pasien dalam program BAB
1. Ajarkan pasien untuk meningkatkan diet intake cairan (1-2 quarts) dan serat (buah-buahan dan
sayur).
2. Ajarkan pasien menggunakan pelunak tinja sesuai kebutuhan.
3. Ajarkan pasien menghindari peregangan.
4. Ajarkan pasien untuk menghindari mengangkat.
Rasional :
Tinja yang keras atau peregangan pada saat BAB akan mengiritasi hemoroid dan mukosa rectum
dan mungkin mengakibatkan perdarahan.
Ajarkan pasien untuk mengobservasi perdarahan rectal
Rasional :
Perdarahan pelan, tidak ditangani mungkin akan menyebabkan anemia, khususnya pada pasien
yang tua.
Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan rektal secara teratur.
Rasional :
Hemoroid internal, tidak bergejala mungkin timbul atau muncul kembali.
Observasi pembalut seringkali setelah pembedahan (setiap 24 jam).
10. Informasikan pasien tentang periode berbahaya 5 hari setelah pembedahan, ketika jaringan
mengelupas.
Rasional :
Ini memungkinkan seseorang dapat mendeteksi perdarahan dengan cepat, jika terjadi.
Penanganan dini perdarahan mencegah kehilangan darah yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
R. Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC, Jakarta, 2004
Sylvia A Price, Lorraine M Wilsox, Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4. EGC,
Jakarta., 1995.
Grace, Pierce A. Ilmu Bedah. Edisi 3. EMS, Jakarta, 2004.
Jones n H. Virting, Petunjuk penting penyakit kolorektal, Edisi 1. EGC, Jakarta, 1996.
Joyce LeSeeR Kee. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diaknostik, Edisi 6. EGC. Jakarta, 2008.
11. Diposkan oleh Ners Asfi di 15.46
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Ners Asfi
Lihat profil lengkapku
Daily Calendar
Digital clock - DWR
Arsip Blog
▼ 2014 (45)
o ▼ November (45)
LAPORAN PENDAHLUAN KOLELITIASIS
LAPORAN PENDAHULUAN KANKER DINI LAMBUNG
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID
Penyimpangan KDM
LAPORAN PENDAHULUAN CA PANKREAS
PENYIMPANGAN KDM D H F
PENYIMPANGAN KDM BRONKHOPNEUMONI
ASKEP HALUSINASI PENDENGARAN
TAKS JIWA
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BERAT BADAN LAHIR
RENDAH...
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA NEONATORUM
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS ALERGIKA
LAPORAN PENDAHULUAN TUMBUH KEMBANG ANAK
LAPORAN PENDAHULUAN MALARIA PADA ANAK
LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS OBSTRUKTIF
12. LAPORAN PENDAHULUAN DIARE
DDST
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. DG. R. DI KELUR...
ASKEP ALZEIMER
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP GATRITIS
LAPORANPENDAHULUAN ANEMIA
IMPLEMENTASI KISTA OVARIUM
TINJAUAN KASUS KISTA OVARIUM
RENCANA KEPERAWATAN KISTA OVARIUM
BAHAN SEMINAR OVARIUM
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR
WOC ANC
LAPORAN PENDAHULUAN ANC
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO SESAREA
LAPORAN PENDAHULUAN VAKUM EKSTRAKSI
LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS NORMAL
WOC ABORTUS
ASKEP ABORTUS
LAPORAN PENDAHULUAN PREEKLAMPSIA
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN
LAPORAN AKHIR KMB
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DEPARTEMEN KEPERA...
PROSEDUR PEREKAMAN EKG
PROSEDUR PAMASANGAN KATETER PERKEMIHAN PADA
PRIA...
ASKEP MIOMA UTERI
ASKEP PNEUMONIA
ASKEP DIABETES MELLITUS
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP CKD
Real-time Earth and Moon phase
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.