2. Penderitaan Ayub begitu
hebat, namun berakhir
juga. Bagaimanakah
akhirnya? Pelajaran apa
yang dapat kita pelajari
dari kisah Ayub?
3. “Lalu TUHAN memulihkan keadaan
Ayub, setelah ia meminta doa untuk
sahabat-sahabatnya, dan TUHAN
memberikan kepada Ayub dua kali lipat
dari segala kepunyaannya dahulu…Maka
matilah Ayub, tua dan lanjut umur.”
(Ayub 42:10, 17)
Pertama
Ayub 1:3
7 anak laki-laki dan
3 anak perempuan
7,000 domba
3,000 unta
500 pasang
lembu
500 keledai
betina
Akhir
Ayub 42:10-17
7 anak laki-laki dan
3 anak perempuan
14,000 domba
6,000 unta
1,000 pasang
lembu
1,000 keledai
betina
Ayub mengakhirinya dengan dua kali lipat dari segala yang ia miliki sebelumnya. Selain itu, anak-anak
perempuannya adalah yang paling cantik di dunia. Dia bertemu dengan para cucu dan cicitnya dan ia
hidup 140 tahun lagi untuk menikmati segalanya! Namun demikian, Ayub akhirnya meninggal.
4. “Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur,
sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan;” (Mazmur 37:37)
Apakah setiap orang yang lurus hidupnya selalu berakhir dengan bahagia? Mari kita mempelajari contoh berikutnya:
HABEL
Kejadian 4:8
ELI
1 Samuel 4:18
URIA
2 Samuel 11:17
YOSIA
2 Tawarikh 35:22-24
YOHANES PEMBAPTIS
Matius 14:10
STEFANUS
Kisah 7:59-60
Boleh jadi kita mengalami kehidupan yang berakhir bahagia atau tidak berbahagia, namun akhirnya adalah
sama untuk semua orang yaitu kematian. Mengapa masa depan orang yang tulus hidupnya damai?
5. “Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu
sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang
tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan
apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang
akan menerima pujian dari Allah.” (1 Korintus 4:5)
Pada akhir dari penderitaan Ayub, ia dipulihkan
kepada keadaan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Namun demikian, hal itu bukanlah pemulihan
yang sepenuhnya. Dia masih mengingat tentang
anak-anaknya yang telah meninggal serta
pengalaman mengerikan yang dia pernah alami..
Tidak peduli kehidupan apa yang kita telah lalui.
Seperti Ayub, pemulihan kita tidak akan lengkap
dalam hidup ini. Akan selalu ada pertanyaan
tanpa jawaban dan luka yang tidak sembuh.
Namun, Allah telah berjanji bahwa Dia akan
“menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam
kegelapan.” Dia akan memulihkan kita
sepenuhnya di masa depan.
6. “Tetapi pada zaman raja-raja, Allah semesta langit akan mendirikan
suatu kerajaan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan
kekuasaan tidak akan beralih lagi kepada bangsa lain: kerajaan itu
akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi
kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya,” (Daniel 2:44)
Alkitab menjelaskan bahwa sejarah manusia
berdosa memiliki akhir. Allah akan
mengembalikan semuanya pada keadaan yang
semula. Allah akan menghapus dosa dan
akibatnya untuk selamanya.
Kitab Ayub berakhir dengan kematiannya,
namun itu bukanlah akhir dari cerita. Kematian
tidak akan menjadi akhir dari cerita kita.
Suatu waktu nanti “orang-orang kudus milik
Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan,
dan mereka akan memegang pemerintahan itu
sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-
lamanya.” (Daniel 7:18). Itu akan menjadi hari
pemulihan kita yang sepenuhnya.
7. “Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh
harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka
Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut; Engkau akan
rindu kepada buatan tangan-Mu.” (Ayub 14:14-15)
Akhir dari segala akhir akan datang melalui
pemulihan Kerajaan Allah yang kekal. Maka tidak
akan ada lagi akhir.
Pada saat itu, banyak orang kudus dari berbagai
zaman yang telah meninggal dan mungkin juga
kita sudah meninggal.
Akankah kita hidup lagi? Ayub memiliki jawaban
yang pasti untuk pertanyaan itu. Ketika dia akan
mendengar suara memanggilnya, dia akan
menjawab dengan tubuh yang dibangkitkan. Dan
mereka yang masih hidup akan diubahkan ketika
mendengar suara itu (1 Korintus 15:52).
“Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab
saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di
dalam kuburan akan mendengar suara-Nya.”
(Yohanes 5:28).
8. “Setan, dengan sarana keberhasilannya dalam membalikkan
manusia dari jalan penurutan, menjadi “ilah zaman ini.” 2
Korintus 4:4. Kekuasaan yang tadinya adalah milik Adam
telah beralih kepada si penyerobot. Tetapi Anak Allah
mengusulkan untuk datang ke bumi ini membayar
hukuman dosa, dan dengan demikian bukan saja menebus
manusia, melainkan hendak memulihkan kekuasaan yang
direbut itu. Adalah karena pemulihan ini sehingga Mikha
bernubuat ketika ia berkata, “Hai Menara Kawanan Domba,
hai Bukit putri Sion, kepadamu akan datang dan akan
kembali pemerintahan yang dulu.” Mikha 4:8. Rasul Paulus
menimpali hal itu sebagai “penebusan yang menjadikan kita
milik Allah.” Efesus 1:14. Dan Pemazmur memikirkan
pemulihan manusia yang terakhir kepada pewarisan yang
sejati ketika ia memaklumkan, “Orang-orang benar akan
mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.” Mazmur
37:29.”
E.G.W. (Prophets and Kings, cp. 58, pg. 682)