2. Beberapa Kondisi Munculnya
Agama Sipil
Teori 1
Wacana sipil atau kesatuan sipil ternyata cukup rumit dan sulit,
tetapi pada kondisi agama yang plural maka hal ini semakin rumit
dan sulit karena diskusi mengenai peristiwa-peristiwa yang
konkrit menjadi istilah yang abstrak dan pluralism menciptakan
tempat yang berbeda-beda bagi bidang ini
John Courtney Murray
Teori 2
Berhubungan dengan situasi dimana
aktivitas sekuler telah atau sedang berada
pada posisi terhalang oleh pluralism agama
3. Beberapa Kondisi Munculnya
Agama Sipil
Max Weber
Teori 1
Semakin tinggi tingkat pluralism agama di masyarakat,
dan semakin tinggi pula tergantungnya kompleksitas
sosial, maka akan semakin berhubungan dengan
keberadaan sistem legal universal.
Teori 2
Sistem legal yang rasional, umum dan dapat diprediksi akan
membentuk interaksi sosial dan juga kompleksitas sosial. Hal ini
sesuai dengan argument yang disampaikan pada paragraf awal
yaitu bahwa tatanan hukum dalam beberapa ukuran akan
menjadi pengganti tatanan agama – tatanan yang menghasilkan
pemaknaan – sehingga akan memberikan ruang bagi
terbentuknya agama sipil.
4. PENGUJIAN TEORI
Kompleksitas
Sosial
Perkembangan
Legal
Pluralisme
Agama
Teori Evolusioner-
Talcot Parson
Pengujian Teori dilakukan
oleh Gery Buck
Terbentuknya agama Sipil
Dia Mengembangkan 10 Variable Parson :
1)komunikasi,
2)organisasi persaudaraan,
3)agama,
4)teknologi,
5)strata,
6)legitimasi budaya,
7)organisasi birokrasi,
8)uang dan kompleks perdagangan,
9)norma umum dan
10)asosiasi demokrasi.
5. Hasil Pengujian dari Teori
Teori pertama
◦pluralism agama dan kompleksitas sosial saling berlawanan. Tabel 3 menunjukkan jawaban dari pertanyaan
pertama, bahwa pluralisme agama bukan satu-satunya aspek diperinsiasi (perbedaan) sosial, tetapi juga
bertentangan dengan kompleksitas sosial.
Bagian kedua
◦Melalui tabel 4 dapat dilihat bahwa Negara dengan perkembangan legal yang sedikit ternyata
kompleksitasnya juga sedikit, sedangkan Negara dengan perkembangan legal tinggi ternyata kompleksitasnya
juga tinggi.
Bukti ini mendukung teori bahwa sistem legal universal memfasilitasi terjadinya kompleksitas sosial,
seperti terlhat pada tabel 5. Setiap peningkatan asosiasi pluralism agama dengan kompleksitas sosial
ternyata dapat meningkatkan asosiasinya dengan perkembangan legal.
Ada 4 negara yang mempunyai kondisi masyarakat yang sangat plural, komplek dan hukumnya juga
berkembang yaitu Bulgaria, Malaysia, Filipina dan Trinidad, meskipun mereka berada didaerah yang
berbeda. Mereka menunjukkan cara yang berbeda dalam keberagaman agamanya tetapi mereka juga
menunjukkan perkembangan legal yang baik. Dengan kata lain, keempat Negara ini tidak mempunyai
hubungan sejarah, geografis, politik, hukum dan agama.
6. Implikasi
Dimanakah implikasi agama sipil berperan dalam hukum ditengah masyarakat
yang plural?
Hal ini dapat terjadi jika seseorang mengalami konflik, mereka berusaha
menyelesaikannya. Jika konflik itu melibatkan suatu “sistem resolusi” yang saling
bertentangan maka akan dicari bentuk resolusi lainnya.
8. Konsep Durkheim Tentang
Agama
Agama Sipil lahir dari sekelompok
orang yang menyatukan asas
moralnya.
Agama Sipil adalah
kekayaan kehidupan
sosial itu sendiri yang
sedang berkembang.
Durkheim menemukan
pengekspresian agama dalam
praktek totemistik dari orang
Arunta
9. Pluralisme Agama
Mengacu pada Heterogenitas
Ada beberapa tokoh pencetus teori Pluralisme
(walaupun pemikiran berbeda):
1.Teggart
2.Mcintyre
3.John Courney Murray
10. Agama dan Hukum
• Little
• Pound
• Conrad Grebel
• Henry
Robinson
• John Robinson
• Shipton
Tokoh Yang berbicara tentang
hubungannya antara Agama dan
Hukum :
11. Karakter Religius dari lembaga-
lembaga Hukum
Dimasukkan menjadi masalah hukum
bermula dari puritanisme yang
mencoba mempengaruhi dengan cara
membuat setiap masalah sebagai
masalah moral
Pound
Setiap masalah moral menjadi masalah hukum
Pakelis
1)Pluralitas dari sistem religius memerlukan pendefinisian
kembali terhadap tatanan yang berlaku.
2)Lembaga-lembaga hukum diperlukan untuk
mengamankan tatanan tersebut dan juga memaknainya
sehingga dapat diterima sebagai keseragaman.
3)Hasilnya adalah serangkaian lembaga hukum yang
mempunyai karakter moral religius.
Nelson
Tetapi pada tahun 1760an, persamaan etika ini tidak ada
lagi karena teologi Puritan membawa bibit-bibit pluralism
12. Agama dalam Sistem Hukum:
Retorika yang Hilang
Little :
Terjadi pengembangan tugas pengadilan
Bickel :
Fungsi pengadilan adalah untuk membenamkan diri mereka ke dalam masyarakat dan
ke dalam masyarakat yang sudah musnah, ke dalam sejarah dan fondasi sejarah
dimana hukum masih berada dalam angan-angan para filsuf dan penyair.
13. Agama Dalam Sistem Hukum :
Retorika agama sipil yang sedang
berkembang
Retorika baru ini sedang dalam tahap perkembangan. Agama sipil baru ini akan menjadi bagian
dari kebudayaan umum, tetapi masih ada keraguan tentang bentuk, keaslian bahkan
keberadaannya. Di Amerika, retorika baru ini dapat ditemukan dalam hukum adat dan
berkembang di lembaga-lembaga hukum.
14. Kesimpulan
Lembaga hukum bukan satu-satunya lembaga yang harus melaksanakan tugas-tugas agama
sipil. Sekolah-sekolah umum berperan penting dalam mensosialsasikan hukum tentang agama
ini kepada kaum muda seperti yang diutarakan oleh Kohlberg.
“Keputusan Mahkamah Agama Schemp – (melarang sekolah untuk mengadakan ibadah dan
membaca Alkitab) sejak lama dipertentangkan, karena digunakan untuk membatasi sekolah-
sekolah umum untuk melakukan pendidikan moral karena hal ini sama dengan penanaman
agama oleh Negara. Masalahnya adalah legitimasi pendidikan agama di sekolah-sekolah umum
jadi hilang, akan tetapi jika kandungan pendidikan moral dianggap sebagai nilai-nilai keadilan
dapat melarang pembebanan kepercayaan seseorang terhadap orang lain ….. Hal ini tidak
berarti bahwa sekolah tidak menjadi “berorientasi pada nilai” …. Sekolah umum mempunyai
komitmen yang sama dengan pengadilan dalam memelihara keadilan.
Sehingga kita dapat mengetahui agen-agen sosalisasi yang memperkenalkan dan
mengembangkan agama sipil. Sekolah-sekolah umum adalah “Sekolah Minggu” yang baru,
sedangkan pengadilan adalah mimbar gereja yang baru.