SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
DEFINISI SISTEM PEMIPAAN
Desain/Perancangan Sistem Pemipaan pada dasarnya bertanggung jawab untuk
mempelajari dan menghasilkan sebuah sistem perpipaan untuk mentransportasikan fluida
yang mengalir di dalam pipa dengan efektif dan efisien berdasar kode dan standar yang
berlaku.
Sistem pemipaan tidak hanya terdiri dari pipa, tapi merupakan hasil interkoneksi antar pipa
dan antara berbagai komponen pipa (tee, elbow, reducer,dll) ditambah juga katup,
sambungan ekspansi yang saling terhubung untuk membentuk sebuah sistem yang dapat
bekerja sesuai tujuannya atau fungsinya.
PIPA
Secara umum, pipa diartikan sebagai sebuah benda yang mempunyai penampang
melintang yang bulat dan berlubang, yang digunakan untuk mengangkut/mendistribusikan
fluida seperti minyak, gas, air, bahan kimia, dll.
UKURAN PIPA
Dulu biasa disebut dengan inisial IPS (iron pipe size) untuk penamaan pipa
berdasarkan ukuran diameternya dalam satuan inch, misal, pipa IPS 6 adalah pipa
dengan ukuran diameter yang mendekati 6 inch, seiring dengan perkembangan
kebutuhan akan ketebalan dinding yang lebih tipis dan desain pada kekuatan dan
ketahanan korosi material pipa membuat penamaan baru untuk ukuran dan tebal pipa.
NPS menggantikan IPS dan istilah schedule (SCH) digunakan untuk nominal tebal
dinding pipa.
JENIS-JENIS PIPA BERDASAR CARA PEMBUATAN
Seamless
Dibuat dari pipa padat (billets) yang dipanaskan hingga temperature tertentu, hingga
cukup lunak untuk dilubangi dengan cara ditusuk dengan mandrel.
Pipa seamless
Buttwelded (ERW)
Menggunakan plat besi yang dilipat membentuk pipa kemudian disambung dengan
lasan.
pk
Spiral Welded
Dibuat dengan cara memuntir pita besi menjadi spiral.
Pipa Spiral
METODE UNTUK MENYAMBUNG PIPA
Buttwelded
Pipa 2 in ke atas biasa disambung dengan teknik ini, karena paling mudah dan murah untuk pipa-
pipa berukuran besar dan paling anti bocor. Tapi yang menjadi masalah adalah intrusi logam
lasan ke dalam pipa yang dapat mempengaruhi aliran fluida, sehingga untuk beberapa kasus
dipasang back-up ring.
Shockwelded
Di aplikasikan untuk pipa-pipa bermuatan fluida yang mudah terbakar, beracun, dan material-
material tertentu yang sangat mahal, dan atau system yang tidak boleh ada kebocoran.
Keuntungan teknik sambungan ini adalah kebocoran hampir tidak mungkin terjadi, lebih mudah
di-alignment disbanding buttwelded, tidak ada intrusi metal lasan ke dalam pipa.
Threaded/Screwed
Teknik ini diaplikasikan untuk pipa-pipa 2 in ke bawah, biasanya untuk pipa drain. Teknik ini
sangat mudah di-fabrikasi di lapangan, bisa diaplikasikan untuk pemasangan pipa di area-area
berbahaya (yang mudah terbakar). Teknik sambungan ini relative lebih mudah bocor dibanding
lainnya, tidak cocok untuk pipa yang bermuatan fluida yang korosif dan diaplikasikan di area
yang sangat korosif.
MATERIAL PIPA
Material pipa dibagi dalam 2 kategori yaitu : logam dan non-logam. Pipa logam biasa
dibuat dari material yang bersifat korosif dan non-korosif, untuk material yang
bersifat korosif seperti besi tuang, baja karbon dan baja paduan, yang bersifat non-
korosif adalah tembaga, alumunium, plastic, dll
Material Pipa yang Umum
KOMPONEN-KOMPONEN PIPA
Komponen-komponen pipa ini berfungsi untuk menyambung pipa (misal,
union,coupling), membelokan pipa (misal :siku/elbow), membuat percabangan (misal
: tee,cross,Y) mengubah ukuran pipa (misal : reducer), menutup aliran (misal : cap,
plug, blind).
Gambar 2.1 Komponen-komponen pemipaan
(Sumber : Pipe Drafting And Design 2nd
Edition)
KATUP
Sebuah katup adalah sebuak alat mekanik yang berfungsi untuk mengatur aliran dan
atau tekanan fluida yang mengalir di dalam pipa. Ada beberapa fungsi katup yang
akan dibahas di bawah ini :
 Katup yang berfungsi buka-tutup (On-Off), ini adalah jenis katup yang
berfungsi untuk membuka penuh atau menutup aliran fluida, jenis katup yang
biasa digunakan adalah katup pintu (gate), bola (ball), globe, plug.
Gambar 2.2 katup pintu (gate)
(Sumber : Valve Selection Handbook 4nd
Edition)
 Katup yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida (Regulating), yang
biasa digunakan untuk fungsi ini adalah katup globe, bola.
Gambar 2.3 Katup control
(Sumber : Valve Selection Handbook 4nd
Edition)
 Katup yang berfungsi untuk memisahkan aliran (Switching), katup jenis
ini biasanya memiliki lubang keluar lebih dari satu/multiport, biasa digunakan
katup jenis plug dan bola untuk fungsi ini.
Gambar 2.3 Three Way Valve
(Sumber : Valve Selection Handbook 4nd
Edition)
 Katup yang berfungsi untuk mencegah aliran balik (Checking), katup ini
berfungsi untuk mencegah aliran fluida, yang dipakai untuk fungsi ini adalah
katup check, biasa dipasang pada saluran keluar pompa.
Gambar 2.4 Katup check jenis swing & lift
(Sumber : Valve Selection Handbook 4nd
Edition)
 Katup yang berfungsi untuk mencegah membuang tekanan berlebih
(discharging)
Katup jenis ini berfungsi untuk membuang tekanan berlebih baik ke atmosfer,
ke saluran buang, atau ke system lainnya, ke vessel dengan tekanan yang
lebih rendah. Jenis katup yang termasuk jenis ini adalah safety & relief valve,
rupture disc.
BAGIAN-BAGIAN KATUP
Seat dan disc, pintu keluar masuknya fluida
Stem, penggerak dari disc
Body dan Bonnet, penutup dari katup
Operator¸tipe pengoperasian dari katup, apakah manual atau otomatis
PEMILIHAN KATUP
Sumber : Valve Selection Handbook 5th Edition
2.1 KODE DAN STANDAR
Sebelum memilih kode yang akan digunakan, sedikit pembahasan tentang kode dan
standard akan kami jabarkan di sini.
Kode biasanya menetapkan atau berisi syarat-syarat tentang desain, material, fabrikasi,
ereksi, pengujian, dan inspeksi sistem pemipaaan.
Standar berisi aturan dan persyaratan desain dan konstruksi untuk masing komponen-
komponen pemipaan seperti belokan/elbow, tee, flanges, katup dll.
Selain itu ada Recommended Practices yaitu berupa dokumen yang dipersiapkan oleh
professional- professional untuk menyarankan sebuah aturan praktis yang efisien tapi
bersifat optional.
Berkembangnya kode dan standar pemipaan berdasar pada kebutuhan untuk penyesuaian
dengan variasi desain suhu dan tekanan operasi, B31 kode untuk pipa bertekanan yang
dikembangkan ASA atau American Standard Association (sejak 1969 berubah nama
menjadi ANSI) yang untuk selanjutnya kode ini diadopsi oleh ASME. Selama tahun 1950-
an, kode itu tersegmentasi untuk memenuhi kebutuhan individu dari berbagai
mengembangkan industri pipa, dengan kode-kode yang diterbitkan untuk kekuasaan,
petrokimia dan industri transmisi gas antara lain. 1960-an dan 1970-an mencakup periode
pengembangan konsep standar, persyaratan dan metodologi. Pengembangan dan
penggunaan komputer model matematika sistem pipa telah membawa analisis, desain dan
penyusunan untuk tingkat kecanggihan baru. Peraturan dan standar yang dibentuk untuk
memberikan metode manufaktur, pencatatan dan pelaporan data desain.
"Sebuah standar adalah satu set spesifikasi untuk suku cadang, bahan atau proses
dimaksudkan untuk mencapai keseragaman, efisiensi dan kualitas tertentu". Dasar Tujuan
dari standar ini adalah untuk menempatkan batas maksimal jumlah item dalam spesifikasi,
sehingga dapat memberikan suatu akal inventarisasi tooling, ukuran dan bentuk dan variasi
[4]. Beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan pipa adalah:
 American Society of Mechanical Engineers (ASME)
 American National Standards Institute (ANSI)
 American Society of Testing and Materials (ASTM)
 Pipe Fabrication Institute (PFI)
 American Welding Institute (AWS)
 Nuclear Regulatory Commission (NRC)
 American Welding Institute (AWS)
Tujuan dasar kode adalah untuk menyediakan kriteria desain seperti material konstruksi,
diijinkan bekerja stres dan beban set digunakan untuk desain kekuasaan komersial dan
industri sistem pipa Bagian ini memiliki bagian sub berikut [1].
B31.1 Power Piping.
B31.3 Procces Piping.
B31.4 Liquid transportation System For Hydrocarbons
B31.5 Refrigeration Piping.
B31.8 Gas Transportation And Distribution Piping System.
Untuk sistem pemipaan pada Fasilitas Produksi Air Itam yang berkenaan dengan proses
produksi hidrokarbon, maka termasuk dalam lingkup ASME B31.3 Proccess Piping
dimana dalam kode ini mencakup sistem pemipaan pada unit pengolahan minyak, bahan
kimia, farmasi, tekstil, kertas, semikonduktor, dan lainnya yang berkaitan.
2.2 PENOPANG PIPA (PIPE SUPPORT)
Penopang pipa harus di desain sedemikian rupa sehingga dapat menyangga dengan baik
semua beban-beban pada pipa dan peralatan yang terkoneksi dan untuk membuat
kemiringan/slope, mengakomodasi ekspansi pipa, anchorage dan insulasi. Keahlian
desainer pemipaan dalam memahami dan kebiasaan menggunakan praktek standar,
pengetahuan tentang pasar komersil yang mendukung dan juga pengalaman praktek, semua
itu bersama-sama dapat membantu dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Desain layout dan pemipaan yang baik sangat membantu dalam desain penopang pipa.
Misalnya, dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya dianggap sama, pipa arus diarahkan
mendekat ke struktur-struktur di sekitarnya untuk kemudahan dalam mengikat pipa ke
struktur, memasang anchor, dsb, pipa juga sebaiknya di-routing dengan dikelompokkan ke
dalam grup-grup untuk meminimalkan jumlah tumpuan yang harus dipasang, dari berbagai
tipe penopang pipa (pipe support) yang sering digunakan, menurut fungsinya, di sini akan
kami jelaskan beberapanya dari berbagai macam penopang pipa, antara lain
2.5.1 Weight support
Tipe tumpuan ini hanya digunakan untuk menyangga beban vertical pada arah
gravitasi, macamnya antara lain, sleeper, hanger, shoe, variable spring support,
constant spring support.
Gambar 2.9 Macam-macam tipe weight support
(Sumber : Piping & Pipe Support Systems Design Engineering)1
2.5.2 Rigid restraint
adalah macam-macam tumpuan yang digunakan untuk menahan pergerakan pipa
akibat beban temperatur, berat, dan lain-lain. Tumpuan ini dipilih bila pergerakan
pipa akibat temperatur cukup kecil sehingga tidak memerlukan tumpuan seperti
pegas atau snubber. Bila diinginkan untuk menahan pergerakan pipa ke semua arah
maka biasa digunakan tumpuan jenis jangkar/anchor, penahan/guide biasa untuk
menahan gerakan pipa ke samping, juga stopper yang digunakan untuk megizinkan
gerakan pipa yang searah sumbu aksial pipa.
1 Lihat Daftar Pustaka no 2
Gambar 2.10 Pipe anchor
(Sumber : Pipe Drafting And Design 2nd
Edition)
2.3 ANALISA TEGANGAN PADA SISTEM PEMIPAAN
Dalam sistem pemipaan terjadi berbagai reaksi akibat beban-beban (loading) yang terjadi
pada sistem pemipaan tersebut. Misalnya, pada sebuah sistem pemipaan yang beroperasi
pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu akan mengakibatkan reaksi pada pipa-pipa
yang akan berkontraksi atau berekspansi jika koefisien ekspansi material tidak mampu
menahan lagi dinamika tekanan dan temperatur yang terjadi di dalam pipa.
Pembebanan pada pipa juga bisa terjadi karena berat material pipa, fluida yang mengalir di
dalam pipa, juga berat-berat dari komponen-komponen pipa, dll, beban-beban ini bersifat
permanen terhadap sistem pemipaan tersebut.
Beban pada pipa dapat diklasifikasikan sebagai beban primer dan beban sekunder. Beban
primer terjadi akibat beban-beban tetap/sustained seperti berat pipa, katup, insulasi dan
komponen-komponen pipa lainnya. Sedangkan beban sekunder berhubungan dengan
ekspansi thermal karena beban temperatur pada pipa.
Dalam kaitannya dengan denah atau tata letak peralatan dalam sebuah pabrik atau fasilitas
produksi minyak, dll, analisa tegangan pipa sangat bergantung dengan denah/layout
pemipaan dan desain tumpuan/support, denah sistem pemipaan harus diperhitungkan
sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria dari batasan tegangan pipa dan penopang
pipa, sehingga bila perlu denah sistem pemipaan bisa berubah karena tidak memenuhi
persyaratan dari analisa tegangan yang sudah diperhitungkan.
2.5.1 TEGANGAN DAN REGANGAN
Jika suatu material dikenai tegangan yang membesar hingga melebihi kemampuan
tegangan maksimum yang bisa ditahan, material itu pasti akan rusak/gagal/fail.
Tegangan atau stress adalah jumlah gaya yang diberikan per satuan luas.
σ =
F
A
…………………………………pers. 2.5.1
σ = Tegangan, N/m2
F = Gaya pada benda, N
A = Luas penampang benda, mm2
Regangan atau strain adalah rasio antara panjang pemuluran benda dan panjang
benda semula
e =
∆L
L
=
l−L
L
…………………………………pers. 2.5.2
e = regangan
∆L = panjang pemuluran benda
L = panjang awal benda
2.5.2 TEGANGAN PADA PIPA
Tekanan internal di pipa akan menimbulkan tiga jenis tegangan seperti gambar di
bawah ini,
Gambar 2.6 Arah Tegangan hoop (h), longitudinal (l), radial (r)
Tegangan hoop, adalah tegangan keliling (circumferential stress) dalam benda yang
berbentuk silindris sebagai akibat tekanan internal atau eksternal itulah definisi dari
tegangan hoop, tegangan ini bekerja tegak lurus baik dengan sumbu dan jari-jari
benda atau bekerja secara circumferentially. Jika perbandingan antara diameter pipa
dengan tebal dinding pipa lebih dari 20 maka termasuk dalam jenis pipa berdinding
tipis, pada kasus ini, tegangan hoop yang melewati dinding pipa mendekati konstan
atau sama dengan,
σp =
PD
2t
………………………………….pers. 2.5.3
P = tekanan desain, kPa
D = diameter luar pipa, mm
t = tebal dinding pipa, mm
Tegangan longitudinal adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan sumbu pipa,
seperti tegangan akibat berat dan temperatur, bending, dan akibat tekanan dalam.
Tegangan-tegangan tersebut dirumuskan sebagai berikut :
 Tegangan longitudinal akibat temperatur dan gaya berat dirumuskan sebagai
berikut :
σl =
FA
A
………………………..……..pers. 2.5.4
σl = tegangan longitudinal, N/m2
FA = gaya pada permukaan, N
A = luas penampang pipa, m2
= π(do
2
− di
2)/4
 Tegangan bengkok/bending karena temperatur, berat pipa, fluida yang mengalir
di dalam pipa, insulasi, angin atau gempa bumi dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
σb = √
(MiIi)2
+(MoIo)2
Z
………………………….pers. 2.5.5
Mi = momen in-plane, kg.m
Mo = momen out-plane, kg.m
Ii = in-plane stress intensification factor
Io = out-plane stress intensification factor
Z = section modulus, mm3
 Tegangan longitudinal akibat tekanan dalam
Dirumuskan sebagai berikut :
σp =
PD
4t
……….………………………….pers. 2.5.6
Ketiga tegangan tegangan diatas bearah sejajar dengan sumbu pipa sehingga
tegangan longitudinal yang terjadi pada pipa adalah penjumlahan ketiga
tegangan diatas :
σL = σl + σb + σp……………………………..pers. 2.5.7
Tegangan radial, terutama karena tekanan internal adalah sama dengan P
2.4 PROSEDUR ANALISA TEGANGAN PADA PIPA
Diagram alir di bawah ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam penganalisaan
dalam sebuah sistem pemipaan
Gambar 2.7 Diagram Aliran Analisa Tegangan pada Pipa
DESAIN
GAMBAR
ISOMETRISDATA PROSES
ANALISA
SISTEM PEMIPAAN
SISTEM PEMIPAAN
RE-ROUTING DAN
DESAIN TUMPUAN
Denah pipa (Piping Layout) harus dianalisa dengan pertimbangan individual dari masing-
masing jalur yang dipengaruhi oleh restraint untuk memperkirakan reaksi pada anchor dan
titik terminal dan tegangan pada pipa. Metode analisa diklasifikasikan dalam level-level
analisa tegangan
Gambar 2.8 Diagram Level Analisa Tegangan pada Pipa
(Sumber : Piping Flexibility Analysist)2
Level-level persyaratan dan metode analisa yang berhubungan yang digambarkan diagram
di atas didefinisikan sebagai berikut :
 Level 1 : pemeriksaan visual yang berdasar pengalaman
Metode inspeksi visual adalah metode perkiraan, dalam hal ini sudah barang tentu
seorang Stress Engineer harus memiliki pengalaman yang luas. Dilihat pada
diagram diatas maka level ini berada pada rentang temperature -30 hingga 150 oC
dan diperuntukkan untuk pipa ukuran 1 inchi hingga 10 inchi. Metode ini harus
2 Lihat Daftar Pustaka no. 9
dibatasi untuk jalur-jalur yang sejenis dengan jalur-jalur lainnya yang terkalkulasi,
atau jalur yang mempunyai fleksibilitas yang cukup.
Dalam hal untuk memastikan, jalur level ini bisa diklasifikasikan ke level 2 atau 3.
Tidak ada nilai aktual dari gaya dan momen yang beraksi pada penopang yang
dihasilkan untuk analisa level 1.
 Level 2 : analisa sederhana
Metode ini termasuk menggunakan tabel, nomographs dan rumus sederhana yang
boleh digunakan jika digunakan untuk range konfigurasi dimana tingkat akurasi
hasil perhitungannya masih bisa diterima. Level ini mempunyai rentang
temperature lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai -50 oC hingga 250 oC,
dan untuk pipa dengan diameter hingga 20 inchi.
Dalam hal untuk memastikan, jalur level ini bisa diklasifikasikan ke level 3
Hasil dari analisa level 2 hanya menampilkan perhitungan isometric, atau dalam
laporan sederhana termasuk isometric dan output perhitungan computer untuk
restraint summary
 Level 3 : analisa komprehensif
Metode komprehensif terdiri dari prosedur analitis dengan menggunakan bagan
grafik untuk mencapai evaluasi mengenai gaya, momen dan tegangan yang
disebabkan oleh tegangan geser. Rentang temperature untuk level 3 daerah yang
tidak dijangkau oleh level 2 baik di baas atas maupun bawahnya dengan ukuran
diameter pipa di atas level 2. Penyelesaian untuk metode komprehensif ini harus
dilakukan computer sebab akhir-akhir ini pekerjaan untuk level ini meliputi banyak
data dalam angka, maka jelas tidak lagi ekonomis untuk melakukan perhitungan
dengan tangan. Ada cukup banyak program-program computer yang sanggup
memproseskan denah pipa yang meliputi ratusan percabangn.
Menurut ASME B31.3 par. 319.4.1, perhitungan tegangan tidak harus dilakukan pada
sistem pemipaan di bawah ini :
 Pipa-pipa yang berukuran sama.
 Pipa-pipa yang dipasang melalui dua titik sambung saja.
 Tidak ada penghalang di sepanjang pipa tersebut.
 Sistem pemipaan yang langsung dapat dianalisa hanya dengan membandingkan
dengan system yang sudah dianalisa sebelumnya atau merupakan duplikasi dari
sistem sebelumnya.
Untuk sistem-sistem pipa yang dikategorikan diatas dapat dihitung dengan persaman
sederhana berikut ini :
D .y
(L−U)2 ≤ K1 ………………………………..pers. 2.6.1
D = Diameter luar pipa, mm
y = resultan dari regangan geser yang terjadi, mm
L = panjang total pipa yang terletak diantara anchor , m
U = jarak lurus/terdekat antar anchor, m
K1= 208.000 Sa/Ea (mm/m)2
2.5 KETENTUAN-KETENTUAN FLEKSIBILITAS MINIMUM
Pipa-pipa umumnya difabrikasi dengan suhu lingkungan setempat, misalnya pada suhu
lingkungan, bilamana pipa digunakan dalam sebuah kilang minyak, mungkin sekali pipa
tersebut akan mengalami temperatur tinggi yang bisa mencapai 6000 oC pada saluran pipa
reactor, atau pada suhu dingin -150 oC bilamana dipakai dalam sebuah system pendingin
ethanol. Kenaikan atau penurunan temperature seperti diatas akan mengakibatkan
pemuaian atau penyusutan dari panjang pipa.
Jikalau pipa tersebut terbuat dari low alloy steel, setiap 100 kaki akan memuai antara ¾
samapai 1 inchi setiap kenaikan temperature 100 oF (terdapat dalam Tabel 319.3.1A dari
standar ASME B31.1), jadi jika ada sepotong pipa antara dua buah peralatan/equipment
sejauh 100 kaki kemungkinan besar akan memanjang ¾ inchi atau lebih jika panasnya
meningkat. Tetapi karena kedua ujungnya terikat dengan peralatan atau tidak bebas
bergerak, pemanjangan tersebut akan menimbulkan tegangan dalam pipa, hal ini tidak
terjadi jika kedua ujung pipa dalam kondisi bebas, bila pipa tidak dalam kondisi kerja maka
pemanjangan atau ekspansi akan kembali nol, maka tegangan yang terjadi pada pipa yang
terikat tadi juga menghilang.
Apabila hal diatas terjadi pada pipa tersebut berulang-ulang, jenis tegangan seperti ini akan
menimbulkan retak. Keretakan akan muncul pada salah satu titik atau pada beberapa titik
sekaligus, hal ini disebut fatigue failure (gagal karena kelelahan).
Jikalau pipa tersebut sedang membawa fluida yang mudah terbakar atau meledak atau yang
bersuhu tinggi, maka bisa jadi akan menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan.Untuk
itu harus ditentukan batas-batas tegangan maksimum yang diizinkan terjadi pada pipa
bilamana temperature-nya meningkat hingga temperatur desain maksimumnya. Nilai-nilai
batas ini dikenal sebagai allowable expansion stress range, yang diatur dalam ASME
B31.3 dengan rumusan sebagai berikut :
𝑆 𝑎 = 𝑓(1.25𝑆𝑐 + 0.25𝑆ℎ) …………….………….pers 2.7.1
Sa = allowable expansion stress range, MPa
Sc = stress yang diijinkan untuk bahan pipa dalam keadaan dingin, MPa
Sh = stress yang diijinkan untuk bahan pipa dalam keadaan dingin, MPa
f = faktor yang ditentukan siklus yang dialami (Tercantum dalam Tabel
302.3.5 di bawah ini yang diambil dari ASME B31.3)
2.6 PERHITUNGAN KETEBALAN PIPA
2.7
Langkah pertama dalam menghitung dan menganalisa tegangan pipa adalah menghitung
ketebalan pipa yang dibutuhkan, agar pipa bisa bekerja di bawah tekanan dan temperatur
yang kita inginkan, maka kita perlu menghitung ketebalan dinding pipa minimum, jadi
tebal pipa minimum tidak boleh kurang dari perhitungan berikut :
tm =
P Do
2 (SE+PY)
+ A = t + A …………………….pers. 2.8.1
tm = tebal minimum dari dinding pipa, termasuk faktor korosi, dll, dalam mm
P = tekanan desain, N/m2
Do = diameter luar pipa, mm
S = nilai batas tegangan untuk material pada temperatur desain diambil dari Tabel
A-1 ASME B31.3
E = faktor sambungan lasan pada Tabel A-1A dan A-1B ASME B31.3
Y = koefisien dari Tabel 304.1.1 ASME B31.3, akurat untuk nilai t < D/6 dan
Material- material yang di dalam tabel, untuk t ≥ D/6 nilai Y bisa
diinterpolasikan dengan,
Y =
d+2c
D+d+2c
……..…………………………..pers. 2.8.2
c = jumlah dari faktor-faktor seperti korosi, dalam ulir, dll.
Tabel 2.1 Tabel nilai Y yang diambil dari ASME B31.3
2.8 PERHITUNGAN TEKANAN KERJA YANG DIIJINKAN
Tekanan operasi yang diijinkan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
P =
2(S x E) x t
(Do−2Yt)
…………………………………….pers. 2.9.1
t = tebal dinding pipa yang sudah dipilih/aktual, mm
Untuk pipa belokan seperti siku/elbow ketebalan dindingnya tidak boleh kurang dari tebal
minimum yang dibutuhkan pada pipa lurus.
2.9 PERHITUNGAN BEBAN SUSTAINED
Beban ini termasuk beban karena berat maupun tekanan, dan beban jenis ini selalu ada
selama masa operasional, sehingga desain tumpuan untuk pipa harus memperhitungkan
agar mampu menahan beban-beban ini, misalnya adalah berat pipa, fluida yang mengalir di
dalam pipa, komponen-komponen pipa, insulasi, dan termasuk tumpuan itu sendiri,
Berat pipa =
π
4
(Do
2
− Di
2) x ρpipa x g……………….... pers. 2.9.1
Berat pipa =
π
4
Di
2
x ρfluid x g………………………… pers 2.9.2
Do = diameter luar pipa, mm
Di = diameter dalam pipa, mm
g = percepatan gravitasi, mm/s2
pipa = massa jenis pipa, kg/mm3
fluida = massa jenis fluida, kg/mm3
2.10 PERHITUNGAN BEBAN THERMAL
Pipa akan memuai jika terkena panas akibat temperatur fluida yang mengalir di dalamnya,
khususnya memuai panjangnya, hal ini akan menimbulkan tegangan pada pipa, bahkan
dalam kondisi ekstrim, akan mnyebabkan pipa patah. Nilai dari ekspansi dapat dihitung
denga persamaan berikut,
Ekspansi =  x L x ∆T …………………………….pers 2.10.1
L = panjang pipa, m
∆T= perbedaan temperatur antara lingkungan dan temperatur operasi, °C
 = koefisien ekspansi
2.11 JARAK ANTAR PIPA (PIPE SPAN) YANG DIIJINKAN
Dalam menghitung jarak antar pipa secara manual, kita ambil batas dari tegangan akibat
beban mati (dead load) misal : berat pipa dan komponennya,
σh
2
, sehingga kita tidak perlu
menghitung jumlah tegangan longitudinal plus tegangan akibat beban mati (σh = tegangan
yang diijinkan pada temperatur maksimum, berdasar Kode ASME B31.3)
Dengan mengasumsikan pipa sebagai sebuah balok lurus dan bebas pada kedua ujungnya
(simply supported), persamaan di bawah ini berdasar batas tegangan :
L = √
0.33 Z Sh
w
…………………….……….pers. 2.11.2

More Related Content

What's hot

Evaluasi Pelaksanaan WOWS
Evaluasi Pelaksanaan WOWSEvaluasi Pelaksanaan WOWS
Evaluasi Pelaksanaan WOWSCheasarSeptian
 
131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida
131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida
131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluidaFerdinand Yohannes
 
Visualisasi Riset Menggunakan VOSViewer
Visualisasi Riset Menggunakan VOSViewerVisualisasi Riset Menggunakan VOSViewer
Visualisasi Riset Menggunakan VOSViewerSunu Puguh
 
Basic of Pressure Vessel
Basic of Pressure  VesselBasic of Pressure  Vessel
Basic of Pressure VesselIriansyah Putra
 
pengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki darat
pengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki daratpengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki darat
pengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki daratHelmi Wijaya
 
ASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdf
ASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdfASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdf
ASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdfbarrantes1974
 
Peaking & Banding
Peaking & BandingPeaking & Banding
Peaking & BandingWeld Maniac
 
Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7ma Ed Chap 09
Perry’s Chemical Engineers’ Handbook  7ma Ed Chap 09Perry’s Chemical Engineers’ Handbook  7ma Ed Chap 09
Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7ma Ed Chap 09Grey Enterprise Holdings, Inc.
 
Eugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th edition
Eugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th editionEugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th edition
Eugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th editionGowtham M
 
Valve and Control Valve
Valve and Control ValveValve and Control Valve
Valve and Control ValveGiffari Muslih
 
Macam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari ValveMacam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari ValveRisnadi Syarif
 
Modul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolikaModul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolikaVicky Hidayat
 
Dinamika fluida pertemuan 3 lanjut
Dinamika fluida pertemuan 3 lanjutDinamika fluida pertemuan 3 lanjut
Dinamika fluida pertemuan 3 lanjutMarfizal Marfizal
 
Pengukuran aliran c.(positiv displacement)
Pengukuran aliran c.(positiv displacement)Pengukuran aliran c.(positiv displacement)
Pengukuran aliran c.(positiv displacement)Frenki Niken
 
Perencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan airPerencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan airEpri Hartono
 
CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1
CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1
CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1Anggi Nurbana Wahyudi
 

What's hot (20)

Evaluasi Pelaksanaan WOWS
Evaluasi Pelaksanaan WOWSEvaluasi Pelaksanaan WOWS
Evaluasi Pelaksanaan WOWS
 
Pengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industriPengantar metrologi industri
Pengantar metrologi industri
 
131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida
131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida
131560646 contoh-soal-pembahasan-mekanika-fluida
 
Sistem Perpipaan Gas Alam
Sistem Perpipaan Gas AlamSistem Perpipaan Gas Alam
Sistem Perpipaan Gas Alam
 
Visualisasi Riset Menggunakan VOSViewer
Visualisasi Riset Menggunakan VOSViewerVisualisasi Riset Menggunakan VOSViewer
Visualisasi Riset Menggunakan VOSViewer
 
Basic of Pressure Vessel
Basic of Pressure  VesselBasic of Pressure  Vessel
Basic of Pressure Vessel
 
pengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki darat
pengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki daratpengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki darat
pengukuran perhitungan volume minyak standard di tangki darat
 
ASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdf
ASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdfASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdf
ASME B1.20.1 (2014) - Pipe Threads, General Purpose (Inch)..pdf
 
Peaking & Banding
Peaking & BandingPeaking & Banding
Peaking & Banding
 
Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7ma Ed Chap 09
Perry’s Chemical Engineers’ Handbook  7ma Ed Chap 09Perry’s Chemical Engineers’ Handbook  7ma Ed Chap 09
Perry’s Chemical Engineers’ Handbook 7ma Ed Chap 09
 
Eugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th edition
Eugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th editionEugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th edition
Eugene f. megyesy-pressure_vessel_handbook_12th edition
 
Valve and Control Valve
Valve and Control ValveValve and Control Valve
Valve and Control Valve
 
Drainase
DrainaseDrainase
Drainase
 
Macam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari ValveMacam-Macam dan Fungsi dari Valve
Macam-Macam dan Fungsi dari Valve
 
Modul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolikaModul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolika
 
Dinamika fluida pertemuan 3 lanjut
Dinamika fluida pertemuan 3 lanjutDinamika fluida pertemuan 3 lanjut
Dinamika fluida pertemuan 3 lanjut
 
Pengukuran aliran c.(positiv displacement)
Pengukuran aliran c.(positiv displacement)Pengukuran aliran c.(positiv displacement)
Pengukuran aliran c.(positiv displacement)
 
Perencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan airPerencanaan bangunan air
Perencanaan bangunan air
 
CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1
CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1
CARA MENENTUKAN KETEBALAN PIPA SESUAI STANDAR ASME B31.1
 
Bahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur TanahBahan presentasi Ukur Tanah
Bahan presentasi Ukur Tanah
 

Similar to 207677667 pengetahuan-dasar-piping

Similar to 207677667 pengetahuan-dasar-piping (20)

Asme b31
Asme b31Asme b31
Asme b31
 
Piping
PipingPiping
Piping
 
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLABAplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
Aplikasi Bentangan Belokan Pipa dengan MATLAB
 
dokumen.tips_sistem-perpipaan-ppt.pptx
dokumen.tips_sistem-perpipaan-ppt.pptxdokumen.tips_sistem-perpipaan-ppt.pptx
dokumen.tips_sistem-perpipaan-ppt.pptx
 
SIDANG AGAM.pptx
SIDANG AGAM.pptxSIDANG AGAM.pptx
SIDANG AGAM.pptx
 
Handout Perpipaan
Handout PerpipaanHandout Perpipaan
Handout Perpipaan
 
perawatan-valve
perawatan-valveperawatan-valve
perawatan-valve
 
handoutperpipan.ppt
handoutperpipan.ppthandoutperpipan.ppt
handoutperpipan.ppt
 
Metode pelks me
Metode pelks meMetode pelks me
Metode pelks me
 
Alat reparasi pendingin UnnesTronik 085640049191 Semarang
Alat reparasi pendingin UnnesTronik 085640049191 SemarangAlat reparasi pendingin UnnesTronik 085640049191 Semarang
Alat reparasi pendingin UnnesTronik 085640049191 Semarang
 
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer PemulaModul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
Modul-Kerja-Pipa bagi Piping Engineer Pemula
 
Bab 5. sistem bleeder dalam tambang batu bara bawah tanah
Bab 5. sistem bleeder dalam tambang batu bara bawah tanahBab 5. sistem bleeder dalam tambang batu bara bawah tanah
Bab 5. sistem bleeder dalam tambang batu bara bawah tanah
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 
Morse
MorseMorse
Morse
 

Recently uploaded

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 

Recently uploaded (8)

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 

207677667 pengetahuan-dasar-piping

  • 1. DEFINISI SISTEM PEMIPAAN Desain/Perancangan Sistem Pemipaan pada dasarnya bertanggung jawab untuk mempelajari dan menghasilkan sebuah sistem perpipaan untuk mentransportasikan fluida yang mengalir di dalam pipa dengan efektif dan efisien berdasar kode dan standar yang berlaku. Sistem pemipaan tidak hanya terdiri dari pipa, tapi merupakan hasil interkoneksi antar pipa dan antara berbagai komponen pipa (tee, elbow, reducer,dll) ditambah juga katup, sambungan ekspansi yang saling terhubung untuk membentuk sebuah sistem yang dapat bekerja sesuai tujuannya atau fungsinya. PIPA Secara umum, pipa diartikan sebagai sebuah benda yang mempunyai penampang melintang yang bulat dan berlubang, yang digunakan untuk mengangkut/mendistribusikan fluida seperti minyak, gas, air, bahan kimia, dll. UKURAN PIPA Dulu biasa disebut dengan inisial IPS (iron pipe size) untuk penamaan pipa berdasarkan ukuran diameternya dalam satuan inch, misal, pipa IPS 6 adalah pipa dengan ukuran diameter yang mendekati 6 inch, seiring dengan perkembangan kebutuhan akan ketebalan dinding yang lebih tipis dan desain pada kekuatan dan ketahanan korosi material pipa membuat penamaan baru untuk ukuran dan tebal pipa. NPS menggantikan IPS dan istilah schedule (SCH) digunakan untuk nominal tebal dinding pipa. JENIS-JENIS PIPA BERDASAR CARA PEMBUATAN Seamless Dibuat dari pipa padat (billets) yang dipanaskan hingga temperature tertentu, hingga cukup lunak untuk dilubangi dengan cara ditusuk dengan mandrel.
  • 2. Pipa seamless Buttwelded (ERW) Menggunakan plat besi yang dilipat membentuk pipa kemudian disambung dengan lasan. pk Spiral Welded Dibuat dengan cara memuntir pita besi menjadi spiral.
  • 3. Pipa Spiral METODE UNTUK MENYAMBUNG PIPA Buttwelded Pipa 2 in ke atas biasa disambung dengan teknik ini, karena paling mudah dan murah untuk pipa- pipa berukuran besar dan paling anti bocor. Tapi yang menjadi masalah adalah intrusi logam lasan ke dalam pipa yang dapat mempengaruhi aliran fluida, sehingga untuk beberapa kasus dipasang back-up ring. Shockwelded Di aplikasikan untuk pipa-pipa bermuatan fluida yang mudah terbakar, beracun, dan material- material tertentu yang sangat mahal, dan atau system yang tidak boleh ada kebocoran. Keuntungan teknik sambungan ini adalah kebocoran hampir tidak mungkin terjadi, lebih mudah di-alignment disbanding buttwelded, tidak ada intrusi metal lasan ke dalam pipa. Threaded/Screwed Teknik ini diaplikasikan untuk pipa-pipa 2 in ke bawah, biasanya untuk pipa drain. Teknik ini sangat mudah di-fabrikasi di lapangan, bisa diaplikasikan untuk pemasangan pipa di area-area berbahaya (yang mudah terbakar). Teknik sambungan ini relative lebih mudah bocor dibanding lainnya, tidak cocok untuk pipa yang bermuatan fluida yang korosif dan diaplikasikan di area yang sangat korosif.
  • 4. MATERIAL PIPA Material pipa dibagi dalam 2 kategori yaitu : logam dan non-logam. Pipa logam biasa dibuat dari material yang bersifat korosif dan non-korosif, untuk material yang bersifat korosif seperti besi tuang, baja karbon dan baja paduan, yang bersifat non- korosif adalah tembaga, alumunium, plastic, dll Material Pipa yang Umum KOMPONEN-KOMPONEN PIPA
  • 5. Komponen-komponen pipa ini berfungsi untuk menyambung pipa (misal, union,coupling), membelokan pipa (misal :siku/elbow), membuat percabangan (misal : tee,cross,Y) mengubah ukuran pipa (misal : reducer), menutup aliran (misal : cap, plug, blind). Gambar 2.1 Komponen-komponen pemipaan (Sumber : Pipe Drafting And Design 2nd Edition) KATUP Sebuah katup adalah sebuak alat mekanik yang berfungsi untuk mengatur aliran dan atau tekanan fluida yang mengalir di dalam pipa. Ada beberapa fungsi katup yang akan dibahas di bawah ini :  Katup yang berfungsi buka-tutup (On-Off), ini adalah jenis katup yang berfungsi untuk membuka penuh atau menutup aliran fluida, jenis katup yang biasa digunakan adalah katup pintu (gate), bola (ball), globe, plug.
  • 6. Gambar 2.2 katup pintu (gate) (Sumber : Valve Selection Handbook 4nd Edition)  Katup yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida (Regulating), yang biasa digunakan untuk fungsi ini adalah katup globe, bola. Gambar 2.3 Katup control (Sumber : Valve Selection Handbook 4nd Edition)  Katup yang berfungsi untuk memisahkan aliran (Switching), katup jenis ini biasanya memiliki lubang keluar lebih dari satu/multiport, biasa digunakan katup jenis plug dan bola untuk fungsi ini.
  • 7. Gambar 2.3 Three Way Valve (Sumber : Valve Selection Handbook 4nd Edition)  Katup yang berfungsi untuk mencegah aliran balik (Checking), katup ini berfungsi untuk mencegah aliran fluida, yang dipakai untuk fungsi ini adalah katup check, biasa dipasang pada saluran keluar pompa. Gambar 2.4 Katup check jenis swing & lift (Sumber : Valve Selection Handbook 4nd Edition)  Katup yang berfungsi untuk mencegah membuang tekanan berlebih (discharging) Katup jenis ini berfungsi untuk membuang tekanan berlebih baik ke atmosfer, ke saluran buang, atau ke system lainnya, ke vessel dengan tekanan yang lebih rendah. Jenis katup yang termasuk jenis ini adalah safety & relief valve, rupture disc.
  • 8. BAGIAN-BAGIAN KATUP Seat dan disc, pintu keluar masuknya fluida Stem, penggerak dari disc Body dan Bonnet, penutup dari katup Operator¸tipe pengoperasian dari katup, apakah manual atau otomatis PEMILIHAN KATUP Sumber : Valve Selection Handbook 5th Edition 2.1 KODE DAN STANDAR Sebelum memilih kode yang akan digunakan, sedikit pembahasan tentang kode dan standard akan kami jabarkan di sini. Kode biasanya menetapkan atau berisi syarat-syarat tentang desain, material, fabrikasi, ereksi, pengujian, dan inspeksi sistem pemipaaan.
  • 9. Standar berisi aturan dan persyaratan desain dan konstruksi untuk masing komponen- komponen pemipaan seperti belokan/elbow, tee, flanges, katup dll. Selain itu ada Recommended Practices yaitu berupa dokumen yang dipersiapkan oleh professional- professional untuk menyarankan sebuah aturan praktis yang efisien tapi bersifat optional. Berkembangnya kode dan standar pemipaan berdasar pada kebutuhan untuk penyesuaian dengan variasi desain suhu dan tekanan operasi, B31 kode untuk pipa bertekanan yang dikembangkan ASA atau American Standard Association (sejak 1969 berubah nama menjadi ANSI) yang untuk selanjutnya kode ini diadopsi oleh ASME. Selama tahun 1950- an, kode itu tersegmentasi untuk memenuhi kebutuhan individu dari berbagai mengembangkan industri pipa, dengan kode-kode yang diterbitkan untuk kekuasaan, petrokimia dan industri transmisi gas antara lain. 1960-an dan 1970-an mencakup periode pengembangan konsep standar, persyaratan dan metodologi. Pengembangan dan penggunaan komputer model matematika sistem pipa telah membawa analisis, desain dan penyusunan untuk tingkat kecanggihan baru. Peraturan dan standar yang dibentuk untuk memberikan metode manufaktur, pencatatan dan pelaporan data desain. "Sebuah standar adalah satu set spesifikasi untuk suku cadang, bahan atau proses dimaksudkan untuk mencapai keseragaman, efisiensi dan kualitas tertentu". Dasar Tujuan dari standar ini adalah untuk menempatkan batas maksimal jumlah item dalam spesifikasi, sehingga dapat memberikan suatu akal inventarisasi tooling, ukuran dan bentuk dan variasi [4]. Beberapa dokumen penting yang berkaitan dengan pipa adalah:  American Society of Mechanical Engineers (ASME)  American National Standards Institute (ANSI)  American Society of Testing and Materials (ASTM)  Pipe Fabrication Institute (PFI)  American Welding Institute (AWS)  Nuclear Regulatory Commission (NRC)  American Welding Institute (AWS)
  • 10. Tujuan dasar kode adalah untuk menyediakan kriteria desain seperti material konstruksi, diijinkan bekerja stres dan beban set digunakan untuk desain kekuasaan komersial dan industri sistem pipa Bagian ini memiliki bagian sub berikut [1]. B31.1 Power Piping. B31.3 Procces Piping. B31.4 Liquid transportation System For Hydrocarbons B31.5 Refrigeration Piping. B31.8 Gas Transportation And Distribution Piping System. Untuk sistem pemipaan pada Fasilitas Produksi Air Itam yang berkenaan dengan proses produksi hidrokarbon, maka termasuk dalam lingkup ASME B31.3 Proccess Piping dimana dalam kode ini mencakup sistem pemipaan pada unit pengolahan minyak, bahan kimia, farmasi, tekstil, kertas, semikonduktor, dan lainnya yang berkaitan. 2.2 PENOPANG PIPA (PIPE SUPPORT) Penopang pipa harus di desain sedemikian rupa sehingga dapat menyangga dengan baik semua beban-beban pada pipa dan peralatan yang terkoneksi dan untuk membuat kemiringan/slope, mengakomodasi ekspansi pipa, anchorage dan insulasi. Keahlian desainer pemipaan dalam memahami dan kebiasaan menggunakan praktek standar, pengetahuan tentang pasar komersil yang mendukung dan juga pengalaman praktek, semua itu bersama-sama dapat membantu dalam mencapai hasil yang diinginkan. Desain layout dan pemipaan yang baik sangat membantu dalam desain penopang pipa. Misalnya, dengan pertimbangan-pertimbangan lainnya dianggap sama, pipa arus diarahkan mendekat ke struktur-struktur di sekitarnya untuk kemudahan dalam mengikat pipa ke struktur, memasang anchor, dsb, pipa juga sebaiknya di-routing dengan dikelompokkan ke dalam grup-grup untuk meminimalkan jumlah tumpuan yang harus dipasang, dari berbagai tipe penopang pipa (pipe support) yang sering digunakan, menurut fungsinya, di sini akan kami jelaskan beberapanya dari berbagai macam penopang pipa, antara lain
  • 11. 2.5.1 Weight support Tipe tumpuan ini hanya digunakan untuk menyangga beban vertical pada arah gravitasi, macamnya antara lain, sleeper, hanger, shoe, variable spring support, constant spring support. Gambar 2.9 Macam-macam tipe weight support (Sumber : Piping & Pipe Support Systems Design Engineering)1 2.5.2 Rigid restraint adalah macam-macam tumpuan yang digunakan untuk menahan pergerakan pipa akibat beban temperatur, berat, dan lain-lain. Tumpuan ini dipilih bila pergerakan pipa akibat temperatur cukup kecil sehingga tidak memerlukan tumpuan seperti pegas atau snubber. Bila diinginkan untuk menahan pergerakan pipa ke semua arah maka biasa digunakan tumpuan jenis jangkar/anchor, penahan/guide biasa untuk menahan gerakan pipa ke samping, juga stopper yang digunakan untuk megizinkan gerakan pipa yang searah sumbu aksial pipa. 1 Lihat Daftar Pustaka no 2
  • 12. Gambar 2.10 Pipe anchor (Sumber : Pipe Drafting And Design 2nd Edition) 2.3 ANALISA TEGANGAN PADA SISTEM PEMIPAAN Dalam sistem pemipaan terjadi berbagai reaksi akibat beban-beban (loading) yang terjadi pada sistem pemipaan tersebut. Misalnya, pada sebuah sistem pemipaan yang beroperasi pada kondisi tekanan dan temperatur tertentu akan mengakibatkan reaksi pada pipa-pipa yang akan berkontraksi atau berekspansi jika koefisien ekspansi material tidak mampu menahan lagi dinamika tekanan dan temperatur yang terjadi di dalam pipa. Pembebanan pada pipa juga bisa terjadi karena berat material pipa, fluida yang mengalir di dalam pipa, juga berat-berat dari komponen-komponen pipa, dll, beban-beban ini bersifat permanen terhadap sistem pemipaan tersebut. Beban pada pipa dapat diklasifikasikan sebagai beban primer dan beban sekunder. Beban primer terjadi akibat beban-beban tetap/sustained seperti berat pipa, katup, insulasi dan komponen-komponen pipa lainnya. Sedangkan beban sekunder berhubungan dengan ekspansi thermal karena beban temperatur pada pipa. Dalam kaitannya dengan denah atau tata letak peralatan dalam sebuah pabrik atau fasilitas produksi minyak, dll, analisa tegangan pipa sangat bergantung dengan denah/layout pemipaan dan desain tumpuan/support, denah sistem pemipaan harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga memenuhi kriteria dari batasan tegangan pipa dan penopang pipa, sehingga bila perlu denah sistem pemipaan bisa berubah karena tidak memenuhi persyaratan dari analisa tegangan yang sudah diperhitungkan. 2.5.1 TEGANGAN DAN REGANGAN Jika suatu material dikenai tegangan yang membesar hingga melebihi kemampuan tegangan maksimum yang bisa ditahan, material itu pasti akan rusak/gagal/fail.
  • 13. Tegangan atau stress adalah jumlah gaya yang diberikan per satuan luas. σ = F A …………………………………pers. 2.5.1 σ = Tegangan, N/m2 F = Gaya pada benda, N A = Luas penampang benda, mm2 Regangan atau strain adalah rasio antara panjang pemuluran benda dan panjang benda semula e = ∆L L = l−L L …………………………………pers. 2.5.2 e = regangan ∆L = panjang pemuluran benda L = panjang awal benda 2.5.2 TEGANGAN PADA PIPA Tekanan internal di pipa akan menimbulkan tiga jenis tegangan seperti gambar di bawah ini,
  • 14. Gambar 2.6 Arah Tegangan hoop (h), longitudinal (l), radial (r) Tegangan hoop, adalah tegangan keliling (circumferential stress) dalam benda yang berbentuk silindris sebagai akibat tekanan internal atau eksternal itulah definisi dari tegangan hoop, tegangan ini bekerja tegak lurus baik dengan sumbu dan jari-jari benda atau bekerja secara circumferentially. Jika perbandingan antara diameter pipa dengan tebal dinding pipa lebih dari 20 maka termasuk dalam jenis pipa berdinding tipis, pada kasus ini, tegangan hoop yang melewati dinding pipa mendekati konstan atau sama dengan, σp = PD 2t ………………………………….pers. 2.5.3 P = tekanan desain, kPa D = diameter luar pipa, mm t = tebal dinding pipa, mm Tegangan longitudinal adalah tegangan yang arahnya sejajar dengan sumbu pipa, seperti tegangan akibat berat dan temperatur, bending, dan akibat tekanan dalam. Tegangan-tegangan tersebut dirumuskan sebagai berikut :  Tegangan longitudinal akibat temperatur dan gaya berat dirumuskan sebagai berikut : σl = FA A ………………………..……..pers. 2.5.4 σl = tegangan longitudinal, N/m2 FA = gaya pada permukaan, N A = luas penampang pipa, m2 = π(do 2 − di 2)/4  Tegangan bengkok/bending karena temperatur, berat pipa, fluida yang mengalir di dalam pipa, insulasi, angin atau gempa bumi dihitung dengan rumus sebagai berikut : σb = √ (MiIi)2 +(MoIo)2 Z ………………………….pers. 2.5.5
  • 15. Mi = momen in-plane, kg.m Mo = momen out-plane, kg.m Ii = in-plane stress intensification factor Io = out-plane stress intensification factor Z = section modulus, mm3  Tegangan longitudinal akibat tekanan dalam Dirumuskan sebagai berikut : σp = PD 4t ……….………………………….pers. 2.5.6 Ketiga tegangan tegangan diatas bearah sejajar dengan sumbu pipa sehingga tegangan longitudinal yang terjadi pada pipa adalah penjumlahan ketiga tegangan diatas : σL = σl + σb + σp……………………………..pers. 2.5.7 Tegangan radial, terutama karena tekanan internal adalah sama dengan P 2.4 PROSEDUR ANALISA TEGANGAN PADA PIPA Diagram alir di bawah ini menggambarkan langkah-langkah umum dalam penganalisaan dalam sebuah sistem pemipaan Gambar 2.7 Diagram Aliran Analisa Tegangan pada Pipa DESAIN GAMBAR ISOMETRISDATA PROSES ANALISA SISTEM PEMIPAAN SISTEM PEMIPAAN RE-ROUTING DAN DESAIN TUMPUAN
  • 16. Denah pipa (Piping Layout) harus dianalisa dengan pertimbangan individual dari masing- masing jalur yang dipengaruhi oleh restraint untuk memperkirakan reaksi pada anchor dan titik terminal dan tegangan pada pipa. Metode analisa diklasifikasikan dalam level-level analisa tegangan Gambar 2.8 Diagram Level Analisa Tegangan pada Pipa (Sumber : Piping Flexibility Analysist)2 Level-level persyaratan dan metode analisa yang berhubungan yang digambarkan diagram di atas didefinisikan sebagai berikut :  Level 1 : pemeriksaan visual yang berdasar pengalaman Metode inspeksi visual adalah metode perkiraan, dalam hal ini sudah barang tentu seorang Stress Engineer harus memiliki pengalaman yang luas. Dilihat pada diagram diatas maka level ini berada pada rentang temperature -30 hingga 150 oC dan diperuntukkan untuk pipa ukuran 1 inchi hingga 10 inchi. Metode ini harus 2 Lihat Daftar Pustaka no. 9
  • 17. dibatasi untuk jalur-jalur yang sejenis dengan jalur-jalur lainnya yang terkalkulasi, atau jalur yang mempunyai fleksibilitas yang cukup. Dalam hal untuk memastikan, jalur level ini bisa diklasifikasikan ke level 2 atau 3. Tidak ada nilai aktual dari gaya dan momen yang beraksi pada penopang yang dihasilkan untuk analisa level 1.  Level 2 : analisa sederhana Metode ini termasuk menggunakan tabel, nomographs dan rumus sederhana yang boleh digunakan jika digunakan untuk range konfigurasi dimana tingkat akurasi hasil perhitungannya masih bisa diterima. Level ini mempunyai rentang temperature lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai -50 oC hingga 250 oC, dan untuk pipa dengan diameter hingga 20 inchi. Dalam hal untuk memastikan, jalur level ini bisa diklasifikasikan ke level 3 Hasil dari analisa level 2 hanya menampilkan perhitungan isometric, atau dalam laporan sederhana termasuk isometric dan output perhitungan computer untuk restraint summary  Level 3 : analisa komprehensif Metode komprehensif terdiri dari prosedur analitis dengan menggunakan bagan grafik untuk mencapai evaluasi mengenai gaya, momen dan tegangan yang disebabkan oleh tegangan geser. Rentang temperature untuk level 3 daerah yang tidak dijangkau oleh level 2 baik di baas atas maupun bawahnya dengan ukuran diameter pipa di atas level 2. Penyelesaian untuk metode komprehensif ini harus dilakukan computer sebab akhir-akhir ini pekerjaan untuk level ini meliputi banyak data dalam angka, maka jelas tidak lagi ekonomis untuk melakukan perhitungan dengan tangan. Ada cukup banyak program-program computer yang sanggup memproseskan denah pipa yang meliputi ratusan percabangn. Menurut ASME B31.3 par. 319.4.1, perhitungan tegangan tidak harus dilakukan pada sistem pemipaan di bawah ini :  Pipa-pipa yang berukuran sama.  Pipa-pipa yang dipasang melalui dua titik sambung saja.  Tidak ada penghalang di sepanjang pipa tersebut.
  • 18.  Sistem pemipaan yang langsung dapat dianalisa hanya dengan membandingkan dengan system yang sudah dianalisa sebelumnya atau merupakan duplikasi dari sistem sebelumnya. Untuk sistem-sistem pipa yang dikategorikan diatas dapat dihitung dengan persaman sederhana berikut ini : D .y (L−U)2 ≤ K1 ………………………………..pers. 2.6.1 D = Diameter luar pipa, mm y = resultan dari regangan geser yang terjadi, mm L = panjang total pipa yang terletak diantara anchor , m U = jarak lurus/terdekat antar anchor, m K1= 208.000 Sa/Ea (mm/m)2 2.5 KETENTUAN-KETENTUAN FLEKSIBILITAS MINIMUM Pipa-pipa umumnya difabrikasi dengan suhu lingkungan setempat, misalnya pada suhu lingkungan, bilamana pipa digunakan dalam sebuah kilang minyak, mungkin sekali pipa tersebut akan mengalami temperatur tinggi yang bisa mencapai 6000 oC pada saluran pipa reactor, atau pada suhu dingin -150 oC bilamana dipakai dalam sebuah system pendingin ethanol. Kenaikan atau penurunan temperature seperti diatas akan mengakibatkan pemuaian atau penyusutan dari panjang pipa. Jikalau pipa tersebut terbuat dari low alloy steel, setiap 100 kaki akan memuai antara ¾ samapai 1 inchi setiap kenaikan temperature 100 oF (terdapat dalam Tabel 319.3.1A dari standar ASME B31.1), jadi jika ada sepotong pipa antara dua buah peralatan/equipment sejauh 100 kaki kemungkinan besar akan memanjang ¾ inchi atau lebih jika panasnya meningkat. Tetapi karena kedua ujungnya terikat dengan peralatan atau tidak bebas bergerak, pemanjangan tersebut akan menimbulkan tegangan dalam pipa, hal ini tidak terjadi jika kedua ujung pipa dalam kondisi bebas, bila pipa tidak dalam kondisi kerja maka
  • 19. pemanjangan atau ekspansi akan kembali nol, maka tegangan yang terjadi pada pipa yang terikat tadi juga menghilang. Apabila hal diatas terjadi pada pipa tersebut berulang-ulang, jenis tegangan seperti ini akan menimbulkan retak. Keretakan akan muncul pada salah satu titik atau pada beberapa titik sekaligus, hal ini disebut fatigue failure (gagal karena kelelahan). Jikalau pipa tersebut sedang membawa fluida yang mudah terbakar atau meledak atau yang bersuhu tinggi, maka bisa jadi akan menimbulkan bahaya kebakaran atau ledakan.Untuk itu harus ditentukan batas-batas tegangan maksimum yang diizinkan terjadi pada pipa bilamana temperature-nya meningkat hingga temperatur desain maksimumnya. Nilai-nilai batas ini dikenal sebagai allowable expansion stress range, yang diatur dalam ASME B31.3 dengan rumusan sebagai berikut : 𝑆 𝑎 = 𝑓(1.25𝑆𝑐 + 0.25𝑆ℎ) …………….………….pers 2.7.1 Sa = allowable expansion stress range, MPa Sc = stress yang diijinkan untuk bahan pipa dalam keadaan dingin, MPa Sh = stress yang diijinkan untuk bahan pipa dalam keadaan dingin, MPa f = faktor yang ditentukan siklus yang dialami (Tercantum dalam Tabel 302.3.5 di bawah ini yang diambil dari ASME B31.3) 2.6 PERHITUNGAN KETEBALAN PIPA 2.7
  • 20. Langkah pertama dalam menghitung dan menganalisa tegangan pipa adalah menghitung ketebalan pipa yang dibutuhkan, agar pipa bisa bekerja di bawah tekanan dan temperatur yang kita inginkan, maka kita perlu menghitung ketebalan dinding pipa minimum, jadi tebal pipa minimum tidak boleh kurang dari perhitungan berikut : tm = P Do 2 (SE+PY) + A = t + A …………………….pers. 2.8.1 tm = tebal minimum dari dinding pipa, termasuk faktor korosi, dll, dalam mm P = tekanan desain, N/m2 Do = diameter luar pipa, mm S = nilai batas tegangan untuk material pada temperatur desain diambil dari Tabel A-1 ASME B31.3 E = faktor sambungan lasan pada Tabel A-1A dan A-1B ASME B31.3 Y = koefisien dari Tabel 304.1.1 ASME B31.3, akurat untuk nilai t < D/6 dan Material- material yang di dalam tabel, untuk t ≥ D/6 nilai Y bisa diinterpolasikan dengan, Y = d+2c D+d+2c ……..…………………………..pers. 2.8.2 c = jumlah dari faktor-faktor seperti korosi, dalam ulir, dll. Tabel 2.1 Tabel nilai Y yang diambil dari ASME B31.3
  • 21. 2.8 PERHITUNGAN TEKANAN KERJA YANG DIIJINKAN Tekanan operasi yang diijinkan dapat dihitung dengan persamaan berikut : P = 2(S x E) x t (Do−2Yt) …………………………………….pers. 2.9.1 t = tebal dinding pipa yang sudah dipilih/aktual, mm Untuk pipa belokan seperti siku/elbow ketebalan dindingnya tidak boleh kurang dari tebal minimum yang dibutuhkan pada pipa lurus. 2.9 PERHITUNGAN BEBAN SUSTAINED Beban ini termasuk beban karena berat maupun tekanan, dan beban jenis ini selalu ada selama masa operasional, sehingga desain tumpuan untuk pipa harus memperhitungkan agar mampu menahan beban-beban ini, misalnya adalah berat pipa, fluida yang mengalir di dalam pipa, komponen-komponen pipa, insulasi, dan termasuk tumpuan itu sendiri, Berat pipa = π 4 (Do 2 − Di 2) x ρpipa x g……………….... pers. 2.9.1 Berat pipa = π 4 Di 2 x ρfluid x g………………………… pers 2.9.2 Do = diameter luar pipa, mm Di = diameter dalam pipa, mm
  • 22. g = percepatan gravitasi, mm/s2 pipa = massa jenis pipa, kg/mm3 fluida = massa jenis fluida, kg/mm3 2.10 PERHITUNGAN BEBAN THERMAL Pipa akan memuai jika terkena panas akibat temperatur fluida yang mengalir di dalamnya, khususnya memuai panjangnya, hal ini akan menimbulkan tegangan pada pipa, bahkan dalam kondisi ekstrim, akan mnyebabkan pipa patah. Nilai dari ekspansi dapat dihitung denga persamaan berikut, Ekspansi =  x L x ∆T …………………………….pers 2.10.1 L = panjang pipa, m ∆T= perbedaan temperatur antara lingkungan dan temperatur operasi, °C  = koefisien ekspansi 2.11 JARAK ANTAR PIPA (PIPE SPAN) YANG DIIJINKAN Dalam menghitung jarak antar pipa secara manual, kita ambil batas dari tegangan akibat beban mati (dead load) misal : berat pipa dan komponennya, σh 2 , sehingga kita tidak perlu menghitung jumlah tegangan longitudinal plus tegangan akibat beban mati (σh = tegangan yang diijinkan pada temperatur maksimum, berdasar Kode ASME B31.3) Dengan mengasumsikan pipa sebagai sebuah balok lurus dan bebas pada kedua ujungnya (simply supported), persamaan di bawah ini berdasar batas tegangan : L = √ 0.33 Z Sh w …………………….……….pers. 2.11.2