2. Persimpangan
• Tempat bertemunya dua ruas jalan atau lebih merupakan tempat
titik konflik dan tempat kemacetan
• Pada sistem jaringan jalan, terutama pada jalan perkotaan, kinerja
keseluruhan sistem tergantung bagaimana pengelolaan konflik antar
pergerakan yang terjadi.
• Konflik akan terjadi pada persimpangan/persilangan antara dua atau
lebih pergerakan lalu lintas
Pendahuluan
Konflik dari
pergerakan lalu
lintas
6. Jenis pengaturan lalu lintas
Pendahuluan
• Persimpangan sebidang
– Simpang tidak bersinyal
“give way”, “yield” dan “Stop”.
– Bundaran (roundabout)
o Merupakan pulau di tengah-tengah simpang di mana pengemudi
akan terkondisi untuk memperlambat laju kendaraannya.
o Bundaraan juga dapat berfungsi mengarahkan dan melindungi
kendaraan belok kanan.
o Aturan awal pengaturan lalu lintas dengan bundaran adalah
kendaraan yang berada di dalam bundaran harus mendapat
prioritas untuk meninggalkan bundaran terlebih dahulu.
– Simpang bersinyal
Merupakan level tertinggi dari pengaturan lalu lintas pada
persimpangan sebidang, dimana pergerakan kendaraan
diatur/dikoordinasikan secara sistematik menggunakan sinyal.
7. Give Way
Pemberian hak jalan pada kendaraan lain ketika memasuki
simpang dengan pembagian :
– Memberi hak jalan pada kendaraan lain yang lebih dulu
memasuki suatu simpang
– Memberi hak jalan pada kendaraan lain yang berada pada posisi lebih
kiri dari pada kendaraan tinjauan.
– Kendaraan yang hendak belok ke arah kanan pada suatu simpang
diwajibkan memberi hak jalan kepada kendaraan dari arah lainnya.
– Memberi hak jalan pada penyeberang jalan yang telah menyentuh
garis marka penyeberangan (zebra cross)
8. Yield
• Rambu Yield biasanya dipasang pada jalan arah minor
pada simpang.
• Pengemudi yang melihat rambu ini diwajibkan untuk
memperlambat laju kendaraannya dan baru boleh
meneruskan perjalanannya bilamana kondisi lalu-lintas
cukup aman.
9. Stop
• Pemasangan rambu Stop :
– Two Way Stop Sign : pemasangan dari dua arah, biasanya jalan minor.
– Multy Way Stop Sign : pemasangan pada seluruh kaki simpang
Pertimbangan :
• Angka kecelakaan sudah cukup
• Rata-rata tundaan kendaraan tinggi
• Arus kendaraan dari masing-masing pendekat tinggi
• Pertimbangan untuk memakai lampu sinyal belum ada dananya.
• Jarak pandangan tidak memenuhi syarat karena kondisi geometrik maupun
oleh sebab lainnya
• Adanya simpangan dengan kendaraan lain yang mendapat prioritas seperti
kereta api.
• Pengemudi diwajibkan untuk menghentikan
kendaraannya pada garis stop, sekalipun tidak ada
kendaraan yang datang dari arah lain, dan baru
boleh meneruskan perjalanannya bilamana kondisi
lalu-lintas cukup aman.
17. Pertimbangan dalam desain
persimpangan sebidang
Persimpangan
sebidang
• Peningkatan kualitas pergerakan
– Utamakan pergerakan jalan mayor, upayakan sudut
simpang min 650
Jalan minor memiliki
manuver yang lebih bebas
18. Jarak pandang dalam desain
persimpangan sebidang
Persimpangan
sebidang Kecepatan Rencana
(km/jam)
Jarak pandang
masuk (m)
Jarak pandang
aman (m)
40 100 60
50 125 80
60 160 105
70 220 130
80 305 165
• Kelandaian relatif belokan persimpangan tidak lebih
dari 2 %, fungsi utama kelandaian untuk mengalirkan
air permukaan (run-off drainage).
20. Jari-jari pada persimpangan sebidang
Persimpangan
sebidang
• Kecepatan rencana minimum 20 km/jam
• Perbedaan antara kecepatan di ruas dengan di persimpangan
maksimum 20 km/jam
• Jari-jari minimum pada jalan mayor dan minor untuk
mengakomodasikan pergerakan membelok
22. Lajur pada persimpangan sebidang
Persimpangan
sebidang
• Lebar lajur bervariasi: 2.75, 3.0, 3.25 atau 3.5 meter
(tergantung pada kelas jalan)
• Lebar lajur pada simpang dibuat sedikit lebih kecil daripada di
ruas:
– Pengendalian kecepatan
– Menghindari kecenderungan antrian berdampingan
• Landai maksimum pada persimpangan: maks 2%.
• Jumlah lajur mengacu pada MKJI
• Banyaknya lajur yang masuk ke area simpang sebaiknya sama
dengan lajur menerus yang keluar dari area simpang.
Penempatan dua lajur belok kanan pada simpang tidak
diperbolehkan apabila kaki simpang lain hanya memiliki satu
lajur.
• Lajur masuk dan lajur keluar berada pada satu lintasan garis
lurus.
23. Lajur belok kanan
Persimpangan
sebidang
• Lt = max (Lc, Ld)
Lc = panjang untuk pergeseran lajur (lihat tabel)
Ld = panjang untuk perlambatan kendaraan (lihat tabel)
• Ls = 2 x M x S (untuk simpang tanpa sinyal)
Ls = 1.5 x N x S (untuk simpang dengan sinyal)
M atau N = jumlah kendaraan yang belok kanan
S = jarak antar kendaraan (12 m untuk bus/truk, 6 m untuk
kendaraan lainnya)
25. Lajur belok kiri
Persimpangan
sebidang Beberapa catatan :
• Penyediaan taper melebar akan membantu manuver
kendaraan, khususnya kendaraan berat
• Taper dengan pelebaran hanya diperlukan jika kecepatan
membelok tinggi, > 60 km/jam
• Jari-jari belokan dapat diambil antara 6 – 10 m.
• Di wilayah perkotaan, jari-jari tidak boleh besar. Jari-jari yang
besar akan meningkatkan kecepatan dan menyulitkan
penempatan rambu lalu lintas
• Untuk pendekat dengan volume besar disarankan untuk
membuat lajur tambahan untuk belok kiri (dengan pulau)
• Pemasangan kereb di tepi perkerasan akan membantu
pergerakan kendaraan
26. Kanalisasi
Persimpangan
sebidang
1. Penempatan pulau
• Pulau ditempatkan pada lokasi yang dapat memperjelas
lajur lalu lintas sehingga mudah diikuti kendaraan (tidak
membingungkan) dan menjaga kontinuitas pergerakan
2. Desain pulau
• Bentuk pulau
• Dimensi pulau
• Konstruksi pulau
• Bagian ujung pulau : diberi marka sesuai dengan
kecepatan rencana
3. Lampu
4. Jari-jari lengkung kanal
5. Lebar kanal
28. Pulau lalu lintas
Persimpangan
sebidang
• Pulau lalu lintas sebaiknya ditinggikan dan dibatasi dengan kerb,
dengan tinggi 12 – 15 cm, dan jari-jari (apabila pulau lalu lintas
mengatur pergerakan membelok) antara 15 – 30 meter.
• Dimensi pulau lalu lintas.
Angka kecelakaan lebih besar dari 5 kejadian per tahun
Rata-rata tundaan kendaraan mencapai lebih dari 30 detik
Arus kendaraan dari masing-masing pendekat minimal sudah mencapai 500 kendaraan per jam selama 8 jam operasi tertinggi per hari.