Dokumen tersebut membahas tentang kemuliaan perempuan dan keluarga dalam Islam. Islam memberikan hak-hak ekonomi, politik, pendidikan dan perlindungan kepada perempuan. Untuk mengembalikan kemuliaan perempuan, diperlukan perubahan sistemik dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah dan mendirikan kembali khilafah Islamiyah."
2. NASIB PEREMPUAN dan KELUARGA
• Menjadi komoditas yang dieksploitasi
layaknya barang dagangan(contoh: dijadikan
model iklan; lomba-lomba kecantikan; dll)
• Korban kekerasan dan intimidasi (KDRT;
pelecehan seksual
• Korban KKGmempertanyakan: hak warits,
hukum talak, hukum ketaatan pada suami, dll
• Menjadi agen dan sarana untuk
menghancurkan bangsa dan generasi
3. MENGAPA PEREMPUAN
TERPURUK?
• Penerapan sistem kapitalis-sekuleris menilai
derajat perempuan dari kemampuannya dalam
mendatangkan materi
• Pengaruh ide KKG dan Tuduhan miring terhadap
aturan Islam tentang perempuan. “Sesungguhnya
orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka
untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka
akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi
sesalan bagi mereka” (TQS.Al-Anfaal[8]:36)
muncul gerakan emansipasi dan penolakan syari’ah
• Pemahaman Islam yang lemah
4. ISLAM MEMULIAKAN PEREMPUAN
1. Islam memandang bahwa perempuan
memiliki kedudukan yang sama sebagai
hamba Allah kemuliaan seseorang bukan
ditentukan oleh jenis kelamin, tapi karena
ketakwaannya. Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah
adalah yang paling takwa diantara kalian”
(TQS.al Hujurat[49]:13)
5. 2. Islam mewajibkan laki-laki dan perempuan untuk
taat. “Dan taatlah kepada Allah, dan taatlah kepada
Rosul..” (TQS.At-Tagaabun[64]:12)
3. Ketaatan perempuan akan dibalas Allah
sebagaimana ketaatan laki-laki. “Sungguh, laki-laki
dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan
yang tetap dalam ketaatan,…… Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (TQS.Al-Ahzab[33]:35)
6. 4. Islam Memberikan Hak-Hak
Ekonomi kepada Perempuan
– Jaminan pemenuhan nafkah (kebutuhan dasar) terhadap
perempuan termasuk pendidikan, kesehatan dan
perlindungan/keamanan
– Bagi orang-orang yang tidak mampu mencari nafkah
seperti para janda, orang cacat dan penderita penyakit
berat, Islam mewajibkan para wali untuk menafkahi
mereka. “… Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka secara layak..”(TQS.Al-Baqarah[2]:232)
“… Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian
mereka secara layak..”(TQS.Al-Baqarah[2]:232) Bila wali
tidak mampu, kewajiban tersebut berpindah ke tangan
para kerabat. Bila tidak mampu juga, maka negara
memiliki kewajiban menanggung nafkah mereka.
7. 6. Hak Politik
– Perempuan di dalam Islam berperanserta aktif
dalam menyelesaikan masalah umat dan hal ini
bukan semata karena ego perempuannya, tetapi
karena tanggung jawab Aqidahnya.
7. Hak mendapatkan perlindungan dan penjagaan
kehormatan, dengan penerapan hukum larangan
kholwat; wajib disertai mahram dalam perjalanan
sehari semalam; dan penegakkan sanksi tegas bagi
siapa saja yang melanggar kehormatan
perempuan
8. 8. Hak Pendidikan
9. Hak untuk menunaikan kewajiban sebagai ibu dan
pengatur rumah tangga (rukhsah bagi wanita hamil
dan menyusui)
10. Sikap baik seorang suami pada isteri dan
keluarganya merupakan penentu kebaikan
seseorang di sisi Allah Swt
11. Hak untuk ditaati terlebih dahulu oleh anak-
anaknya dan dijadikan surga di bawah telapak
kakinya
9. MENGEMBALIKAN KEMULIAAN
PEREMPUAN
Harus ada perubahan yang mendasar dan
sistemik. (TQ.Ar-Ra’du[13]:11)
م اَا راواُ او يِّرغَا يُ او تي ىَّىحَا مٍ ح وٍْم قَابِق م اَا رُ او يِّرغَا يُ او لَا للَّىَا ا نَّى إِق
: ]الرعد مٍْم هِق سِق فُ اونٍْمأَابِق11 ]
10. JALAN MENUJU PERUBAHAN
• Hilangkan semua hal yang merusak dan
mengacaukan pemahaman perempuan
(Sekulerisme, kapitalisme, liberalisme)
• Kokohkan pemahaman Islam sebagai satu-
satunya jalan kemuliaan dan keselamatan.
(TQS.Ali-Imran[3]:19 dan 85)
• Berjuang untuk menerapkan Islam Kaafah.
(TQS.Al-Baqarah[2]:208)
11. SIAPA PELAKU PERUBAHAN
نَ روُ مُ أْ يَ وَ رِ يْ خَ لْ ا لىَ إِ نَ عوُ دْ يَ ةٌ مّ أُ مْ كُ نْ مِ نْ كُ تَ لْ وَ
نَ حوُ لِ فْ مُ لْ ا مُ هُ كَ ئِ لَ أوُ وَ رِ كَ نْ مُ لْ ا نِ عَ نَ وْ هَ نْ يَ وَ فِ روُ عْ مَ لْ باِ
)104: ]عمران آل104 ]
“Dan hendaklah diantara kalian ada segolongan
umat yang menyeru kepada kebaikan,
menyuruh(berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang munkar. Mereka itulah
orang-orang beruntung” (TQS.Ali-
Imran[3]:104)
12. PEREMPUAN MULIA DALAM
NAUNGAN ISLAM
• Khadijah al Kubra; ‘Aisyah; Ummu Salamah
• Ummu Imarah binti Ka’ab
• Ummu ‘Athiyah dan Rufaidah
• Asy-Syifa; Samroa binti Nahik al-Asadiyah
• Sumayah; Al Khansa
• Hafshah Binti Umar Bin al Khathtab
13. KIAT MENJADI PEREMPUAN MULIA
1. Memahami Islam dengan benar rajin menuntut
ilmu Islam
2. Ridlo terhadap ketentuan Allah dan berusaha
melaksanakannya
3. Mewujudkan masyarakat yang sadar akan tanggung
jawabnya melakukan amar ma’ruf nahi munkar (QS.
Ali-Imran[3]:104, 110)
4. Membangun sistem yang akan menerapkan UU
untuk menghilangkan penderitaan perempuan
14. 5. Membebaskan dari tekanan global berwala hanya kepada
Allah SWT (QS.2:257; QS.3:28-29; QS:5:55-56)
Muh.’Ali Ashsobuniy menafsirkan surat Ali-Imran[3]:28-29:
“Naha Allahu ‘azza wa jalla ‘ibaadihi almu’miniina ‘an muwalati
alkaafiriina aw attaqorrubi llayhim bi almawaddati wa
almahabbati,.. Liannahu la yanbaghiy lilmu’miniina an
yuwalluu a’daa Allahi idz min ghairi alma’quuli an yujmi’a al-
insaanu bayna mahabbatillahi ‘azza wajalla wa bayna
mahabbati a’daahu”
16. AQWAL AL-’ULAMA
Syaikh Abu Zahrah, “Jumhur ulama telah bersepakat bahwa wajib ada
seorang imam (khalifah) yang menegakkan shalat Jumat, mengatur para
jamaah, melaksanakan hudûd, mengumpulkan harta dari orang kaya
untuk dibagikan kepada orang miskin, menjaga perbatasan,
menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan hakim-hakim yang
diangkatnya, menyatukan kalimat (pendapat) umat, menerapkan hukum-
hukum syariah, mempersatukan golongan-golongan yang bercerai-berai,
menyelesaikan berbagai problem, dan mewujudkan masyarakat yang
utama. (Abu Zahrah, Târîkh al-Madzâhib al-Islâmiyah, hlm. 88).
• Imam Ahmad bin Hanbal: “Akan ada fitnah yang sangat besar jika tidak
ada Imam (Khalifah) yang mengurusi urusan masyarakat.” (An-Nabhani,
Ibid, II/19).
• Imam al-Ghazali: “Kita tidak mungkin bisa menetapkan suatu perkara
ketika negara tidak lagi memiliki Imam (Khilafah) dan peradilan telah
rusak.” (Al-Ghazali, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn. Lihat juga syarahnya oleh az-Zabidi, II/233).
17. Dr. Dhiya’uddin ar-Rais, “Khilafah merupakan
kedudukan agama terpenting dan selalu
diperhatikan oleh kaum Muslim. Syariah Islam
telah menetapkan bahwa mendirikan Khilafah
adalah satu kewajiban mendasar di antara
kewajiban-kewajiban agama. Bahkan dia
adalah kewajiban terbesar (al-fardh al-
a‘’zham). Sebab, padanyalah
bertumpu/bergantung pelaksanaan seluruh
kewajiban lainnya.”(Ar-Rais, Al-Islâm wa al-Khilâfah, hlm. 99).