SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi merupakan suatu krisis global yang saat ini mengancam
kesehatan dan harapan hidup manusia. Penyakit ini merupakan penyebab
kematian tertinggi di dunia terutamanya pada anak dan dewasa muda. Kirakira lebih dari 13 juta kematian per tahun, paling banyak dilaporkan di negara
berkembang sekitar 1 dari 2 kematian dan juga sering menyebabkan
kecacatan (WHO, 1999a). Salah satu contoh penyakit infeksi adalah otitis
media akut (OMA) yang menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK)
akibat kegagalan terapi antibiotik (Bluestone & Klein, 1999).
Prevalensi OMSK di seluruh dunia melibatkan 65-330 juta orang dengan
keluhan telinga berair, dimana 60% di antaranya (39-200 juta) menderita
gangguan pendengaran yang signifikan. Indonesia telah diklasifikasikan
termasuk kategori tinggi berdasarkan prevalensi OMSK (WHO, 2004). Hasil
survei di seluruh dunia menunjukkan prevalensi OMSK di Indonesia adalah
3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari seluruh kunjungan di poliklinik
THT rumah sakit di Indonesia. Di Poliklinik THT RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 2006 pasien OMSK merupakan 26% pasien yang datang
berobat (Aboet, 2007).
Menurut Mansoor et al. (2009) bakteri paling sering menyebabkan OMSK
adalah Pseudomonas aeruginosa (40%) dan Staphylococcus aureus (30,9%).
Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri Gram negatif yang berbentuk
batang dengan ukuran 0,5 - 0,8 µm x 1,5 - 3,0 µm yang bersifat invasif dan
toksinogenik (Todar, 2008). Bakteri ini juga merupakan bakteri infeksi
nosokomial tersering di RS (Radji, Fauziah dan Aribinuko, 2011).
Dalam penatalaksanaan kasus OMSK WHO (2004) menyatakan antibiotik
golongan kuinolon seperti (ofloksasin, ciprofloxacin) lebih baik dari
golongan bukan kuinolon (gentamisin) dalam menangani otorrhea dan
membunuh bakteri. Antibiotik yang efektif di RSUP. H. Adam Malik adalah
ciprofloxacin (Nursiah, 2003). Penggunaan antibiotik secara tidak terkendali
akan mengakibatkan resistensi antimikroba yang merupakan suatu masalah
global terutamanya di negara berkembang (WHO, 2001). RS di Indonesia
(Jakarta dan sekitarnya) salah satu bakteri tersering adalah multidrugresistant P.aeruginosa (MDR-PA) pada infeksi nosokomial (Moehario et al.,
2012). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan penemuan antibiotik baru (Infectious Diseases Society
of America, 2010).
Obat-obat yang berasal dari tumbuhan berpotensi dijadikan antibiotik,
terutamanya dalam bentuk minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai
antibakteri, antijamur dan antiviral. Oleh itu, jintan hitam dan madu
berpotensi digunakan sebagai alternatif antibiotik dalam penanganan OMSK
(Reichling et al, 2009). Jintan hitam menurut Alsawaf dan Alnaemi (2010)
mempunyai efek antibakteri karena thymoquinone, thymol, apinene, dan pcymene dengan cara thymoquinone sebagai komponen utama dapat
menghambat pembentukan asam nukleat dan sintesis protein. Madu pula
mengandung flavonoid yang sangat tinggi dan membantu jalur utama
antimikroba yaitu hidrogen peroksida (Brudzynski et al., 2011; Brudzynski
dan Lannigan, 2012).
Berdasarkan uraian di atas terdapat banyak kasus OMSK dimana
P.aeruginosa merupakan bakteri penyebab paling sering dan juga banyaknya
bakteri yang resisten terhadap penggunaan antibiotik, maka penulis ingin
melihat dan membandingkan efek antibakteri jintan hitam dan madu
berbanding antibiotik ciprofloxacin.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah minyak jintan hitam dan madu murni mempunyai efek antibakteri
dibanding ciprofloxacin terhadap Pseudomonas aeruginosa pada spesimen dari
sekret telinga OMSK.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui efek antibakteri minyak jintan hitam dan madu murni
berbanding ciprofloxacin terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada
penderita OMSK.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui efek antibakteri minyak jintan hitam
b. Untuk mengetahui efek antibakteri madu
c. Untuk mengetahui efek antibakteri ciprofloxacin
d. Untuk mengetahui perbedaan efek antibakteri minyak jintan hitam, madu
dan antibiotik ciprofloxacin.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Institusi Pendidikan
∑

Memberikan informasi tambahan pada institusi pendidikan tentang efek
antibakteri jintan hitam dan madu sebagai alternatif kepada antibiotik
terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

2. Masyarakat
∑

Memberikan informasi tambahan bagi masyarakat mengenai jintan hitam
dan madu.

∑

Memberikan informasi potensi penggunaan efek antibakteri jintan hitam
dan madu terhadap sediaan yang tersedia di pasaran Indonesia.

More Related Content

Similar to Efek antibakteri minyak jintan hitam dan madu terhadap Pseudomonas aeruginosa pada penderita OMSK

Similar to Efek antibakteri minyak jintan hitam dan madu terhadap Pseudomonas aeruginosa pada penderita OMSK (20)

Tb paru 2
Tb paru 2Tb paru 2
Tb paru 2
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
anjuvant.pdf
anjuvant.pdfanjuvant.pdf
anjuvant.pdf
 
Bab 1 fix
Bab 1 fixBab 1 fix
Bab 1 fix
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC
 
Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan sistem respirasi (pneumonia) di er...
 Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan sistem respirasi (pneumonia) di er... Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan sistem respirasi (pneumonia) di er...
Asuhan keperawatan lansia dengan gangguan sistem respirasi (pneumonia) di er...
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Jurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan maskerJurnal pengetahuan masker
Jurnal pengetahuan masker
 
Jurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omskJurnal penelitian omsk
Jurnal penelitian omsk
 
Makalah Antimikroba.dokumen original version
Makalah Antimikroba.dokumen original versionMakalah Antimikroba.dokumen original version
Makalah Antimikroba.dokumen original version
 
Proposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatanProposal kti keperawatan
Proposal kti keperawatan
 
Mini project
Mini projectMini project
Mini project
 
The year of the lung
The year of the lungThe year of the lung
The year of the lung
 
Spesialite dan Terminologi Kesehatan
Spesialite dan Terminologi KesehatanSpesialite dan Terminologi Kesehatan
Spesialite dan Terminologi Kesehatan
 
Template A
Template ATemplate A
Template A
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Total bab
Total babTotal bab
Total bab
 
Makalah tbc untuk para pekerja
Makalah tbc untuk para pekerjaMakalah tbc untuk para pekerja
Makalah tbc untuk para pekerja
 
1227 1795-1-pb
1227 1795-1-pb1227 1795-1-pb
1227 1795-1-pb
 

Efek antibakteri minyak jintan hitam dan madu terhadap Pseudomonas aeruginosa pada penderita OMSK

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan suatu krisis global yang saat ini mengancam kesehatan dan harapan hidup manusia. Penyakit ini merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia terutamanya pada anak dan dewasa muda. Kirakira lebih dari 13 juta kematian per tahun, paling banyak dilaporkan di negara berkembang sekitar 1 dari 2 kematian dan juga sering menyebabkan kecacatan (WHO, 1999a). Salah satu contoh penyakit infeksi adalah otitis media akut (OMA) yang menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK) akibat kegagalan terapi antibiotik (Bluestone & Klein, 1999). Prevalensi OMSK di seluruh dunia melibatkan 65-330 juta orang dengan keluhan telinga berair, dimana 60% di antaranya (39-200 juta) menderita gangguan pendengaran yang signifikan. Indonesia telah diklasifikasikan termasuk kategori tinggi berdasarkan prevalensi OMSK (WHO, 2004). Hasil survei di seluruh dunia menunjukkan prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari seluruh kunjungan di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Di Poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2006 pasien OMSK merupakan 26% pasien yang datang berobat (Aboet, 2007). Menurut Mansoor et al. (2009) bakteri paling sering menyebabkan OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa (40%) dan Staphylococcus aureus (30,9%). Pseudomonas aeruginosa termasuk bakteri Gram negatif yang berbentuk batang dengan ukuran 0,5 - 0,8 µm x 1,5 - 3,0 µm yang bersifat invasif dan toksinogenik (Todar, 2008). Bakteri ini juga merupakan bakteri infeksi nosokomial tersering di RS (Radji, Fauziah dan Aribinuko, 2011).
  • 2. Dalam penatalaksanaan kasus OMSK WHO (2004) menyatakan antibiotik golongan kuinolon seperti (ofloksasin, ciprofloxacin) lebih baik dari golongan bukan kuinolon (gentamisin) dalam menangani otorrhea dan membunuh bakteri. Antibiotik yang efektif di RSUP. H. Adam Malik adalah ciprofloxacin (Nursiah, 2003). Penggunaan antibiotik secara tidak terkendali akan mengakibatkan resistensi antimikroba yang merupakan suatu masalah global terutamanya di negara berkembang (WHO, 2001). RS di Indonesia (Jakarta dan sekitarnya) salah satu bakteri tersering adalah multidrugresistant P.aeruginosa (MDR-PA) pada infeksi nosokomial (Moehario et al., 2012). Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk meningkatkan kualitas hidup dengan penemuan antibiotik baru (Infectious Diseases Society of America, 2010). Obat-obat yang berasal dari tumbuhan berpotensi dijadikan antibiotik, terutamanya dalam bentuk minyak atsiri yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antijamur dan antiviral. Oleh itu, jintan hitam dan madu berpotensi digunakan sebagai alternatif antibiotik dalam penanganan OMSK (Reichling et al, 2009). Jintan hitam menurut Alsawaf dan Alnaemi (2010) mempunyai efek antibakteri karena thymoquinone, thymol, apinene, dan pcymene dengan cara thymoquinone sebagai komponen utama dapat menghambat pembentukan asam nukleat dan sintesis protein. Madu pula mengandung flavonoid yang sangat tinggi dan membantu jalur utama antimikroba yaitu hidrogen peroksida (Brudzynski et al., 2011; Brudzynski dan Lannigan, 2012). Berdasarkan uraian di atas terdapat banyak kasus OMSK dimana P.aeruginosa merupakan bakteri penyebab paling sering dan juga banyaknya bakteri yang resisten terhadap penggunaan antibiotik, maka penulis ingin melihat dan membandingkan efek antibakteri jintan hitam dan madu berbanding antibiotik ciprofloxacin.
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah Apakah minyak jintan hitam dan madu murni mempunyai efek antibakteri dibanding ciprofloxacin terhadap Pseudomonas aeruginosa pada spesimen dari sekret telinga OMSK. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui efek antibakteri minyak jintan hitam dan madu murni berbanding ciprofloxacin terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa pada penderita OMSK. 1.3.2 Tujuan khusus a. Untuk mengetahui efek antibakteri minyak jintan hitam b. Untuk mengetahui efek antibakteri madu c. Untuk mengetahui efek antibakteri ciprofloxacin d. Untuk mengetahui perbedaan efek antibakteri minyak jintan hitam, madu dan antibiotik ciprofloxacin. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Institusi Pendidikan ∑ Memberikan informasi tambahan pada institusi pendidikan tentang efek antibakteri jintan hitam dan madu sebagai alternatif kepada antibiotik terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. 2. Masyarakat ∑ Memberikan informasi tambahan bagi masyarakat mengenai jintan hitam dan madu. ∑ Memberikan informasi potensi penggunaan efek antibakteri jintan hitam dan madu terhadap sediaan yang tersedia di pasaran Indonesia.