Peranan air traffic controller dan black box pesawat dalam pelaksanaan audit internal keselamatan penerbangan maskapai
1. PerananAir TrafficController dan Black Box Pesawat dalam Pelaksanaan
Audit Internal Keselamatan Penerbangan Maskapai
Diajukan sebagai tugas Audit internal
Disusun oleh:
Luthfi Syafahi
11121105
S-1 Akuntansi
Universitas Trilogi
2. Bab I. Pendahuluan
Tahun 2014 menjadi tahun kelam bagi dunia penerbangan karena pada tahun ini telah
terjadi beberapa kecelakaan maskapai penerbangan, bahkan baru-baru ini kecelakaan dialami
oleh maskapai MH-370, MH-17 dan yang terakhir adalah Air Asia QZ 8501 rute
penerbangan Surabaya-Singapur. Peristiwa ini pasti menimbulkan duka yang mendalam bagi
dunia penerbangan Indonesia, terutama seluruh keluarga korban yang ditinggalkan. Seluruh
orang tentu ingin mengetahui sebab kecelakaan ini agar tidak terulang kecelakaan yang sama
dimasa depan. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pihak maskapai
sudah seharusnya melakukan perbaikan dengan menerapkan audit internal. Maka dari itu
penulis melakukan penelitian deskriptif dengan judul “Peranan Air Traffic Controller dan
Black Box Pesawat dalam Pelaksanaan Audit Internal Keselamatan Penerbangan
Maskapai” dengan harapan dapat menyumbangkan penelitian ini untuk membantu proses
audit tersebut karena penulis yakin bahwa segala kegiatan penerbangan tidak akan terlepas
dari Air Traffic Controller (ATC) dan Black box pesawat.
Bab II. Kajian Teori
2.1 Fungsi dan Peranan Air Traffic Controller
Tugas Pemandu Lalu Lintas Udara (ATC/Air Traffic Controller) yang tercantum di
dalam Annex 2 (Rules of the Air) dan Annex 11 (Air Traffic Services) Konvensi Chicago
1944 adalah mencegah tabrakan antar pesawat, mencegah tabrakan pesawat dengan
penghalang penerbangan, mengatur arus lalu lintas udara yang aman, cepat dan teratur
kepada pesawat terbang, baik yang berada di ground atau yang sedang terbang / melintas
dengan menggunakan jalur yang telah ditentukan. Untuk melaksanakan tugas tersebut
diperlukan seorang petugas ATC dalam pengaturan arus lalu lintas udara yang dimulai dari
pesawat melakukan contact (komunikasi) pertama kali sampai dengan pesawat tersebut
mendarat (landing) di bandara tujuan. Disamping itu diperlukan dukungan prasarana, sarana
serta perangkat peraturan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan ICAO
(International Civil Aviation Organization) Organisasi Penerbangan Sipil International, yang
dari hari ke hari terus dilakukan amandemen sesuai dengan pengembangan arus lalu lintas
penerbangan dan teknologi. Dalam dunia penerbangan fasalitas yang mutlak diperlukan
adalah fasilitas komunikasi penerbangan, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:1.
Peralatan Komunikasi Antar Stasiun Penerbangan (Aeronautical Fixed Services/AFS)2.
Peralatan Komunikasi Lalu Lintas Penerbangan (Aeronautical Mobile Services/AMS).
(Arness: 2008)
2.2 Black Box
BlackBox hanyalah sebuah istilah karena warna sebenarnya dari kotak ini adalah
merah ataupun oranye, pewarnaan dengan warna yang mencolok ini dikarenakan agar pada
saat terjadi kecelekaan pesawat terbang, Black Box mudah untuk ditemukan. Sebenarnya apa
kegunaan dari Black Box? Dalam sebuah pesawat terbang ada 2 Black Box yang dibawa dan
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, Black Box yang pertama disebut CVR atau
cockpit voice recorder yang berfungsi untuk merekam semua pembicaraan yang dilakukan
didalam cockpit baik oleh pilot dengan co-pilot maupun dengan ATC bandara. Kotak ini
biasanya dapat mengungkapkan penyebab kecelakaan yang terjadi pada pesawat terbang
3. karena jika pesawat sedang dalam kondisi bermasalah, maka pilot dan co-pilot pasti akan
selalu berkomunikasi baik antara mereka berdua maupun dengan ATC.
Black Box yang kedua disebut FDR ataupun Flight Data Recorder, FDR ini mencatat
berbagai parameter yang terkait dengan operasi dan karakteristik pesawat seperti data dari
sejumlah sensor untuk memantau informasi seperti percepatan, kecepatan, ketinggian, posisi
kontrol kokpit, termometer, pengukur mesin, aliran bahan bakar, permukaan atur posisi,
status autopilot, beralih posisi, dan berbagai parameter lainnya. Kebanyakan parameter
direkam beberapa kali per detik tetapi beberapa FDR dapat merekam semburan data pada
frekuensi yang lebih tinggi saat masukan berubah dengan cepat. Black Box ini sendiri terletak
dibagian buntut pesawat dengan perkiraan bila terjadi sebuah kecelakaan maka bagian inilah
yang relatif utuh dan tak hancur.
Dan yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pada saat kecelakaan pesawat dan pesawat
tersebut jatuh ke laut,kenapa Black Boxnya tetap dapat ditemukan? Jawaban yang saya dapat
dari beberapa sumber di internet adalah karena Black Box dilengkapi dengan underwater
locator beacon yang terus memancarkan perekam ultrasonik dan sinyal yang kemudian
berguna pada saat pencarian Black Box tersebut di kedalaman laut. ( P, Priyohutomo: 2011).
Bab III. Pembahasan
Berdasarkan pemaparan sumber-sumber yang terkait dengan ATC dan Black Box
bahwa segala kegiatan penerbangan akan dikendalikan oleh ATC dan terekam dalam black
box berupa rekaman pembicaraan di cockpit pesawat berupa CVR sedangkan rekam
percepatan, kecepatan, ketinggian, posisi kontrol kokpit, termometer, pengukur mesin, aliran
bahan bakar, permukaan atur posisi, status autopilot, beralih posisi, dan berbagai parameter
lainnya yang dialami pesawat saat mengudara dapat dilihat pada FDR. Maka dengan melihat
parameter lapangan tersebut auditor internal Maskapai dan KNKT dapat melakukan kerjanya
untuk memberi rekomendasi untuk melakukan perbaikan baik sistem virtual maupun sarana
dan prasarana penerbangan yang berperan dalam penerbangan agar tidak terjadi kesalahan
yang sama kepada maskapai aktif di Indonesia. Hal ini merupakan bukti bahwa begitu besar
peran teknologi dalam proses audit internal. semoga setelah ini tidak akan terulang kembali
kecelakaan pesawat semacam ini.
Bab IV. Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan mengenai peran ATC dan Black Box pesawat dalam
audit internal maka dapat disimpulkan bahwa kedua hal tersebut dapat memberi data dan
indikasi bagi auditor internal dalam mengevaluasi dan merekomendasi perbaikan operasional
penerbangan bagi maskapai.