1. STANtrIAFI siPLN 6E| -e-:1gElEi
Lampi ranS urat K eputusan i reksiPLN
D
PERUSAHAANUMUM LISTRIK NEGARA N o. 058iD I R /86,tanggal A gustus 986
27 1
sistemtenagalistrik
Tingkatiaminan
Bagiandua: Sistemdistribusi
D E P A R T E M E N P E R T A M B A N G A ND A N E N E R G I
PERUS A HA A N U M L IST R IKN E GAR A
UM
J A L A N T R U N O J O Y OB L O K M I 1 3 5 K E B A Y O R A NB A R U JAKARTA
2. SPLN58-2 : 1985
TINGKAT JAMINAN SISTEM TENAGA LISTRIK
Bagian Dua : Sistem Distribusi
Disusun oleh:
l . Kelompok Pembakuan Bidang Distribusi
dengan Surat Keputusan Direksi Peru-
sahaan Umum Listrik Negara No.
I 2 I /DIR /S5 tanggal 23 Agustus 1985
(mengganti SK tjireksi No.: 027 lDlP.l-
s3h
2 . Kelompok Kerja Konstruksi Distribusi
dengan Surat Keputusan Direktur Pusat
Penyelidikan Masalah Kelistrikan No.:
024lLMKl84 tanggal 24 Agustus 1984.
Diterbitkan oleh:
DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI
PERUSAHAAN UMUM LISTRIK NEGARA
Jl. Trunojoyo Blok M U 135 Kebayoran Baru
Jakarta
t986
- 1 -
4. SPLN68-2 | L986
SUSUNAN ANGGOTA KELOMPOK PEMBAKUAN BIDANG DISTRIBUSI
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara
No.: l2l /DIR /85 tang gal 23 Agustus 1985
(mengganti SK Direksi No.: OZ7lntn/83 tanggal 5 April 1983)
l . K e p a l a D i n a s P e m b a k u a n , Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan
(ex-officio)
") Sebagai Ketua
merangkap Anggota TetaP
2. Ir. Soenarjo Sastrosewojo Sebagai Ketua Harian
merangkap Anggota TetaP
3. Ir. Hoedojo Sebagai Sekretaris
merangkap Anggota TetaP
4. Ir. Achmad Sudjana Sebagai Wakil Sekretaris
merangkap Anggota TetaP
5. Ir. Moeljadi Oetji Sebagai Anggota TetaP
5. Ir. Komari Sebagai Anggota TetaP
7. lr. Sambodho Sumani Sebagai Anggota TetaP
8. Ir. Ontowirjo Suwarno Sebagai Anggota TetaP
9. Ir. Soemarto Soedirman Sebagai Anggota TetaP
10. Ir. R. Soedarjo Sebagai Anggota TetaP
11. Ir. Adiwardojo Warsito Sebagai Anggota TetaP
12. lr. Soejoko Hardjodirono Sebagai Anggota TetaP
13. Ir. J. Soekarto Sebagai Anggota TetaP
14. Ir. Masgunarto Budiman Sebagai Anggota TetaP
15. Ir. Rosid Sebagai Anggota TetaP
16. Ir. Wardhani Sebagai Anggota TetaP
SUSUNAN ANGGOTA KELOMPOK KERJA KONSTRUKSI DISTRIBUSI
Surat Keputusan Direktur Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan
No.: 0241LMK/S4 tanggal 24 Agustus 1984
t . Ir. SambodhoSumani Ketua
merangkap A n g g o t a
2 . Ir. Cicih Munarsih Sekretaris
merangkap Anggota
3 . Ir. Ontowirjo Suwarno Anggota
4 . Ir. Soemarto Soedirman Anggota
5. Ir. Adiwardoio Warsito Anggota
6 . Ir. Sam R asosia Anggota
7. Ir. Paul August Liqrri Anggota
8 . Ir. Gesit R. Avianto Anggota
9 . Ir. Mulyanto Ang,gota
1 0 .I r . S a m i u d i n Anggota
l . Wargono Magiono, BEE Anggota
2. Ir. Ishak Sastranegara Anggota
3 . Djoko Sasongko Anggota
1 4 . S o e m a r s o n o rA h . T . Anggota
1 5 .I r . S o e n a r j o S a s t r o s e w o j o : A n g g o t a
1 6 .Rachmat Makmur, BE : Anggota
'-Ir. Mahmud Junus.
- f l I -
6. SPLN 68-2 : 1986
t-ftar isi
Fblaran
l. Pasal Satu - Ruang l i n g k u p d a n t u j u a n ..o..r.o...................o........ I
2. Pasal Dua - Definisi I
3. Pasal - Tiga : P e r t i m b a n g a n u n t u k m e n e t a p k a n 2
tingkat jaminan sistem distribusi
4. Pasal Empat : Pemakaian SUTM dan SKTM ...o........................o 6
5. Pasal Lima : Indeks keandalan dan tingkat jaminan ..o............... 7
6. Pasal Enam : Tingkat jaminan pada sistem distribusi ..o............ l3
Gambar I Konfigurasi spot network sebagai bagian ..o...o.............. 3
konfigurasi spindel atau radial
Gambar 2 Konfigurasi SKTM spindeI dengan PPJD ......o..,........o.o 4
Gambar 3 Konfigurasi SKTM spindel dengan gugus ....,................ 5
Gambar 4 Konfigurasi radial tanpa atau dengan PBO .................. 5
di682 v -
7. SFLN 68-2 s 1986
TTNGKILT3A,MAN{A,ru
sTsTAMTENAGA LISTRIK
BagiamDua: Sistern Distnihusi
Fasai Satu
R.ulangl-imgkup dan Tuiuan
l. Ruang Lingkup
Standar ini dimaksudl<an dan menetapkan tingkat jaminan
urltuk menjelaslcan
sistem tenaga listrik, baik sistem tenaga hulu maupun sistem tenaga hilir
atau sistem distnibusi"
Standar tingkat jarninan ini terdiri dari dua bragian
yaitu :
- BagianSatu: Sistem tenaga lrulu, yarlg clibagimenjadi 2 Subbagian
yakni:
A. Pembangkitan
B. Transmisi56 kV s/d 150 kV"
- Bagian Dua : Sistem Distribusi ?0 kV.
Publikasi ini melipr.rt
tsagianilua : SisternDistribusi 20 kV.
2. Tujuan
Tujuannya ialah untuk nremberikan pegangan yang terarah dan seragam bagi
perencanaan tingkat janrinan sesuai dengan konfigurasi jaringan dan
klasifikasi konsumen.
trasal Dua
Eefinisi
3 . Indeks frekuensi pernadarnan rata-rata
Indeks frekuensi pernadaman rata-rata adalair iumiah banyaknya pemadaman
yang dialami konsr:rnen dalanr sa.trr tahun dibagi dengan jumlah konsumen
yang dilayani- Satuan kali tiap tahun atatr pemadarnan tiap tahun.
4 . Indeks la.ma pemadaman rata-rata
Indeks lama pemadaman rata-rata adalah jumtah lamanya pemadaman yang
dialami konsumen dalam satu tahr.rn dibagi dengan jumlah konsumen yang
dilayani. Satuan jam tiap tahun.
5 . Pemadaman sekejap
Pemadaman sekejap ialah pernadaman yang lamanya 5 menit atau kurang.
- 1 , -
8. SPLN&2 s lS5
6. Pemadaman (interruption)
Pemadaman ialah berhentinya suplai listrik. Untuk mengukur parah atau ti-
daknya pemadaman digunakan dua indeks yaitu:
- indeks frekuensi pemadaman rata-ratal
- indeks lama pemadamanrata-rata.
Kedua indeks pemadaman tersebut dihitung dengan tidak nrengikutsertakan
penjumlahan pemadaman sejenak (momentary interruption). Sebagianbesar
pemadaman sejenak berlansung hanya dalam beberapa detik atau kurang
dari satu detik dan dalam standar ini disebut hilang tegangan sekejap.
Pasal Tiga
Pertimbangan untuk Menetapkan
Tingkat Jamlnan Sistem Distribusi
7 . Untuk merencanakan pembangunan sistem tenaga listrik, khususnya sistem
distribusi, perlu diperhatikan adanya tiga tingkat rekayasa dasar (basic
engineering) dalam pengembangansistem distribusi; pertama, desain sistem
dan peralatan distribusi serta pembuatannyal kedua, penentuan garis-garis
besar standar konstruksi yang didasarkan pada peralatan yang diperoleh dan
ketiga, menyeleksi macam-macam standar konstruksi yang akan digunakan
pada situasi tertentu.
8. PLN bertanggung-jawabpada tingkat pertama yaitu segi desain sistem dan
peralatan sedang fabrikan bertanggung-jawab atas pembuatannya' balam
hal ini PLN mengikuti standar IEC dan demikian pula pembuatan peralatan
oleh fabrikan.
g . PLN dan badan-badanrekayasa yang ditunjuk PLN bertanggungiawabuntuk
mempersiapkan tingkat kedua. Pengalaman sejak tahun 1960 badan-badan
rekayasa (konsultan) aslng lebih banyak memegang peranan untuk tingkat
kedua ini, bahkan untuk tingkat ketigapun peranannya masih lebih besar
dari PLN sendiri. Namun sejak beberapa tahun terakhir PLN telah
mengambil langkah-langkah konkrit untuk membina badan rekayasa nasional.
1 0 . Valaupun PLN telah menetapkan kebijaksanaannya di bidang pembakuan
yang mengutamakan pembakuan sistem dan peralatan utama serta menS-
llqrti standar IEC, namun badan rekayasa asing tersebut ternyata belum
- 2 -
9. SPLN 68-2 : 1985
melaksanakan kebijaksanaan tersebut yaitu antara lain dalam memilih fasi-
litas distribusi, terutama JTM, tidak diadakan pertimbangan yang lebih
mendalam untuk menyesuaikan keandalan jaringan dengan keandalan yang
diperlukan konsumen.
Banyak konsumen perumahan disuplai dengan Saluran Kabel Tegangan Me-
nengah (SKTM) yang berkeandalan tinggi dan tentunya mahal yang sebe-
narnya tidak diperlukan olefr konsumen perumahan.
11. Kenyataan di atas tidak sesuai dengan prinsip pemasaran yaitu konsumen
dengan beban tarif yang lebih tinggi seyogyanya disuplai dengan keandalan
yang lebih baik.
Dalam SPLN 59t 1985 tentang Keandalan pada Sistem Distribusi 20 kV dan
6 kV tercantum 6 macam konfigurasi JTM dengan catatan konfigurasi tidak
termasuk dalam standar ini karena belum dipakai di lingkungan PLN.
Adapun ke-enam macam konfigurasi tersebut sebagai berikut (urutan
dimulai dari konfigurasi dengan keandalan tertinggi):
A. Spot network
G.l
Gardu
Konsumen
ffiar I : tftnf igrrasi spot netuork sebagai bagian
konfipprasi spirdel atar radial
?
10. SFLI{68-2 r 1986
B. $Kll{ Splndel dengan PP,JD
TK+TS
r . . +
I
I
I
t
TX. TS_ -)
I
1f f^ PHT.z
t l I K . i I S + IH -> T T
@F G..
f
Gambar 2 ' - Ko n fi g u ra s i S K TM S pi ndel dengan P P JD , di mana:
TK =
T e l e K o ntrol
TS =
T e l e Si g nal
TM =
T e l e M e teri ng
PMT =
Pemut,us
G.I. =
Gardu Tnduk
G.T . =
Ga rd u Transformator
PPJD =
Pusat Pengatur Jaringan Distribusi
G.H. =
Gardu Hubung
- =
Kabel
--+>- -
Bulusan kabel
-.-= Saluran telepon bawah tanah
___{>_ _ Gardu transformator sambungan
--; = Ga rd u tr ansformator tengah n
- 4
11. SPLN68-2 : 1986
C. SKTM Spindel tanPa PPJD
S e p e rti B , te ta p i ta n p a TK ' TMTTS dan P P JD
D . SK T M g u g u s (C l u s te r)
6 A R D UT R A N s F O R y I A T O R
d
M
S U T H/ S K T
c a d an g v n SAKELAR
BEMN
(
K A B E L u t am a )
Gambar 3 Konfiqurasi S l : T 1 " 1S p i n d e l dengan gugus (sederhana)
E. Radial
OT&1ATIK
PEMISAH
PEMUTUS 7 f
6ARDU RAN5FORI"IAT0R
f
r
NT.
SAKELA BEBAN
R BEBANNO
SAKEI-AR
BULUSANKABEL
'
N .TRANsFORMAT9R
G,TRDU S A M D U N G AlN
[
Gambar 4 Konfiqurasi radial tanpa atau denqan PBO
12. Konfigurasi SKTM spindel baik dengan PPJD maupun tanpa PPJD hanya se-
suai untuk kawasan metropolitan (sekarang hanya DKI Jakarta Raya dan
Bandung)dengan padat beban 5 MVA lkm7 atau lebih, antara lain:
ir. Kawasan bangunan bertingkat yang masing-masing memakai daya antara
L slazo MVA.
b. Kawasan perumahan mewah (biasanya luas rumah dan halamannya lebih
dari 350 m2) yang masing-masing memakai daya 4 kVA atau lebih dan
berlokasi di samping kawasan bangunan bertingkat.
Diharapkan untuk selanjutnya konfigurasi ini hanya dipakai di DKI Jakar-
ta Raya dan Bandung saja, karena selain mahal iug" memerlukan saluran
cadangan (express feeder).
- 5 -
12. S P LN 8 -2 :
6 1986
L3. Industri pertenunan dan pemintalan sangat peka terhadap 8an88uan Pe-
madaman permanen maupun seke jap, karena itu pemakaian SKTM perlu
dipertimbangkan. Apabila industri pertenunan dan pemintalan ini berada di
kawasan metropolitan tentunya dapat disuplai dari SKTM yang merupakan
bagian dari konfigurasi spindel tersebut. Tetapi bila industri tersebut berada
di kawasan yang memakai konf igurasi radial dapat digurnkan konf igurasi r
gugus sederhana.
14. Konfigurasi radial dipakai di semua kota selain DKI Jakarta Raya dan
Bandung. Khusus untuk konsumen yang memerlukan keandalan yang tinggi
dapat dipakai konfigurasi spindel.
I
l
Pasal Empat
Pemakaian SUTM dan SKTM
15. Pada umumnya SUTM akan banyak mengalami gangguan hubung-singkat
yang disebabkanantara lain oleh:
a. sentuhan daun-daunl
b. surja petir.
Delapan puluh persen (SO %) dari gangguan tersebut menyebabkankeluar
(outage) sementara yang dapat diatasi dengan pemasanganrelai yang sesuai
dan penutup balik otomatis. Walaupun demikian adanya hilang tegangan
sekejap tak dapat dihindari.
16. Adanya hilang tegangan sekejap sangat menggangSu, karena:
a. Peralatan atau industri yang menggunakan kontaktor magnetik, kontaktor
akan berhenti (lepas/jatuh) sehingga suplai terhenti'
b. Kerusakan mutu produk dan terhentinya proses pemintalan pada pabrik
pemintalan yang terdiri dari puluhan ribu mata pintal.
c. Kerusakan mutu pertenunan. Hilang tegangan sekejap akan mengubah
putaran mesin dengan mendadak; akibatnya pola pertenunan berubah.
d. Kerusakan mutu produksi kertas karena berubahnya putaran mesin yang
mendadak.
Karena itu disarankan agars
a. Industri di daerah pedesaan yang lokasinya jauh dari gardu induk (teUin
dari 7 km) dan disuplai dengan SUTM mengganti korrtaktor magnetiknya
dengan sakelar on-off biasa.
- 6 -
13. SPI-N58-2 | L986
b. Pabrik tenun, pemintalan dan kertas di daerah pedesaan yang lokasinya
jauh dari gardu induk (tenifr dari 7 km) disuplai dengan SKTM atau kabel
udara sebagai suplai utama, sedangkan saluran cadangannya dipakai
SUTM (sistem gugus). Untuk ketiga pabrik ini bila disuplai dengan
SUTM, diperlukan pemeliharaan yang seksama antara lain membersihkan
dahan-dahan dan ranting sekitar SUTM.
Catatan: Konsumen daya lebih dari 10 t,fVA
dengan akandiatur tersendlri.
Pasal Lima
Indeks Keandalan dan Tingkat Jaminan
17. Indeks frekuensi pemadaman
Indeks frekuensi pemadaman f sebagaimana tercantum pada Lampiran C
dari SPLN 592 1985 tentang "Keandalan pada Sistem Distribusi 20 kV dan 6
kV" diperoleh dari angka keluar komponen sistem distribusi (distribution
systems components failure rate) yang di PLN Distribusi DKI & Tangerang
menurut statistik tercatat sebagai berikut :
An g k a K e l uar (
(kali/km /tahun)
Tahun SUTI'I
r 9 7 7/ 7 B 0,BBo o,442
L97B/79 0, 5BB o,5oB
reTe/Bo 0, 955 o,372
r.98ol81 1,803 o, 2 6 r
LgBr/82 2,076 n ?qq
1.982/83 r , 7( , o o, 518
r9B3/ 84 2,062 0,4R6
n* S U T Mr a t a - r a t a = L,A{7rlkm/t'ahun
N S K T I ' {r a t a - r a t a = O, 4 2 5 / k r n / t a } r u n
D a r i s t a t i s t i k t e r s e b u t d i a t a s d i c a t a t p u l a b a h w a 5 2 1 9 3 %d a r i " k e l u a r " p a d a
SIJTM terjadi tanpa penyebab jelas sedang pada SKTM sebanyak 48124%.
17.I SUTM
Pemadaman tanpa penyebab jelas terdiri dari 3 kemungkinan, yaitu:
(a) salah-langkah (maloperation);
(b) pemadarnransejenak yang menjadi permanen karena tidak ada PBO/
tidak difurngsikannya relai penutup-balik;
- 7 -
14. SP|-N6B-2 : 1986
(c) pemadaman permanen yang tidak menimbulkan kerusakan (misalnya
dahan menimpa/terkait pada penghantar).
Kemungkinan (c) tidak terjadi karena pMB dapat dimasukkan kembali
(Uita ada dahan terkait penghantar, PMB yang dimasukkan
akan keluar
lagi). Jadi pemadaman permanen yang terjadi (dan diperhitungl<an
dalam standar) Uait karena komponen rusak maupun tidak.
Namun masih ada kemungkinan lainnya yaitu beban-lebih.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa pemadaman yang
diperhitungkan terdiri dari:
(*) Pemadaman permanen dengan penyebab jelas 47r07%
(**) Pemadaman permanen tanpa penyebab jelas 52,93%
berarti I SUTM (*) = 0,572
I SUTM(xx1 = lr447 - 0,572 = 0,875.
Di atas telah disebutkan bahwa:
I S U T M ( * * ) t e r d i r i d a r i : ( a ) s a l a h l a n g k a h ,( b ) s e j e n a k d a n
(c) bebanlebih.
J a d i l S U T M = A , 5 7 2 + 0 1 8 7 5= 0 1 5 7 2 + ( a ) * ( b ) * ( c ) .
Nilai-nilai yang digarap di atas adalah fakta (F), sedang nilai-nilai yang
akan ditetapkan sebagai standar adalah nilai-nilai ,vang direncanakan
atau terencana (T), sehingga dapat ditulis:
l SUTM (F) = 0,572(tr)+ (a)(F) + (b)(F) + (c)(F)
dimana:
. 0r572(F) dapat dipakai sebagai nilai standar (T) karena meng-
gambarkan manajemen PLN saat ini;
. (a)(F) yang biasanya cukup tinggi harus diusahakan lebih baik
(diperkecit) sehingga (aXT) < (aXF);
. (bXF) adalah pemadaman (permanen) yang diharapkan tidak terjadi
bila dipasang PBO/dif ungsikannya relai penutup-balik,
sehingga (b)(D = (nXF);
. (cXF) yang terjadi pada saat ini harus diperbaiki (diperkecil) se-
hingga (c)(T) < (cXF).
Jadi pemadaman tanpa PBO/relai penutup-balik tidak difungsikan dapat
direncanakan sebagai standar sebagai berikut:
I SUTM (T) = 0,572(T) + (aXT) + (b)(T) * (c)(T)
sedang pem adaman dengan PBO/relai penutup-balik dif ungsikan
m e nj a d i :
) S U T M ( T ) = 0 , 5 7 2 ( T * ( a X T ) , 0 + ( c X t ) .
- L ' -
15. SPLN58-2 : 1.986
Pemadaman karena bebanlebih (c), data & informasinya dapat diperoleh
dari PLN Distribusi DKI & Tangerang yaitu sebanyak 01012
kali/km/tahun *)
Adapun pemadaman karena salahlangkah (a), karena memang sulit dica-
ri data & informasinya, dapat diperkirakan lebih dari l0% **), misalnya
15% atau 01217 kalilkm/tahun.
I SUTM(F) = 0,572(F) r (aXF) + (u)((F) + (c)(F)
= 0 1 5 7 2+ 0 , 2 1 7 + 0 , 6 4 6 + 0 r 0 L Z
= 1,447 kalilkm/tahun.
Guna menetapkan l SI.JTM(T),perlu ditetapkan pemadaman karena sa-
lahlangkah (a) dan karena bebanlebih (c) yang lebih baik' yaitu
masing-masing l0% (0,145) dan 2,5% (0,036), sedangpemadaman karena
tanpa PBo/tidak difungsikannya relai penutup-balik (bXF) = (bXT).
Dengan uraian di atas maka pemadaman yang direncanakan, demikian
pula indeks frekuensi pemadaman dapat ciitetapkan dengan dua kategori
yaitu:
- Tanpa PBO/relai penutup-balik tidak difungsikan
t r S U T M ( T ) = 0 1 5 7 2+ 0 , 1 4 5 + 0 , 6 4 6 + 0 , 0 3 6
= 11399kali/km/tahun
f SUTM(T) = 16 x 1,399 = 22,384 kali/tahun.
- Dengan PBO/relai penutup-balik difungsikan
I S U T M ( T ) = 0 1 5 7 2+ 0 , 1 4 5 + 0 , 0 3 6
= 0 17 kali/km /tahun
53
f SUTM(T) = 16 x 0,753 = 12,048 kali/tahun.
T 7. 2 S K T M
Pada SKTM "keluar" tanpa penyebab yang jelas terjadi sebanyak
48124%yang terdiri dari 2 kemungkinan yaitu:
(a) salahlangkah dan (n) neUanlebih
sehingga:
tr SKTM(F) = 0.209(F) + (a)(p) * (bXF)
= 0 1 2 0 9+ 0 , 0 4 8 + 0 1 0 2 3 * ) F * )
= 01280 kali/km/tahun
*) Pemadaman karena bebanLebih 12 kaLi/tahun, sedang panjang SUTM 1074,479
km;
**) Menurut T d D Reference Book, sal-ahl-angkah (correct tripping undesired,
incorcect tripping ) kurang dari 10 %.
* ** ) Pe m adam an karena bebanlebih 6l- ,5 kali/tahun, sedang panjang SK T M
2 6 4 0 , 72 2 k n .
tjst2 8
o
16. SPLN 68-2 s 1986
Untuk menetapkan I SKTM(T), ditetapkan (aXT) dan (bXT) ma-
sing-masing l0% (0,021) sehinggas
SKTM(T) = 01209+ 0rO2l + 0,021
= 01251 kali/km /tahun
SKTM(T) = 16 x 0r15l = 4,016 kaliltahun.
18. Indeks lama pemadaman
Berbeda dengan indeks f rekuensi pemadaman (f ) yang kurang menyajikan
data & informasi yang memadai karena penyebabnya bersumber dari alam,
sistem dan peralatannya, maka data & inf ormasi mengenai indeks lama
pemadaman (d) dapat disajikan cukup memadai karena dibuat sesuai dengan
pelaksanaan pemulihan gangguan oleh petugas pLN sendiri.
Indeks lama pemadaman (d) yang diperoleh dari Laporan Gangguan di pLN
Distribusi DKI & Tangerang tercatat per konfiRurasi sebagai berikut:
Tahun Indeks lama pemadaman
JTM (d)
( j amltahun )
L e B 28 3
/ 5,63
LeB3/
84 2,BO
L9B4 Bs
/ 4,76
d rata-rata = 4 , 39
19. Indeks keandalan konfigurasi sistem
Keandalan sistem sebagaimana diuraikan dalam SPLN 592 l98 j
diklasifikasikan menurut konfigurasi sistem, khususnya konfigurasi jaringan.
Dari 8 macam konfigurasi sistem yang disajikan, 6 macam diantaranya
disajikan sampai dengan perhitungan memperoleh
indeks frekuensi
pemadaman rata-rata (t) dan indeks lama pemadaman rata-rata (d) se-
bagaimana tercantum dalam Lampiran B, C dan D. Namun angka-keluar
( I ) yang diperhitungkan dalam lampiran-lampiran
tersebut adalah ang-
ka-keluar yan8 bersumber dari kepustakaan. Semua angka-keluar pelbagai
komponen dapat dipakai kecuali untuk SUTM dan SKTM yang menunjukkan
nilai lebih besar karena perencanaan, pembangunan dan pengusahaan yang
belurr seksama, hal mana disebabkan oleh pelbagai faktor baik ekstern
m a u p u r ,: n t e r n P L N s e n d i r i .
tjst29
- lt-l -
17. SPLN68-2 : 1986
Menurut kepustakaan I SUTM dan SKTM masing-masing 0r2 dan ArOT)
sedang kenyataannya masing-masing l r4 dan 0rz5l yang berarti
masing-masing hampir 7 dan 316 kali lebih besar.
Karena besarnya ),
kenyataan ini, maka I (dan tentunya f ) komponen-komponen yang lain
dapat diabaikan.
Berbeda dengan ), dan f maka nilai d yang diperoleh dari laporan Gangguan
tersebut dalam Ayat l8 di atas tidak jauh berbeda dengan Lampiran B dan
karenanya d dari Lampiran B dapat dipakai.
Oleh karena itu indeks keandalan kelima konf igurasi jaringan yang diren-
canakan di lingkungan PLN dapat diperoleh dengan memperbandingkannya
dengan nilai-nilai f dan d dari Lampiran B dan c, yaitu:
(a) SUrM radial :f =3,2kali/tahun
:d=2ljam/tahun
(b) SUf M radial dengan pBO: f = 2.4 kali/tahun
:d= l2,8jam/tahun
(c) Sff M tanpa PPJD : f = 1,2 kali/tahun
d = 4136 lam/tahun
(d) SrcfM denganppJD :f = l,2kaliltahun
d = 3.33 iam/tahun.
Keempat konfigurasi tersebut diperoleh denganpanjangsUTM/SKTM l6 km,
sedangsKTM dengangugus diperorehdenganpanjangg km, yaitu:
(e) srrM dengangugus :f=0,6kali/tahun
d = lr75 jam/tahun.
Dengan demikian indeks keandalan kelima konfigurasi tersebut dapat dihi-
tung dengan catatan untuk SUTM & SKTM masing-masingdengan panianR
32 km dan 8 km, sebagaiberikut;
(a) SUTM radial:
f. = 32 x 1,4 x 3r2 = 14 x 3r2 = 44$ kali/tahun
i3- 67
d - 14 x Zl = 294 jam/tahun.
(b) SUTM dengan PBO:
f = 3 2 x 0 1 7 3 5x 2 r E = 7 1 5 3x 2 , 4 = l g , 0 g k a l i / t a h u n
16 02
d = 7r53 x l2r8 = 96,38 jam/tahun.
(c) SKTM tanpa PPJD:
f = 8 x 0 1 2 5 1x l r 2 = l r 7 9 x I r Z = 2 r l 5 k a l i / t a h u n
reTF
d - l r 7 9 x 4 1 3 6= 7 , 8 2 j a m / t a h u n .
-11 -
18. SH-N &-2 I 1986
(d) SKTM dengan PPJDI
f =8 x01251 lr2=lr79xll?=Zrl5
x kali/tahun
16-w
d - Ir79 x 3133= ir97 jam/tahun.
(e) srrM gugus
:
f = 0'251 x 016 = 3,.5gx 0r5 = Zsl5 kali/tahun
01007
d = 3158x lr75 = 6,27 jam/tahun.
20. Pertimbangan untuk menetapkan tingkat jaminan
Dalam Rensalita IV telah ditetapkan peningkatan keandalan dan mutu pela-
yanan kepada masyarakat, maka nilai-nilai indeks keandalan yang diperoleh
dalam Ayat 19 di atas harus diperbaiki dan sampai akhir Repelita IV
diperkirakan sebagai berikut:
(i) Bagi SUTM, nilai indeks keandalan diperkecil menjadi 60 %.
(ii) Bagi SKTM, nilai indeks keandalan diperkecil menjadi 80 %.
Perbaikan keandalan tersebut diusahakan dengan memperbaiki perencanaan,
pernban8unan (pemasangan) dan pengusahaan termasuk pemeliharaan. Usaha
perbaikan tersebut harus disusun dalam suatu program berdasarkan data &
inf ormasi mengenai gangguan serta pengalaman pengusahaan dalam be-
berapa tahun sebelumnya.
21. Faktor penyesuaian f dan d
Nilai f dan d di PLN Distribusi DKI & Tangerang dijadikan dasar bagi ni-
lai-nilai untuk wilayah lain di Indonesia. Untuk menentukan tingkat
jaminan bagi daerah-daerah lain, maka nilai-nilai f & d untuk PLN DKI'&
Tangerang dikalikan dengan faktor sebagai berikut :
Daerah Faktor
Jawa dan Bali 1'l
Sumatera I12
Kalimantan dan Sulawesi I13
Maluku, Nusa Tenggara Barat & Timur l14
Irian Jaya dan Timor Timur L15
Untuk perlistrikan desa dapat dikalikan dengan faktor yang lebih tinggi dari
faktor untuk masing-masing wilayah di atas, tetapi tidak melebihi 116.
22. Tingkat Jaminan menurut jenis konsumen
22-l Satuan-satuan PLN menyusun rencana pengembangan kelistrikan kota
(ibukota propinsi, kabupaten, kotamadya, kota administratif) dan desa
- t 2 -
19. SPLN58-2 : 1986
di wilayah masing-masing atas dasar kelima konf igurasi jaringan ter-
sebut yang dapat disederhanakan menjadi dua konfigurasi yaitu SUTM
dan SKTM. Pada umumnya dipakai SUTM sedang SKTM hanya dipakai
di kota metropolitan (nru Jakarta Raya dan Bandung) dan untuk
menyuplai konsurnen yang memang memerlukan keandalan yang cukup
tinggi' antara lain pabrik tenun, pemintalan dan pabrik kertas.
22.2 Rencana pengembangan kelistrikan tersebut di atas berikut penjelasan
perihal kebi jaksanaan PLN mengenai peningkatan dan klasif ikasi
keandalan dan tingkat jaminan bagi konsumen diajukan sedini mungkin
kepada Pemerintah Daerah agar dapat dikoordinasikan dengan planologi
yang disusun Pemerintah Daerah. Dengan pendekatan demikian bukan
saja diperoleh pengembangan kelistrikan yang lebih terarah (Uait<
konfigurasi, pengoperasian maupun keandalannya) melainkan juga diper-
oleh pengertian yang lebih mendalam dari Pemerintah Daerah dan
masyarakat terhadap kebijaksanaan PLN dalam pengembangan
kelistrikan pada umumnya.
22.3 Penerapan standar tentang tingkat jaminan ini akan melalui masa Per-
alihan karena menghadapi kondisi awal yang berbeda dengan PenS-
arahan standar ini. Untuk itu diperlukan keluwesan Perencanaan
namun tetap dalam jangka panjang diarahkan untuk menerapkan stan-
dar ini.
Pasal Enam
Tingkat Jaminan pada Sistem Distribusi
23. Standar tingkat jaminan menurut konfigurasi jaringan pada sistem distribusi
ditetapkan sebagai berikut:
23.1 PLN Distribusi DKI & Tangerang
(a) SUTM radial
f. = 27 kali/tahun
d - 177 iam/tahun.
(b) SUTM dengan PBo
f - ll kali/tahun
d = 58 jam/tahun.
(c) SKTM spindel tanPa PPJD :
f - 1,7 kali/tahun
d = 6J5 jam/tahun.
-13-
20. SFLN 68-2 ! 1985
(d) SrcfM spindel dengan PPJD :
f - 1,7 kali/tahun
d = 4r77 jam/tahun.
(e) SKTM gugus :
f - 1,7 kallltahun
d = 5,0 jam/tahun.
23.2 PLN Distribusi dan Wilayah lain dikalikan suatu faktor sebagai
berikut:
Daerah Faktor
Jawa dan Bali Irl
Sumatera l12
Kalimantan dan Sulawesi L13
Maluku, NTB & NTT l14
Irian Jaya dan Timor Timur I'5
C a t a t a n : Un t u k p e r l l s t r i k a n d e s a d a p a t d l k a l L k a n d e n g a n f a k t o r y a r r g
l e b l h t j . n g g i d a r i f a k t o r u n t u k m a s i n g - m a s l n gr l l a y a h d l a t a s ,
t e t a p l t i d a k me l e b l h l I , 5 .
2t+. Rekomendasi tingkat jaminan menurut klasifikasi atau jenis konsumen pac{a
sistem distribusi ditetapkan sebagai berikut :
24.1 Rencana pengembangan kelistril<an kota dan desa disusun atas dasar
kelima konfigurasi jaringan tersebut pada Ayat 23, yang dapat diseder-
hanakan menjadi dua konfigurasi yaitu SUTM dan SKTM. Kedua konfi-
g u r a s i i n i d i u s a h a k a na g a r d i b a n g u n p a d a k a w a s a n t e r p i s a h .
24.2 Konfigurasi SUTM dengan PBO dipakai di kawasan kota sedang SUTM
radial dipakai untuk perlistrikan desa.
24.3 K o n fi g u ra s i S KT M k husus di pakai untuk menyupl ai konsumen di ka-
w a s a n k o ta y a n g me mpunyai f beban tari f yang ti nggi .
catatan : I. Beban tarlf yang tlnggi iarah tarlf u, ro, r, dan R4.
Keempat kelas konsumen lnl dibangun dt kawasan yang
terplsah.
2 . K o n s um e n i n d u s t r l s e d a n g ( I l ) s e b a l k n y a d l b a n g u n b e r -
d a mp l n g a n d e n g a n k o n s u me n l n d u s t r l b e s a r ( I 4) d a n
d e m l k l a n p u l a k o n s u me n g e d u n g b e r t l n g k a t ( U ) d e n g a n
k o n s u m e np e r u m a h a nm e w a h ( R a ) .
t. Khusus untuk pabrik tenun, peniintalan dan pabrlk kertas
(Il) yang berada atau dlbangun dl kawasan dengan SUTM
dipakai konfigurasi gugus sederhana.
- 1 4 -
21. SPLN68-2 : 1986
24.4 Untuk mencapai pengembangan kelistrikan yang sesuai dengan sasaran
standar ini diperlukan perencanaan dan Pengembangan dalam masa
peralihan sebagaimana diuraikan dalam Ayat 25.
25. pengembangan kelistrikan dalam masa peralihan direkomendasikan sebagai
berikut:
Zj.L Bagi kawasan baru yang peruntukan kawasannya berdasarkan planologi
yang telah mantap membutuhkan sistem SKTM Spindel, sedang keadaan
(g kV)
kelistrikan awalny'a masih kosong atau merupakan sistem lama
yang tidak dapat dikenrbangkan lagi (karena kemampuan jaringannya
terbatas dan keadaannva sudah tua), maka sistem SKTM Spindel untuk
kawasan tersebur dapat langsung direncanakan dan dibangun secara
bertahaP.
Z5.2Bagi kag'asan )'ang te,lai i'r,emili<i sistem SUTM Radial yang kemudian
dan berdasarKan pianoiogi cjan peruntukan kawasanr memerlukan kon-
f i g u r a s i G u g u s , m a k a p e n g e m b a n g a n n y ad i l a k u k a n m e n u r u t t a h a p a n s e -
bagai berikut:
(a) Menarik satu jalur SUT M yang akan berf ungsi sebagai saluran
cadangan (ekspres), dari G.I. terdekat (sebagai pensuplai) melewati
jalan umum yang membelah kawasan dan menuju ke arah beban
berkembang.
(U) SUTM diganti dengan SKTM dan ditautkan ke ekspres feeder.
25.3 Bagi kawasan yang semula dilayani dengan sistem SUTM Radial atau
Gugus, dan berdasarkan planologi baru kawasan tersebut perlu dilayani
oleh sistem SKTM Spindel, maka pengembangannya dapat dilakukan
menurut tahaPan berikut:
(a) Penentuan G.I. dan lokasi G.H.
(b) eenggantian SUTM yang sudah tidak lagi memadai bagi per-
kembangan beban dengan SKTM.
(c) Mentautkan SUT M yang masih dapat memenuhi kebutuhan beban
pada Gardu trafo konfigurasi SKTM yang sudah ditarikr sehingga
terbentuk konfigurasi-konfigurasi gelang (loop) atau semi spindel.
(d) Menarik kabel cadangan (ekspres) dan membangun G.H.t kemudian
menghubungkan ujung-ujung saluran kabel ke G'H'
(e) Penyempurnaan: penggantian SUTM dengan SKTM secara bertahap
dan bila sudah ada PPJD, memasukkannya ke dalam sistem
pengendaliannya (sejak awal penggelaran kabel tanah, kabel pilot
harus sudah disiaPkan).
- 1 5 -
22. i
S H- N68- 2 : 1986
t
25.4 Bagi kawasan baru misalnya kawasan pinggiran dan luar kota yang me-
merlukan pelayanan listrik tetapi belum mempunyai planologi yang
mantap, agar dilayani dengansistem suTM radial.
Ca t a t a n :
l. Untuk rumah sakit, dlberlkan suplai listrik dengan keandalan yang samadengan
keandalan untuk perumahan biasa; biasanya dlsediakan suplai cadanganyaltu:
(a) Suplal darurat yang dijalankan secara otomatis (short break) atau secara
manual untuk ruang unit perawatan intenslf;
(b) Sup1al darurat no-break untuk ruang operasi (blasanya 20 kVA).
2. Bagl peralatan yang memerlukan kontlnuitas suplal yang tlnggl dapat dlgunaken
suplal darurat.
Suplal darurat yang pallng sederhana lalah lampu neon dengan batere. l{aktu
suplal PLN maslh ada suplal Pl-Nmenglsl batere. Waktu suplai PLN padamr lampl
neon akan menyala secara otomatik. Lampuneon dengan batere dapat dlgunakan dl
toko-toko kecl1, lobby hotel kecll, Ja1an keluar darurat gedung bloskop dan
laln sebagainya.
Penerangan rtnnah (home llght) yang dapat start secara otcrnatls dapat dlgunakan
sebagai suplal darurat proyektor gedung bioskop kecll. Pada uMnya gB*r€
bertlngkat yang besar rnemerlukandua macamsuplal darurat yaknl :
(a) Slstem batere untuk penerangan darurat yang dapat nrenyalakan larpu secara
darurat.
(b) pembangklt llstrlk dlesel yang dapat distart secara otomatik (short break)
untuk melayani lift.
untuk :
Selaln untuk lift suplal darurat slstem short break Juga dlgr-rnakan
(a) Kamarrawat darurat (ICU) dl runrahsakit.
(b) Baglan dari suptai darurat sistem no-break.
f. pada umumnyasistem pendlngln untuk kamar-kamar hotel, penyimpanan susut
pembuatan ice-cream dan sebagainya tidak memerlukan suplal darurat karena
peralatan semacamltu tahan pemadamansekurang-kurangnyal/2 Jam.
Untuk konsumensemacam inl pelayanan PLN-lah yang harus ditlngkatkan Jangan
sampai pemadamanmeleblhi L/2 ian.
4.Untuk hotel dengan sistem pendingin kamar, penyimpanansusu' pernbuatanlce
cream dimana Pt-N belum dapat menJamlnagar gangguan kurang dari setengah- atau
satu Jam dapat menggunakan sistem suplai darurat yang terdlrl darl pernbangklt
dlesel atau peneranganrumah (homellght) yang distartsecara manual.
5. Pada unumnya PLN sudah mampu mensuplal tlstrlk dengan gangguan pemadaman
kurang
darl L/2 Jam kecuali, bila :
- Isolator SUTMyang dlgunakan dari mutu yang kurang baik, serlng pecah. llttuk
menghlndarl iso]ator yang kurang baik telah dltentukan bahwa lsolator turpu
yang dipakal dari jenis pin-post atau yang leblh balk.
- Adanya standar konstruksl yang kurang memenuhlsyarat (mekanls kurang kuatt
bila hujan tlmbul loncatan api) dan sebagainya.
Adapun peralatan yang memerlukan sup1al darurat no-break (apablla suplal PLN
padamterus menyala tanpa waktu tunda) antara laln:
- Menara telekomunikasi lapangan terbang
- Peneranganlandasan lapangan terbang
- Ruangoperasi dl rumah sakit'
- t5 -
:-