3. KENAPA CUCI TANGAN PAKAI SABUN PENTING?
CTPS:
salah satu perilaku yang bisa
memutus rantai penularan
penyakit; (diare, tifus, hepatitis,
flu burung, coronavirus,dll)
Karena ditelapak TANGAN banyak
menempel virus, bakteri,
sporozoa, parasite, telur cacing,
dst
❖ Hasil studi Khan [1982], CTPS, merupakan cara yang
efektif untuk menurunkan insidens penyakit,
khususnya diare.
❖ Clemens[1987] dan Alam [1989] membuktikan bahwa
ibu-ibu yang cuci tangan merupakan satu dari banyak
faktor yang dapat menurunkan angka diare pada anak-
anak.
❖ Lanata [1991] membuktikan bahwa pemakaian sabun
yang meningkat dan pemakaian air meningkat oleh
ibu-ibu untuk membasuh tangan, menyebabkan
rendahnya insidens diare pada bayi umur 6-18 bulan.
❖ Wilson dan kawan-kawan [1991] dalam penelitian di
Indonesia menemukan bahwa promosi membasuh
tangan ibu-ibu dan anak-anak, dapat menurunkan
prevalensi penyakit diare dan penyakit mata
[conjunctivitis].
4.
5.
6.
7. PRINSIP CUCI TANGAN PAKAI SABUN
1. Mencuci tangan dengan air saja tidak
cukup.
2. Mencuci tangan pakai sabun bisa
mencegah penyakit yang menyebabkan
kematian ratusan ribu anak-anak di
Indonesia setiap tahunnya.
3. Waktu-waktu penting CTPS adalah
sesudah buang air besar, sesudah buang
air kecil, sesudah memegang
hewan/unggas dan sebelum menyentuh
makanan (mempersiapkan, memasak,
menyajikan, menyuapi makanan dan
makan).
SYARAT SARANA CTPS
Syarat utama dalam melakukan CTPS dengan
benar adalah tersedianya :
1. Air bersih yang mengalir;
2. Sabun;
3. Penampungan atau saluran air limbah
yang aman
Air yang bersih itu yang bagaimana yaa?
Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci,
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
diolah lebih lanjut, misalnya dimasak.
8. KAPAN SAJA HARUS CUCI TANGAN PAKAI SABUN
Sebelum makan
Sebelum mengolah dan
menyiapkan makan
Setelah memegang
hewan/unggas
Sebelum menyuapi anak Setelah menceboki bayi/anak
Setelah Buang air besar
Sebelum menyusui bayi Setelah melakukan aktivitas
9. CTPS YANG BENAR?
Cuci tangan yang benar, adalah
mencuci tangan dengan cara
disamping, dan minimal dilakukan
selama 20 detik
Berdasarkan penelitian: menggosok
tangan kurang dari 10 detik, tidak
maksimal dalam menghilangkan
kuman-kuman.
Dan yang terpenting adalah seluruh
bagian tangan tercuci dengan baik
(telapak tangan, punggung tangan,
pergelangan, jari-jari, sela jari dan
kuku.
10. Kriteria Pelengkap Sarana CTPS
1. Penempatan di dekat SAB, seperti dekat dengan
sumur, bak penyimpanan air jika menggunakan
sumber air non perpipaan;
2. Penempatan di dekat aktifitas yang mempunyai
risiko penularan penyakit, yaitu jamban, kamar
mandi, dapur, tempat makan, tempat aktifitas
belajar, tempat pemotongan hewan dan unggas;
3. Tersedia tempat sabun yang menjamin kebersihan
sabun, khusus tempat sabun batangan harus
memiliki lubang untuk mengeringkan airnya;
4. Tersedia pengering tangan, dapat berupa kain
bersih, handuk bersih atau tisu;
5. Tersedia tempat sampah, terutama untuk sampah
tisu bekas;
6. Ergonomis, dibuat dengan memperhatikan ukuran
tubuh yang mencuci tangan.
7. Tersedia Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
sehingga air buangan mencuci tangan tidak
menggenan
KRITERIA PELENGKAP SARANA CUCI TANGAN PAKAI SABUN
13. PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN
ANAK SEKOLAH “AGEN PERUBAHAN”
1. Memastikan kecukupan Sarana Cuci
tangan pakai sabun di Sekolah dasar
2. Memastikan air mengalir di SCT Sekolah
3. Memastikan ada SPAL di SCT sekolah
4. Memastikan SCT di sekolah di
tempatkan di dekat jamban, kantin dan
ruang kelas
5. Memastikan siswa melakukan perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun dengan
dipantau menggunakan lembar
monitoring guru
14. BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN PERILAKU CTPS
DI MASYARAKAT DAN SEKOLAH
1. PEMICUAN CTPS
2. DEMONSTRASI CTPS
3. KAMPANYE / PROMOSI CTPS dengan BERBAGAI MEDIA
4. MONITORING CTPS
15. 1. PEMICUAN CTPS
Suatu proses memicu masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran melakukan Cuci tangan pakai
sabun dan menjadikan kebiasaan sehari hari dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Elemen Pemicuan CTPS:
1. Memicu rasa jijik → dengan mengajak masyarakat membayangkan perilaku setelah BAB
tidak melakukan cuci tangan, dan sisa tinja akan menempel di tangan dan akan menempel
ke semua benda yang disentuh (saling memakan tinja manusia dengan kontak – tangan)
2. Memicu rasa takut sakit → ketika tinja saling menempel melalui tangan, akan masuk ke
mulut dan beresiko diare dan penyakit lainnya
3. Memicu takut dosa (agama) → ketika menularkan tinja/kotoran melalui tangan, maka akan
menimbulkan sakit bagi orang lain dan hal ini merupakan dosa.
4. Memicu rasa malu → dengan ditanya siapa yang setelah BAB tidak CTPS
5. Memicu rasa harga diri → masyarakat dengan status sosial tinggi tidak memiliki sarana SCT
kemudian dibandingkan dengan masyarakat miskin yang memiliki SCT, dan disampaikan
bahwa jika 1 komunitas belum berperilaku CTPS maka tinja tetap mengancam akan tertular
antar masyarakat.
16. 2. DEMONTRASI CTPS
Alat dan Bahan:
1. Lem Kanji
2. Betadine
3. Sabun
4. Serbet/Kain
5. Air mengalir
6. Air dalam baskom
7. Ember
Tujuannya memberikan gambaran ke
masyarakat dan anak sekolah bagaimana CTPS
yang benar dan efektif menghilangkan kuman
Dimana saja perlu DEMO CTPS : di posyandu, dasawisma, pengajian, sekolah dasar, PAUD/TK, arisan, dll
18. 4. MONITORING CTPS
Peta sosial
Peta sosial sebagai alat bantu MONITORING
1. Pemutakhiran peta sosial dengan memasukkan data CTPS
masyarakat dan sekolah.
2. Peta ditempelkan di tempat umum yang mudah dijangkau dan
dilihat oleh seluruh masyarakat sebagai alat bantu informasi
Bagaimana melakukan Monitoring CTPS
1. Kalender CTPS yaitu membagikan kalender monitoring dan
meminta masing-masing Keluarga memantau perilaku CTPS
anggota keluarganya, dan diberi centang jika 100% di hari
tersebut sudah perilaku CTPS
2. Setiap dasawisma rutin melakukan pemantauan antar
warganya (melihat apakah Sarana Cuci tangan, ada sabun,
ada lap dan ada air mengalir di masing-masing rumah tangga)
3. Kader melakukan pemantauan dengan memberikan
tanda/checklist/menempel stiker bahwa keluarga tersebut
benar-benar sudah mengadop perilaku CTPS