SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
              UNDANG-
                            Nomor 16 TAHUN 1961
                                   Tentang
                     PEMBENTUKAN KEJAKSAAN TINGGI

                        Presiden Republik Indonesia,

Menimbang:

bahwa susunan Kejaksaan perlu disempurnakan dengan pembentukan Kejaksaan
Tinggi:

Mengingat :

   1. pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 24 ayat (2) Undang-undang
      Dasar;
   2. Undang-undang No. 1 Drt tahun 1951 (Lembaran-Negara tahun 1951 No. 9)
      Jo. Undang-undang No. 1 tahun 1961 (Lembaran-Negara tahun.1961 No. 3);
   3. Undang-undang Pokok Kejaksaan pasal 6 ayat (1).
   4. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No.
      31);


         Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong

                                MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN:

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KEJAKSAAN TINGGI.



                                     BAB I

                        SUSUNAN DAN ORGANISASI.

                                    Pasal 1.

   (1) Disamping tiap-tiap Pengadilan Tinggi ada satu Kejaksaan Tinggi yang
       daerah-hukumnya sama dan yang terdiri atas seorang Jaksa Tinggi sebagai
       Kepala dan seorang atau lebih Jaksa Tinggi Pengganti.
   (2) Jumlah Jaksa Tinggi Pengganti dalam suatu Kejaksaan Tinggi ditetapkan oleh
       Menteri.
Pasal 2.

Para Jaksa Tinggi dan Jaksa Tinggi Pengganti harus berdiam dalam daerah-
hukumnya masing-masing, kecuali jika Menteri dalam keadaan yang memaksa
menetapkan lain.

                                     Pasal 3.

Pembagian pekerjaan antara para Jaksa Tinggi Pengganti pada suatu Kejaksaan
Tinggi diatur oleh Kepala Kejaksaan Tinggi.

                                     Pasal 4.

Untuk dapat menjadi Jaksa Tinggi dan Jaksa Tinggi Pengganti orang harus
mempunyai ijazah penghabisan dari Perguruan Tinggi bagian Hukum dan/atau
memenuhi syarat-syarat lain, yang ditetapkan dengan peraturan Menteri.

                                     BAB II.

                        WEWENANG DAN KEWAJIBAN

                                     Pasal 5.

   (1) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti melakukan wewenang Kejaksaan di
       daerah hukumnya.
   (2) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti memimpin dan mengawasi para Jaksa
       di daerah hukumnya dalam melaksanakan tugas mereka.
   (3) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti dalam daerah hukumnya melaksanakan
       tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan Negara.

                                     Pasal 6.

   (1) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti wajib dengan teliti mengadakan
       pembukuan mengenai:
           a. semua perkara yang diurus oleh Kejaksaan-kejaksaan dalam daerah-
               hukumnya, dengan tiada kecualinya, dengan dijelaskan tentang
               orang-orang yang tersangkut perkara, tindakan-tindakan yang
               diambil, siapa yang mengurus perkara dan lain-lain hal yang perlu
               untuk penjelasan lebih lanjut;
           b. semua orang tahanan didalam rumah-rumah penjara dari lain-lain
               tempat dalam daerah-hukumnya, dengan dijelaskan siapa yang
               memerintahkan penahanan itu:
           c. barang-barang bukti.
   (2) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti harus memberikan laporan mengenai
       hal-hal tersebut pada ayat (1) di atas kepada Jaksa Agung pada tiap-tiap tiga
       bulan sekali atau tiap kali diminta.
Pasal 7.
                                             7

Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti menyampaikan laporannya dan mengajukan
tuntutan kepada Pengadilan Tinggi mengenai perkara perlawanan (requisitoir
verzet) terhadap penetapan Pengadilan Negeri, yang diajukan oleh Jaksa.

                                       Pasal 8.

Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti melakukan pengawasan dan pencegahan
terhadap penyalahgunaan wewenang para Jaksa di dalam daerah-hukumnya.

                                       BAB III.

                             PERATURAN PERALIHAN.

                                       Pasal 9.

Perkara-perkara perlawanan terhadap penetapan Pengadilan Negeri, yang pada
saat berlakunya undang-undang ini masih ada pada Kejaksaan Agung selanjutnya
diurus oleh Jaksa Tinggi untuk dilanjutkan kepada Pengadilan Tinggi.

                                       BAB IV.
                                           IV.

                                PASAL PENUTUP.

                                   Pasal 10.

Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang-
undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta,
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Presiden Republik Indonesia,

JUANDA

Diundangkan di Jakarta,
pada tanggal 30 Juni 1961.
Pejabat Sekretaris Negara,

SANTOSO
PENJELASAN
                                 ATAS
                   UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1961
                               TENTANG
                     PEMBENTUKAN KEJAKSAAN TINGGI.

I. UMUM.

Dalam rangka perkembangan dan penyempurnaan tugas serta susunan Kejaksaan
dalam peradilan umum sesuai dengan suasana pembangunan dan jiwa untuk
kembali kepada Undang-undang Dasar 1945 dewasa ini diperlukan adanya
Lembaga Kejaksaan Tinggi. Lembaga ini dimaksudkan untuk menjadi jembatan
antara Kejaksaan Negeri di daerah-daerah dan Kejaksaan Agung di Pusat. Lembaga
Kejaksaan Tinggi ini pada tahun 1948 pernah ada, sebagaimana diatur di dalam
Undang-undang 1948 Nomor 19 tentang susunan dan kekuasaan badan-badan
Kehakiman dan Kejaksaan. Akan tetapi dengan Undang-undang Nomor 1 Drt tahun
1951 tentang Tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan
susunan, kekuasaan dan acara, Pengadilan-pengadilan Sipil, Lembaga Kejaksaan
Tinggi ini ditiadakan. Dengan dihapuskannya Kejaksaan Tinggi ini tugas Jaksa pada
umumnya menjadi terhambat dan hubungan antara daerah dan Pusat menjadi
terlantar. Untuk menghilangkan kepincangan ini oleh Jaksa Agung di waktu yang
lampau diambil suatu tindakan, dengan dibentuknya Lembaga Pengawas
Kejaksaan-kejaksaan di tiap Propinsi.

Lembaga ini sebenarnya tidak diatur di dalam salah suatu perundang-undangan.

Dalam masa pembangunan dewasa ini diperlukan suatu kelancaran kerja yang
cepat dan dinamis dalam berbagai bidang. Pula di bidang penuntutan dan
penyidikan yang selalu diperlukan tindakan yang cepat dan tegas dirasakan perlu
adanya Lembaga Kejaksaan Tinggi ini.

II. PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1.

Maksud dari pasal ini ialah bahwa di samping tiap pengadilan Tinggi selalu
diadakan Kejaksaan Tinggi dan jika dipandang perlu dapat dibentuk suatu Cabang
Kejaksaan Tinggi.

Pasal 2 sampai dengan pasal 10.
Cukup jelas.

--------------------------------
CATATAN
Disetujui D.P.R.-G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-28 pada hari Selasa tanggal 20
Juni 1961, P. 130/1961.

Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961
YANG TELAH DICETAK ULANG
Uu 16 1961

More Related Content

What's hot

Sejarah mahkamah agung
Sejarah mahkamah agungSejarah mahkamah agung
Sejarah mahkamah agungheris91
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterFenti Anita Sari
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahananRonalto_Tan
 
Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532merdekacom
 
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesiaSumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesiaRoy Pangkey
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Ilham Mustafa
 
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ilham Mustafa
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 

What's hot (18)

Sejarah mahkamah agung
Sejarah mahkamah agungSejarah mahkamah agung
Sejarah mahkamah agung
 
Kuha per
Kuha perKuha per
Kuha per
 
Perangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga PeradilanPerangkat Lembaga Peradilan
Perangkat Lembaga Peradilan
 
Uu 01 1953
Uu 01 1953Uu 01 1953
Uu 01 1953
 
Hukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana MiliterHukum Acara Pidana Militer
Hukum Acara Pidana Militer
 
8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan8 penangkapan penahanan
8 penangkapan penahanan
 
Kuh+pidana
Kuh+pidanaKuh+pidana
Kuh+pidana
 
KUHP
KUHPKUHP
KUHP
 
Uu 02 1986
Uu 02 1986Uu 02 1986
Uu 02 1986
 
Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532Baleg rj-20200904-085805-1532
Baleg rj-20200904-085805-1532
 
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesiaSumber sumber hukum acara pidana indonesia
Sumber sumber hukum acara pidana indonesia
 
Uu 01 1979
Uu 01 1979Uu 01 1979
Uu 01 1979
 
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
Pengadilan dalam lingkungan_peradilan_umum_mahkam_13
 
Perma 7 2015 -v2
Perma 7 2015 -v2Perma 7 2015 -v2
Perma 7 2015 -v2
 
Uu 08 2004
Uu 08 2004Uu 08 2004
Uu 08 2004
 
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
Ketentuanketentuan pokok kepolisian_negara_(uu_13_13
 
Kitab undang
Kitab undangKitab undang
Kitab undang
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

Argentina Desde El Cielo Camille Sk
Argentina Desde El Cielo  Camille SkArgentina Desde El Cielo  Camille Sk
Argentina Desde El Cielo Camille Sk
 
Uu 18 1952
Uu 18 1952Uu 18 1952
Uu 18 1952
 
Uu 11 1958
Uu 11 1958Uu 11 1958
Uu 11 1958
 
Uu 02 1951
Uu 02 1951Uu 02 1951
Uu 02 1951
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 03 1964
Uu 03 1964Uu 03 1964
Uu 03 1964
 
Ciencias Naturales Definitivo
Ciencias Naturales DefinitivoCiencias Naturales Definitivo
Ciencias Naturales Definitivo
 
Uu 13 1958
Uu 13 1958Uu 13 1958
Uu 13 1958
 
Conceptos Basicos Estadistica Psicologia
Conceptos Basicos Estadistica PsicologiaConceptos Basicos Estadistica Psicologia
Conceptos Basicos Estadistica Psicologia
 

Similar to Uu 16 1961

Uu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agung
Uu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agungUu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agung
Uu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agungrudy_satria
 
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdfUU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdftaniasela95
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009khairu_zikri
 
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Awank Kurniawan
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ilham Mustafa
 
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdfPP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdfIchaaBerliana
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020CIkumparan
 

Similar to Uu 16 1961 (20)

Uu 15 1961
Uu 15 1961Uu 15 1961
Uu 15 1961
 
Uu 05 1991
Uu 05 1991Uu 05 1991
Uu 05 1991
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 16 2004
Uu 16 2004Uu 16 2004
Uu 16 2004
 
Uu 04 04
Uu 04 04Uu 04 04
Uu 04 04
 
Uu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agung
Uu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agungUu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agung
Uu no 1 thn 1950 susunan, kekuasaan dan jalan pengadilan mahkamah agung
 
Uu 04 2004
Uu 04 2004Uu 04 2004
Uu 04 2004
 
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdfUU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
UU Nomor 11 Tahun 2021.pdf
 
Uu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+PjlsUu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+Pjls
 
1986 02 peradilan umum
1986 02 peradilan umum1986 02 peradilan umum
1986 02 peradilan umum
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009
 
Uu 30 2004
Uu 30 2004Uu 30 2004
Uu 30 2004
 
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004Undang Undang nomor 16 tahun 2004
Undang Undang nomor 16 tahun 2004
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
 
Uudrt 01 1951
Uudrt 01 1951Uudrt 01 1951
Uudrt 01 1951
 
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdfPP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
PP_Nomor_39_Tahun_2020.pdf
 
PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020PP Nomor 39 Tahun 2020
PP Nomor 39 Tahun 2020
 
Uu 22 2004
Uu 22 2004Uu 22 2004
Uu 22 2004
 

More from guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

More from guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 
Perpu 01 1950
Perpu 01 1950Perpu 01 1950
Perpu 01 1950
 

Uu 16 1961

  • 1. UNDANG-UNDANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG- Nomor 16 TAHUN 1961 Tentang PEMBENTUKAN KEJAKSAAN TINGGI Presiden Republik Indonesia, Menimbang: bahwa susunan Kejaksaan perlu disempurnakan dengan pembentukan Kejaksaan Tinggi: Mengingat : 1. pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1) dan pasal 24 ayat (2) Undang-undang Dasar; 2. Undang-undang No. 1 Drt tahun 1951 (Lembaran-Negara tahun 1951 No. 9) Jo. Undang-undang No. 1 tahun 1961 (Lembaran-Negara tahun.1961 No. 3); 3. Undang-undang Pokok Kejaksaan pasal 6 ayat (1). 4. Undang-undang No. 10 Prp tahun 1960 (Lembaran-Negara tahun 1960 No. 31); Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong MEMUTUSKAN : MENETAPKAN: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN KEJAKSAAN TINGGI. BAB I SUSUNAN DAN ORGANISASI. Pasal 1. (1) Disamping tiap-tiap Pengadilan Tinggi ada satu Kejaksaan Tinggi yang daerah-hukumnya sama dan yang terdiri atas seorang Jaksa Tinggi sebagai Kepala dan seorang atau lebih Jaksa Tinggi Pengganti. (2) Jumlah Jaksa Tinggi Pengganti dalam suatu Kejaksaan Tinggi ditetapkan oleh Menteri.
  • 2. Pasal 2. Para Jaksa Tinggi dan Jaksa Tinggi Pengganti harus berdiam dalam daerah- hukumnya masing-masing, kecuali jika Menteri dalam keadaan yang memaksa menetapkan lain. Pasal 3. Pembagian pekerjaan antara para Jaksa Tinggi Pengganti pada suatu Kejaksaan Tinggi diatur oleh Kepala Kejaksaan Tinggi. Pasal 4. Untuk dapat menjadi Jaksa Tinggi dan Jaksa Tinggi Pengganti orang harus mempunyai ijazah penghabisan dari Perguruan Tinggi bagian Hukum dan/atau memenuhi syarat-syarat lain, yang ditetapkan dengan peraturan Menteri. BAB II. WEWENANG DAN KEWAJIBAN Pasal 5. (1) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti melakukan wewenang Kejaksaan di daerah hukumnya. (2) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti memimpin dan mengawasi para Jaksa di daerah hukumnya dalam melaksanakan tugas mereka. (3) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti dalam daerah hukumnya melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya oleh suatu peraturan Negara. Pasal 6. (1) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti wajib dengan teliti mengadakan pembukuan mengenai: a. semua perkara yang diurus oleh Kejaksaan-kejaksaan dalam daerah- hukumnya, dengan tiada kecualinya, dengan dijelaskan tentang orang-orang yang tersangkut perkara, tindakan-tindakan yang diambil, siapa yang mengurus perkara dan lain-lain hal yang perlu untuk penjelasan lebih lanjut; b. semua orang tahanan didalam rumah-rumah penjara dari lain-lain tempat dalam daerah-hukumnya, dengan dijelaskan siapa yang memerintahkan penahanan itu: c. barang-barang bukti. (2) Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti harus memberikan laporan mengenai hal-hal tersebut pada ayat (1) di atas kepada Jaksa Agung pada tiap-tiap tiga bulan sekali atau tiap kali diminta.
  • 3. Pasal 7. 7 Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti menyampaikan laporannya dan mengajukan tuntutan kepada Pengadilan Tinggi mengenai perkara perlawanan (requisitoir verzet) terhadap penetapan Pengadilan Negeri, yang diajukan oleh Jaksa. Pasal 8. Jaksa Tinggi/Jaksa Tinggi Pengganti melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap penyalahgunaan wewenang para Jaksa di dalam daerah-hukumnya. BAB III. PERATURAN PERALIHAN. Pasal 9. Perkara-perkara perlawanan terhadap penetapan Pengadilan Negeri, yang pada saat berlakunya undang-undang ini masih ada pada Kejaksaan Agung selanjutnya diurus oleh Jaksa Tinggi untuk dilanjutkan kepada Pengadilan Tinggi. BAB IV. IV. PASAL PENUTUP. Pasal 10. Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan undang- undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta, pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Presiden Republik Indonesia, JUANDA Diundangkan di Jakarta, pada tanggal 30 Juni 1961. Pejabat Sekretaris Negara, SANTOSO
  • 4. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1961 TENTANG PEMBENTUKAN KEJAKSAAN TINGGI. I. UMUM. Dalam rangka perkembangan dan penyempurnaan tugas serta susunan Kejaksaan dalam peradilan umum sesuai dengan suasana pembangunan dan jiwa untuk kembali kepada Undang-undang Dasar 1945 dewasa ini diperlukan adanya Lembaga Kejaksaan Tinggi. Lembaga ini dimaksudkan untuk menjadi jembatan antara Kejaksaan Negeri di daerah-daerah dan Kejaksaan Agung di Pusat. Lembaga Kejaksaan Tinggi ini pada tahun 1948 pernah ada, sebagaimana diatur di dalam Undang-undang 1948 Nomor 19 tentang susunan dan kekuasaan badan-badan Kehakiman dan Kejaksaan. Akan tetapi dengan Undang-undang Nomor 1 Drt tahun 1951 tentang Tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan susunan, kekuasaan dan acara, Pengadilan-pengadilan Sipil, Lembaga Kejaksaan Tinggi ini ditiadakan. Dengan dihapuskannya Kejaksaan Tinggi ini tugas Jaksa pada umumnya menjadi terhambat dan hubungan antara daerah dan Pusat menjadi terlantar. Untuk menghilangkan kepincangan ini oleh Jaksa Agung di waktu yang lampau diambil suatu tindakan, dengan dibentuknya Lembaga Pengawas Kejaksaan-kejaksaan di tiap Propinsi. Lembaga ini sebenarnya tidak diatur di dalam salah suatu perundang-undangan. Dalam masa pembangunan dewasa ini diperlukan suatu kelancaran kerja yang cepat dan dinamis dalam berbagai bidang. Pula di bidang penuntutan dan penyidikan yang selalu diperlukan tindakan yang cepat dan tegas dirasakan perlu adanya Lembaga Kejaksaan Tinggi ini. II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Maksud dari pasal ini ialah bahwa di samping tiap pengadilan Tinggi selalu diadakan Kejaksaan Tinggi dan jika dipandang perlu dapat dibentuk suatu Cabang Kejaksaan Tinggi. Pasal 2 sampai dengan pasal 10. Cukup jelas. -------------------------------- CATATAN Disetujui D.P.R.-G.R. dalam rapat pleno terbuka ke-28 pada hari Selasa tanggal 20 Juni 1961, P. 130/1961. Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 YANG TELAH DICETAK ULANG