SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
1 : 4




                      UNDANG-UNDANG (UU)
                   Nomor: 4 T A H U N 1 9 5 9 ( 4 / 1 9 5 9 )
                   Nomor:
                 Tanggal: 9 MARET 1959 (JAKARTA)
                 Sumber: LN 1959/12; TLN NO. 1747
                            Tentang: POS
                  PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


Menimbang:
a. bahwa quot;Postordonnantie 1935quot; (Staatsblad 1934 No. 720), sebagaimana sudah
   beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang-undang No. 30
   tahun 1956 (Lembaran-Negara tahun 1956 No. 75) dalam beberapa hal tidak
   sesuai lagi dengan keadaan dan tata-negara Republik Indonesia;
b. bahwa berhubung dengan itu quot;Postordonnantie 1935quot; perlu dicabut dan diganti
   dengan Undang-undang baru;

Mengingat:
Pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;
Memutuskan:
A. Mencabut quot;Postordonnantie 1935quot; (Staatsbald 1934 No. 720), sebagaimana
   sudah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan undang-undang No.
   30 tahun 1956 (Lembaran-Negara tahun 1956 No. 75).
B. Menetapkan quot;Undang-undang tentang Posquot;.

                                 Pasal 1.
                     Penyelenggaraan dinas Pos.
1. Dalam Negara Republik Indonesia Dinas Pos dikuasai oleh Negara dan
   diselenggarakan oleh Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon, selanjutnya disebut
   Jawatan P.T.T.
2. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan pekerjaan-pekerjaan apa termasuk
   Dinas Pos.

                                     Pasal 2.
                                   Monopoli.
1. Selain dari Jawatan P.T.T., siapapun juga tidak berwenang menyelenggarakan
   pengangkutan surat atau kartupos dengan memungut biaya.
2. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan pengecualian- pengecualian atas
   ketentuan pada ayat 1.

                                  Pasal 3.
                           Pengangkutan Pos.
1. Setiap pengusaha pengangkutan umum di darat, laut dan udara wajib
   menyelenggarakan pengangkutan pos yang diserahkan kepadanya oleh
   Jawatan P.T.T.
2. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan syarat-syarat yang
   berhubungan dengan pengangkutan pos yang harus dipenuhi oleh nakhoda
   kapal, sebelum ia berangkat dari atau pada waktu ia tiba disesuatu pelabuhan
   Indonesia.
2 : 4




3. Kewajiban pengangkutan pos sebagaimana termaksud dalam ayat 2
   dibebankan juga kepada nakhoda-nakhoda kapal yang digerakkan oleh uap
   atau motor yang khusus untuk sungai-sungai dan perairan dalam dan yang
   besar kotornya pling sedikit 20 meter-kubik. Tetapi ketentuan ini tidak berlaku
   terhadap nakhoda kapal perang.
4. Pengusaha bertanggungjawab atas keselamatan pos yang dirahkan kepadanya
   untuk diangkut. Tanggungjawab ini adalah hanya terhadap negara dan terbatas
   sampai jumlah uang ganti-kerugian yang menurut peraturan-peraturan yang
   berlaku harus dibayar oleh Jawatan P.T.T.
5. Biaya pengangkutan pos dengan semua jenis alat angkutan ditetapkan dengan
   atau kuasa Peraturan Pemerintah.

                                  Pasal 4.
                     Hak Milik Atas Kiriman Pos.
1. Selama belum diserahkan kepada sialamat, kiriman pos tetap merupakan milik
   pengirim.
2. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan-peraturan
   tentang:
      a. cara-cara meminta kembali atau mengubah alamat kiriman pos oleh
         pengirim;
      b. cara-cara mengerjakan kiriman pos yang ditolak oleh si-alamat atau
         buntu karena sebab lain, dengan ketentuan bahwa pembukaan surat-
         surat buntu hanya dapat dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan
         Negeri ditempat kedudukan Pusat Jawatan P.T.T.;
      c. apa yang diartikan dengan kiriman pos.
3. Penyitaan kiriman pos yang berada di dalam Jawatan P.T.T. tidak
   diperkenankan, kecuali dalam hal-hal yang dimaksudkan dalam pasal 13 dari
   Undang-undang ini dan peraturan-peraturan lain.

                                  Pasal 5.
                 Tanggung-Jawab Terhadap Pengirim
1. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan-peraturan
   tentang pemberian ganti-kerugian dengan mengambil sebagai dasar
   ketetapan-ketetapan yang bersangkutan dalam Perjanjian Pos Sedunia dan
   Persetujuan-persetujuannya.
2. Mengenai ganti-kerugian yang tersebut dalam ayat 1, Negara hanya
   bertanggung-jawab terhadap pengirim.
3. Untuk kerugian yang tidak langsung atau keuntungan yang tidak didapat, yang
   disebabkan oleh sesuatu kesalahan dalam penyelenggaraan dinas Pos, begitu
   pula jika kerugian diakibatkan oleh sebab kabar tidak diberikan ganti-
   kerugian.

                                   Pasal 6.
                 Porto, Bea Dan Ukuran Kiriman Pos.
Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan:
a. porto-porto dan bea-bea kiriman pos dalam dan luar negeri, dengan ketentuan
   bahwa porto dan bea dalam negeri tidak akan melebihi porto dan bea luar
   negeri;
b. batas-batas dari ukuran, berat dan isi kiriman pos.
3 : 4




                                  Pasal 7.
                               Bebas Porto.
Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan kebebasan porto-yang mengenai dinas-dinas pemerintahan
dan yang mengenai kepentingan umum.

                                  Pasal 8
                     Hubungan Pos Internasional.
Peraturan-peraturan tentang hubungan pos internasional ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian dan persetujuan-persetujuan tentang pos internasional yang berlaku.

                                  Pasal 9.
                           Larangan-larangan.
Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan jenis benda-benda yang
pengirimannya melalui Pos dilarang.

                                  Pasal 10.
                           Urusan-Urusan Lain.
Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan atau atas
kuasa Peraturan Pemerintah, maka Dinas Pos dapat diserahi pekerjaan-pekerjaan
lain daripada yang disebut pada Pasal 1, ayat 2.

                                      Pasal 11.
                              Peraturan Hukuman.
1.   Dihukum dengan hukuman kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling
     tinggi seribu lima ratus rupiah:
         a. barangsiapa melanggar wewenang yang dimaksud dalam pasal
         b. setiap pengusaha pengangkutan atau nahkoda kapal yang tidak
             memenuhi kewajiban-kewajiban yang dimaksud dalam pasal 3, ayat 1
             dan 2 .
         c. pengiriman dari kiriman pos berisi benda-benda yang termasuk
             larangan-larangan yang dimaksud dalam pasal 9, yang telah
             memberikan perincian yang tidak benar mengenai isinya;
         d. barangsiapa mempergunakan kebebasan porto di luar wewenang yang
             telah diberikan padanya.
2.   Jika sesuatu pelanggaran yang disebut pada ayat 1 diulang di dalam masa dua
     tahun sesudah suatu hukuman yang lebih dahulu diberikan pada yang bersalah
     karena pelanggaran yang sama mendapat kekuatan sah maka hukuman
     kurungan dapat ditambah dengan sepertiga dan denda dengan separohnya.
3.   Peraturan Pemerintah yang ditetapkan atas kuasa atau untuk menyelenggarakan
     Undang-undang ini, dapat mengancam hukuman yang tidak melebihi hukuman-
     hukuman yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.
4.   Jika perbuatan pidana dilakukan oleh atau atas tanggungjawab sesuatu badan
     hukum, maka tuntutan dilakukan terhadap dan hukuman diberikan pada para
     anggauta pengurus, kecuali jika mereka dapat membuktikan bahwa perbuatan
     itu tidak disebabkan oleh kesalahan mereka.
5.   Perbuatan-perbuatan pidana yang disebut dalam Undang- undang ini dianggap
     sebagai pelanggaran.
4 : 4




                                Pasal 12.
                  Tanggung-Jawab Dari Pengirim.
Barangsiapa melakukan pelanggaran termaksud dalam pasal 11, ayat 1 sub c maka
selain diancam dengan hukuman, ia diwajibkan pula membayar ganti-kerugian
dalam hal pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian bagi Negara.

                                         Pasal 13.
             P e g a w a i -P e g a w a i P e n g u s u t T i n d a k -Pidana.
1. Selain pegawai-pegawai yang bertugas mengusut perbuatan pidana,
   pengusutan atas pelanggaran Undang-undang ini serta peraturan-peraturan
   penyelenggaraannya dapat dilakukan juga oleh pegawai-pegawai Jawatan
   P.T.T. dan Jawatan Bea dan Cukai.
2. Untuk pengusutan itu mereka boleh menahan dan menggeledah alat-alat
   angkutan yang diduga dipergunakan untuk pelanggaran itu serta menyita
   kiriman pos-kiriman pos yang bersangkutan, tetapi hanya sesudah mereka
   mendapat perintah dari pihak penguasa yang ditetapkan dengan Peraturan
   Pemerintah. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pengusutan itu ditetapkan
   dengan Peraturan Pemerintah.

                                  Pasal 14.
Ketentuan-ketentuan guna menjamin kelancaran
penyelenggaraan Undang-undang ini.
Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan segala sesuatu yang perlu
guna menjamin kelancaran penyelenggaraan Undang-undang ini.

                                 Pasal 15.
Undang-undang ini dapat disebut quot;Undang-undang Posquot; dan mulai berlaku pada
tanggal yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran- Negra Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta.
pada tanggal 9 Maret 1959.
Presiden Republik Indonesia,
SOEKARNO

Diundangkan
pada tanggal 14 Maret 1959.
Menteri Kehakiman,
G.A. MAENGKOM

Menteri Perhubungan,
SUKARDAN.

More Related Content

What's hot

Pasal pasal
Pasal pasalPasal pasal
Pasal pasalumum
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Penetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkaraPenetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkaraEka Ramadhani
 
Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99mapjmakassar
 
Kuhp bab-xii-pemalsuan-surat
Kuhp bab-xii-pemalsuan-suratKuhp bab-xii-pemalsuan-surat
Kuhp bab-xii-pemalsuan-suratKiki Nurhasanah
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Meti makalah
Meti makalahMeti makalah
Meti makalahAcoed
 
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...mapjmakassar
 

What's hot (17)

Pasal pasal
Pasal pasalPasal pasal
Pasal pasal
 
Pidana Pajak Daerah
Pidana Pajak DaerahPidana Pajak Daerah
Pidana Pajak Daerah
 
Uudrt 01 1951
Uudrt 01 1951Uudrt 01 1951
Uudrt 01 1951
 
Kitab undang
Kitab undangKitab undang
Kitab undang
 
Uu 01 1979
Uu 01 1979Uu 01 1979
Uu 01 1979
 
KUHP
KUHPKUHP
KUHP
 
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum materiil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Penetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkaraPenetapan panjar biaya perkara
Penetapan panjar biaya perkara
 
Uu 08 2004
Uu 08 2004Uu 08 2004
Uu 08 2004
 
Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99Tindak pidana korupsi 31 99
Tindak pidana korupsi 31 99
 
Kuhp bab-xii-pemalsuan-surat
Kuhp bab-xii-pemalsuan-suratKuhp bab-xii-pemalsuan-surat
Kuhp bab-xii-pemalsuan-surat
 
Uu 04 04
Uu 04 04Uu 04 04
Uu 04 04
 
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Hukum formil tindak pidana korupsi (Idik Saeful Bahri)
 
Meti makalah
Meti makalahMeti makalah
Meti makalah
 
Uu 06 1950
Uu 06 1950Uu 06 1950
Uu 06 1950
 
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
Undang undang no. 20 tahhttp://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/168768...
 
Uu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+PjlsUu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+Pjls
 

Viewers also liked

Los sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICLos sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICAutoritas Consulting
 
Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)
Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)
Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)guest09adbf
 
Campo Com..
Campo Com..Campo Com..
Campo Com..cris
 
Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6elenac
 

Viewers also liked (7)

Narcis Comadira
Narcis ComadiraNarcis Comadira
Narcis Comadira
 
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TICLos sistemas políticos de decisión y las TIC
Los sistemas políticos de decisión y las TIC
 
Uudrt 16 1957
Uudrt 16 1957Uudrt 16 1957
Uudrt 16 1957
 
Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)
Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)
Possibilities of Russian startups (Web2People, Social Experience 2008 Moscow)
 
Uu 19 1956
Uu 19 1956Uu 19 1956
Uu 19 1956
 
Campo Com..
Campo Com..Campo Com..
Campo Com..
 
Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6Leyendas 4º A Mº 6
Leyendas 4º A Mº 6
 

Similar to Uu 04 1959

UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum PidanaUU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum PidanaImam Prastio
 
Kuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuKuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuSei Enim
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)jimsoktovianus
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)aanpalisury
 
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiUU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiKacung Abdullah
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950guest150909
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023CIkumparan
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfAkunPremium123
 
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)Hendie Cahya Maladewa
 

Similar to Uu 04 1959 (20)

Kuh+pidana
Kuh+pidanaKuh+pidana
Kuh+pidana
 
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum PidanaUU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
UU No. 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
 
Uu 36 1953
Uu 36 1953Uu 36 1953
Uu 36 1953
 
Uu 13 1951
Uu 13 1951Uu 13 1951
Uu 13 1951
 
Kuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatuKuhp buku kesatu
Kuhp buku kesatu
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
 
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
Codigo penal indonesio_(bahasa_indonesia)
 
Uu 07 1952
Uu 07 1952Uu 07 1952
Uu 07 1952
 
KUHP.pdf
KUHP.pdfKUHP.pdf
KUHP.pdf
 
Uu 01 1952
Uu 01 1952Uu 01 1952
Uu 01 1952
 
Uu 05 1964
Uu 05 1964Uu 05 1964
Uu 05 1964
 
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiUU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU RI No. 31 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 
Hukum pajak-2
Hukum pajak-2Hukum pajak-2
Hukum pajak-2
 
Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950Uudarurat 20 1950
Uudarurat 20 1950
 
RKUHP-FULLL.pdf
RKUHP-FULLL.pdfRKUHP-FULLL.pdf
RKUHP-FULLL.pdf
 
UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023UU Nomor 1 Tahun 2023
UU Nomor 1 Tahun 2023
 
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdfUU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
UU Nomor 1 Tahun 2023.pdf
 
Perpu 06 1963
Perpu 06 1963Perpu 06 1963
Perpu 06 1963
 
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
PP No 3 Tahun 2009 (Pengawasan Pengangkutan Barang Tertentu Dalam Daerah Pabean)
 
Uudrt 14 1951
Uudrt 14 1951Uudrt 14 1951
Uudrt 14 1951
 

More from guest150909

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industriguest150909
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kamparguest150909
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaranguest150909
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4guest150909
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950guest150909
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950guest150909
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950guest150909
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950guest150909
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950guest150909
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950guest150909
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950guest150909
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950guest150909
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950guest150909
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasiguest150909
 

More from guest150909 (20)

Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah IndustriPengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Limbah Industri
 
Usul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S KamparUsul Peningkatanstatus S Kampar
Usul Peningkatanstatus S Kampar
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4Amandemen Uud Ke4
Amandemen Uud Ke4
 
Keppres 32 1990
Keppres 32 1990Keppres 32 1990
Keppres 32 1990
 
Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950Uudarurat 42 1950
Uudarurat 42 1950
 
Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950Uudarurat 41 1950
Uudarurat 41 1950
 
Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950Uudarurat 39 1950
Uudarurat 39 1950
 
Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950Uudarurat 08 1950
Uudarurat 08 1950
 
Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950Uudarurat 26 1950
Uudarurat 26 1950
 
Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950Uudarurat 31 1950
Uudarurat 31 1950
 
Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950Uudarurat 33 1950
Uudarurat 33 1950
 
Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950Uudarurat 36 1950
Uudarurat 36 1950
 
Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950Uudarurat 06 1950
Uudarurat 06 1950
 
Uu 08 1950
Uu 08 1950Uu 08 1950
Uu 08 1950
 
Uu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 UudsUu 07 1950 Uuds
Uu 07 1950 Uuds
 
Uu 01 1950
Uu 01 1950Uu 01 1950
Uu 01 1950
 
Uu 04 1950
Uu 04 1950Uu 04 1950
Uu 04 1950
 
Uu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 GrasiUu 03 1950 Grasi
Uu 03 1950 Grasi
 
Uu 02 1950
Uu 02 1950Uu 02 1950
Uu 02 1950
 

Uu 04 1959

  • 1. 1 : 4 UNDANG-UNDANG (UU) Nomor: 4 T A H U N 1 9 5 9 ( 4 / 1 9 5 9 ) Nomor: Tanggal: 9 MARET 1959 (JAKARTA) Sumber: LN 1959/12; TLN NO. 1747 Tentang: POS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa quot;Postordonnantie 1935quot; (Staatsblad 1934 No. 720), sebagaimana sudah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan Undang-undang No. 30 tahun 1956 (Lembaran-Negara tahun 1956 No. 75) dalam beberapa hal tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tata-negara Republik Indonesia; b. bahwa berhubung dengan itu quot;Postordonnantie 1935quot; perlu dicabut dan diganti dengan Undang-undang baru; Mengingat: Pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; Memutuskan: A. Mencabut quot;Postordonnantie 1935quot; (Staatsbald 1934 No. 720), sebagaimana sudah beberapa kali diubah dan ditambah, terakhir dengan undang-undang No. 30 tahun 1956 (Lembaran-Negara tahun 1956 No. 75). B. Menetapkan quot;Undang-undang tentang Posquot;. Pasal 1. Penyelenggaraan dinas Pos. 1. Dalam Negara Republik Indonesia Dinas Pos dikuasai oleh Negara dan diselenggarakan oleh Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon, selanjutnya disebut Jawatan P.T.T. 2. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan pekerjaan-pekerjaan apa termasuk Dinas Pos. Pasal 2. Monopoli. 1. Selain dari Jawatan P.T.T., siapapun juga tidak berwenang menyelenggarakan pengangkutan surat atau kartupos dengan memungut biaya. 2. Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan pengecualian- pengecualian atas ketentuan pada ayat 1. Pasal 3. Pengangkutan Pos. 1. Setiap pengusaha pengangkutan umum di darat, laut dan udara wajib menyelenggarakan pengangkutan pos yang diserahkan kepadanya oleh Jawatan P.T.T. 2. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan syarat-syarat yang berhubungan dengan pengangkutan pos yang harus dipenuhi oleh nakhoda kapal, sebelum ia berangkat dari atau pada waktu ia tiba disesuatu pelabuhan Indonesia.
  • 2. 2 : 4 3. Kewajiban pengangkutan pos sebagaimana termaksud dalam ayat 2 dibebankan juga kepada nakhoda-nakhoda kapal yang digerakkan oleh uap atau motor yang khusus untuk sungai-sungai dan perairan dalam dan yang besar kotornya pling sedikit 20 meter-kubik. Tetapi ketentuan ini tidak berlaku terhadap nakhoda kapal perang. 4. Pengusaha bertanggungjawab atas keselamatan pos yang dirahkan kepadanya untuk diangkut. Tanggungjawab ini adalah hanya terhadap negara dan terbatas sampai jumlah uang ganti-kerugian yang menurut peraturan-peraturan yang berlaku harus dibayar oleh Jawatan P.T.T. 5. Biaya pengangkutan pos dengan semua jenis alat angkutan ditetapkan dengan atau kuasa Peraturan Pemerintah. Pasal 4. Hak Milik Atas Kiriman Pos. 1. Selama belum diserahkan kepada sialamat, kiriman pos tetap merupakan milik pengirim. 2. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan-peraturan tentang: a. cara-cara meminta kembali atau mengubah alamat kiriman pos oleh pengirim; b. cara-cara mengerjakan kiriman pos yang ditolak oleh si-alamat atau buntu karena sebab lain, dengan ketentuan bahwa pembukaan surat- surat buntu hanya dapat dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri ditempat kedudukan Pusat Jawatan P.T.T.; c. apa yang diartikan dengan kiriman pos. 3. Penyitaan kiriman pos yang berada di dalam Jawatan P.T.T. tidak diperkenankan, kecuali dalam hal-hal yang dimaksudkan dalam pasal 13 dari Undang-undang ini dan peraturan-peraturan lain. Pasal 5. Tanggung-Jawab Terhadap Pengirim 1. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan-peraturan tentang pemberian ganti-kerugian dengan mengambil sebagai dasar ketetapan-ketetapan yang bersangkutan dalam Perjanjian Pos Sedunia dan Persetujuan-persetujuannya. 2. Mengenai ganti-kerugian yang tersebut dalam ayat 1, Negara hanya bertanggung-jawab terhadap pengirim. 3. Untuk kerugian yang tidak langsung atau keuntungan yang tidak didapat, yang disebabkan oleh sesuatu kesalahan dalam penyelenggaraan dinas Pos, begitu pula jika kerugian diakibatkan oleh sebab kabar tidak diberikan ganti- kerugian. Pasal 6. Porto, Bea Dan Ukuran Kiriman Pos. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan: a. porto-porto dan bea-bea kiriman pos dalam dan luar negeri, dengan ketentuan bahwa porto dan bea dalam negeri tidak akan melebihi porto dan bea luar negeri; b. batas-batas dari ukuran, berat dan isi kiriman pos.
  • 3. 3 : 4 Pasal 7. Bebas Porto. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan kebebasan porto-yang mengenai dinas-dinas pemerintahan dan yang mengenai kepentingan umum. Pasal 8 Hubungan Pos Internasional. Peraturan-peraturan tentang hubungan pos internasional ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian dan persetujuan-persetujuan tentang pos internasional yang berlaku. Pasal 9. Larangan-larangan. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan jenis benda-benda yang pengirimannya melalui Pos dilarang. Pasal 10. Urusan-Urusan Lain. Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah, maka Dinas Pos dapat diserahi pekerjaan-pekerjaan lain daripada yang disebut pada Pasal 1, ayat 2. Pasal 11. Peraturan Hukuman. 1. Dihukum dengan hukuman kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling tinggi seribu lima ratus rupiah: a. barangsiapa melanggar wewenang yang dimaksud dalam pasal b. setiap pengusaha pengangkutan atau nahkoda kapal yang tidak memenuhi kewajiban-kewajiban yang dimaksud dalam pasal 3, ayat 1 dan 2 . c. pengiriman dari kiriman pos berisi benda-benda yang termasuk larangan-larangan yang dimaksud dalam pasal 9, yang telah memberikan perincian yang tidak benar mengenai isinya; d. barangsiapa mempergunakan kebebasan porto di luar wewenang yang telah diberikan padanya. 2. Jika sesuatu pelanggaran yang disebut pada ayat 1 diulang di dalam masa dua tahun sesudah suatu hukuman yang lebih dahulu diberikan pada yang bersalah karena pelanggaran yang sama mendapat kekuatan sah maka hukuman kurungan dapat ditambah dengan sepertiga dan denda dengan separohnya. 3. Peraturan Pemerintah yang ditetapkan atas kuasa atau untuk menyelenggarakan Undang-undang ini, dapat mengancam hukuman yang tidak melebihi hukuman- hukuman yang ditetapkan dalam Undang-undang ini. 4. Jika perbuatan pidana dilakukan oleh atau atas tanggungjawab sesuatu badan hukum, maka tuntutan dilakukan terhadap dan hukuman diberikan pada para anggauta pengurus, kecuali jika mereka dapat membuktikan bahwa perbuatan itu tidak disebabkan oleh kesalahan mereka. 5. Perbuatan-perbuatan pidana yang disebut dalam Undang- undang ini dianggap sebagai pelanggaran.
  • 4. 4 : 4 Pasal 12. Tanggung-Jawab Dari Pengirim. Barangsiapa melakukan pelanggaran termaksud dalam pasal 11, ayat 1 sub c maka selain diancam dengan hukuman, ia diwajibkan pula membayar ganti-kerugian dalam hal pelanggaran tersebut menimbulkan kerugian bagi Negara. Pasal 13. P e g a w a i -P e g a w a i P e n g u s u t T i n d a k -Pidana. 1. Selain pegawai-pegawai yang bertugas mengusut perbuatan pidana, pengusutan atas pelanggaran Undang-undang ini serta peraturan-peraturan penyelenggaraannya dapat dilakukan juga oleh pegawai-pegawai Jawatan P.T.T. dan Jawatan Bea dan Cukai. 2. Untuk pengusutan itu mereka boleh menahan dan menggeledah alat-alat angkutan yang diduga dipergunakan untuk pelanggaran itu serta menyita kiriman pos-kiriman pos yang bersangkutan, tetapi hanya sesudah mereka mendapat perintah dari pihak penguasa yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Hal-hal lain yang berhubungan dengan pengusutan itu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 14. Ketentuan-ketentuan guna menjamin kelancaran penyelenggaraan Undang-undang ini. Dengan atau atas kuasa Peraturan Pemerintah ditetapkan segala sesuatu yang perlu guna menjamin kelancaran penyelenggaraan Undang-undang ini. Pasal 15. Undang-undang ini dapat disebut quot;Undang-undang Posquot; dan mulai berlaku pada tanggal yang akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran- Negra Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta. pada tanggal 9 Maret 1959. Presiden Republik Indonesia, SOEKARNO Diundangkan pada tanggal 14 Maret 1959. Menteri Kehakiman, G.A. MAENGKOM Menteri Perhubungan, SUKARDAN.