1. Problem Solving1
Oleh Enjang Muhaemin2
Setiap manusia,
tentunya memiliki masalah (problem).
Dan pastinya, tidak ada satu pun manusia
di muka bumi ini, yang hidup tanpa masalah.
Kuncinya ada pada bagaimana kita menyikapinya:
terpicu dan terpacu untuk memecahkannya
atau sebaliknya berlari dan menghindar
atas masalah yang kita hadapi.
P
ERTAMA, yang membedakan satu dengan lainnya hanyalah kuantitas
dan kualitas masalahnya. Ada yang banyak, ada yang sedikit. Ada
yang berat, ada yang ringan. Ada yang kompleks, ada yang sederhana.
Kedua, yang membedakannya yakni kemampuan di dalam memecahkan masalah
(problem solving).
Organisasi atau lembaga mana pun, juga sama dengan manusia. Tidak akan
pernah steril dari masalah. Selalu ada, dan akan tetap ada. Mungkin Anda akan
berkata, “Bila demikian apa perlunya kita mengupas dan membahasnya. Dan buat
apa pula berusaha memecahkannya?” Kawan di samping Anda mungkin akan
lebih sewot lagi: “Iya yah, kayak nggak ada kerjaan saja. Buang-buang waktu,
tau!”
Sebentar, jangan sewot dulu dong! Kita kan belum tuntas, masih pemanasan, gitu
lho! Maksud saya, begini! Kendati masalah itu selalu ada, dan akan tetap ada, bila
kita pandai menyikapinya, maka masalah justru akan memunculkan dampak
positif dan amat bermanfaat. Kuncinya ada pada bagaimana kita menyikapinya:
1
Disampaikan sebagai pengantar diskusi pada Orientasi Mahasiswa Ciamis Galuh Taruna
[RIUNG GALUH] Komisariat UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 3 Desember 2011, di ‘Villa’
Cigendel, Sumedang.
2
Ketua Yayasan Galuh Taruna Bandung, Mantan Ketua Umum KMC GT Th 1990-1991, Staf
Pengajar Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung
1
2. terpicu dan terpacu untuk memecahkannya atau sebaliknya berlari dan
menghindar atas masalah yang kita hadapi.
Ketika masalah menghadang sebenarnya tak ubahnya pedang bermata dua. Bisa
bermanfaat, juga bisa menimbulkan madarat. Sangat tergantung pada kemampuan
kita menghadapinya. Tidak besar, tidak kecil, semua organisasi pasti memiliki
masalah. Keberadaan dan kehadiran masalah, sejatinya membuat sebuah
organisasi menjadi hidup, dinamis, kreatif, dan inovatif. Orang-orang yang
terlibat di dalamnya, juga menjadi tertantang untuk memecahkannya, dan mencari
jalan keluarnya.
Semakin cerdas para aktivis organisasi memecahkan masalah, akan semakin maju
sebuah organisasi. Jatuh bangun dalam memecahkan masalah akan memberikan
nilai tambah yang tidak terduga sebelumnya: pengalaman, pengetahuan, dan
kesuksesan. Namun sebaliknya, bila sebuah masalah dibiarkan tumbuh
berkembang, ia tak ubahnya kanker ganas yang semakin lama akan semakin
berbahaya. Ia akan menjalar ke sekujur tubuh. Bila ini terjadi, berarti ajal bakal
segera menjemput. Kenyataan ini akan sama persis terjadi pada tubuh organisasi
yang membiarkan beragam masalah tumbuh menggerogotinya.
Lima Pola Pemecahan Masalah
Umumnya kita bergerak sesuai dengan kebiasaan. Pagi-pagi setelah sarapan, Anda
berangkat ke kampus. Anda mengeluarkan motor dari garasi, memasukkan kunci,
dan menstarter motor Anda. Jalan yang Anda tempuh juga hampir tidak disadari.
Semua berjalan seperti otomotis. “Masalah timbul, ketika ada peristiwa yang tidak
dapat diatasi dengan perilaku rutin,” kata Jalaluddin Rakhmat.
Misalnya, motor Anda tiba-tiba mogok, jalanan macet, atau tugas kuliah
ketinggalan, padahal harus dikumpulkan hari itu juga. Masalah timbul
menghadang. Anda bingung, resah, kalang kabut, tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Anda bertabrakan dengan situasi yang harus anda atasi. Inilah yang
kita sebut situasi masalah (problem situation).
Contoh di atas mengajarkan pada kita bahwa masalah adalah peristiwa di saat
perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab tertentu. Ini definisi masalah
2
3. yang pertama. Bagaimana menghadapi dan mengatasinya? Motor mogok, anda
slah berkali-kali; tugas kuliah ketinggalan, anda bikin ulang di kelas; pacar anda
mogok bicara, anda membujuknya. Ini cara pertama yang biasa kita lakukan.
Pemecahan masalah dengan pola yang rutin.
Bila cara itu masih juga gagal, apa yang anda lakukan? Anda mencoba menggali
memori anda untuk mengetahui cara-cara apa saja yang efektif pada masa lalu.
Motor mogok, didorong. Tugas kuliah ketinggalan, Anda telepon orang rumah
untuk mengantarkannya ke sekolah. Pacar anda mogok bicara, anda merengek-
rengek minta maaf. Ini cara kedua di dalam memecahkan masalah—tentu bila
cara pertama gagal—yakni dengan menggali memori di masa yang sudah-sudah.
Pemecahan ini, intinya, berdasarkan pengalaman. Sementara yang pertama
berdasarkan kebiasaan.
Kalau masih saja gagal, apa yang biasa Anda lakukan? Cara ketiga bisa jadi
pilihan: mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah anda ingat atau
yang dapat anda pikirkan. Semua anda coba. Ini disebut penyelesaian mekanis
(mechanical solution) dengan uji coba (trial and error).
Andai hasilnya gagal juga, maka anda dapat menggunakan lambang-lambang
verbal atau grafis untuk mengatasi masalah. Anda mencoba memahami situasi
yang terjadi, mencari jawaban, dan menemukan kesimpulan yang tepat. Anda
mungkin menggunakan deduksi, atau induksi. Namun karena anda jarang
memperoleh informasi lengkap, anda lebih sering menggunakan analogi.
Pemecahan masalah, juga terkadang terjadi dengan apa yang lazim kita sebut
dengan insight solution. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran anda suatu pemecahan.
“Aha, sekarang saya tahu, pacar saya marah karena saya berdekatan dengan
cewek lain, saya harus minta maaf.” Kilasan pemecahan masalah ini juga disebut
Aha Erlebnis (pengalaman Aha). []
______
Email : enjang.muhaemin@gmail.com
Blog : www.enjangmuhaemin.blogspot.com [Studi Kajian Media]
www.enjang-muhaemin.blogspot.com [Lentera Opini]
3