Dokumen tersebut membahas tentang LGBT, pandangan Gereja Katolik terhadap homoseksualitas, dan pendapat beberapa bapa gereja terkait topik ini. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi homoseksualitas, pandangan Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik yang menganggap hubungan sesama jenis sebagai perbuatan yang menyimpang, namun menekankan pentingnya menghormati hak asasi setiap individu.
3. Homoseksualitas adalah hubungan antara
para pria atau wanita, yang merasa diri tertarik
dalam hubungan seksual, semata-mata atau
terutama, kepada orang sejenis kelamin.
3
5. “Perbuatan itu melawan hukum kodrat, karena
kelanjutan kehidupan tidak mungkin terjadi waktu
persetubuhan. Perbuatan itu tidak berasal dari satu
kebutuhan benar untuk saling melengkapi secara afektif
dan seksual. Bagaimanapun perbuatan itu tidak dapat
dibenarkan.
- KGK 2357
6. “Mereka harus diarahkan agar dapat memenuhi
kehendak Allah dalam kehidupannya, dengan
hidup murni, melalui kebajikan dan pengendalian
diri dan mendekatkan diri pada Tuhan melalui
doa dan sakramen, menuju kesempurnaan
Kristen
- KGK 2358-2359
15. Manusia sebagai gambaran Allah, diciptakan “laki-laki dan
perempuan” (Kej 1:27)
Perkawinan ditetapkan oleh Tuhan sebagai bentuk kehidupan
di mana sebuah persekutuan pribadi dinyatakan dengan
melibatkan kemampuan seksual.
Tuhan telah menghendaki untuk memberikan kepada
persatuan antara pria dan wanita sebuah partisipasi/
kerjasama yang istimewa di dalam karya penciptaan-Nya.
17. 4. Hukum yang melegalkan
‘perkawinan’ homoseksual tidak
sejalan dengan akal budi yang benar
18. 5. Konsekuensi pengakuan hukum
perkawinan homoseksual dapat
berpengaruh negatif terhadap
kepentingan bersama
19. 6. Pengakuan hukum perkawinan
homoseksual tidak sama dengan
pengakuan terhadap hak-hak sebagai
warganegara
20. 7. Penghormatan kepada kaum homoseksual
tidak dapat mengarah kepada persetujuan
terhadap prilaku homoseksual ataupun
pengakuan hukum terhadap perkawinan
homoseksual
22. "If they accept the Lord and have
goodwill, who am I to judge
them?"
23. "Sometimes it happens that you feel
disappointed, discouraged, abandoned by
all: but God does not forget his
children, he never abandons them! He is
always at our side, especially in trying
times."
24. "I ask you to pray fervently for this
intention," the Pope continued, "so
that Christ can take even what might
seem to us impure, scandalous or
threatening, and turn it ... into a
miracle. Families today need miracles!"
25. "We have to find a way to help that
father or that mother to stand by their
[LGBTQ] son or daughter."
26. "Let's think of the nuclear arms, of the
possibility to annihilate in a few instants a
very high number of human beings. Let's think
also of genetic manipulation, of the
manipulation of life, or of the gender theory,
that does not recognize the order of creation.
27. "The family is threatened by growing efforts on
the part of some to redefine the very institution
of marriage, by relativism, by the culture of the
ephemeral, by a lack of openness to life.“
28. "[...] I wish to express my appreciation
to the entire Slovak church,
encouraging everyone to continue
their efforts in defense of the family,
the vital cell of society."
31. Hukuman mati adalah suatu hukuman atau
vonis yang dijatuhkan pengadilan (atau tanpa
pengadilan) sebagai bentuk hukuman terberat yang
dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya.
33. “Siapa yang menumpahkan darah
manusia, darahnya akan tertumpah
oleh manusia, sebab Allah
membuat manusia itu menurut
gambar-Nya sendiri
- Kej 9:6
34. “Siapa yang memukul seseorang, sehingga mati,
pastilah Ia dihukum mati. Apabila seseorang berlaku
angkara terhadap sesamanya, hingga Ia membunuhnya
dengan tipu daya, maka engkau harus mengambil
orang itu dari mezbah-Ku, supaya ia mati dibunuh
- Kel 21:12, 14
35. “Daud melakukan perzinahan dan
pembunuhan, namun Allah tidak
menuntut supaya nyawanya diambil
‐ 2 Samuel 11:1-5; 14-17; 2 Samuel 12:13
36. “Sebab upah dosa ialah maut:
tetapi karunia Allah ialah hidup
yang kekal dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita
- Roma 6:23
37. “Akan tetapi Allah menunjukkan
kasih-Nya kepada kita, oleh
karena Kristus telah mati untuk
kita, ketika kita masih berdosa.
‐ Roma 5:8
39. Katekismus Romawi berdasarkan dekret Konsili Trente (1566)
Hukuman mati merupakan wewenang otoritas
sipil yang diserahi kuasa atas hidup dan mati; dengan
pelaksanaan legal dan yudisial mereka menghukum
orang bersalah dan melindungi orang tak bersalah.
40. Katekismus Gereja Katolik (11 Agustus 1992)
Ajaran tradisional Gereja mengakui dan
mendasari hak dan kewajiban otoritas publik yang
legitim untuk menghukum penjahat dengan hukuman
yang setimpal dengan beratnya kejahatan, tak
terkecuali dalam kasus yang amat berat, hukuman
mati.
41. KGK No.2267
Bila sarana tak berdarah cukup untuk membela
hidup manusia melawan penyerang dan untuk melindungi
tatanan publik dan keamanan orang, otoritias publik
hendaknya membatasi diri dengan mempergunakan sarana
seperti itu, karena lebih sesuai dengan kondisi konkret
kepentingan umum dan lebih selaras dengan martabat
manusia
42. Ensiklik Evangelium Vitae No 55-57 (25 Maret 1995)
Jelaslah bahwa untuk pencapaian tujuan ini (melindungi
masyarakat), hakikat dan lingkup hukuman harus dinilai dan
diputuskan dengan seksama, dan tak perlu terlalu jauh sampai
melaksanakan eksekusi mati bagi pelanggar kecuali dalam kasus-
kasus yang mutlak perlu; dengan kata lain, bila mustahil dengan
cara lain melindungi masyrakat. Namun dewasa ini sebagai hasil
perbaikan terus-menerus dalam penataan sistem pidana, kasus
demikian amat jarang, kalau tidak praktis tidak ada” (No 56)
44. Hukuman mati
mencederai
prinsip hak hidup
yang tidak bisa
diganggu-gugat
dan martabat
pribadi manusia.
Hukuman mati melawan
rencana Allah terhadap
manusia dan masyarakat
dan juga keadilan-Nya yang
penuh kerahiman, dan tidak
sesuai dengan tujuan
hukuman yang adil.
Hukuman mati
tidak
memperlakukan
korban dengan
adil, tetapi
bernada
pembalasan
47. Bunuh diri adalah, perbuatan menghentikan
hidup sendiri, yang dilakukan oleh individu itu sendiri.
Namun, bunuh diri ini dapat dilakukan pula oleh
tangan orang lain. Misal: jika korban meminta
seseorang untuk membunuhnya, maka ini sama
dengan Ia telah menghabisi nyawanya sendiri.
Menghilangkan nyawa, menghabisi hidup atau
membuat diri menjadi mati oleh sebab tangan kita
atau tangan suruhan adalah perbuatan-perbuatan
yang termasuk dengan bunuh diri.
48. Egoistic suicide
Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-
norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk
dijadikan panduan hidupnya.
anomic suicide
Bunuh diri yang dilakukan ketika tatanan, hukum-hukum,
serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami
kekosongan.
JENISBUNUHDIRI
49. altruistic suicide
Bunuh diri yang dilakukan kalangan anggota militer.
Fenomena ini sering dilakukan tentara Jepang pada PD II
dengan menghancurkan kekuatan musuh.
Fatalistic suicide
Akibat dari regulasi atau pengaturan yang berjalan secara
bersambung dan berlebihan terhadap kehidupan individu
JENISBUNUHDIRI
50. TANDABUNUHDIRI
Membenci diri sendiri
Berbicara mengenai
bunuh diri
Mencari alat-alat
yang berbahaya
Munculnya pembicaraan tentang mengakhiri
hidup dan hal apapun yang tidak diinginkan
Merasa tidak berharga
Merasa malu dengan diri sendiri
Menyukai/muncul sebuah puisi, lagu,
bacaan atau apapun yang berbau kematian
Mengasingkan diri dari keluarga,
teman atau lingkungan sekitar
51. Upaya Pencegahan Bunuh Diri
Untuk diri sendiri :
‐ Tanamkan pada diri sendiri
bahwa bunuh diri adalah
tindakan yang sia-sia, egois dan
tidak akan menyelesaikan
masalah apapun.
‐ Menjalani hobi dan aktifitas
yang diminati
‐ Luangkan waktu sejenak dari
aktifitas keseharian untuk
(seperti) meditasi, liburan dan
mendengarkan musik.
Untuk orang lain :
‐ Dengarkan keluh kesah
seseorang yang depresi ( yang
di rasa akan mengakhiri
hidupnya sendiri )
‐ Tetap ingat bahwa beban pikul
seseorang berbeda-beda. Meski
kita tahu bahwa permasalahan
orang itu remeh.