1. Berbagai Bentuk Lapisan Batubara
Bentuk cekungan, proses sedimentasi, proses geologi selama dan sesudah proses
coalification akan menentukan bentuk lapisan batubara. Mengetahui bentuk
lapisan batubara sangat menentukan dalam menghitung cadangan dan
merencanakan cara penambangannya. Dikenal beberapa bentuk lapisan batubara
yaitu :
1. Bentuk Horse Back
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan
sedimen yang menutupinya melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya
kompresi. Tingkat perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya
kompresi. Makin kuat gaya kompresi yang berpengaruh, makin besar
tingkat perlengkungannya. Ke arah lateral lapisan batubara mungkin akan
sama tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini dapat terlihat langsung
pada singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di lapangan
(dalam skala kecil), atau dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa
lubang pemboran eksplorasi pada saat dilakukan coring secara sistematis.
Akibat dari perlengkungan ini lapisan batubara terlihat terpecah-pecah
akibatnya batubara menjadi kurang kompak.
Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan
mengakibatkan sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di
atasnya, bersama air tanah akan masuk di antara rekahan lapisan batubara.
Kejadian ini akan megakibatkan apabila batubara tersebut ditambang,
batubara mengalami pengotoran (kontaminasi) dalam bentuk butiran-
butiran batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik, sehingga batubara
menjadi tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan, apabila
batubara tersebut akan dipergunakan sebagai bahan bakar.
2. Gambar 8.1: Perlapisan Batubara Berbentuk Horse Back
2. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah.
Pada umumnya bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan
batuan yang plastis misalnya batulempung sedang di atas lapisan batubara
secara setempat ditutupi oleh batupasir yang secara lateral merupakan
pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan, bentuk pinch ini bukan
merupakan penampakan tunggal, melainkan merupakan penampakan yang
berulang-ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa meter
sampai puluhan meter. Dalam proses penambangan batubara, batupasir
yang mengisi pada alur-alur tersebut tidak terhindarkan ikut tergali,
sehingga keberadaan fragmen-fragmen batupasir tersebut juga dianggap
sebagai pengotor anorganik..
Gambar 8.2: Perlapisan Batubara Berbentuk Pinch
3. 3. Bentuk Clay Vein
Bentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara
terdapat urat lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu
seri lapisan batubara mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan
yang merupakan rekahan terbuka terisi oleh material lempung ataupun
pasir. Apabila batubaranya ditambang, bentukan Clay Vein ini dipastikan
ikut tertambang dan merupakan pengotor anorganik (mineral matter) yang
tidak diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan apabila batubara tersebut
akan dikonsumsi sebagai bahan bakar.
Gambar 8.3: Perlapisan Batubara Berbentuk clay Vein
4. Bentuk Burried Hill
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula
terbentuk suatu kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”.
Sangat dimungkinkan lapisan batubara pada bagian yang “terintrusi”
menjadi menipis atau hampir hilang sama sekali. Bentukan intrusi
mempunyai ukuran dari beberapa meter sampai puluhan meter. Data hasil
pemboran inti pada saat eksplorasi akan banyak membantu dalam
menentukan dimensi bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut
merupakan batuan beku, pada saat proses penambangan dapat dihindarkan,
tetapi apabila bentukan tersebut merupakan tubuh batupasir, dalam proses
4. penambangan sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh sebab itu ketelitian
dalam perencanaan penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-
fragmen intrusi tersebut dalam batubara yang dihasilkan dari kegiatan
penambangan dapat dikurangi sehingga keberadaan pengotor anorganik
tersebut jumlahnya dapat diperkecil.
Gambar 8.4: Perlapisan Batubara Berbentuk Burried Hill
5. Bentuk Fault (Patahan)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana deposit batubara
mengalami beberapa seri patahan. Apabila hal ini terjadi, akan
mempersulit dalam melakukan perhitungan cadangan batubara. Hal ini
disebabkan telah terjadi pergeseran perlapisan batubara ke arah vertikal.
Dalam melaksanakan eksplorasi batubara di daerah yang memperlihatkan
banyak gejala patahan, diperlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tidak
dibenarkan hanya berpedoman pada hasil pemetaan geologi permukaan
saja. Oleh sebab itu, di samping kegiatan pemboran inti, akan lebih baik
bila ditunjang oleh data hasil penelitian geofisika.
5. Gambar8.5: Perlapisan Batubara Berbentuk Fault
Dengan demikian rekonstruksi perjalanan lapisan batubara dapat diikuti
dengan bantuan hasil interpretasi dari data geofisika. Apabila patahan-
patahan secara seri didapatkan, keadaan batubara pada daerah patahan
akan ikut hancur. Akibatnya keberadaan kontaminan anorganik pada
batubara tidak terhindarkan. Makin banyak patahan yang terjadi pada satu
seri sedimentasi endapan batubara, makin banyak kontaminan anorganik
yang terikut pada batubara pada saat ditambang.
6. Bentuk Fold (Perlipatan)
Bentuk ini terjadi apabila di daerah endapan batubara, mengalami
proses tektonik hingga terbentuk perlipatan. Perlipatan tersebut
dimungkinkan masih dalam bentuk sederhana, misalnya bentuk antiklin
atau bentuk sinklin, atau sudah merupakan kombinasi dari kedua bentuk
tersebut. Lapisan batubara bentuk fold, memberi petunjuk awal pada kita
bahwa batubara yang terdapat di daerah tersebut telah mengalami proses
coalification relatif lebih sempurna, akibatnya batubara yang diperoleh
kualitasnya relatif lebih baik. Sering sekali terjadi, lapisan batubara bentuk
fold berasosiasi dengan lapisan batubara berbentuk fault. Dalam
melakukan eksplorasi batubara di daerah yang banyak perlipatan dan
patahan, kegiatan pemboran inti perlu mendapat prioritas utama agar ahli
6. geologi mampu membuat rekonstruksi struktur dalam usaha menghitung
jumlah cadangan batubara.