Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kehidupan
orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Pembatasan fisik dan pembelajaran jarak jauh menyebabkan anak lebih banyak menghabiskan waktunya secara daring. Anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai bahaya yang terjadi di ranah daring, salah satunya eksploitasi seksual
Laporan kasus eksploitasi seksual anak online yang diterima NCMEC (National Center for Missing and Exploited Children) dari Maret 2020 (awal physical distancing secara global) hingga April 2020 meningkat dua juta laporan (Forbes, 2020)
Buku Wisata Pedesaan Ramah Anak (Bebas Eksploitasi) - ECPAT Indonesia
Pentingnya Edukasi Orang Tua dan Teman
1. PENTINGNYA EDUKASI
ORANG TUA DAN TEMAN
TE MUAN P E NE LI TI AN
DO WN TO Z E R O
DARI BAHAYA EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK
ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19
2. Pihak-pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan riset ini antara lain:
1. Profesor Irwanto
2. Aliansi Down to Zero Indonesia
a. Terre des Hommes Netherland
b. Yayasan Plan Internasional Indonesia
c. ECPAT Indonesia
3. Mitra Aliansi Down to Zero Indonesia
a. Yayasan Embun Pelangi
b. Yayasan Perkumpulan Bandungwangi
c. Surabaya Children Crisis Centre
d. Yayasan GAGAS Lombok
Melanjutkan Temuan Awal yang berjudul
‘Kerentanan Anak dari Eksploitasi Seksual
Online di Masa Pandemi COVID-19’ yang
diinisiasi oleh ECPAT Indonesia pada bulan
Maret sampai dengan April 2020 lalu, Aliansi
Down to Zero berinisiatif untuk melakukan riset
yang bertujuan untuk memetakan
pemanfaatan anak dalam berinternet di
wilayah kerja Down to Zero, yaitu Batam,
Jakarta, Surabaya dan Lombok. Riset ini
diselenggarakan dari bulan Juli – Oktober
2020 dan dipublikasikan dalam kegiatan
‘Diseminasi Hasil Riset: Pemetaan
Pemanfaatan Internet oleh Anak di Masa
Pandemi COVID 19’ yang diselenggarakan
pada tanggal 10 November 2020.
3. Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kehidupan
orang dewasa, tetapi juga anak-anak.
Pembatasan fisik dan pembelajaran jarak jauh menyebabkan anak
lebih banyak menghabiskan waktunya secara daring.
Anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai bahaya yang terjadi
di ranah daring, salah satunya eksploitasi seksual
Laporan kasus eksploitasi seksual anak online yang diterima
NCMEC (National Center for Missing and Exploited Children) dari
Maret 2020 (awal physical distancing secara global) hingga April
2020 meningkat dua juta laporan (Forbes, 2020).
PENGANTAR
4. PENGANTAR
Berdasarkan survei
cepat yang
dilakukan ECPAT
Indonesia pada
bulan Maret 2020,
terdapat kenaikan
yang signifikan
terhadap kekerasan
anak secara daring.
15%15 persen responoden tidak
merasa nyaman ketika
menggunakan internet.
24%
24% dari 1203 responden
mengalami kekerasan anak
secara daring, terutama
eksploitasi seksual anak daring.
5. Situasi tersebut mendorong aliansi
Down to Zero melakukan pemetaan
terhadap kerentanan anak dari
bahaya eksploitasi seksual anak online
di masa pandemi COVID-19.
Dengan pendekatan kuantitatif, aliansi
Down to Zero melakukan wawancara
terhadap anak di empat wilayah kerja
Down to Zero: DKI Jakarta, Batam,
Lombok dan Surabaya.
6. METODE PENELITIAN
• Studi ini melibatkan 195 anak yang berada di empat wilayah kerja
Down to Zero.
• Sampel dipilih secara non-probabilita dengan kuota sampling, yakni
setiap kota ditargetkan mendapatkan 50 anak sebagai responden,
secara offline dan online pada rentang waktu 12 s/d 24 Juli 2020.
• Dengan strategi pengambilan sampel yang ada, maka temuan yang
ada di studi ini tidak dapat digeneralisasi di tingkat populasi, namun
dapat menjadi dasar sebagai temuan awal.
• Penelitian ini menerapkan Kebijakan Perlindungan Anak.
8. R E S P O N D E N T I D A K
D I D A M P I NG I S A A T
M E N G A K S E S I N T E R N E T
WALAU SEBAGIAN BESAR DARI RESPONDEN INI TINGGAL
BERSAMA ORANG TUA, NAMUN PENGAWASAN
TERHADAP AKTIVITAS ONLINE RESPONDEN RENDAH
90%
R E S P O N D E N
T I N G G A L B E R S A M A
O R A N G T U A
64%
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN
INTERNET OLEH ANAK DI MASA PANDEMI
COVID-19 DI WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
9. HASIL TEMUAN DI EMPAT
WILAYAH KERJA DTZ
(DKI JAKARTA, BATAM,
LOMBOK, DAN SURABAYA)
10. DARI 195 RESPONDEN DI EMPAT
WILAYAH DTZ, MEREKA MENYEBUTKAN:
RESPONDEN MENGHABISKAN
WAKTUNYA DI INTERNET
SELAMA MASA PANDEMI
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET OLEH
ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH
DOWN TO ZERO, 2020
MENGHABI SKAN WAKTU LEBI H
DARI TI GA JAM DALAM SEHARI
97.4%
24%
Anak
perempuan
67.2%
Anak
laki-laki
32.8%
Anak
perempuan
66.1%
Anak laki-
laki
33.9%
11. SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET OLEH ANAK DI MASA PANDEMI
COVID-19 DI WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
98.4%
WHATSAPP
42%
INSTAGRAM
HAL INI MEMBUKA RISIKO ANAK TERHADAP
EKSPLOITASI SEKSUAL ANAK ONLINE
14%
TIKTOK
Anak
perempuan
66.7%
Anak
laki-laki
33.3%
Anak
perempuan
79.3%
Anak
laki-laki
20.7%
Anak
perempuan
75.9%
Anak
laki-laki
24.1%
DI MASA PANDEMI, PENGGUNAAN APLIKASI
CHAT & MEDIA SOSIAL MENDOMINASI
12. 39%
"Ada orang tidak dikenal tiba-
tiba chat minta foto aku"
“Teman saya mengirim stiker
yang bersifat pornografi”
“Kadang ada beberapa oknum yang
nge-chat mengirimkan foto kelaminnya”
"Iklan yang tidak senonoh"
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET OLEH ANAK DI
MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
RESPONDEN MERASA TIDAK NYAMAN
KETIKA HARUS BERAKTIVITAS
DARING, HAL INI KARENA:
13. ECPAT Internasional mengidentifikasi
enam bentuk kerentanan anak ketika
beraktivitas secara online1, yaitu:
1. ECPAT International,A youth-led survey to prevent sexual
exploitation online, (Bangkok:ECPAT International, 2013)
1. Dikirimkan gambar/video porno
secara langsung atau melalui link
(tautan)
2. Diminta untuk membuka baju atau
berpose di depan kamera tanpa
menggunakan pakaian
3. Dikirimkan gambar/video yang
membuat kamu/teman kamu tidak
nyaman
4. Disebarkannya hal-hal buruk
tentang kamu/teman kamu di
internet
5. Dikirimkan tulisan/pesan teks yang
menurut kamu/teman kamu tidak
sopan dan senonoh
6. Diajak untuk melakukan live
streaming untuk membicarakan
atau melakukan hal yang tidak
senonoh/sopan
15. 10
3DARI
RESPONDEN
Dikirimi gambar/video porno secara
langsung atau melalui link/tautan
Dikirimi gambar/video yang
membuat dirinya/temannya tidak
nyaman
Dikirimi tulisan/pesan teks yang
menurut dirinya/temannnya tidak
sopan dan senonoh.
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET OLEH ANAK DI
MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
1
2
3
16. KEKERASAN SAAT BERAKTIVITAS ONLINE YANG
PALING SERING DIALAMI RESPONDEN
1. Dikirimi tulisan/pesan teks yang menurut dirinya/temannnya tidak sopan dan
senonoh (32%)
2. Dikirimi gambar/video porno secara langsung atau melalui link/tautan (31%)
3. Dikirimi gambar/video yang membuat dirinya/temannya tidak nyaman (28%)
4. Disebarkannya hal-hal buruk tentang kamu/teman kamu di internet (18%)
5. Diajak untuk melakukan live streaming untuk membicarakan atau melakukan
hal yang tidak senonoh/sopan (7%)
6. Diminta untuk membuka baju atau berpose di depan kamera tanpa
menggunakan pakaian (3%)
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET OLEH ANAK DI
MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
17. Lombok
43.3%
DKI Jakarta
28.3%
Surabaya
16.7%
Batam
11.7%
Lombok
43.6% DKI Jakarta
30.9%
Batam
20%
Surabaya
5.5%
Dikirimi
gambar/video porno
secara langsung
atau melalui
link/tautan
Dikirimi
gambar/video
yang membuat
dirinya/temannya
tidak nyaman
Batam
27%
DKI Jakarta
27%
Lombok
36.5%
Surabaya
9.5%
Dikirimi tulisan/pesan
teks yang menurut
dirinya/temannnya
tidak sopan dan
senonoh.
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET OLEH ANAK DI
MASA PANDEMI COVID-19 DI WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
• Responden anak di wilayah kerja DKI Jakarta
dan Lombok cenderung mengalami
kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan
kota lainnya.
• Responden anak di wilayah kerja Surabaya
mengalami kerentanan yang lebih rendah
karena 67 persen diawasi saat menggunakan
internet serta waktu penggunaan internet yang
rendah (61 persen menggunakan internet 1-2
jam)
• Meskipun keseluruhan responden di lombok
merupakan penerima manfaat langsung
program DtZ, anak-anak masih mengalami
risiko kerentanan dari kekekerasan seksual anak
online.
18. Dikirimi
gambar/video
porno secara
langsung atau
melalui link/tautan
Dikirimi tulisan/pesan
teks yang menurut
dirinya/temannnya
tidak sopan dan
senonoh.
Perempuan
78.3%
Laki-laki
21.7%
Perempuan
77.8%
Laki-laki
22.2%
Dikirimi
gambar/video
yang membuat
dirinya/temannya
tidak nyaman
Perempuan
74.5%
Laki-laki
25.5%
Responden anak perempuan
mengalami kerentanan yang
lebih besar. Namun, bukan
berarti anak laki-laki juga tidak
rentan terhadap kekerasan
saat beraktivitas online
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET
OLEH ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 DI
WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
Perbandingan berdasarkan proporsi
jenis kelamin responden
19. Sebagian besar responden anak perempuan
cenderung memilih untuk bercerita ketika mengalami
kekerasan saat beraktivitas online.
laki-laki perempuan
50%
40%
30%
20%
10%
0%
‘Pernahkah kamu
menceritakan
pengalaman tersebut?’
Perbandingan berdasarkan
proporsi jenis kelamin responden
Pernah
Menceritakan
45%
Tidak pernah
menceritakan
55%
20. 0% 20% 40% 60%
Teman
sebaya
Orang
Tua
Lain
nya
Sayangnya, kita tidak tahu seberapa besar
pemahaman orang tua dan teman sebaya
terhadap perlindungan anak dari ESA online ini.
SUMBER: PEMETAAN PEMANFAATAN INTERNET
OLEH ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19 DI
WILAYAH DOWN TO ZERO, 2020
• Responden anak laki-laki cenderung
menjadikan orang tua sebagai tempat
bercerita dibandingkan teman sebaya
• Sebaliknya, responden anak
perempuan cenderung menjadikan
teman sebaya sebagai tempat
bercerita dibandingkan orang tua.
TEMAN SEBAYA DAN ORANG TUA
MENJADI TEMPAT BERCERITA
21. KESIMPULAN AWAL
• Meskipun keseluruhan responden di Lombok merupakan penerima
manfaat langsung program Down to Zero, anak-anak masih
mengalami risiko kerentanan dari kekekerasan seksual anak online;
• Responden anak perempuan mengalami kerentanan yang lebih besar.
Namun, bukan berarti anak laki-laki juga tidak rentan terhadap
kekerasan saat beraktivitas online;
• Responden anak laki-laki cenderung menjadikan orang tua sebagai
tempat bercerita dibandingkan teman sebaya;
• Sebaliknya, responden anak perempuan cenderung menjadikan
teman sebaya sebagai tempat bercerita dibandingkan orang tua;
• Sayangnya, kita tidak tahu seberapa besar pemahaman orang tua
dan teman sebaya terhadap perlindungan anak dari ekploitasi seksual
anak online ini.
23. REKOMENDASI
Penguatan kapasitas kelompok masyarakat/aktivis
perlindungan anak berbasis masyarakat, termasuk
kelompok anak dan anak muda tentang literasi digital
dan permasalahan kekerasan dan eksploitasi anak daring.
Melengkapi pedoman penyelenggaraan belajar dari
rumah dalam masa darurat penyebaran COVID-19
dengan materi terkait pencegahan kekerasan dan
eksploitasi seksual anak di ranah daring.
Pelatihan masif kepada masyarakat, kaum muda dan
anak tentang etika/panduan bermedia sosial.
Mendorong pemerintah daerah di wilayah kerja DtZ
untuk melakukan studi mendalam (lanjutan) atas hasil
riset ini.