Tugas akhir ini membahas penerapan sistem agribisnis pada peternakan kambing di Karangpucung. Saat ini, kegiatan peternakan kambing masih sederhana tanpa peningkatan nilai tambah. Tugas akhir ini bertujuan menganalisis aktivitas peternakan saat ini dan mengidentifikasi penerapan sistem agribisnis yang dapat meningkatkan pendapatan peternak dan pengembangan wilayah. Metode penelitian digunakan survei, w
1. +
Penerapan Sistem Agribisnis
Tugas Akhir
Oleh : Dewi Norytyas P Peternakan Kambing
NIM : L2D008021 Karangpucung Dalam Kerangka
Pengembangan Wilayah
Kecamatan Karangpucung
2. + Outline 2
1 RUMUSAN MASALAH
2 TUJUAN DAN SASARAN
3 KERANGKA PIKIR
4 METODE PENELITIAN
6 SINTESA KAJIAN LITERATUR
7 Analisis
8 KESIMPULAN DAN SARAN
3. + Karangpucung Sebagai sentra peternakan
3
kambing Karangpucung dan sebagai daerah
transit distribusi kambing Karangpucung
RUMUSAN MASALAH
?
Budidaya masih dilakukan dengan
sederhana, tanpa adanya peningkatan nilai Ba
tambah ag gaim
Ka ribis ana
Pe rang nis p pen
Ke ngem puc eter erap
ca u a
ma ban ng d naka n si
Tidak mampu meningkatkan pendapatan
peternak, Karangpucung sulit berkembang tan ga ala n K ste
Ka n W m K a m m
ran ila e bi
gp yah rang ng
uc ka
un
Diperlukan diversifikasi produk dari kambing g?
??
yang berorientasi bisnis : sistem agribisnis
Pengembangan Wilayah Kecamatan Karangpucung:
peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga kerja,
penyediaan bahan pangan
4. + 4
T u j u a n & S a s a ran
Tujuan:
mengetahui bagaimana penerapan sistem agribisnis
peternakan kambing Karangpucung dalam upaya
pengembangan wilayah pedesaan di Kecamatan
Karangpucung.
Sasaran:
Identifikasi aktivitas peternakan kambing Karangpucung
dan analisis usahatani
Identifikasi keterkaitan antarwilayah
Identifikasi keterkaitan ke belakang dan ke depan
(backward & forward linkage)
Identifikasi penerapan sistem agribisnis peternakan
kambing Karangpucung dalam kerangka pengembangan
wilayah kecamatan Karangpucung
5. + 5
Metodologi Penelitian
pendekatan mixed methods approach dengan strategi
sekuensial eksplanatory dimana didahulukan pendekatan
kuantitaif baru kemudian dilakukan pendekatan kualitatif.
(Creswell, 2003)
Pendekatan Kuantitatif: pada tahap pengumpulan data
kuesioner prosentase jawaban peternak yang paling
banyak dipilih sehingga menjadi perwakilan dari
keseluruhan sasaran kuesioner. penghitungan analisis
kelayakan usaha hilir.
Pendekatan Kualitatif: dilakukan pada generalisasi dari
perbandingan antara konsep dari teori (kontekstual) yang
ada dengan kondisi faktual yang ada di lapangan.
Metode Penelitian: metode survey yang terdiri atas
observasi,wawancara, dan kuesioner
6. + Sintesa Kajian Literatur 6
No Sasaran Variabel Teori Sumber
• Subsistem agribisnis hulu Sistem Agribisnis - Fatah (2006)
(upstream off-farm agribusiness) Peternakan - Saragih (2004)
yang terdiri industry pupuk,
pakan, industry obat-obatan, dan
agro-otomotif
• Subsistem agribisnis budidaya (on-
farm agribusiness), yaitu usaha
/budidaya ternak
Analisis aktivitas agribisnis • Subsistem agribisnis hilir
1 peternakan lambing (downstream off-farm
Karangpucung agribusiness), yaitu kegiatan
ekonomi yang mengolah dan
memperdagangkan hasil usaha
ternak
• subsistem jasa penunjang
(supporting institution),
Hubungan desa-kota Hubungan desa-kota Rustiadi dan Pranoto
Analisis Keterkaitan Wilayah Hubungan kota-desa (2007)
2
(Rural Urban Linkages)
Keterkaitan kedepan: hilir-hulu Keterkaitan dalam Agribisnis - Siagian (2003:)
Keterkaitan kebelakang: hulu-hilir - Soekartawi (2003)
Identifikasi keterkaitan
3 kebelakang dan kedepan
(backward-forward linkage)
• Peningkatan pendapatan Pengembangan Pedesaan dan - Fatah (2006)
• Penyerapan tenaga kerja kontribusi agribisnis dalam - Saragih (2000)
Kontribusi peternakan Pendapatan wilayah pembangunan ekonomi
4 terhadap pengembangan • Penyediaan bahan pangan
pedesaan
7. + A N A L I S I S
7
1. Analisis Aktivitas Peternakan Kambing
Karangpucung:
Aktivitas Hulu:
Hasil Wawancara
Kegiatan Hulu Jumlah (n) Presentase
Pembibitan alami, Usaha Pakan
54 80,4%
alami, Obat-obatan, kandang
Pembibitan inseminasi buatan,
pakan buatan (komboran), obat- 13 19,6%
obatan, kandang
Total 67 100%
Hasil wawancara disimpulkan sebagian besar peternak (80,4%)
melakukan usaha pembibitan, pakan alami, obat-obatan dan
pembuatan kandang. Merujuk pada teori agribisnis peternakan
domba dari Saragih (2000) berarti aktivitas hulu peternakan
kambing Karangpucung sudah terpenuhi
8. + Subsistem Budidaya (Onfarm)
Jumlah
8
Kegiatan Budidaya Presentasi
Responden (n)
− Pemilihan bibit,
Berdasarkan jawaban peternak , − Pakan dan pemberian
pakan,
kegiatan yang dilakukan adalah − kandang,
memilih bibit, memberi pakan, − pencegahan penyakit,
12 17,91 %
− pengelolaan reproduksi,
pelaksanaan dalam kandang , dan − pasca panen pemasaran
kegiatan pasca panen. − pasca panen mengolah
kulit dan kotoran
Dibandingkan dengan literatur
dariDepartemen Pertanian, maka − Pemilihan bibit,
terdapat komponen yang tidak − Pakan dan pemberian
pakan,
dilakukan oleh peternak yaitu tidak − kandang,
− pencegahan penyakit,
meningkatkan nilai tambah pada − pengelolaan reproduksi,
53 82,09 %
kegiatan pasca panen. − pasca panen pemasaran
− pasca panen mengolah
Peternak hanya menjual kambing kotoran saja
pada saat ada kebutuhan mendadak Jumlah
dengan harga jual rata-rata per ekor Rp
67 100 %
1.200.000,-
9. + Subsistem 9
Kegiatan Hilir
Jumlah
Prosentase Dari hasil wawancara tersebut, Hilir
N sabagian besar peternak
Pengolahan 55 82,09 % melakukan pengolahan pupuk
Kotoran untuk memupuk tanaman
pertanian, dan sebagian dijual
dengan harga Rp 2.000,00 per
Pengolahan 12 17,91%
kantong
Kulit/daging
> Pengolahan kulit hanya berupa penjualan kulit mentah basah kepada
pengepul dengan harga Rp 25.000 – Rp 35.000,00 per lembar, yang
hanya dilakukan ketika peternak menyembelih kambing
> Daging hanya diolah oleh pemilik warung sate/gulai kambing, bukan
oleh peternak
> Semua peternak tidak mengolah susu, dengan alasan beternak
kambing memang untuk dijual hewannya dan jika diperah pertumbuhan
kambing akan terhambat
Kegiatan hilir yang dilakukan oleh peternak hanya berupa
pengolahan pupuk, sehingga pendapatan yang diperoleh hanya dari
penjualan hewan kambing saja, tanpa adanya penganekaragaman
dari susu, kulit, dan daging
10. +
10
Penunjang yang diakses peternak:
Subsistem
Penunjang Jumlah N Presentase
Koperasi 0 0% Penunjang
Bank 2 2,99 %
Asuransi 0 0
Transportasi 67 100 %
Penyuluhan 22 32,83
Pasar Kambing 67 100 %
Dinas 10 14,93 %
Peternakan
Penyuluhan 30 44,78%
Peternak tidak memanfaatkan koperasi/bank untuk memodali budidaya
peternakan kambing, hampir seluruhnya dari modal sendiri.
Penunjang yang diakses adalah:
penyuluhan dan pelatihan dari BP2KP dan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Cilacap,
Transportasi berupa jalan dan kendaraan (truk, pick up)
Pasar kambing Karangpucung
11. Aktivitas Peternakan Kambing Karangpucung
Pembibitan
Pembibitan
Obat-obatan Ternak
Obat-obatan Ternak Pakan Ternak
Pakan Ternak
Pedagang Obat- Mantri Alami Inseminasi Alami Komboran
hewan (Rambanan)
dikaitkan dengan Sistem Agribisnis
obatan Ternak Buatan
Hutan dan Fermentasi limbah
Toko Bakul/Tengkulak pertanian& rambanan
Kebun
pertanian Subsistem
Off Farm Hulu Pembeli/pemborong Rawa di hinterland Limbah pabrik
kambing (kemarau) tempe/tahu
Subsistem Agribisnis Budidaya
Subsistem Agribisnis Budidaya
Dusun/ Desa Hinterland
Dusun/ Desa Hinterland
•Pemilihan bibit
•Pemilihan bibit
•Perawatan ternak dan kandang
•Perawatan ternak dan
•Pencarian dan pemberian pakan
•Pencarian dan pemberian pakan
+
Peternak
Peternak Pengepul kulit mentah
Pengepul kulit mentah
basah lokal
basah lokal
Pengolahan pupuk
Pengolahan pupuk
Kecamatan Karangpucung
Tengkulak
Pengumpul Kulit Mentah
Pasar Basah hinterland Pupuk kandang
Pemborong dari perkotaan Industri pengeringan kulit
Wilayah
Perkotaan Konsumen Lokal
Industri Pemotongan Industri penyamakan kulit
Subsistem
Off Farm Hilir
Pedagang Rumah Industri Sepatu dan
Daging Makan/restoran Barang Kulit
Konsumen Lokal dan Konsumen perkotaan
Konsumen Lokal dan Konsumen perkotaan
Subsistem Lembaga Penunjang:
Subsistem Lembaga Penunjang:
Penyuluhan dan pelatihan, Dinas Peternakan, Pasar Kambing, Transportasi
Penyuluhan dan pelatihan, Dinas Peternakan, Pasar Kambing, Transportasi
11
12. Perhitungan Usaha Tani
Kekurangan komponen dalam
subsistem Agribisnis: Pengeluaran dan
Pemasukan
Unit Biaya Satuan Jumlah
kegiatan pasca panen dalam Bibit pejantan 2 Rp 1.500.000,- Rp 3.000.000,-
Bibit betina 6 Rp 700.000,- RP 4.200.000,-
meningkatkan nilai tambah Pembuatan kandang 1 Rp 1.500.000,- Rp 1.500.000,-
Penunjang berupa Tidak membutuhkan
Pakan 100 kg/hari biaya, karena hanya -
lembaga/balai yang fokus membutuhkan tenaga.
terhadap pengembangan Biaya Variabel
peternakan lambing Pakan pada musim
Rp 700.000,- Rp 700.000,-
kemarau
Karangpucung
+
kegiatan hilir yang
mengolah kulit,susu, dan
Obat-obatan (doris,
pastak, vaksin)
Peralatan (cangkul,
Rp 300.000,- Rp 300.000,-
sabit, raga, tali, Rp 300.000,- Rp 300.000,-
daging bendo)
TOTAL BIAYA Rp 10.000.000,-
Pemasukan
Dari Anak (umur 1-2
tahun):
Pd = TR - TC
Per induk 2 x 6 = 12 ekor @Rp 1.500.000,- Rp 18.000.000,-
= Rp 18.122.500 - Rp 10.000.000,- menghasilkan 2 ekor
= Rp 8.122.500,- per tahun anak
= Rp 676.875,- per bulan
Dari kotoran:
Selama 1 tahun
35 karung @ Rp 3500,0 Rp 122.500,-
menghasilkan 35
karung
TOTAL
Rp 18.122.500,- 12
PEMASUKAN
13. Analisis Kelayakan Usaha Pada Kegiatan Hilir
Pendapatan dari:
A. Usaha Pengolahan Kulit Rambak
Jumlah Pendapatan = (30.054.440,00+ 51.370.606,00 + 47.916.700,00+ 39.885.383,50) / 4
tahun
= Rp 42.306.782,25/ tahun
= Rp 3.525.565,19 per bulan
B. Usaha Pengolahan Susu Murni
Jumlah Pendapatan = (61.810.902,00 + 63.307.492,00 + 69.993.970,00 + 122.808.056,00)/
4
+ = Rp 79.480.105/ tahun
= Rp 6.623,342,10 per bulan
C. Usaha Rumah Potong Hewan (usaha kelompok)
Jumlah Pendapatan = 1.098.820.620 + 1.169.273.860 + 1.057.090.700 + 932.067.980/4
= 1.064.313.290/ tahun
= Rp 88.692.774,17 per bulan
Terdapat selisih pendapatan yang tinggi jika dibandingkan dengan usahatani
yang hanya menjual kambing dan pupuk saja
13
14. + 2. Analisis Keterkaitan Antar Wilayah 14
Pemasaran Kambing Mentah Lokal Pemasaran Kambing Regional
15. + Rural-Urban Linkages 15
dalam konsep Agropolitan
Pasar Kambing
Karangpucung
Pengepul/Bakul
Banyumas, Tegal.
Pekalongan,
Banjarnegara, dll
Seluruh Desa di
PASAR
Karangpucung
GLOBAL
Jakarta, Bandung,
Sistem agribisnis Bogor
merupakan salah satu
komponen dari konsep
agropolitan dalam Penghasil Bahan Kota
rangka pembangunan Baku sedang/besar
Pengumpul Bahan Jalan & dukungan
wilayah pedesaan. Baku sarpras
Sentra Produksi Batas daerah budidaya
Kota Kecil/Pusat Batas Kawasan
Regional
16. Keterkaitan Wilayah Kecamatan Karangpucung dengan
+ Wilayah Perkotaan dalam Lingkup Agribisnis Peternakan
16
Kambing Karangpucung
Tenaga kerja
Masyarakat
Kecamatan
Karangpucung
Demand
Supply
Dukungan
transportasi
Pasar Output
Barang/Jasa
Produksi dan Pemasaran
Penyuluhan
Produk Mentah Kambing
dan pelatihan Industri
Karangpucung
agricultural
Teknologi Dukungan
Industri non
pertanian/non transportasi
agricultural
pertanian
Industri terkait
Produksi Wilayah Perkotaan pengolahan hasil
barang /jasa peternakan
dan hinterland
non agricultural
Remitan/transfer Jika diterapkan sistem agribisnis
Pendapatan
Peternak/masyarakat
memunculkan agroindustri maka
kecamatan Karangpucung mampu
menjadi unit pengembangan
Kedudukan Karangpucung hanya sebagai pusat peternakan sekaligus pertanian
budidaya dan supplyer bahan mentah berupa hewan Kecamatan Karangpucung
kambing, dengan dominasi sektor hilir justru ada di menjadi kawasan agropolitan
wilayah perkotaan. yang memiliki keunggulan
kompetitif.
17. + 3. Analisis Backward & Forward Linkage 17
Menurut Siagian (2003:1-2) kegiatan ke belakang (backward)
adalah kegiatan yang ditimbulkan dari adanya aktivitas hulu dan
bisa menimbulkan kegiatan ke depan (forward) yang diakibatkan
dari adanya aktivitas hilir.
Masyarakat
KETAHANAN Dampak Spasial:
PANGAN Penggunaan lahan di untuk lahan
Warung sate,
Dagi gulai,
tongseng
Perhutani,
ng
peningkatan kualitas prasarana jalan baik
-Kehutanan
-Pertanian Sawah Peternakan dilakukan oleh pemerintah kabupaten,
-Perkebunan Pangan
-Peternakan Paka Kambing Lokal kecamatan, maupun secara swadaya
Karangpucun
n
g Bibit Keterkaitan wilayah dengan kecamatan
Regional
lain di sekitar Karangpucung (hinterland)
dalam akses pakan pada musim kemarau
Nasional
Hubungan pengiriman tenaga kerja ke
sektor industri perkotaan
Industri Sapronak Feses
Perbaikan jalan dan jembatan
Pakan
Industri Industri
Pengolahan Kerajinan
(kerupuk, (pengering
pengalengan, an,penyam
Pupuk dll) akan)
Kompos
18. + 4. Analisis Penerapan Sistem Agribisnis Peternakan Kambing
Karangpucung dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Kecamatan
18
Karangpucung
Dari ke 3 analisis sebelumnya diketahui ketidaklengkapan penerapan
dalam sistem agribisnis peternakan kambing Karangpucung yaitu
dalam:
Subsistem budidaya: peternak belum meningkatkan nilai tambah dari
pengolahan kambing
Subsistem hilir: belum ada variasi hilir dalam pengolahan produk
intermediate dari kambing
Subsistem penunjangtidak ada lembaga yang terkonsentrasi pada
pengembangan peternakan kambing Karangpucung
Jika peternakan kambing Karangpucung hanya dilakukan secara
stagnan, peternakan kambing Karangpucung tidak akan berkembang
dan tidak mampu bersaing dengan peternakan kambing Ettawa
Karangpucung sulit berkembang
19. +Perbandingan Aktivitas Peternakan Kambing 19
Karangpucung
No Sebelum Diterapkan Agribisnis(Eksisting) Bila Diterapkan Agribisnis
1 Subsistem Hulu: Subsistem Hulu:
saha bibit: alami dan inseminasi buatan saha bibit: alami dan inseminasi buatan
saha Pakan: alami dan buatan memanfaatkan limbah pabrik saha Pakan alami
tempe/tahu/gaber
saha obat-obatan
saha pakan fermentasi dengan mengintegrasikan peternakan dengan
pertanian, yang bisa menekan biaya transportasi mengakses pakan pada
Peningkatan
musim kemarau Pendapatan
KECAMATAN KARANGPUCUNG
saha pembuatan kandang
PENGEMBANGAN WILAYAH
saha obat-obatan
saha pembuatan kandang
2 Subsistem Budidaya: Subsistem Budidaya:
emilihan bibit emilihan bibit
emberian pakan emberian pakan
elaksanaan dalam kandang: kandang, pengelolaan reproduksi elaksanaan dalam kandang: kandang, pengelolaan reproduksi
engendalian penyakit engendalian penyakit Penyerapan
asca panen : pemasaran kambing asca panen : pengolahan daging, pengolahan kulit, pengolahan susu Tenaga Kerja
3 Subsistem Hilir: Subsistem Hilir:
engolahan feses pupuk kandang engolahan feses pupuk organik
engolahan daging warung sate/gulai engolahan daging industri pemotongan daging, industri jasa makanan
ulitpenjualan kulit mentah basah ulit industri pengeringan, industri penyamakan, industri kerajinan,
industri pembuatan krupuk rambak
endapatan peternak hanya dari penjualan lambing & pupuk = Rp
676.875,00 per bulan usu industri susu murni, es krim
enyerapan tenaga kerja hanya terjadi jika peternak skala besar eningkatan pendapatan peternak yang mengusahakan agroindustri
menitipkan kambingnya untuk dipeliharakan orang lain, rata-rata pengolahan kulit menjadi kerupuk rambak , susu, dan RPH
17 peternak menitipkan ke 5 orang buruh
enyerapan tenaga kerja dari kegiatan agroindustri Penyediaan
4 Subsistem Penunjang: Subsistem Penunjang:
Bahan Pangan
elatihan dan Penyuluhan : BP2KP, Dinas Peternakan Kab. elatihan dan Penyuluhan : BP2KP, Dinas Peternakan Kab. Cilacap
Cilacap
asar Kambing
asar Kambing
aringan transportasi: jalan dan angkutan
20. + Terhadap Peningkatan Pendapatan 20
Besar Pendapatan Jumlah N Presentase
dari pekerjaan rata-rata pendapatan masyarakat
pokok peternak ada di pilihan C yaitu sekitar Rp
>2.500.000,00 6 8,95% 800.000,00 - Rp 1.500.000,00 dengan
1.500.000 - 2.500.000 16 23,88% prosentase responden sebanyak 56,72%.
800.000 - 1.500.000 38 56,72% Pendapatan berubah pada saat panen
<800.000 7 10,45% padi setiap 4 bulan sekali,
Jumlah 67 100 %
Peningkatan pendapatan peternak diilihat dari selisih antara pendapatan dari
tabel IV.13 dengan pendapatan yang diperoleh dari peternakan kambing pada
analisis usaha tani di tabel IV.10, dimana peeternak bisa mendapatkan
pendapatan tambahan sebanyak Rp 676.875,00 / bulan
Jika dilakukan agroindustri berupa industri pengolahan kulit, susu, dan RPH, akan
meningkatkan pendapatan peternak yaitu:
Tanpa Agroindustri Jika Dilakukan Agroindustri
Usaha pengolahan kulit kerupuk rambak
Penjualan kambing dan pupuk kandang = Rp 3.525.565,19 per bulan
= Rp 676.875,00 per bulan Usaha susu murni kambing Karangpucung
= Rp 6.623.342,10 per bulan
Usaha rumah potong hewan kambing
Karangpucung (usaha kelompok)
= Rp 88.692.774,17 per bulan
21. +
Terhadap Penyerapan 21
Tenaga Kerja
Prosent Jumlah
Satus Pekerjaan Jumlah N ase tenaga
kerja
Beternak dengan 50 74,63 % 4-8 orang
tenaga keluarga
saja
Beternak dengan 17 25,37% 3-8 orang
tenaga buruh
(dititipkan)
Jumlah 67 100 % Jika dilakukan agroindustri
pengolahan kulit, susu, dan daging
maka:
- Pengolahan kulit: menyerap 4.083
Peternakan kambing Karangpucung
orang tenaga kerja
hanya mampu menyerap tenaga kerja jika
beternak >10 ekor. - Pengolahan susu : 2.722 orang
tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja lebih pada ke
inudstri pengolahan hilir di wilayah
- Rumah potong hewan:140 orang
perkotaan bukan di Karangpucung. (34,32 tenaga kerja
% anak dari peternak bekerja pada sektor
industri di perkotaan)
22. Penyediaan Bahan Pangan
54 dari 67 peternak (80,58%) peternak mengatakan masih terdapat peternak maupun
sudah bisa memenuhi kebutuhan pangannya- petani berstatus peternak/petani buruh
Aktivitas hulu berupa penanaman rambanan dengan yang pendapatannya kurang dari Rp
cara tumpangsari dengan tanaman perkebunan 800.000,00.yang hanya mampu
menghasilkan tanaman pangan, holtikultura, dan mengakses bahan pangan seadanya.
perkebunan diperlukan upaya diversifikasi
Aktivitas hilir berupa pengolahan pupuk mendukung pertanian dengan mengembangkan
kesuburan tanaman pangan peternakan kambing Karangpucung
Aktivitas perdagangan, hasil dari menjual kambing berorientasi bisnis (agribisnis
digunakan untuk membeli bahan pangan pelengkap peternakan kambing Karangpucung )
Aktivitas budidaya berupa peternakan selain kambing
+
menghasilkan daging ayam dan bebek
Tanaman Pangan:
Padi, Kedelai,
Aktivitas Jagung, Ubi kayu,
Hulu Ubi jalar, kacang
tanah
KETAHANAN PANGAN
Budidaya
Peternakan
Holtikultura dan
Perkebunan:
(availability & accessibility)
Aktivitas Hilir Jeruk, Mangga,
Kambing
Karangpucung Manggis, Cabe,
Pisang, Rambutan,
Durian, Kelapa
Aktivitas Peternakan:
Budidaya Kambing, ayam,
bebek
22
23. Dalam penerapan sistem agribisnis peternakan kambing Karangpucung
masih memiliki kendala terkait dengan komponen agribisnis yang belum
diterapkan sekarang
Kondisi Awal Permasalahan yang Dihadapi
Subsistem Hulu: - Peternak kebanyakan belum menguasai teknik pembuatan
-Belum melakukan fermentasi makanan pakan fermentasi
-Masih mengeluarkan biaya transportasi untuk mengakses makanan pada
musim kemarau
Subsistem Budidaya: - Peternak rata-rata hanya memiliki modal kecil yang
-Kegiatan paca panen hanya berupa penjualan hewan kambing dan dimiliki sendiri
pengolahan pupuk kandang - Belum ada sertifikasi kambing Karangpucung yang
-Tidak melakukan peningkatan nilai tambah dengan mengolah daging, menjamin keaslian dan dapat meningkatkan harga Kambing
susu, dan kulit Karangpucung
+
-Banyak peternak dari daerah lain yang memanfaatkan nama “kambing
Karangpucung” sehingga harga kambing Karangpucung masih tergolong
murah
Subsistem Hilir: - Peternak belum menguasai teknik pengolahan susu dan kulit
-Belum dilakukan variasi berupa pengolahan kulit, daging, dan susu - Belum adanya pengenalan teknologi pengolahan bagi peternak
-Karangpucung hanya berperan sebagai supplyer kambing dan hanya - Peternak mengetahui teknik pemotongan, namun belum
sebagai sentra budidaya peternakan kambing Karangpucung mempunyai teknologi/peralatan untuk usaha RPH
Subsistem Penunjang: - Belum ada balai/lembaga yang terfokus terhadap
-Budidaya peternakan yang masih stagnan dan sederhana pengembangan peternakan kambing Karangpucung yang
-Sebagian peternak belum pernah mengikuti penyuluhan dan pelatihan menjamin keberlangsungan peternakan Kambing
Karangpucung dan eksistensinya
mengenai peternakan kambing, sehingga pengetahuan akan teknologi dan
- peternak tidak memanfaatkan teknologi informasi untuk
budidaya yang masih rendah
mengakses pengetahuan peternakan
- Infrastruktur berupa jalan dan jaringan transportasi di beberapa
desa dalam kondisi kurang memadai
23
24. + Diperlukan:
24
Pelatihan dan penyuluhan, untuk pengembangan sumberdaya
manusia khususnya pelaku aktivitas peternakan.
Kredit mikro, yang memudahkan peternak untuk memperoleh
modal dalam mengembangkan usaha peternakan kambing
Karangpucung
Teknologi, berupa peralatan atau inovasi agricultural modern yang
mampu meningkatkan produkstivitas peternakan
Institusi atau lembaga penunjang yang mempunyai konsentrasi
terhadap keberlangsungan dan pengembangan aktivitas peternakan
kambing Karangpucung,
Sertifikasi kambing Karangpucung, agar terjamin kualitas dan
eksistensinya, serta meningkatkan nilai jual kambing Karangpucung.
25. S I M P U L A N
K E
Aktivitas peternakan kambing Karangpucung merupakan kegiatan usaha
sambilan
Aktivitas peternakan kambing Karangpucung terdiri atas aktivitas hulu,
budidaya yang sangat sederhana, hilir hanya berupa pengolahan pupuk, dan
penunjang
Kegiatan peternakan kambing Karangpucung belum berorientasi pada
bisnis
Aktivitas peternakan kambing Karangpucung telah menimbulkan keterkaitan
+
kebelakang dan ke depan (backward forward linkage)
Terdapat hubungan/keterkaitan antar wilayah internal dan rural-urban linkage
Aktivitas peternakan kambing Karangpucung masih terkonsentrasi pada
kegiatan on farm, belum ada variasi usaha di subsistem hilir
peternak hanya memperoleh Rp 676.875,- per bulan, namun jika dilakukan
agroindustri berupa pengolahan kulit, susu, dan daging akan meningkatkan
pendapatan bagi peternak/pelaku usaha
Bila diterapkan sistem agribisnis peternakan kambing Karangpucung, maka
akan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan, penyerapan tenaga
kerja, dan penyediaan bahan pangan
25
26. K O M E N D A A S I
R E
Untuk Pemerintah Daerah:
•Membentuk institusi/lembaga yang focus mencermati pengembangan peternakan
kambing Karangpucung,
•Menyusun kebijakan berupa sertifikasi kambing Jawa Randu ras Karangpucung
menjadi “Kambing Karangpucung”
•Meningkatkan pembangunan infrastruktur
•Meningkatkan akses masyarakat peternak terhadap pinjaman modal, yaitu dengan
kredit mikro dengan membentuk koperasi
•Mengembangkan peternakan kambing Karangpucung sebagai pendorong Local
Economic Development,
Untuk Masyarakat Peternak:
+
•Sebaiknya mulai memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan pengetahuan
tentang budidaya peternakan kambing
•Memanfaatkan limbah pertanian berupa untuk difermentasi menjadi pakan
•Petermak mengubah pola peternakan kepada kegiatan yang lebih berorientasi bisnis
yaitu dengan mengolah kulit, daging, dan susu dari Kambing Karangpucung
•Membentuk kelompok peternakan, agar proses transformasi budidaya peternakan
dari tradisional menjadi berorientasi agribisnis akan lebih mudah dilakukan
Untuk Studi Lanjutan:
•Mengkaji a strategi agar potensi pertanian dan perkebunan, sumber daya alam, dan
sumber daya manusia yang ada di Karangpucung dapat terintegrasi dengan penerapan
sistem agribisnis peternakan Kambing Karangpucung, sehingga Karangpucung mampu
menjadi kawasan agropolitan.
26
27. Daftar Pustaka
Arifin, Bustanul. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas
Austin, James E. 1992. Agroindustrial Project Analyis Critical Design Factors. EDI Series in Economic Development. Maryland: The John Hopkins
University Press
Fatah, Luthfi. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru: Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat dengan Pustaka Benua
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara
Hetherington, Lois. 1987. All About Goats. Farming Press LTD. British Library Cataloguing in Publication Data.
Mahaputra, Ketut dkk. 2006. Analisis Usaha Penggemukan Sapi Bali dan Pengolahan Hasil Limbah Sebagai Pupuk Organik Padat dan Cair. Bali: Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali
+
Mappigau, Palmarudi dan A. Sawe Ri Esso. 2011. “Analisis Strategi Pemasaran Telur Pada Peternakan Ayam Ras Skala Besar di Kabupaten Sidrap”.
Jurnal Agribisnis, Vol. X (3),September, hal. 14-37
Marsono. 2011. Karangpucung Integrated Sheep Ranch In Cilacap Regency. KPPT Kabupaten Cilacap
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidika, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial
Narullah, Ahmad dan Benni Setiawan. 2011. “Membangun Desa Mandiri Pangan”. Jurnal Nasional, Oktober, 2011.
Nugraheni. 2010. “ Pengembangan Pola Agribisnis Ternak Kambing Etawa Dengan Sistem Pertanian Terintegrasi di Kecamatan Kaligesing.” Tugas
Akhir tidak diterbitkan, Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Oktafiyani, Roch Ika. 2009. “ Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Kerupuk Rambak Kulit Sapi dan Kulit Kerbau (Studi Kasus: Usaha Pembuatan
Kerupuk Rambak di Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)”. Skripsi tidak diterbitkan. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Lincoln, Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan. Bagian Penerbitan STIE Ilmu Ekonomi YKPN
27
28.
Ricketts, Cliff & Kristina. 2009. Agribusiness: Fundamentals and Aplications, 2nd Edition. USA: Delmar
Rustiadi, Ernan dan Sugimin Pranoto. 2002. Agropolitan Membangun Ekonomi Perdesaan. Bogor: Crestpent Press
Sabaroh, Catur. 2000. “ Manajeman Usaha Ternak Kambing PE di KTT Sidomaju II Desa Pandanrejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo (Potensi dan
Komposisi Hijauan Pakan)”. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Program Studi D III Manajemen Usaha Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Santosa, Purbayu Budi. 2005. “ Pembangunan Sektor Pertanian Melalui Pola Agribisnis Menuju Ketangguhan Perekonomian Indonesia”. Dialogue JIAKP, Vol. 2
No. , hal. 674-685
Saragih, Bungaran. 2000. Kumpulan Pemikiran Agribisnis Berbasis Peternakan. Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor
_________. 2000. “Agribisnis Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam Era Milenium Baru”. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan
&Lingkungan, Vol 2, no.1/Februari, hal 1-9.
Sosrowijojo, Samuel. 1998. Ternak Potong dan Kerja. Jakarta: CV Yasaguna
Soekartawi. 2007. “e-Agribisnis: Teori dan Aplikasinya”. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta, 16 Juni
2007
Sudradjat D, Sofyan dan Rachmat Pambudy. 2000. Menjelang Dua Abad Sejarah Peternakan dan Kesehatan Hewan Indonesa: Peduli Peternak Rakyat. Jakarta:
Yayasan Agrindo
+
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Suparta, Nyoman. 2002. Penyuluhan Sistem Agribisnis Suatu Pendekatan Holistik. Bali: PS. Sosek dan Agribisnis, Fakultas Peternakan Universitas Udayana
Winarso, Bambang. Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Ternak Kambing dan Domba di Indonesia. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian
Penyusunan Model Pengembangan Agribisnis Pakan Ternak Untuk Mendukung Program Sapi Perah. Melalui Koperasi. 2006. Jurnal Pengkajian Koperasi dan
UKM Nomor 2 Tahun I-2006
Database Kelompok Tani Kecamatan Karamgpucung Tahun 2011. BP2KP Kecamatan Karangpucung
Kecamatan Karangpucung Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap
Monografi Kecamatan Karangpucung Tahun 2010
http://database.deptan.go.id/PUAP/tampil.php?page=pedum (website resmi Departemen Pertanian). Diakses 1 Desember 2011
http://www.lembahgogoniti.com/artikel/37/108.html
http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a16
http://wahanacorp.blogspot.com/2012/02/belajar-budidaya-kambing-dari-nol.html
http://wahanacorp.blogspot.com/2012/02/analisa-usaha-budidaya-kambing.html
http://pengaringan.blogspot.com/2009/07/cara-beternak-kambing-yang-baik-dan.html
28