1) Dokumen ini membahas tentang kemitraan dan kesendirian dalam Alkitab.
2) Alkitab mengajarkan bahwa manusia diciptakan untuk hidup bermitra, namun beberapa orang mengalami kesendirian karena berbagai alasan.
3) Dokumen ini memberikan contoh-contoh kesendirian seperti tidak menikah, perceraian, kematian pasangan, serta saran bagi mereka yang mengalami kesendirian.
1. Lesson 4 for April 27, 2019
Pelajaran 4 untuk 27 April 2019
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
“TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik,
kalau manusia itu seorang diri saja. Aku
akan menjadikan penolong baginya, yang
sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18)
2. KEMITRAAN
KESENDIRIAN
Kehidupan tidak menikah
Kesendirian rohani
KESENDIRIAN YANG TIDAK DIRENCANAKAN
Perceraian
Kematian
“Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja” (Kejadian 2:18).
Kita diciptakan untuk hidup bermitra. Itulah kondisi ideal kita.
Namun, beberapa orang hidup sendiri karena keadaan atau karena
mereka sendiri memutuskan untuk melakukannya.
Mari kita pelajari apa yang Alkitab katakan
tentang kemitraan dan kesendirian.
3. KEMITRAAN
Pengkhotbah 4:9 Berdua lebih baik dari pada
seorang diri, karena mereka menerima upah yang
baik dalam jerih payah mereka.
Salomo menjelaskan mengapa kita harus berbagi
kehidupan kita dengan orang lain dalam
pernikahan, dan dengan Allah (“Tali tiga lembar
tak mudah diputuskan.” (Pengkhotbah 4:12).
Jika seseorang memiliki masalah, pasangannya
dapat membantunya. Jika yang seorang sedang
lemah, maka yang lain dapat mendukungnya.
Bersama-sama mereka dapat memecahkan situasi
yang tidak bisa mereka lakukan bila sendirian.
Bahkan di tingkat yang tidak setinggi pernikahan,
setiap orang membutuhkan teman.
Tetapi meskipun dikelilingi oleh banyak orang
tidak berarti seseorang tersebut tidak dapat
merasa sendirian atau terasing dan membutuhkan
persahabatan/kemitraan.
4. KEHIDUPAN TIDAK MENIKAH
“Tetapi kepada orang-orang yang
tidak kawin dan kepada janda-janda
aku anjurkan, supaya baiklah mereka
tinggal dalam keadaan seperti aku.”
(1 Korintus 7:8)
Apakah Paulus menentang nasihat Allah dalam Kejadian 2:18?
Paulus mengejutkan kita dengan kalimat ini ketika berbicara
tentang kehidupan keluarga. Namun, ia segera mengklarifikasi
ide ini: hanya mereka yang "dapat menguasai diri" (1 Kor. 7:9).
Yaitu, mereka yang telah diberikan karunia untuk tidak
membutuhkan kehidupan pernikahan.
Di sisi lain, seorang yang tidak menikah mungkin dapat
lebih fokus pada pekerjaan misionaris (1 Kor. 7:32-33).
Itulah yang dilakukan oleh Yeremia (tidak menikah) dan
Yehezkiel (seorang duda).
Hidup dalam kesendirian tidak berarti sepenuhnya
sendirian. Yesus berkata, "Aku tidak seorang diri, sebab
Bapa menyertai Aku." (Yohanes 16:32).
5. KESENDIRIAN
ROHANI
“Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang
menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-
Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang
Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh
bumi.” (Yesaya 54:5)
Seseorang sendirian secara rohani ketika
pasangannya tidak seiman dengannya.
Ia harus menjalani kehidupan rohaninya dalam
kesendirian. Ia tidak dapat berdoa bersama
pasangannya atau pergi ke gereja bersamanya.
Ada tiga kemungkinan alasan untuk situasi ini:
Menikah dengan seseorang yang berbeda keyakinan
Ketika bergabung dengan gereja, pasangan mereka
tidak ikut bergabung.
Awalnya keduanya adalah sama dalam keyakinan,
tetapi yang seorang kemudian meninggalkan
keyakinan tersebut
Adalah penting untuk menguatkan mereka dengan mengasihi mereka dan memberi
mereka semua dukungan kita, baik secara pribadi maupun sebagai Gereja.
6. PERCERAIAN “Sebab Aku membenci perceraian, firman
TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang
menutupi pakaiannya dengan kekerasan,
firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah
dirimu dan janganlah berkhianat!” (Maleakhi
2:16)
Perceraian mengacaukan rencana asli TUHAN
untuk keluarga. Karena dosa, Allah telah
mengijinkan pernikahan untuk dilanggar dalam
keadaan tertentu (Salah seorang pasangan
berzinah) (Matius 19:8,9; 5:31-32).
Perceraian menimbulkan perasaan duka
mendalam, depresi, amarah, serta rasa
kesendirian.
Alkitab menganjurkan kita untuk berupaya sebaik
mungkin untuk menghindari perpisahan itu, oleh
mencari pendamaian melalui kasih, pengampunan
dan pemulihan (Hosea 3: 1-3; 1 Korintus 7: 10-11;
13: 4-7; Galatia 6: 1).
Ketika perceraian tidak terhindarkan, gereja harus
memberi kekuatan, dorongan dan penghiburan.
7. Kematian adalah sesuatu yang pasti bagi
semua orang sejak Adam dan Hawa berdosa
hingga Kedatangan Yesus kali ke-2.
Sangat jelas bahwa kematian menyebabkan
perpisahan yang tak terhindarkan.
Pasangan yang masih hidup akan dirundung
kesepian.
TUHAN telah memberi kita harapan untuk
bertemu kembali dengan orang-orang yang kita
kasihi dan hidup bersama mereka di Bumi Baru di
mana kematian tidak akan ada lagi (1 Tesalonika
4:16-17; Wahyu 21:4).
Waktu dapat menyembuhkan luka, tetapi tempat
yang kosong akan tetap ada.
KEMATIAN
“Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba,
yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu
Abraham datang meratapi dan
menangisinya.” (Kejadian 23:2)