SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
[1] Disampaikan oleh Bapak Abdi Kurnia Suherman, Rabu 27 Februari 2013 di Masjid UI, dalam rangka mengisi
materi studi pengayaan lapangan fakultas ushuluddin ke Depok Islamic Study Circle (DISC) UI,dengan beberapa
pengembangan.
[2] Wahyu dalam Islam sendiri adalah Alquran, yang baik teks ataupun maknanya diturunkan langsung
dari Allah SWT, dan Allah sendiri juga yang menjamin akan keotentikan Al Quran hingga akhir zaman.
Disamping itu tradisi menjaga hafalan AL Quran dilakukan secara turun temurun dengan metode yang
terpercaya, sehingga mustahil Al Quran mengalami distorsi oleh sejarah dan kebudayaan manusia. Ini
berbedadengan wahyu dalam Kristen, Bibel, ataupun agama lainnya yang mana wahyu ini mengalami
perubahan menyesuaikan waktu dan konteks budaya yang melingkupinya. Adnin Armas, Islam Agam
Wahyu, bukan Agama Budaya dan Sejarah, INSISTS.
[3] Hamid FahmyZarkasyi,Liberalisasi PemikiranKeagamaan,ProyekGabunganKolonialisasi,Kristenisasi
dan Orientalisme,hal 26, CIOS
[4] Hamid FahmyZarkasyi,Misykat,Refleksi TentangWesternisasi,Liberalisasi,danIslam, hal108,MIUMI
dan INSISTS
[5] Paham esotericdaneksoterisagamaini dikembangkanolehsalahsatupemikirmuslim, Fritchuof
Schuorn.Dia menggagaside “TransendentUnityof Religion”yangmenyatakanbahwasemuaagama
menujusatuTuhanyang sama pada ranahyang transenden,walaupunberbedapadaranahsyari’atdan
aturannya.Pahaminilahyangkemudiandikembangkanolehpenganutpluralismberagama.Fritchuof
Schuorn, TransendentUnityof Religion.
[6] DisampaikanolehDrHamidFahmi Zarkasyi dalammata kuliahFilsafatIslamdi InstitutStudi Islam
Darussalam
[7] AL Quran sendiri sebagai wahtuTuhantelahmengandungbakal konsep(seminalconcept) tentangal-
ilm,al-alim(manusia) danal ma’lum(alamsemesta).Selanjutnyamelalui beberapaperiode sehinggaAl
Quran dapatmenghasilkantradisi intelektual.Periode pertama,lahirnyapandanganhidupIslam
digambarkandari kronologi turunnyawahyudanpenjelasannabi tentangwahyuitu.Periode kedua
timbul dari kesadaranwahyuyangturundan dijelaskannabi itutelah mengandungstruktur
fundamental scientificworldview,seperti strukturtentangdunia,tentangilmupengetahuandsb.
Periode ketigalahirnyatraidisi keilmuandalamIslam, yangdidasari olehwujudnyakomunitasilmuwan,
dan munculnyakerangkakonspe keilmuandalamIslam.HamidFahmyZarkasyi,MembangunPeradaban
IslamDenganIlmu.Tanpapenerbit,hal 3-6.
[8] SyedMuhamad NaquibAl Attasadalahsalahseorangdari pemikirmuslimzamansekarangyang
denganlantangmenolakgagasanpluralismdanliberalism.IajugapengusunggagasanIslamisasi Ilmu
pengetahuan.Dilahirkanpada5September1931 di Bogor,kemudianiamelanjutkanjenjang
pendidikannyahinggaInstitutesStudyof IslamicStudies,UniversitasMc.Gill.Diajugaberpartisipasi
dalampendirianbanyakuniversitas,termasukInstitutof StudyforThoughtandCivilization(ISTAC),dan
menjadi direkturnya.AlexNanangAgusSyifa,Islamisasi IlmuPengetahuan,Jurnal Tsaqafahvolume 10,
hal 88.
[9] Ismail Raji Al FAruqyadalahpemikirIslamkenamaanyangmempunyai hubungankuatdengantradisi
dan peradabanBarat. Lahirpada 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina,iamelanjutkanstudinyasampai
maraihgelarMaster di IndianaUniversitydanHarvardUniverstity.Kemudianiajugamenjadi gurubesar
di beberapauniversitaskenamaandi dunia,danmerancangberbagai pusat-pusatstudi IslamdIdunia
Islam.Rif’atHusnul Ma’afi,KonsepTauhidSosial;Studi PemikiranIsmail Raji Al FAruqydanM.Amien
Rais,Jurnal Tsaqafah,volume 9,hal 62.
[10] Alex NanangAgusSyifa,Op.cit,hal 92
[11] Ibid,hal 97
[12] Ibid,hal 100
[13] Makalah kuliahumumdisampaikanpadaforumsilaturahimlembagadakwahkampusndaerahke VII
Malang Raya, di kampusISIDSiman,PondokModernGonto,Jum’at29 Februari 2008.
[14] HamidFahmyZarkasyi,Sinergi MembangunPeradabanIslam,10 TahunINSISTS,hal 20.
[15] Ibid,hal 16
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN
TRANSFORMASI SOSIAL BUDAYA
Postedon 25/12/2009 by tulkhan
A. PENDAHULUAN
Salah satu problem pendidikan Islam ialah belum ditemukannya pengetahuan pedagogis agama
yang memadai. Apa yang selama ini dilaksanakan disekolah-sekolah tentang pendidikan agama,
tidak lebih dari proses belajar mengajar agama, yang disebut transmisi ilmu pengetahuan agama,
melalui cara didaktis metodis seperti halnya pengajaran umum.[1]
Pendidikan, termasuk pendidikan Islam, merupakan proses sosial dan proses sosialisasi,[2]
humanisasi dan civilisasi rakyat,[3] dalam kenyataannya lebih banyak merupakan enclave sosial
yang terrisolir dari lingkungannya. Sebab lembaga edukatif mempunyai asas dan tujuan yang
berbeda dan kurang terkait dengan tuntutan sosial-cultural daerah yang bersangkutan. Kondisi
yang demikian telah banyak mengganggu keseimbangan sosial masyarakat. Lalu muncullah
produk-produk sampingan pendidikanyang tidak diduga dan tak diharapkan sebagai person-
person yang tidak sesuai dengan lingkungannya dan mengalami disorientasi sosial.
Melihat kondisi tersebut, pertanyaan yanng patut dikemukakan adalah apa sesungguhnya yang
menjadi akar permasalahan dari semua itu. Konsep pendidikan yang salah ataukah ketidak
mampuan kita didalam mendialogkan pengetahuan dengan realitas sosial sebagaimana tantangan
zaman. Makalah ini mencoba untuk menelusuri akar persoalan yang menjadi disorientasi
pendidikan Islam secara filosofis dengan tinjauan realitas pendidikan Islam di Indonesia.
1. PROBLEM FILOSOFISTEORITIS.
Dunia pendidikan Islam di Indonesia khususnya, dan dunia Islam pada umumnya, masih
dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai rumusan dari tujuan pendidikan yang kurang sejalan
dengan tuntutan masyarakat sampai persoalan teknis pendidikan.
Upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan yang demikian itu, tampaknya perlu ditelusuri
akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Diketahui bahwa secara umum
filsafat berupaya menjelaskan inti atau hakekat dari segala hakekat yang ada, karena filsafat
merupakan induk ilmu pengetahuan .[4]
Filsafat pendidikan, secara umum, mengkaji beberapa masalah yang terdapat dalam bidang
pendidikan secara filosofis.[5] Dengan kata lain ilmu ini akan mempergunakan pemikiran
filosofis, yaitu pemikiran yang sistematis, logis, radikal, univerasal dan obyektif terhadap
berbagai masalah dalam bidang pendidikan.[6]
Selain itu, kenyataan juga menunjukkan adanyan arah pendidikan Islam yang belum jelas.
Pendidikan Islam masih belum menemuklan format dan bentuknya yang khas sesuai dengan
ajaran Islam. Hal ini selain karena banyaknya konsep pendidikan yang ditawarkan oleh para ahli
yang belum jelas orientasinya juga karena belum banyak pemikiran pendidikan yang
dikemukakan para filosuf muslim.
B. REALITAS KEKINIAN
Pendidikan Islam sebagai warisank klasik, bukan ditegakkan atas konsepsi spiritual yang
kokoh. Diterimanya prinsip dikotomik ilmu agama dan ilmu umum adalah indikasi diantara
rapuhnya dasar filosofis pendidikan Islam, dikotomi ini terlihat dengan adanya dualisme sistem
pendidikan dinegara-negara musli. Yaitu sistem pesantren dengan segala variasi dan
implikasinya dalam pembentukan wawasan intelektual keIslaman umat dan sistem pendidikan
skuler dengan segala dampak dan akibatnya dalam persepsi keagamaan.[7]
Dalam wacana pembentukan wawasan intelektual keIslaman umat, dari perspektif yuridis,
karakteristik dasar pemikiran Islam mengenai pendidikan Islam di Indonesia cenderung bersifat
normatif sufistik[8] yaitu pemahaman agama dengan pendekatan fiqh yang legal formal serta
dogmatis seperti yang dilakukan para ulama sufi dan tasawuf.
Corak pemikiran seperti ini sangat tidak memberikan ruang gerak bagi timbulnya budaya kritis.
Yang nampak kemudian adalah wacana keagamaan yang dogmatis, anti diaolg. Indikasinya
dapat dilihat bahwa agama hanya cenderung dipelajari secara rasional teoritik.[9] Sehingga
agama lebih sebagai ilmu dari pada sebagai tuntutan pandangan hidup, yang membuahkan
pemikiran serta strategi pengembangan umat kurang diorientasikan pada pemecahan problem
yang dihadapi umat dimasa datang, tetapi lebih diorientasikan pada masa lalu.
Ditengah transformasi untuk mencari format pendidikan Islam yang sesuai, kemudian datang
kaum imperialis barat dengan sistem pendidikan modern yang cenderung rasional material.
Kemudian imperialis mendesak Islam yang masih berpola pikir sufistik dengan sistem
pendidikan yang normatif.
Selain persoalan diatas masih sejumlah agenda permasalahan yang melingkupi dunia pendidikan
Pertama, pada dataran filosofis – epistimologis, pemahaman fenomena agama haruslah
ditafsirkan dan didekati dengan menggunakan prangkat-perangkat ilmu humanistik kritis yang
berintikan pendekatan-pendekatan psikologis, linguistik, metaforis, sejarah dan sosiologi.19
mengingat Islam tidak lain adalah hasil akumulasi perjalanan pergulatan penganut agama Islam
ketika berhubungan dengan proses hubungan dialektika antara moralitas ajaran wahyu yang
permanen dan historisitas pengalaman kekhalifahan manusia yang selalu berubah.20
Pada dataran perumusan epistimologis, pendidikan Islam harus mampu mengakomodir :
1. Sumberpengetahuandari Allah
2. Tidakbolehbertentangandenganwahyu21
Dengan perkatan lain filsafat yang dicari adalah filsafat yang mampu mengintegrasikan ilmu
pengetahuan dan wahyu. Dewasa ini telah berkembang epistimologi Barat dan Islam kalau kita
mau mencari kejelasan masing-masing. epistimologi akan terlihat seperti dibawah ini :
Epistimologi Barat Epistimologi Islam
Positivistik Indrawi
Idealisme tidak mempunyai Ilham Akar teologis
Rasionalisme akn teologis dan Intiusi umat, sudah
Realisme antroposentris Wahyu melingkupi
Phenomenologi Hati antropocentris
Akal
Telaah positivistik tidak memberikan peluang terhadap telaah nilai, sedangkan pendidikan Islam
kaya akan nuansa nilai, yang perkembangannya tidak bersama budaya, akan tetapi lebih
merupakan anugerah dari Allah SWT. Oleh karena itu aliran filsafat yang secara eksplisit
mengakui kebenaran nilai (values) adalah idealisme, penomenologi dan realisme lebih-lebih
realisme metaphisik. 22
Dipihak lain tauhid sebagai landasan memegang peranan yang sangat penting. Dalam hal ini
perlu adanya reorientasi pemahaman terhadap tauhid antara lain :
1. Penyatuanzikirdanfikir
2. Penyatuan‘abdullahdankhalifatullah
3. Dari fataliske irtalis?
4. Alamseisinyaterbukauntukdikaji danditeliti.
Kedua, pada dataran filososfis – aksiologi, perlu redefinisi teologi pendidikan Islam, terutama
dalam konteks mendekatkan asfek normatif ilmu pengetahuan dengan dimensi teologi. Disini
perlu digariskan terlebih dahulu sikap teologi Islam dalam mengapresiasikan perkembangan ilmu
dan tegnologi. Paradigma ilmu pengetahuan yang seharusnya dapat dikompromikan dengan
nilai-nilai dan ajaran Islam.23
Pada dataran aksiologis pendidikan Islam harus memperhatikan norma-norma (nilai) akan tetapi
bukan berarti pengembangan ilmu pendidikan Islam sangat terikat. Oleh karena itu hasil
penemuan atau penelitian sebaiknya bebas dinilai oleh siapa saja untuak menguji kebenarannya
agar dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam tidak terlalu jauh maka perlu adanya
penyatuan pengetahuan bagi seorang ilmuwan yaitu dalam ilmu pengetahuan umum dan
pengetahuan agama. Atau bisa berwujud terciptanya hubungan yang harmonis antara ilmuwan
dan agamawan.24
Selanjutnya sebagaimana sering dikemukakan oleh Sutan Takdir Ali Syahbana yang menyatakan
bahwa tidak ada pilihan lain kecuali kita harus merebut dan menguasai budaya barat, yaitu
budaya Renaissance yang Rasionalistik. Dengan keyakinan bahwa sang rasio adalah sarana yang
handal dan mampu meramalkan dan menguasi masa depan, maka budaya barat adalah budaya
yang optimistik, dan karena optimistik menjadi kreatif dan iniovatif . Budaya itulah yang
mengantarkan dunia Barat menjadi pemilik iptek serta penguasa masyarakat modern. Yaitu suatu
masyarakat yang ditandai dengan “tiada hari tanpa kemajuan dan tanpa temuan-temuan baru”
yang lahir secara historis kronologis berurutan atau muncul berdampingan sebagai alternatif.
Itulah masyarakat Barat yang selalu diiringi dengan krisis-dan perubahan yang tidak pernah
mengenal titik-henti; sebagaimana Van Peursen menyatakan bahwa manusia (Barat) selalu
sadar, namun juga selalu siap untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi setiap bahaya atau
krisis macam apapun.25
Disamping itu, merupakan keharusan pula bagi pendidikan Islam melakukan rekontruksi pada
kerangka orientasi budayanya. Rekontruksi yang dilakukan tidak hharus berakibat pada
terpolanya penndidikan Islam pada suatu visi yang ekstrim. Pemikiran semacam ini sudah barang
tentu tidak akan memberikan kerangka yang dapat menjembatani kepada pendidikan Islam
dalam memberikan acuan nilai ditengah-tengah perkembangan masyarakat. Oleh karena itu
pungsi imperatif pendidikan Islam untuk memperkokoh jadi diri kemanusian derngan mengacu
kepada nilai-nilai kemutlakan (absolut) sangat penting dijadikan orientasi utama bagi pendidikan
Islam. Disampinng itu, pendidikan Islam harus terus terbuka dalam arus perubahan sosial.26
Dengan penekanan orientasi tersebut, akan dihasilkan makna ganda sekaligus, terjadinya
kekokohan pribadi sebagai hasil dari akumulasi nilai dalam pendidikan Islam. Secara resultan hal
ini akan mendatangkan makna berikutnya, berupa adanya kemampuan menginduksi tuntutan
perubahan sosial dengan tetap berpijak pada kerangka nilai yang Islami. Betolak dari keperluan
demikian, ada dua fungsi pendiidikan Islam yang harus dilakukan pertama, fungsi normatif dan
kedua fungsi progresif.
Fungsi pertama, pendidikan terbatas pada proses alih nilai, (tranferensi) sesuai dengan referensi
nilai sebelumnya yang menekankan kepada fungsi tradisional sebagai konservator budaya.
Dalam penanaman nilai ini perlu dihindari cara-cara yang bersifat non edukatif seperti
indoktrinasi yang dogmatis. Karena pendidikan merupakan upaya humannisasi, maka
pendekatan yang digunnakan harus mencakup aspek rasionalitas (Kognitif) dan apresiasi
(apektif). 26
Disisi lain perlu dikembangkan pendekatan etis-filosofis. Pendekatan etis dibutuhkan untuk
memahami nilai-nilai sakral (transendental) dari pada diktum-diktum ilmiyah dalam dalil nash.
Sedangkan filosofis diorientasikan pada pengembangan daya kritis dalam memahami esensi
ajaran-ajaran agama 27 agar dapat dimanifestasikan dalam bentuk aktivitas riil dalm dunia
pendidikan Islam.
Fungsi kedua, yang dperlu dikembangkan adalah fungsi progresif dinamis pendidikan.
Pengembangan fungsi ini sebagai konsekwensi pendidikan Islam sebagai sistem yang terbuka,
yang harus bersikap terbuka dalam arus perubahan masyarakat.
Dalam fungsi kedua tersebutm, pendidikan Islam tidak lagi sebagai konservator budaya tapi
diarahkan kepada aktualisasi budaya dengan cakupan budaya yang lebih luas. Artinya,
pendidikan Islam tidak hanya mencerminkan sebagai suatu kebudayaan tetapi sebagai medium
yang dapat mendinamisasikan pembaharuan dan mengembangkan kebudayaan agar sdapat
mencapai kemajuan. 28
Penerapan kedua fungsi pendidikan Islam diatas mengandung implikasi global terutama pada
tataran sistem pendidikan Islam. Transformasi keilmuan yang dilakukan tidak hanya difokuskan
pada target kurikulum pendidikan saja. Tetapi yang lebih pentinng adalah penguasaan
kemampuan metodologis yang terefleksi pada kemampuan berfikir secara mandiri dan kritis
(independent critical thingking).29
Berdasarkan pemikiran diatas, secara epistemologis perlu dilakukan perubahan pola pendekatan
yang kontra produktif dan sikap keilmuan pendidik yang mempunyai anggapan bahwa
pengetahuan selamanya benar yang tinggal disampaikan berupa reserve akan tetapi perlu
dikembangkan pola pendekatan yang dialogis.
Berpijak dari uraian panjang diatas, maka menurut hemat penulis orientasi masa depan
pendidikan Islam harus :
1. Berorientasi padapengembangansumberdayamanusiayangutuhdan holistik,adaptif mampu
menerimadan menyesuaikanbahkanmengendalikanrodaperubahanyangterjadi di
masyarakat.
2. Berorientasi padapenguasaanIlmupengetahuandanteknologi agarpendidikanIslamagartidak
tergilasoleharusmodernitas.
3. KurikulumpendidikanIslamharusberorientasi kepadakepentinngan,kebutuhandan
kapabelitaspesertadidikagardapatberpacudalamera modernitas.
4. Mengaktualisasikanprinsippendidikanseumurhidup
5. Metode pengajarandalampendidikanIslamharusmenggunakanpendekatanyangbersifat
dialogisdankomunikatif.
E. Kesimpulan
Pencarian wacana hakekat pendidikan Islam merupakan wacana yang tidak pernah mengenal
titik akhir dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini pendidikan Islam
dituntut untuk berpacu dengan perkembangan umat. Lembaga-lembaga pendidikan Islam harus
menemukan bentuk idealnya sesuai dengan konsep filosofis pendidikan yang mampu
mengembangkan potensi umat Islam dalam mengejar ketertinggalan dari peradaban Barat
modern. Karena itu setiap upaya kearah pencairan sistem pendidikan harus diresponi oleh
seluruh potensi umat Islam.
Dalam pendidikan Islam disamping perlu menekankan fungsi normatif, juga harus
memperhatikan fungsi progresif-dinamis. Karena fungsi normatif mengarah kepada model
pendidikan yang terbatas pada proses alih bahasa, aksentualisasinya pada fungsi tradisional
pendidikan sebagai konnservator budaya. Sedangkan fungsi progresif dinamis dapat mengarah
kepada model pendidikan yang op-to-date dan tidak out-of-date, serta sistem pendidikannya
terbuka dan memiliki aliran dan bergumul dengan perubahan zaman.
Proyeksi masa depan pendidikan Islam harus dapat mengatasi pengaruh yang ditimbulkan oleh
perubahan dan era modernitas. Oleh karena itu beberapa hal yang yang mungkin dapat dijadikan
pertimbangan untuk operasional pendidikan Islam menghadapi era modernisasi pendidikan yaitu
: meningkatkan sumber daya manusia (SDM)nya, memperdalam teknologi, pendidikan Islam
harus mempunyai orientasi, Visi yang jelas kedepan, kurikulum harus mampu menjaring
kebutuhan, kepentingan dan kapabilitas murid. Pendidikan Islam juga harus bersifat demokratis
dan bebas, mengaplikasikan konsep pendidikan seumur hidup, metode pengajaran harus
didukung dan diiringi dengan pendekatan yang akurat serta pengetahuan pendidik harus
memadai kemudian pendidikan Islam harus melengkapi faktor-faktor pendukung dalam
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin, 1998, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Abdurrahman, Moeslim, 1993, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus
Akhwan, Roikhan, 1998, “Konstruksi Filosofis Pendidikan Islam”, dalam Munir Mulkhan,
Religiusitas Iptek, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
al-Attas, Muhammad Naquib, 1992, Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Penj) Haidar Baqir,
Bandung : Mizan
Alvin Toffler, 1998, Gelombang Ketiga, (Terj), Sri Koesdiyatinah. SB, Jakarta : Panca Simpati
Barnadib, Imam, 1996, Dasar-Dasar Kependidikan, Memahami Makna Dan Beberapa Makna
Teori Pendidikan, Yogyakarta : Gahlia Indonesia
Chabib Thoha dan Syukur Nc. Priyono (Peny), 1996, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Darmaningtiyas, 1999, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Fadjar, Abdullah, 1991, Peradaban Dan Pendidikan Islam, Jakarta : Rajawali Press
al-Faruqi, Ismail, 1982, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, (Penj), Anas Mahyudin, Jakarta : Pustaka
Freire, Paulo, 1999, “Pendidikan Yang Membabaskan, Pendidikan Yang Memanusiakan,”
dalam Intan Naomi, Menggugat Pendidikan, Fundamental, Konservatif, Liberal, Anarkis,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
———–, 1999, Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, (Penj) Agung
Prihantoro, Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Gazalba, Sidi, 1992, Sistematika Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang
Husain, Machsun, 1981, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : Nur Cahaya
Kartono, Kartini, 1997, Tinjauan Politik Mengenai Sistem pendidikan Nasional, Jakarta :
Pradya Paramida
Mulkhan, Abdul Munir, 1993, Paradigma Intelektual Islam, Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam Dan Dakwah, Yogyakarta : SIPRESS
Muhaimin dkk, 1999, Kontraversi Pemikiran Fazlur Rahman, Studi Kritis Kritis Pembahruan
Pendidikan Islam, Cirebon : Dinamika
Ma’arif, Ahmad Syafi’I, 1997, “Pendidikan Islam Sebagai Paradigma Pembebasan,” dalam
Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta, Yogyakarta : Tiara
Wacana
Nata, Abuddin, Filsafat pendidikan Islam, Jakarta : Logos
Pratiknyo, Ahmad Watik, 1997, “Identifikasi Maslah Pendidikan Islam Di Indonesia,” dalam
Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia antara Cita Dan Fakta, Yogyakarta : Tiara
Wacana
Rahardjo, Dawam, 1995, Pergulatan Dunia Pesantren, Membangun Dari Bawah, Jakarta :
P3M
al-Syaibany, Omar Muhammad al- Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (penj) Hasan
Langgulung, Jakarta : Bulan Bintang
Syafi’ie, Imam, 2000, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-qur’an, Yogyakarta : UII Press
al-Sastro Ngatawi, 1998, Reformasi Pemikiran, Yogyakarta : LKPSM
Supeno, Hadi, 1999, Pendidikan Dalam belenggu kekuasaan, Magelang : Pustaka Paramedia
Tafsir, Ahmad, 1998, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam , Bandung : Remaja Rosda
Karya
————(Ed) 1995 Epistemologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam Islam , Bandung : IAIN
Gunung jati
Usa, Muslih, 1997, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta : Tiara
Wacana

More Related Content

What's hot

Falsafah pendidikan islam misi baru
Falsafah pendidikan islam misi baruFalsafah pendidikan islam misi baru
Falsafah pendidikan islam misi barumaleha lauto
 
Pip aliran aliran pendidikan-bab5
Pip aliran aliran pendidikan-bab5Pip aliran aliran pendidikan-bab5
Pip aliran aliran pendidikan-bab5DwiAlfiani2000
 
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqi
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqikonsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqi
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqiLtfltf
 
Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan
Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis PendidikanKonsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan
Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis PendidikanDjadja Sardjana
 
Filsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamFilsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamyuandakusuma
 
Pemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnujiPemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnujiAsep Bunyamin
 
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesiaRekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesiaAveroez Averoez
 
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi chusnaqumillaila
 
Bab i proposal
Bab i  proposalBab i  proposal
Bab i proposalAbie Tomy
 
Resensi jurnal rizki oktavianti
Resensi jurnal rizki oktaviantiResensi jurnal rizki oktavianti
Resensi jurnal rizki oktaviantirizkioktavianti1
 
Membuat Artikel Ilmiah
Membuat Artikel IlmiahMembuat Artikel Ilmiah
Membuat Artikel IlmiahUwes Chaeruman
 
Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Pengertian Ilmu Pendidikan IslamPengertian Ilmu Pendidikan Islam
Pengertian Ilmu Pendidikan IslamST_Nurlelasari
 

What's hot (18)

Ppt agama islam
Ppt agama islamPpt agama islam
Ppt agama islam
 
Falsafah pendidikan islam misi baru
Falsafah pendidikan islam misi baruFalsafah pendidikan islam misi baru
Falsafah pendidikan islam misi baru
 
Pip aliran aliran pendidikan-bab5
Pip aliran aliran pendidikan-bab5Pip aliran aliran pendidikan-bab5
Pip aliran aliran pendidikan-bab5
 
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqi
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqikonsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqi
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqi
 
Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan
Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis PendidikanKonsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan
Konsep Sekolah yang Baik: Tinjauan Filosofis Pendidikan
 
Filsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islamFilsafat pendidikan islam
Filsafat pendidikan islam
 
Landasan kurikulum
Landasan kurikulumLandasan kurikulum
Landasan kurikulum
 
Ss
SsSs
Ss
 
Pemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnujiPemikiran syekh al zarnuji
Pemikiran syekh al zarnuji
 
1792 1426574560
1792 14265745601792 1426574560
1792 1426574560
 
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesiaRekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
Rekonstruksi pendidikan islam_di_indonesia
 
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
Pendidikan Agama ISlam Dalam Perguruan Tinggi
 
Bab i proposal
Bab i  proposalBab i  proposal
Bab i proposal
 
Pip
PipPip
Pip
 
Resensi jurnal rizki oktavianti
Resensi jurnal rizki oktaviantiResensi jurnal rizki oktavianti
Resensi jurnal rizki oktavianti
 
Membuat Artikel Ilmiah
Membuat Artikel IlmiahMembuat Artikel Ilmiah
Membuat Artikel Ilmiah
 
Pembentangan falsafah:)
Pembentangan falsafah:)Pembentangan falsafah:)
Pembentangan falsafah:)
 
Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
Pengertian Ilmu Pendidikan IslamPengertian Ilmu Pendidikan Islam
Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
 

Similar to FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Perspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesiaPerspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesiaMuhamad Fatih Rusydi
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamAli Murfi
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docxFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docxAnnisaFajri3
 
Resume pengertian filsafat pendidikan.docx
Resume pengertian filsafat pendidikan.docxResume pengertian filsafat pendidikan.docx
Resume pengertian filsafat pendidikan.docxnazliyahfitri
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMNurul Safiqa
 
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam FathurRozi45
 
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAM
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAMKELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAM
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAMFathurRozi45
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYIPEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYISitiNurmawaddah
 
M. romli, s.ag, s.hi
M. romli, s.ag, s.hiM. romli, s.ag, s.hi
M. romli, s.ag, s.hiDarman II
 
Kebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islamKebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islamHaubibBro
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaHaubibBro
 
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan IslamTokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan IslamLevina Lme
 
Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan  IslamFilsafat Pendidikan  Islam
Filsafat Pendidikan IslamRahmad Alfianto
 
PENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docx
PENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docxPENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docx
PENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docxAvontur
 

Similar to FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM (20)

Perspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesiaPerspektif tokoh pendidikan islam indonesia
Perspektif tokoh pendidikan islam indonesia
 
Bai
BaiBai
Bai
 
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan IslamWawasan Pengembangan Pendidikan Islam
Wawasan Pengembangan Pendidikan Islam
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docxFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.docx
 
Resume pengertian filsafat pendidikan.docx
Resume pengertian filsafat pendidikan.docxResume pengertian filsafat pendidikan.docx
Resume pengertian filsafat pendidikan.docx
 
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
 
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
Kelebihan dan Kelemahan sistem pendidikan Islam
 
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAM
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAMKELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAM
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM PENDIDIKAN ISALAM
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYIPEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
PEMIKIRAN M. ATIYAH AL-ABRASYI
 
M. romli, s.ag, s.hi
M. romli, s.ag, s.hiM. romli, s.ag, s.hi
M. romli, s.ag, s.hi
 
Kebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islamKebijakan pendidikan inovasi islam
Kebijakan pendidikan inovasi islam
 
cjr teologi.docx
cjr teologi.docxcjr teologi.docx
cjr teologi.docx
 
Kebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesiaKebijakan pendidikan diindonesia
Kebijakan pendidikan diindonesia
 
Antara Pendidikan Barat & Islam
Antara Pendidikan Barat & IslamAntara Pendidikan Barat & Islam
Antara Pendidikan Barat & Islam
 
Pend Lam
Pend LamPend Lam
Pend Lam
 
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan IslamTokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
 
Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan  IslamFilsafat Pendidikan  Islam
Filsafat Pendidikan Islam
 
PENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docx
PENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docxPENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docx
PENELITIAN STUDI ISLAM DI SMK AL-MUNAWWIR.docx
 
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM.docxPEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM.docx
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM.docx
 

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

  • 1. [1] Disampaikan oleh Bapak Abdi Kurnia Suherman, Rabu 27 Februari 2013 di Masjid UI, dalam rangka mengisi materi studi pengayaan lapangan fakultas ushuluddin ke Depok Islamic Study Circle (DISC) UI,dengan beberapa pengembangan. [2] Wahyu dalam Islam sendiri adalah Alquran, yang baik teks ataupun maknanya diturunkan langsung dari Allah SWT, dan Allah sendiri juga yang menjamin akan keotentikan Al Quran hingga akhir zaman. Disamping itu tradisi menjaga hafalan AL Quran dilakukan secara turun temurun dengan metode yang terpercaya, sehingga mustahil Al Quran mengalami distorsi oleh sejarah dan kebudayaan manusia. Ini berbedadengan wahyu dalam Kristen, Bibel, ataupun agama lainnya yang mana wahyu ini mengalami perubahan menyesuaikan waktu dan konteks budaya yang melingkupinya. Adnin Armas, Islam Agam Wahyu, bukan Agama Budaya dan Sejarah, INSISTS. [3] Hamid FahmyZarkasyi,Liberalisasi PemikiranKeagamaan,ProyekGabunganKolonialisasi,Kristenisasi dan Orientalisme,hal 26, CIOS [4] Hamid FahmyZarkasyi,Misykat,Refleksi TentangWesternisasi,Liberalisasi,danIslam, hal108,MIUMI dan INSISTS [5] Paham esotericdaneksoterisagamaini dikembangkanolehsalahsatupemikirmuslim, Fritchuof Schuorn.Dia menggagaside “TransendentUnityof Religion”yangmenyatakanbahwasemuaagama menujusatuTuhanyang sama pada ranahyang transenden,walaupunberbedapadaranahsyari’atdan aturannya.Pahaminilahyangkemudiandikembangkanolehpenganutpluralismberagama.Fritchuof Schuorn, TransendentUnityof Religion. [6] DisampaikanolehDrHamidFahmi Zarkasyi dalammata kuliahFilsafatIslamdi InstitutStudi Islam Darussalam [7] AL Quran sendiri sebagai wahtuTuhantelahmengandungbakal konsep(seminalconcept) tentangal- ilm,al-alim(manusia) danal ma’lum(alamsemesta).Selanjutnyamelalui beberapaperiode sehinggaAl Quran dapatmenghasilkantradisi intelektual.Periode pertama,lahirnyapandanganhidupIslam digambarkandari kronologi turunnyawahyudanpenjelasannabi tentangwahyuitu.Periode kedua timbul dari kesadaranwahyuyangturundan dijelaskannabi itutelah mengandungstruktur fundamental scientificworldview,seperti strukturtentangdunia,tentangilmupengetahuandsb. Periode ketigalahirnyatraidisi keilmuandalamIslam, yangdidasari olehwujudnyakomunitasilmuwan, dan munculnyakerangkakonspe keilmuandalamIslam.HamidFahmyZarkasyi,MembangunPeradaban IslamDenganIlmu.Tanpapenerbit,hal 3-6.
  • 2. [8] SyedMuhamad NaquibAl Attasadalahsalahseorangdari pemikirmuslimzamansekarangyang denganlantangmenolakgagasanpluralismdanliberalism.IajugapengusunggagasanIslamisasi Ilmu pengetahuan.Dilahirkanpada5September1931 di Bogor,kemudianiamelanjutkanjenjang pendidikannyahinggaInstitutesStudyof IslamicStudies,UniversitasMc.Gill.Diajugaberpartisipasi dalampendirianbanyakuniversitas,termasukInstitutof StudyforThoughtandCivilization(ISTAC),dan menjadi direkturnya.AlexNanangAgusSyifa,Islamisasi IlmuPengetahuan,Jurnal Tsaqafahvolume 10, hal 88. [9] Ismail Raji Al FAruqyadalahpemikirIslamkenamaanyangmempunyai hubungankuatdengantradisi dan peradabanBarat. Lahirpada 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina,iamelanjutkanstudinyasampai maraihgelarMaster di IndianaUniversitydanHarvardUniverstity.Kemudianiajugamenjadi gurubesar di beberapauniversitaskenamaandi dunia,danmerancangberbagai pusat-pusatstudi IslamdIdunia Islam.Rif’atHusnul Ma’afi,KonsepTauhidSosial;Studi PemikiranIsmail Raji Al FAruqydanM.Amien Rais,Jurnal Tsaqafah,volume 9,hal 62. [10] Alex NanangAgusSyifa,Op.cit,hal 92 [11] Ibid,hal 97 [12] Ibid,hal 100 [13] Makalah kuliahumumdisampaikanpadaforumsilaturahimlembagadakwahkampusndaerahke VII Malang Raya, di kampusISIDSiman,PondokModernGonto,Jum’at29 Februari 2008. [14] HamidFahmyZarkasyi,Sinergi MembangunPeradabanIslam,10 TahunINSISTS,hal 20. [15] Ibid,hal 16 FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN TRANSFORMASI SOSIAL BUDAYA Postedon 25/12/2009 by tulkhan A. PENDAHULUAN Salah satu problem pendidikan Islam ialah belum ditemukannya pengetahuan pedagogis agama yang memadai. Apa yang selama ini dilaksanakan disekolah-sekolah tentang pendidikan agama, tidak lebih dari proses belajar mengajar agama, yang disebut transmisi ilmu pengetahuan agama, melalui cara didaktis metodis seperti halnya pengajaran umum.[1]
  • 3. Pendidikan, termasuk pendidikan Islam, merupakan proses sosial dan proses sosialisasi,[2] humanisasi dan civilisasi rakyat,[3] dalam kenyataannya lebih banyak merupakan enclave sosial yang terrisolir dari lingkungannya. Sebab lembaga edukatif mempunyai asas dan tujuan yang berbeda dan kurang terkait dengan tuntutan sosial-cultural daerah yang bersangkutan. Kondisi yang demikian telah banyak mengganggu keseimbangan sosial masyarakat. Lalu muncullah produk-produk sampingan pendidikanyang tidak diduga dan tak diharapkan sebagai person- person yang tidak sesuai dengan lingkungannya dan mengalami disorientasi sosial. Melihat kondisi tersebut, pertanyaan yanng patut dikemukakan adalah apa sesungguhnya yang menjadi akar permasalahan dari semua itu. Konsep pendidikan yang salah ataukah ketidak mampuan kita didalam mendialogkan pengetahuan dengan realitas sosial sebagaimana tantangan zaman. Makalah ini mencoba untuk menelusuri akar persoalan yang menjadi disorientasi pendidikan Islam secara filosofis dengan tinjauan realitas pendidikan Islam di Indonesia. 1. PROBLEM FILOSOFISTEORITIS. Dunia pendidikan Islam di Indonesia khususnya, dan dunia Islam pada umumnya, masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai rumusan dari tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat sampai persoalan teknis pendidikan. Upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan yang demikian itu, tampaknya perlu ditelusuri akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Diketahui bahwa secara umum filsafat berupaya menjelaskan inti atau hakekat dari segala hakekat yang ada, karena filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan .[4] Filsafat pendidikan, secara umum, mengkaji beberapa masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan secara filosofis.[5] Dengan kata lain ilmu ini akan mempergunakan pemikiran filosofis, yaitu pemikiran yang sistematis, logis, radikal, univerasal dan obyektif terhadap berbagai masalah dalam bidang pendidikan.[6] Selain itu, kenyataan juga menunjukkan adanyan arah pendidikan Islam yang belum jelas. Pendidikan Islam masih belum menemuklan format dan bentuknya yang khas sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini selain karena banyaknya konsep pendidikan yang ditawarkan oleh para ahli yang belum jelas orientasinya juga karena belum banyak pemikiran pendidikan yang dikemukakan para filosuf muslim. B. REALITAS KEKINIAN Pendidikan Islam sebagai warisank klasik, bukan ditegakkan atas konsepsi spiritual yang kokoh. Diterimanya prinsip dikotomik ilmu agama dan ilmu umum adalah indikasi diantara rapuhnya dasar filosofis pendidikan Islam, dikotomi ini terlihat dengan adanya dualisme sistem pendidikan dinegara-negara musli. Yaitu sistem pesantren dengan segala variasi dan implikasinya dalam pembentukan wawasan intelektual keIslaman umat dan sistem pendidikan skuler dengan segala dampak dan akibatnya dalam persepsi keagamaan.[7]
  • 4. Dalam wacana pembentukan wawasan intelektual keIslaman umat, dari perspektif yuridis, karakteristik dasar pemikiran Islam mengenai pendidikan Islam di Indonesia cenderung bersifat normatif sufistik[8] yaitu pemahaman agama dengan pendekatan fiqh yang legal formal serta dogmatis seperti yang dilakukan para ulama sufi dan tasawuf. Corak pemikiran seperti ini sangat tidak memberikan ruang gerak bagi timbulnya budaya kritis. Yang nampak kemudian adalah wacana keagamaan yang dogmatis, anti diaolg. Indikasinya dapat dilihat bahwa agama hanya cenderung dipelajari secara rasional teoritik.[9] Sehingga agama lebih sebagai ilmu dari pada sebagai tuntutan pandangan hidup, yang membuahkan pemikiran serta strategi pengembangan umat kurang diorientasikan pada pemecahan problem yang dihadapi umat dimasa datang, tetapi lebih diorientasikan pada masa lalu. Ditengah transformasi untuk mencari format pendidikan Islam yang sesuai, kemudian datang kaum imperialis barat dengan sistem pendidikan modern yang cenderung rasional material. Kemudian imperialis mendesak Islam yang masih berpola pikir sufistik dengan sistem pendidikan yang normatif. Selain persoalan diatas masih sejumlah agenda permasalahan yang melingkupi dunia pendidikan Pertama, pada dataran filosofis – epistimologis, pemahaman fenomena agama haruslah ditafsirkan dan didekati dengan menggunakan prangkat-perangkat ilmu humanistik kritis yang berintikan pendekatan-pendekatan psikologis, linguistik, metaforis, sejarah dan sosiologi.19 mengingat Islam tidak lain adalah hasil akumulasi perjalanan pergulatan penganut agama Islam ketika berhubungan dengan proses hubungan dialektika antara moralitas ajaran wahyu yang permanen dan historisitas pengalaman kekhalifahan manusia yang selalu berubah.20 Pada dataran perumusan epistimologis, pendidikan Islam harus mampu mengakomodir : 1. Sumberpengetahuandari Allah 2. Tidakbolehbertentangandenganwahyu21 Dengan perkatan lain filsafat yang dicari adalah filsafat yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan wahyu. Dewasa ini telah berkembang epistimologi Barat dan Islam kalau kita mau mencari kejelasan masing-masing. epistimologi akan terlihat seperti dibawah ini : Epistimologi Barat Epistimologi Islam Positivistik Indrawi Idealisme tidak mempunyai Ilham Akar teologis Rasionalisme akn teologis dan Intiusi umat, sudah Realisme antroposentris Wahyu melingkupi Phenomenologi Hati antropocentris
  • 5. Akal Telaah positivistik tidak memberikan peluang terhadap telaah nilai, sedangkan pendidikan Islam kaya akan nuansa nilai, yang perkembangannya tidak bersama budaya, akan tetapi lebih merupakan anugerah dari Allah SWT. Oleh karena itu aliran filsafat yang secara eksplisit mengakui kebenaran nilai (values) adalah idealisme, penomenologi dan realisme lebih-lebih realisme metaphisik. 22 Dipihak lain tauhid sebagai landasan memegang peranan yang sangat penting. Dalam hal ini perlu adanya reorientasi pemahaman terhadap tauhid antara lain : 1. Penyatuanzikirdanfikir 2. Penyatuan‘abdullahdankhalifatullah 3. Dari fataliske irtalis? 4. Alamseisinyaterbukauntukdikaji danditeliti. Kedua, pada dataran filososfis – aksiologi, perlu redefinisi teologi pendidikan Islam, terutama dalam konteks mendekatkan asfek normatif ilmu pengetahuan dengan dimensi teologi. Disini perlu digariskan terlebih dahulu sikap teologi Islam dalam mengapresiasikan perkembangan ilmu dan tegnologi. Paradigma ilmu pengetahuan yang seharusnya dapat dikompromikan dengan nilai-nilai dan ajaran Islam.23 Pada dataran aksiologis pendidikan Islam harus memperhatikan norma-norma (nilai) akan tetapi bukan berarti pengembangan ilmu pendidikan Islam sangat terikat. Oleh karena itu hasil penemuan atau penelitian sebaiknya bebas dinilai oleh siapa saja untuak menguji kebenarannya agar dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam tidak terlalu jauh maka perlu adanya penyatuan pengetahuan bagi seorang ilmuwan yaitu dalam ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Atau bisa berwujud terciptanya hubungan yang harmonis antara ilmuwan dan agamawan.24 Selanjutnya sebagaimana sering dikemukakan oleh Sutan Takdir Ali Syahbana yang menyatakan bahwa tidak ada pilihan lain kecuali kita harus merebut dan menguasai budaya barat, yaitu budaya Renaissance yang Rasionalistik. Dengan keyakinan bahwa sang rasio adalah sarana yang handal dan mampu meramalkan dan menguasi masa depan, maka budaya barat adalah budaya yang optimistik, dan karena optimistik menjadi kreatif dan iniovatif . Budaya itulah yang mengantarkan dunia Barat menjadi pemilik iptek serta penguasa masyarakat modern. Yaitu suatu masyarakat yang ditandai dengan “tiada hari tanpa kemajuan dan tanpa temuan-temuan baru” yang lahir secara historis kronologis berurutan atau muncul berdampingan sebagai alternatif. Itulah masyarakat Barat yang selalu diiringi dengan krisis-dan perubahan yang tidak pernah mengenal titik-henti; sebagaimana Van Peursen menyatakan bahwa manusia (Barat) selalu sadar, namun juga selalu siap untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi setiap bahaya atau krisis macam apapun.25 Disamping itu, merupakan keharusan pula bagi pendidikan Islam melakukan rekontruksi pada kerangka orientasi budayanya. Rekontruksi yang dilakukan tidak hharus berakibat pada terpolanya penndidikan Islam pada suatu visi yang ekstrim. Pemikiran semacam ini sudah barang
  • 6. tentu tidak akan memberikan kerangka yang dapat menjembatani kepada pendidikan Islam dalam memberikan acuan nilai ditengah-tengah perkembangan masyarakat. Oleh karena itu pungsi imperatif pendidikan Islam untuk memperkokoh jadi diri kemanusian derngan mengacu kepada nilai-nilai kemutlakan (absolut) sangat penting dijadikan orientasi utama bagi pendidikan Islam. Disampinng itu, pendidikan Islam harus terus terbuka dalam arus perubahan sosial.26 Dengan penekanan orientasi tersebut, akan dihasilkan makna ganda sekaligus, terjadinya kekokohan pribadi sebagai hasil dari akumulasi nilai dalam pendidikan Islam. Secara resultan hal ini akan mendatangkan makna berikutnya, berupa adanya kemampuan menginduksi tuntutan perubahan sosial dengan tetap berpijak pada kerangka nilai yang Islami. Betolak dari keperluan demikian, ada dua fungsi pendiidikan Islam yang harus dilakukan pertama, fungsi normatif dan kedua fungsi progresif. Fungsi pertama, pendidikan terbatas pada proses alih nilai, (tranferensi) sesuai dengan referensi nilai sebelumnya yang menekankan kepada fungsi tradisional sebagai konservator budaya. Dalam penanaman nilai ini perlu dihindari cara-cara yang bersifat non edukatif seperti indoktrinasi yang dogmatis. Karena pendidikan merupakan upaya humannisasi, maka pendekatan yang digunnakan harus mencakup aspek rasionalitas (Kognitif) dan apresiasi (apektif). 26 Disisi lain perlu dikembangkan pendekatan etis-filosofis. Pendekatan etis dibutuhkan untuk memahami nilai-nilai sakral (transendental) dari pada diktum-diktum ilmiyah dalam dalil nash. Sedangkan filosofis diorientasikan pada pengembangan daya kritis dalam memahami esensi ajaran-ajaran agama 27 agar dapat dimanifestasikan dalam bentuk aktivitas riil dalm dunia pendidikan Islam. Fungsi kedua, yang dperlu dikembangkan adalah fungsi progresif dinamis pendidikan. Pengembangan fungsi ini sebagai konsekwensi pendidikan Islam sebagai sistem yang terbuka, yang harus bersikap terbuka dalam arus perubahan masyarakat. Dalam fungsi kedua tersebutm, pendidikan Islam tidak lagi sebagai konservator budaya tapi diarahkan kepada aktualisasi budaya dengan cakupan budaya yang lebih luas. Artinya, pendidikan Islam tidak hanya mencerminkan sebagai suatu kebudayaan tetapi sebagai medium yang dapat mendinamisasikan pembaharuan dan mengembangkan kebudayaan agar sdapat mencapai kemajuan. 28 Penerapan kedua fungsi pendidikan Islam diatas mengandung implikasi global terutama pada tataran sistem pendidikan Islam. Transformasi keilmuan yang dilakukan tidak hanya difokuskan pada target kurikulum pendidikan saja. Tetapi yang lebih pentinng adalah penguasaan kemampuan metodologis yang terefleksi pada kemampuan berfikir secara mandiri dan kritis (independent critical thingking).29 Berdasarkan pemikiran diatas, secara epistemologis perlu dilakukan perubahan pola pendekatan yang kontra produktif dan sikap keilmuan pendidik yang mempunyai anggapan bahwa pengetahuan selamanya benar yang tinggal disampaikan berupa reserve akan tetapi perlu dikembangkan pola pendekatan yang dialogis.
  • 7. Berpijak dari uraian panjang diatas, maka menurut hemat penulis orientasi masa depan pendidikan Islam harus : 1. Berorientasi padapengembangansumberdayamanusiayangutuhdan holistik,adaptif mampu menerimadan menyesuaikanbahkanmengendalikanrodaperubahanyangterjadi di masyarakat. 2. Berorientasi padapenguasaanIlmupengetahuandanteknologi agarpendidikanIslamagartidak tergilasoleharusmodernitas. 3. KurikulumpendidikanIslamharusberorientasi kepadakepentinngan,kebutuhandan kapabelitaspesertadidikagardapatberpacudalamera modernitas. 4. Mengaktualisasikanprinsippendidikanseumurhidup 5. Metode pengajarandalampendidikanIslamharusmenggunakanpendekatanyangbersifat dialogisdankomunikatif. E. Kesimpulan Pencarian wacana hakekat pendidikan Islam merupakan wacana yang tidak pernah mengenal titik akhir dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat ini pendidikan Islam dituntut untuk berpacu dengan perkembangan umat. Lembaga-lembaga pendidikan Islam harus menemukan bentuk idealnya sesuai dengan konsep filosofis pendidikan yang mampu mengembangkan potensi umat Islam dalam mengejar ketertinggalan dari peradaban Barat modern. Karena itu setiap upaya kearah pencairan sistem pendidikan harus diresponi oleh seluruh potensi umat Islam. Dalam pendidikan Islam disamping perlu menekankan fungsi normatif, juga harus memperhatikan fungsi progresif-dinamis. Karena fungsi normatif mengarah kepada model pendidikan yang terbatas pada proses alih bahasa, aksentualisasinya pada fungsi tradisional pendidikan sebagai konnservator budaya. Sedangkan fungsi progresif dinamis dapat mengarah kepada model pendidikan yang op-to-date dan tidak out-of-date, serta sistem pendidikannya terbuka dan memiliki aliran dan bergumul dengan perubahan zaman. Proyeksi masa depan pendidikan Islam harus dapat mengatasi pengaruh yang ditimbulkan oleh perubahan dan era modernitas. Oleh karena itu beberapa hal yang yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan untuk operasional pendidikan Islam menghadapi era modernisasi pendidikan yaitu : meningkatkan sumber daya manusia (SDM)nya, memperdalam teknologi, pendidikan Islam harus mempunyai orientasi, Visi yang jelas kedepan, kurikulum harus mampu menjaring kebutuhan, kepentingan dan kapabilitas murid. Pendidikan Islam juga harus bersifat demokratis dan bebas, mengaplikasikan konsep pendidikan seumur hidup, metode pengajaran harus didukung dan diiringi dengan pendekatan yang akurat serta pengetahuan pendidik harus memadai kemudian pendidikan Islam harus melengkapi faktor-faktor pendukung dalam pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Amin, 1998, Falsafah Kalam di Era Postmodernisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Abdurrahman, Moeslim, 1993, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus
  • 8. Akhwan, Roikhan, 1998, “Konstruksi Filosofis Pendidikan Islam”, dalam Munir Mulkhan, Religiusitas Iptek, Yogyakarta : Pustaka Pelajar al-Attas, Muhammad Naquib, 1992, Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Penj) Haidar Baqir, Bandung : Mizan Alvin Toffler, 1998, Gelombang Ketiga, (Terj), Sri Koesdiyatinah. SB, Jakarta : Panca Simpati Barnadib, Imam, 1996, Dasar-Dasar Kependidikan, Memahami Makna Dan Beberapa Makna Teori Pendidikan, Yogyakarta : Gahlia Indonesia Chabib Thoha dan Syukur Nc. Priyono (Peny), 1996, Reformulasi Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Darmaningtiyas, 1999, Pendidikan Pada Dan Setelah Krisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Fadjar, Abdullah, 1991, Peradaban Dan Pendidikan Islam, Jakarta : Rajawali Press al-Faruqi, Ismail, 1982, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, (Penj), Anas Mahyudin, Jakarta : Pustaka Freire, Paulo, 1999, “Pendidikan Yang Membabaskan, Pendidikan Yang Memanusiakan,” dalam Intan Naomi, Menggugat Pendidikan, Fundamental, Konservatif, Liberal, Anarkis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar ———–, 1999, Politik Pendidikan, Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, (Penj) Agung Prihantoro, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Gazalba, Sidi, 1992, Sistematika Filsafat, Jakarta : Bulan Bintang Husain, Machsun, 1981, Pendidikan Islam Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : Nur Cahaya Kartono, Kartini, 1997, Tinjauan Politik Mengenai Sistem pendidikan Nasional, Jakarta : Pradya Paramida Mulkhan, Abdul Munir, 1993, Paradigma Intelektual Islam, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam Dan Dakwah, Yogyakarta : SIPRESS Muhaimin dkk, 1999, Kontraversi Pemikiran Fazlur Rahman, Studi Kritis Kritis Pembahruan Pendidikan Islam, Cirebon : Dinamika Ma’arif, Ahmad Syafi’I, 1997, “Pendidikan Islam Sebagai Paradigma Pembebasan,” dalam Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta, Yogyakarta : Tiara Wacana Nata, Abuddin, Filsafat pendidikan Islam, Jakarta : Logos
  • 9. Pratiknyo, Ahmad Watik, 1997, “Identifikasi Maslah Pendidikan Islam Di Indonesia,” dalam Muslih Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia antara Cita Dan Fakta, Yogyakarta : Tiara Wacana Rahardjo, Dawam, 1995, Pergulatan Dunia Pesantren, Membangun Dari Bawah, Jakarta : P3M al-Syaibany, Omar Muhammad al- Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (penj) Hasan Langgulung, Jakarta : Bulan Bintang Syafi’ie, Imam, 2000, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-qur’an, Yogyakarta : UII Press al-Sastro Ngatawi, 1998, Reformasi Pemikiran, Yogyakarta : LKPSM Supeno, Hadi, 1999, Pendidikan Dalam belenggu kekuasaan, Magelang : Pustaka Paramedia Tafsir, Ahmad, 1998, Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam , Bandung : Remaja Rosda Karya ————(Ed) 1995 Epistemologi Untuk Ilmu Pendidikan Islam Islam , Bandung : IAIN Gunung jati Usa, Muslih, 1997, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita dan Fakta, Yogyakarta : Tiara Wacana