Dokumen tersebut membahas analisis kecukupan ruang terbuka hijau (RTH) privat di permukiman Surabaya Barat untuk menyerap karbon dioksida dan memenuhi kebutuhan oksigen. Hasilnya menunjukkan bahwa RTH privat rumah sederhana dan menengah masih kurang, sementara rumah mewah memiliki kelebihan, namun kemampuan penyerapan CO2 oleh RTH privat di semua jenis rumah masih dapat memenuhi emisi yang dihas
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU
1. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 1
Penghijauan adalah kegiatan yang sangat diharapkan
pada zaman sekarang ini, mengingat bahwa Global Warming
semakin membuat bumi rusak dan banyak sekali kerugian,
diantaranya adalah perubahan iklim yang sangat ekstrem,
cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan banjir dan
kerusakan alam lainnya. Salah satu penghijauan yang dapat
semua orang lakukan adalah dengan mendirikan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) baik itu privat maupun public yang
dimana tanaman sangat banyak tumbuh di negara kita. RTH
merupakan salah satu solusi untuk menjaga dan meningkatkan
jumlah tanaman yang ada di sekitar kita. Dalam teori RTH
diharapkan dapat mengurangi kadar CO2 di sekitar kita,
terutama yang paling mudah untuk diciptakan adalah RTH
privat, akan tetapi banyak kedapatan permukiman yang kurang
memperhatikan ketentuan perundangan yang ada. Kami ini
telah membahas bahwa kecukupan kebutuhan oksigen yang
dihasilkan oleh RTH Privat masing-masing permukiman
tergolong kurang dimana untuk rumah sederhana kekurangan
sekitar 17% sedangkan rumah menengah kekurangan 6% dan
hanya rumah mewah yang masih berlebihan. Untuk laju
serapan karbon dioksida di RTH Privat untuk rumah sedehana
hanya dapat menyerap sekitar 32.07 gr/detik dimana total
emisi karbon dioksida yang dihasilkan 55.97 gr/detik. Untuk
rumah menengah memiliki laju serapan sekitar 85.67 gr/detik
dimana total emisi karbon dioksida yang dihasilkan 91.92
gr/detik. Dan untuk rumah mewah memiliki laju serapan
sekitar 148.63 gr/detik dimana total emisi karbon dioksida
yang dihasilkan 81.41 gr/detik.
Kata Kunci : Analisis Vegetasi, Kadar CO2,
Kebutuhan O2, RTH Privat.
I. PENDAHULUAN
Menurut peraturan Kota Surabaya yaitu Peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2002 Tentang
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, bahwa ruang perkotaan
dapat dibagi menjadi dua yaitu adalah wilayah terbangun dan
tidak terbangun. Dimana Wilayah Terbangun maksimum
harus memiliki jumlah 60% dari jumlah keseluruhan dari tata
ruang Kota Surabaya. Di dalam Daerah Terbangun itu sendiri
dapat dibagi dengan dua macam wilayah dimana Hunian dan
Non Hunian (komersial) dengan KDB masing-masing adalah
80% dan 90%, sedangkan tata aturan kota mengenai Ruang
Terbuka Hijau (RTH) untuk KDB Hunian adalah 8%
sedangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk KDB Non
Hunian adalah 2% (Perda No. 7 Tahun 2002).
Ruang terbuka hijau yang ideal adalah 30 % dari luas
wilayah (UU No.26 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang).
Hampir di semua kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Medan dan Bandung, luasan RTH telah berkurang
dari 35% pada awal tahun 1970an menjadi kurang dari 10%
pada saat ini (Sukawi, 2010).
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan luasan
RTH yang ada di kawasan Perumahan Surabaya Barat
Kecamatan Lakarsantri dengan Standar Baku Mutu Nasional.,
menentukan korelasi luasan RTH dengan kecukupan vegetasi
yang dapat menyerap kadar karbon dioksida (CO2) di
kawasan Perumahan Surabaya Barat Kecamatan Lakarsantri
Tersebut, dan menentukan distribusi vegetasi RTH (Ruang
Terbuka Hijau) dapat mencukupi pengurangan kadar CO2
yang Ada di kawasan Perumahan Surabaya Barat Kecamatan
Lakarsantri Tersebut.
II. METODE
Ide penelitian ini berjudul “Analisis Kecukupan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat Permukiman Dalam
Menyerap Karbon Dioksida (CO2) Dan Memenuhi Kebutuhan
Oksigen (O2) Di Surabaya Barat (Studi Kasus: Kecamatan
Lakarsantri)”
Data sekunder yang digunakan adalah :Peta Kota
Surabaya, baik peta administrasi maupun peta persebaran
ruang terbuka hijau dari Dinas Tata Ruang Kota
Surabaya; data ruang terbuka hijau Kota Surabaya, adalah
data persebaran dan luas ruang terbuka hijau yang
diperoleh dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota
Surabaya dan Badan Perencanaan dan Pembangungan Kota
Surabaya; Jumlah anggota keluarga dari Kecamatan /
Kelurahan yang terkait; Data tentang perumahan termasuk
luas tanah dan bangunan permukiman Kecamatan Lakarsantri;
Data tentang jumlah emisi karbon dari permukiman di Kota
Surabaya; data jenis tumbuhan yang ada di RTH Privat
perumahan/permukiman tersebut.
Pengamatan dilapangan juga menunjang
bertambahnya data dan pemahaman proses penelitian yang
terjadi dilapangan. Data primer berupa pengukuran luas
lokasi sampling serta pengukuran luas tutupan vegetasi di
tiap-tiap lokasi sampling yang dilakukan secara langsung
di wilayah studi, yaitu di kawasan Perumahan Surabaya
Barat dan nantinya juga akan diberikan beberapa kuisioner ke
masyarakat yang ada di sekitar. Pengukuran dilakukan di
beberapa lokasi sampling yang masing-masing merupakan
lokasi terluas di setiap kawasan Perumahan Surabaya
Barat.
Pelaksanaan pengukuran di lokasi sampling
dilakukan pada tanggal 10 Februari 2012 - 10 April 2012
sesuai dengan rencana jadwal penelitian ini. Dan dengan
adanya pengukuran secara bertahap dengan memilih
Kecamatan Lakarsantri dan dipilih acak sesuai dengan rumus
ANALISIS KECUKUPAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PRIVAT PERMUKIMAN DALAM
MENYERAP KARBON DIOKSIDA (CO2) DAN MEMENUHI KEBUTUHAN OKSIGEN (O2) DI
SURABAYA BARAT (STUDI KASUS: KECAMATAN LAKARSANTRI)
Aringga Budi Putra
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: gingga_aringga@yahoo.co.id
2. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 2
sampling, beberapa rumah yang mewakili rumah di wilayah
Kecamatan Lakarsantri untuk dihitung luas tanah, luas
bangunan, luasan RTH, dan jumlah vegetasinya.
Variabel yang digunakan pada penelitian tugas akhir
kali ini adalah tipe rumah yang ada di bagi menjadi 3 yaitu
Rumah Sederhana (RS), Rumah menengah (Rm), dan Rumah
Mewah (RM). Selain itu juga digunakan variabel berupa
luasan RTH privat eksisting yang dibagi menjadi 3 luasan
yaitu kecil, sedang, dan luas. Variabel ketiga berupa jenis dan
jumlah tanaman, pohon pelindung, dan perdu yang ada di tiap
rumah.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Perhitungan Serapan Emisi Karbon Dioksida
Permukiman
Kemampuan RTH Privat dalam menyerap CO2 di
Kecamatan Lakarsantri disesuaikan dengan luas pengukuran
lahan dilapangan, dimana responden berjumlah 97 orang yang
disebar di masing-masing kelurahan dengan hasil sebagai
berikut : Kelurahan Lidah Kulon luas pengukuran 1408.72 m2
dimana total daya serapnya adalah 6445.55 mg/s dan
menyumbang 26.3%, Kelurahan Bangkingan luas pengukuran
989.48 m2
dimana total daya serapnya adalah 4527.33 mg/s
dan menyumbang 18.5%, Kelurahan Lakarsantri dengan luas
pengukuran 847.11 m2
dimana total daya serapnya adalah
3875.94 mg/s dan menyumbang 15.8%, Kelurahan Sumur
Welut dengan luas pengukuran 806.39 m2
dimana total daya
serapnya adalah 3689.61 mg/s dan menyumbang 15.1%,
Kelurahan Jeruk dengan luas pengukuran 775.26 m2
dimana
total daya serapnya adalah 3547.19 mg/s dan menyumbang
14.5%, Kelurahan Lidah Wetan dengan luas pengukuran
526.24 m2
dimana total daya serapnya adalah 2407.81 mg/s
dan menyumbang 9.8%, berikut ini gambar perbandingannya :
Gambar 1 Kemampuan RTH Privat Dalam menyerap CO2
2. Perhitungan Kebutuhan O2 dari RTH Privat
Kebutuhan kadar oksigen masnusia adalah 840 gr
O2/orang/hari sehingga kebutuhan akan luasan RTH Privat
dapat diketahui, untuk Kecamatan Lakarsantri hasilnya
sebagai berikut : rumah jenis sederhana luas kekurangan total
75710. 20 m2
dengan rata-rata kekurangan 16.96 m2
dengan
jumlah rumah 4465, atau sekitar 17% kekurangannya,
kemudian rumah jenis menengah luas kekurangan total
81130.21 m2
dengan rata-rata kekurangan 12.11 m2
dengan
jumlah rumah 6697, atau sekitar 6% kekurangannya, dan
rumah jenis mewah luas kelebihan total 449.156.35 m2
dengan
rata-rata kelebihan 120.72 m2
dengan jumlah rumah 3721, atau
sekitar 20% kelebihannya. Untuk lebih lengkap dapat dilihat
pada Gambar 2 diatas.
Gambar 2 Perbandingan Kebutuhan Oksigen Sesuai
Ketersedian RTH Privat
3. Analisa RTH Privat Sesuai Dengan Aturan UU No. 26
Thn. 2007
Adapun sesuai dengan dengan hasil di atas maka kita
juga dapat membandingkan antara ketersedian taman privat
yang dimiliki oleh warga Kecamatan Lakarsantri dengan
aturan UU No. 26 Tahun 2007, dimana seharusnya tiap rumah
harus memiliki minimum 30% luasan taman privat dari luas
lahan/tanah yang dimiliki, hasil perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 4.7 dibawah. Kemudian dari perhitungan di atas maka
dapat dihitung keseluruhan berdasarkan jenis rumah yang ada,
dimana untuk rumah sederhana rata-rata kekurangan RTH
privat sekitar 15.34 m2
, kemudian untuk rumah menengah
rata-rata kekurangan RTH privat sekitar 55.71 m2
, dan untuk
rumah mewah rata-rata kekurangan RTH privat sekitar 58.08
m2
. Dari tabel 4.7 memang terlihat bahwa perbandingan antara
jenis rumah dengan aturan sesuai perda (30%) terlihat
kekurangan meskipun tidak banyak, dimana untuk rumah
sederhana kekurangan sekitar 15% dari luasan taman total. Hal
ini juga diikuti oleh rumah jenis menengah dan mewah dimana
kekurangan 28% dan 10% dari luasan taman total. Berikut ini
lebih lengkap pada Gambar 3.
Gambar 3 Luasan RTH Privat Sesuai UU No. 26 Tahun
2007
3. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 3
4. Analisa Daya Serap Emisi CO2 Secara Box Model Oleh
RTH Privat
Perbandingan antara laju serap emisi CO2 dengan
massa CO2 Box Model Tinggi Pohon Rata-Rata Kecamatan
Lakarsantri dapat dinyatakan sebagai berikut, bahwa untuk
rumah sederhana memiliki laju serap 32.07 gr.detik sedangkan
massa CO2 nya adalah 0.739 gr/detik, rumah menengah dan
mewah memiliki laju serap 85.67 gr.detik dan 148.53 gr/detik
sedangkan massa CO2 nya adalah 1.793 gr/detik dan 0.923
gr/detik. Dan dapat disimpulkan sementara bahwa dengan
hasil di atas maka dengan massa CO2 tersebut masih bisa
memenuhi karena laju serap emisi masih cukup besar di
kawasan permukiman dengan tinggi pohon rata-rata, dan hal
ini ditandai dengan masih aman dan tidak berdampak
langsung udara yang ada di sekitar kita, berikut ini dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perbandingan Total Emisi CO2 Model Box
dengan Kemampuan Serapan CO2
Tipe
rumah
Emisi
CO2
(g/detik)
Rata-Rata Laju
Serap Emisi
CO2 Tiap
Rumah(gr/detik)
Massa CO2
Box Model
Tinggi Pohon
Rata-Rata
(gr/detik)
Laju
Serap
Emisi
CO2
(gr/detik)
Sederhana 157.97 0.035 0.739 32.07
Menengah 389.16 0.058 1.793 85.67
Mewah 191.47 0.051 0.923 148.53
Sumber : Hasil Perhitungan
IV. KESIMPULAN
Luasan RTH yang Ada di Kawasan Perumahan dengan
Standar Baku Mutu dari UU No. 26 Tahun 2007, diperoleh
untuk rumah sederhana rata-rata kekurangan RTH privat 15.34
m2
(15%) , rumah menengah rata-rata kekurangan RTH privat
55.71 m2
(28%), dan untuk rumah mewah rata-rata kekurangan
RTH privat 58.08 m2
(10%).
Laju serapan karbon dioksida di RTH Privat untuk rumah
sedehana 32.07 gr/detik dimana total emisi karbon dioksida
yang dihasilkan 55.97 gr/detik. Untuk rumah menengah laju
serapan 85.67 gr/detik dari total emisi karbon dioksida yang
dihasilkan 91.92 gr/detik. Dan untuk rumah mewah laju
serapan 148.63 gr/detik dari total emisi karbon dioksida yang
dihasilkan 81.41 gr/detik.
Distribusi Vegetasi RTH (Ruang Terbuka Hijau)
mencukupi pengurangan kadar CO2 yang ada di kawasan
perumahan Kecamatan Lakarsantri dimana rumah jenis
sederhana memiliki pohon dominan mangga, belimbing, dan
jambu; sedangkan rumah jenis menengah memiliki pohon
dominan mangga, belimbing dan palm; sedangkan untuk
rumah mewah memiliki pohon mangga, palm, dan belimbing.
Dalam memenuhi kebutuhan oksigen (O2) di Kecamatan
Lakarsantri maka didapatkan hasil bahwa tiap rumah jenis
sederhana kekurangan sekitar 16.96 m2
tiap rumah, rumah
jenis menengah kekurangan sekitar 12.11 m2
tiap rumah,
rumah jenis mewah kelebihan sekitar 120.72 m2
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia yang memberikan bantuan
finansial pada penelitian ini melalui skema Hibah Penelitian
Hibah Pascasarjana dengan nomor kontrak
0536/I2.7/PM/2010.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adiastari, R. 2010. Kajian Mengenai Kemampuan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Dalam Menyerap Emisi Karbon Di Kota Surabaya. Digital Lab
ITS: Surabaya.
[2] Azis. 2010. Pemetaan Kecukupan Vegetasi Untuk Mereduksi
Konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) Di Kampus ITS Surabaya.
Digital Lab ITS: Surabaya.
[3] Anonim. 2006. Ruang Terbuka Hijau. Dinas Pertamanan: Surabaya.
[4] Anonim 1. 2007. Kumpulan Undang-Undang: BAPEDAL 41 Tahun 1999
Tentang Pencemaran Udara.. Sekretariat Negara: Jakarta.
[5] Anonim 2. 2007. Kumpulan Undang-Undang: Instruksi Menteri Dalam
Negeri No.14 Tahun 1988 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) di Wilayah Perkotaan. Sekretariat Negara: Jakarta.
[6] Anonim 3. 2007. Kumpulan Undang-Undang: Peraturan Daerah Kota
Surabaya No.7 Tahun 2002 Tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Sekretariat Daerah: Surabaya.
[7] Anonim 4. 2007. Kumpulan Undang-Undang: Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman.. Sekretariat Negara:
Jakarta.
[8] Anonim 5. 2007. Kumpulan Undang-Undang: Undang-Undang No.26
Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sekretariat Negara: Jakarta.
[9] Anonim 6. 2007. Statistik Dan Permukiman Modul Perumahan Susenas
2007. BPS Susenas: Jakarta.
[10]Anonim 7. 2008. Handbook of Energy and Economic Statistics of
Indonesia Dalam Status Lingkungan Hidup Indonesia. Departemen
ESDM: Jakarta.
[11]Anonim 8. 2008. Kumpulan Undang-Undang: PERMEN PU No.
05/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Dinas PU: Jakarta.
[12]Anonim 9. 2008. Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan Permukiman Daerah Kota Surabaya (RP4D). BAPEKO: Surabaya.
[13]Anonim 10. 2008. RTRW Kota Surabaya 2008-2013. Pemkot Surabaya:
Surabaya.
[13]Anonim 11. 2011. SNI 19-3964-1994. Badan Standar Nasional: Jakarta.
[14]Anonim 12. 2012. Aerogical Bulletin : Daily Radiosonde Data (Data
Harian Udara Atas Juanda April 2012). BMKG Juanda : Surabaya.
[15]Anonim 13. 2012. Kecepatan dan Arah Angin Tahun 2012. BMKG
Perak : Surabaya.
[16]Hermana J. 2003. Orasi Ilmiah : Integrasi Ekoteknologi Dalam Program
Perlindungan Lingkungan Udara Kota Surabaya. ITS Press: Surabaya.
[17]Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC). 2006. Waste-IPCC
Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories (IPCC Guidelines).
[18]IPCC. 2006. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC
WGI Technical Support Unit, Hardley Center, Meteorology Office,
London Road, Braknell, RG 122 NY, United Kingdom.
[19]Krejcie, R. V. dan Daryle W. M. 1970. Determining Sample Size for
Research Activities, Educational and Psychological Measurment. Vol.
30: 607-610.
[20]Metcalf and Eddy. 2004. Wastewater Engineering : Treatment, Disposal,
Reuse. New York.
[21]Muchlisin, A. Studi Carbon Footprint (CO2) Dari Kegiatan Permukiman
Di Surabaya Bagian Barat. Digital Lab ITS: Surabaya.
[22]Puspasari, N. 2010. Studi Carbon Footprint (CO2) Dari Kegiatan
Permukiman Di Surabaya Timur Dan Utara. Digital Lab ITS: Surabaya.
[23]Pentury, T. 2003. Disertasi: Konstruksi Model Matematika Tangkapan
CO2 pada Tanaman Hutan Kota. Universitas Airlangga: Surabaya.
[24]Sukawi, 2010. Kuantitas dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau ( RTH ) di
Permukiman Kota. Bandung :(belum diterbitkan).