SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Session 7&8 COORDINATED             MANAGEMENT OF MEANING
Manajemen Makna Terkoordinasi –

Coordinated Management of Meaning

W.Barnett Pearce

Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang kirim dan terima, orang saling menciptakan
makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai atuan untuk mengonstruksi
dan mengkoordinasikan makna. Maksunya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di
antara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu dengan masyarakatnya, melalui
sebuah struktur hierakis, orang-orang mengorgnisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang
diterimanya dalam sehari.

CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang
individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan
antara individu dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Teori ini didasarkan pada konsep-konsep
komunikasi, realitas sosial, dan makna.

Asumsi :

1.     Manusia hidup dalam komunikasi

Penjelasan: pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini
memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami
proses komunikasi. Akan tetapi,Pearce (1989) berpendapat bahwa”komunikasi adalah, dan akan selalu,
menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya(hal 3). Maksudnya kita hidup dalam
komunikasi. Para teoretikus CMM mengajukan suatu orientasi yang sama sekali bertolak belakang;
mereka berpendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Oleh karena individu-individu
menciptakan realitas percakapan mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik.
Pandangan ini mengharuskan para pendukung teori ini untuk mengesampingkan pandangan mereka
yang telah ada mengenai bagaimana menjadi seorang komunikatir.

2.     Manusia saling menciptakan realitas sosial

Penjelasan: kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam
percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial(social construction). Realitas sosial(social reality)
adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah
interaksi sosial.

3.     Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal

Penjelasan: makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan
yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu
orang-orang dalam penemuan, maksdunya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan
informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang
lain. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai
makna interpersonal(interpersonal meaning). Makna pribadi dan interpersonal didapatkan dalam
percakapan, sering kali tanpa dipikirkan sebelumnya.

1.     Isi/Content

Penjelasan: merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. “aku
mencintai kamu”menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B

2.     Tindak Tutur/Speech Act

Penjelasan: dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce(1994) mendeskripsikan tindak
tutur(speech act) sebagai”tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara,
misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur
adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun
bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak
tutur. “ Aku mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan

3.     Episode

Penjelasan: untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau
rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa
episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh
dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat
penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal
yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam
episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya
didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan
mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.

4.     Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)

Penjelasan: dimana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah
hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku.
Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana
orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.

5.     Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi)

Penjelasan: kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem
makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.
6.       Pola Budaya/Culture Patterns

Penjelasan: Pearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan
kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.

Koordinasi

Dipengaruhi beberapa hal :

1.      Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi
sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter.
Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.

2.       Sumber daya yang pada seseorang(resources), mereka merujuk pada”cerita, gambar, simbol,
dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka”(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya
juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam
realitas sosial mereka.

Aturan

Teoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar
kemampuan untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkan”kemampuan fleksibel yang tidak dapat
disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka”(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih
sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian
mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.



Pearce dan Cronen (1980) mendiskusikan dua tipe aturan:

1.      Aturan konstitutif(constitutif rules) merujuk pada bagaimana perilaku harus diinterpretasikan
dalam suatu konteks. Dengan kata lain,aturan konstitusif memberitahukan kepada kita apa makna dari
perilaku tertentu, tetapi tidak memberikan tuntutan kepada orang untuk berprilaku. Contoh: aku
mencintaimu,,untuk siapa???teman,pacar, keluarga(memiliki implikasi yang berbeda).

2.      Aturan regulatif (regulative rules) merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan oleh seseorang,
dan menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Misalnya ada aturan
regulatif dalam bertemu dengan rekan kerja yang baru, biasanya anda akan memperkenalkan diri anda,
memberi selamat datang pada rekan baru anda.

Jika pasangan ini terus berseteru, maka mereka akan terlibat di dalam hal yang disebut oleh Cronen,
Pearce dan linda Snavely (1979) sebagai pola berulang yang tidak diinginkan. Pola yang tidak
diinginkan(unwanted repetitive patterns-URP) adalah episode konflik yang berurutan dan terjadi
berulang kali yang sering kali tidak diinginkan terjadi oleh individu yang terlibat dalam konflik.

Kunci utama dari CMM adalah aturan. Khususnya konstitutif dan regulatif merupakan kompenen teori.
Rangkaian(LOOP)

Hieraki makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat
merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi. Pearce dan
Cronen(1980) menyebut proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan
konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed
loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu,
penetepan makna yang ada bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu,
beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hieraki
yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena
adanya komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog
internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.

More Related Content

What's hot

Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"
Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"
Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"
Riyo D'lasphaga
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester GanjilSoal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
ahmad sururi
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
Fauzan 'Math
 
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Topan Helmi Nicholas
 
Contoh skripsi
Contoh skripsiContoh skripsi
Contoh skripsi
Abu Hamid
 

What's hot (20)

Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
Bab vi hakikat,instrumentasi dan praksis demokrasi indonesia berlandaskan pac...
 
Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"
Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"
Laporan Praktek Jaringan Komputer "Jaringan perangkat lokal"
 
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja KaryawanSistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan
 
Wawasan Nusantara
Wawasan NusantaraWawasan Nusantara
Wawasan Nusantara
 
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester GanjilSoal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
Soal dan jawaban UTS MK Pancasila Prodi Adm Negara Semester Ganjil
 
Ppt mengenal jenis jenis profesi
Ppt mengenal jenis jenis profesiPpt mengenal jenis jenis profesi
Ppt mengenal jenis jenis profesi
 
Makalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat MadaniMakalah Masyarakat Madani
Makalah Masyarakat Madani
 
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
 
Pertemuan 3 Diksi n Kalimat Efektif
Pertemuan 3 Diksi n Kalimat EfektifPertemuan 3 Diksi n Kalimat Efektif
Pertemuan 3 Diksi n Kalimat Efektif
 
DIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIADIKSI BAHASA INDONESIA
DIKSI BAHASA INDONESIA
 
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
Pertemuan 5 dan 6 representasi pengetahuan
 
Makalah agama masyarakat madani
Makalah agama masyarakat madaniMakalah agama masyarakat madani
Makalah agama masyarakat madani
 
Sosialisasi HMPS Politeknik Negeri Medan
Sosialisasi HMPS Politeknik Negeri MedanSosialisasi HMPS Politeknik Negeri Medan
Sosialisasi HMPS Politeknik Negeri Medan
 
Contoh skripsi
Contoh skripsiContoh skripsi
Contoh skripsi
 
TUGAS RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI
TUGAS RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASITUGAS RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI
TUGAS RANGKUMAN TEKNIK NEGOSIASI
 
Negara hukum rule of law
Negara hukum rule of lawNegara hukum rule of law
Negara hukum rule of law
 
Makalah akhlak, moral dan etika
Makalah akhlak, moral dan etikaMakalah akhlak, moral dan etika
Makalah akhlak, moral dan etika
 
Bahasa Indonesia, Penggunaan Huruf Kapital dan Miring
Bahasa Indonesia, Penggunaan Huruf Kapital dan MiringBahasa Indonesia, Penggunaan Huruf Kapital dan Miring
Bahasa Indonesia, Penggunaan Huruf Kapital dan Miring
 
Python Network Programming For Network Engineers
Python Network Programming For Network EngineersPython Network Programming For Network Engineers
Python Network Programming For Network Engineers
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 

Similar to Komunikasi

Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theory
mankoma2013
 
Teori pengelolaan makna koordinatif
Teori pengelolaan makna koordinatifTeori pengelolaan makna koordinatif
Teori pengelolaan makna koordinatif
Ronzzy Kevin
 
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
Linaputri03
 
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
VanceliaPrasetyawati
 
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Nunik21
 
Coordinated Management Meaning
Coordinated Management MeaningCoordinated Management Meaning
Coordinated Management Meaning
Rila Setyaningsih
 
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuPerspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Ichan32
 

Similar to Komunikasi (20)

Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theory
 
Teori pengelolaan makna koordinatif
Teori pengelolaan makna koordinatifTeori pengelolaan makna koordinatif
Teori pengelolaan makna koordinatif
 
Teori pengelolaan makna
Teori pengelolaan maknaTeori pengelolaan makna
Teori pengelolaan makna
 
Teori komunikasi pp
Teori komunikasi ppTeori komunikasi pp
Teori komunikasi pp
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan KekinianKomunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
Komunikasi Cerdas: Kebutuhan Primer Pendidikan Kekinian
 
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
 
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
 
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptxPERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
 
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
 
6. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemim...
6. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemim...6. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemim...
6. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemim...
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
 
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesanMakalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
Makalah Psikologi komunikator dan psikologi pesan
 
8.5 teori interaksionisme
8.5 teori interaksionisme8.5 teori interaksionisme
8.5 teori interaksionisme
 
1. teori pertukaran sosial
1. teori pertukaran sosial1. teori pertukaran sosial
1. teori pertukaran sosial
 
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORYSYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
 
Coordinated Management Meaning
Coordinated Management MeaningCoordinated Management Meaning
Coordinated Management Meaning
 
Bab 5 & bab 6
Bab 5 & bab 6Bab 5 & bab 6
Bab 5 & bab 6
 
komunikasi internasional dan negosiasi
komunikasi internasional dan negosiasikomunikasi internasional dan negosiasi
komunikasi internasional dan negosiasi
 
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmuPerspektif komunikasi sebagai ilmu
Perspektif komunikasi sebagai ilmu
 

Komunikasi

  • 1. Session 7&8 COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING Manajemen Makna Terkoordinasi – Coordinated Management of Meaning W.Barnett Pearce Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang kirim dan terima, orang saling menciptakan makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai atuan untuk mengonstruksi dan mengkoordinasikan makna. Maksunya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di antara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu dengan masyarakatnya, melalui sebuah struktur hierakis, orang-orang mengorgnisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang diterimanya dalam sehari. CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan antara individu dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Teori ini didasarkan pada konsep-konsep komunikasi, realitas sosial, dan makna. Asumsi : 1. Manusia hidup dalam komunikasi Penjelasan: pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami proses komunikasi. Akan tetapi,Pearce (1989) berpendapat bahwa”komunikasi adalah, dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya(hal 3). Maksudnya kita hidup dalam komunikasi. Para teoretikus CMM mengajukan suatu orientasi yang sama sekali bertolak belakang; mereka berpendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Oleh karena individu-individu menciptakan realitas percakapan mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik. Pandangan ini mengharuskan para pendukung teori ini untuk mengesampingkan pandangan mereka yang telah ada mengenai bagaimana menjadi seorang komunikatir. 2. Manusia saling menciptakan realitas sosial Penjelasan: kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial(social construction). Realitas sosial(social reality) adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah interaksi sosial. 3. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal Penjelasan: makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu
  • 2. orang-orang dalam penemuan, maksdunya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang lain. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai makna interpersonal(interpersonal meaning). Makna pribadi dan interpersonal didapatkan dalam percakapan, sering kali tanpa dipikirkan sebelumnya. 1. Isi/Content Penjelasan: merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. “aku mencintai kamu”menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B 2. Tindak Tutur/Speech Act Penjelasan: dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce(1994) mendeskripsikan tindak tutur(speech act) sebagai”tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara, misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak tutur. “ Aku mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan 3. Episode Penjelasan: untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan. 4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract) Penjelasan: dimana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku. Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem. 5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi) Penjelasan: kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.
  • 3. 6. Pola Budaya/Culture Patterns Penjelasan: Pearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu. Koordinasi Dipengaruhi beberapa hal : 1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter. Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan. 2. Sumber daya yang pada seseorang(resources), mereka merujuk pada”cerita, gambar, simbol, dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka”(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam realitas sosial mereka. Aturan Teoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar kemampuan untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkan”kemampuan fleksibel yang tidak dapat disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka”(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu. Pearce dan Cronen (1980) mendiskusikan dua tipe aturan: 1. Aturan konstitutif(constitutif rules) merujuk pada bagaimana perilaku harus diinterpretasikan dalam suatu konteks. Dengan kata lain,aturan konstitusif memberitahukan kepada kita apa makna dari perilaku tertentu, tetapi tidak memberikan tuntutan kepada orang untuk berprilaku. Contoh: aku mencintaimu,,untuk siapa???teman,pacar, keluarga(memiliki implikasi yang berbeda). 2. Aturan regulatif (regulative rules) merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dan menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Misalnya ada aturan regulatif dalam bertemu dengan rekan kerja yang baru, biasanya anda akan memperkenalkan diri anda, memberi selamat datang pada rekan baru anda. Jika pasangan ini terus berseteru, maka mereka akan terlibat di dalam hal yang disebut oleh Cronen, Pearce dan linda Snavely (1979) sebagai pola berulang yang tidak diinginkan. Pola yang tidak diinginkan(unwanted repetitive patterns-URP) adalah episode konflik yang berurutan dan terjadi berulang kali yang sering kali tidak diinginkan terjadi oleh individu yang terlibat dalam konflik. Kunci utama dari CMM adalah aturan. Khususnya konstitutif dan regulatif merupakan kompenen teori.
  • 4. Rangkaian(LOOP) Hieraki makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi. Pearce dan Cronen(1980) menyebut proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu, penetepan makna yang ada bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu, beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hieraki yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena adanya komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.