1. Session 7&8 COORDINATED MANAGEMENT OF MEANING
Manajemen Makna Terkoordinasi –
Coordinated Management of Meaning
W.Barnett Pearce
Dalam percakapan dan selalu membuat pesan-pesan yang kirim dan terima, orang saling menciptakan
makna. Saat kita menciptakan dunia sosial kita, kita menggunakan berbagai atuan untuk mengonstruksi
dan mengkoordinasikan makna. Maksunya, aturan-aturan membimbing komunikasi yang terjadi di
antara orang-orang. CMM berfokus pada relasi antara individu-individu dengan masyarakatnya, melalui
sebuah struktur hierakis, orang-orang mengorgnisasikan makna dari beratus-ratus pesan yang
diterimanya dalam sehari.
CM Mberfokus pada diri dan hubungannya dnegan orang lain, serta mengkaji bagaimana seorang
individu memberikan makna pada sebuah pesan. Teori ini penting karena berfokus pada hubungan
antara individu dengan masyarakatnya (Philipsen,1995). Teori ini didasarkan pada konsep-konsep
komunikasi, realitas sosial, dan makna.
Asumsi :
1. Manusia hidup dalam komunikasi
Penjelasan: pentingnya komunikasi, yaitu manusia hidup dalam komunikasi. Sekilas, premis ini
memberikan pernyataan yang sedikit aneh mengenai komunikasi; faktanya bahwa manusia mendiami
proses komunikasi. Akan tetapi,Pearce (1989) berpendapat bahwa”komunikasi adalah, dan akan selalu,
menjadi lebih penting bagi manusia dari yang seharusnya(hal 3). Maksudnya kita hidup dalam
komunikasi. Para teoretikus CMM mengajukan suatu orientasi yang sama sekali bertolak belakang;
mereka berpendapat bahwa situasi sosial diciptakan melalui interaksi. Oleh karena individu-individu
menciptakan realitas percakapan mereka, setiap interaksi memiliki potensi untuk menjadi unik.
Pandangan ini mengharuskan para pendukung teori ini untuk mengesampingkan pandangan mereka
yang telah ada mengenai bagaimana menjadi seorang komunikatir.
2. Manusia saling menciptakan realitas sosial
Penjelasan: kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan realitas sosial mereka dalam
percakapan disebut sebagai konstruksionisme sosial(social construction). Realitas sosial(social reality)
adalah keyakinan seseorang mengenai bagaimana makna dan tindakan sesuai atau tepat dalam sebuah
interaksi sosial.
3. Transaksi informasi tergantung kepada makna pribadi dan interpesonal
Penjelasan: makna pribadi adalah sebagai makna yang dicapai ketika seseorang berinterkasi dengan
yang lain sambil membawa pengalamannya yang unik ke dalam interaksi. Makna pribadi membantu
2. orang-orang dalam penemuan, maksdunya, hal ini tidak hanya membuat kita mampu menemukan
informasi tentang diri kita sendiri, melainkan juga membantu kita dalam penemuan kita mengenai orang
lain. Ketika dua orang sepakat mengenai interpretasi satu sama lain, mereka dikatakan telah mencapai
makna interpersonal(interpersonal meaning). Makna pribadi dan interpersonal didapatkan dalam
percakapan, sering kali tanpa dipikirkan sebelumnya.
1. Isi/Content
Penjelasan: merupakan langkah awal di mana data mentah dikonversikan menjadi makna. “aku
mencintai kamu”menyiratkan informasi mengenai reaksi A ke B
2. Tindak Tutur/Speech Act
Penjelasan: dalam mendiskusikan level makna yang kedua ini, Pearce(1994) mendeskripsikan tindak
tutur(speech act) sebagai”tindakan-tindakan yang kita lakukan dengan cara berbicara,
misalnya:bertanya, memberikan pujian, atau mengancam). Tindak tutur bukanlah benda; tindak tutur
adalah konfigurasi dari logika makna dan tindakan dari percakapan, dan konfigurasi ini diabngun
bersama. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dua orang saling menciptakan makna dari tindak
tutur. “ Aku mencintai kamu” fase ini menyampaikan lebih dari sekadar sebuah pernyataan
3. Episode
Penjelasan: untuk menginterpretasikan tindak tutur, Pearce dan Cronen(1980) membahas episode atau
rutinitas komunikasi yang dimiliki awal, pertengahn, dan akhir yang jelas. Dapat dikatakan bahwa
episode mendeskripsikan konteks di mana orang bertindak. Pada level ini, kita mulai melihat pengaruh
dari konteks terhadap makna. Dalam percakapan yang koheren dibutuhkan sutau tingkat
penadaan(punctuation) yang terkoordinasi. Pearce(1976) berpendapat bahwa episode merupakan hal
yang tidak pasti karen para aktor dalam situasi sosial sering kali mendapati diri mereka berada dalam
episode-episode yang benar-benar beragam. Ia juga melihat bahwa episode-episode sebenarnya
didasarkan oleh budaya, dimana orang-orang membawa harapan, yang dipengaruhi oleh kebudayaan
mereka, akan bagaimana suatu episode harus dilaksanakan.
4. Hubungan-Relationship (Kontrak-Contract)
Penjelasan: dimana dua orang menyadari potensi dan batasan mereka sebagai mitra dalam sebuah
hubungan. Hubungan dapat dikatakan seperti kontrak, dimana terdapat tuntunan dalam berprilaku.
Para teoretikus menggunakan istilah keterlibatan(enmeshment) untuk menggambarkan batasan dimana
orang mengidentifikasi dirinya sebagai bagaian dari suatu sistem.
5. Naskah Kehidupan-Life Scripts (Autobiografi)
Penjelasan: kelompok-kelompok episode masa lalu atau masa kini yang menciptakan suatu sistem
makna yang dapat dikelola bersama dengan ornag lain.
3. 6. Pola Budaya/Culture Patterns
Penjelasan: Pearce dan Cronen(1980) menyataka bahwa manusia mengidentifikasi diri mereka dengan
kelompok tertentu dalam kebudayaan tertentu.
Koordinasi
Dipengaruhi beberapa hal :
1. Moralitas, koordinasi mengharuskan individu untuk menganggap tindakan moral lebih tinggi
sebagai suatu hal yang penting(Pearce 1989). Moralitas sebagai penghargaan, martabat, dan karakter.
Moralitas terdiri dari etika karena etika merupakan bagian yang instrinsik dalam setiap akur percakapan.
2. Sumber daya yang pada seseorang(resources), mereka merujuk pada”cerita, gambar, simbol,
dan institusi yang digunakan orang untuk memaknai dunia mereka”(pearce, 1989,hal.23) Sumber daya
juga termasuk persepsi, kenangan, dan konsep yang membantu orang mencapai koherensi dalam
realitas sosial mereka.
Aturan
Teoretikus CMM berpendapat bahwa penggunaan aturan dalam percakapan lebih dari sekedar
kemampuan untuk menggunakan aturan; hal ini membutuhkan”kemampuan fleksibel yang tidak dapat
disederhanakan menjadi sebuah tehnik belaka”(cronen. 1995b, hal 224). Oleh karena itu aturan lebih
sekedar dari tuntunan prilaku. Para partispan harus memahami realitas sosial dan kemudian
mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak dalam situasi tertentu.
Pearce dan Cronen (1980) mendiskusikan dua tipe aturan:
1. Aturan konstitutif(constitutif rules) merujuk pada bagaimana perilaku harus diinterpretasikan
dalam suatu konteks. Dengan kata lain,aturan konstitusif memberitahukan kepada kita apa makna dari
perilaku tertentu, tetapi tidak memberikan tuntutan kepada orang untuk berprilaku. Contoh: aku
mencintaimu,,untuk siapa???teman,pacar, keluarga(memiliki implikasi yang berbeda).
2. Aturan regulatif (regulative rules) merujuk pada urutan tindakan yang dilakukan oleh seseorang,
dan menyampaikan apa yang akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan. Misalnya ada aturan
regulatif dalam bertemu dengan rekan kerja yang baru, biasanya anda akan memperkenalkan diri anda,
memberi selamat datang pada rekan baru anda.
Jika pasangan ini terus berseteru, maka mereka akan terlibat di dalam hal yang disebut oleh Cronen,
Pearce dan linda Snavely (1979) sebagai pola berulang yang tidak diinginkan. Pola yang tidak
diinginkan(unwanted repetitive patterns-URP) adalah episode konflik yang berurutan dan terjadi
berulang kali yang sering kali tidak diinginkan terjadi oleh individu yang terlibat dalam konflik.
Kunci utama dari CMM adalah aturan. Khususnya konstitutif dan regulatif merupakan kompenen teori.
4. Rangkaian(LOOP)
Hieraki makna yang ditampilkan sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa level yang rendah dapat
merefleksikan ulang dan mempengaruhi makna dari level-level yang lebih tinggi. Pearce dan
Cronen(1980) menyebut proses refkleksi ini sebagai rangkaian(loop). Ketika rangkaian berjalan dengan
konsisten melalui tingkatan-tingkatan yang ada dalam hierarki, disebut rangkaian seimbang(charmed
loop). Rangkaian seimbang terjadi ketika satu bagian dari hierarki mendukung lebel yang lain. Selain itu,
penetepan makna yang ada bersifat konsisten dan disepakati disepanjang rangkaian. Pada saat tertentu,
beberapa episode dapat menjadi tidak konsisten dengan level-level yang lebih tinggi di dalam hieraki
yang ada. Rangkaian ini disebut rangkaian tidak seimbang(strange loop). Rangkaian ini muncuk karena
adanya komunikasi intarpersonal yang terjadi pada saat individu-individu sedang sibuk dengan dialog
internal mereka mengenai sikap mereka yang merusak diri sendiri.