Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hubungan antara krisis di masa pandemi COVID-19 dengan kurikulum:1. Pandemi COVID-19 memperparah krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama di Indonesia dengan meningkatnya ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan pembelajaran. 2. Untuk memitigasi dampak tersebut, pemerintah menerbitkan kebijakan kurikulum darurat yang melibatkan penyederhanaan k
Similar to Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hubungan antara krisis di masa pandemi COVID-19 dengan kurikulum:1. Pandemi COVID-19 memperparah krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama di Indonesia dengan meningkatnya ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan pembelajaran. 2. Untuk memitigasi dampak tersebut, pemerintah menerbitkan kebijakan kurikulum darurat yang melibatkan penyederhanaan k
Modul 2.3 Angkatan 5 Reguler. Coaching untuk Supervisi Akademik - Final.pdfIrman Ramly
Similar to Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hubungan antara krisis di masa pandemi COVID-19 dengan kurikulum:1. Pandemi COVID-19 memperparah krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama di Indonesia dengan meningkatnya ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan pembelajaran. 2. Untuk memitigasi dampak tersebut, pemerintah menerbitkan kebijakan kurikulum darurat yang melibatkan penyederhanaan k (20)
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa hubungan antara krisis di masa pandemi COVID-19 dengan kurikulum:1. Pandemi COVID-19 memperparah krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama di Indonesia dengan meningkatnya ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan pembelajaran. 2. Untuk memitigasi dampak tersebut, pemerintah menerbitkan kebijakan kurikulum darurat yang melibatkan penyederhanaan k
2. BIODATA SINGKAT
Nama : Dr. Amiruddin, M. Pd
Unit Kerja : BPMP Provinsi Aceh
Tempat/Tgl lahir : Mns. Garut, 1 Agustus 1965
HP/WA : 085261711487/085232652491
Email : amir.lpmpaceh@gmail.com/amiruddin58@dikbud.belajar.id
Pendidikan :
1. MIN, M.Ts dan SMA Peudada
2. S1 dan S2 FKIP Unsyiah
3. S3 UIN Jurusan Kependidikan Islam
Pengalaman Kerja
1. Guru SMP, SMA & Dosen
2. Widyaprada BPMP Provinsi Aceh
3. Asesor PLPG, BAN S/M, Cakep dan Cawas
4. Pengajar Guru, Kepala dan Pengawas sekolah
5. TIM Penilai Angka Kredit Guru dan Pengawas sekolah
6. Instruktur IKM PSP
7. Pelatih Ahli/Fasilitator Sekolah Penggerak
By : Amiruddin WI LPMP Aceh
3. Implementasi Kurikulum Merdeka untuk pemulihan pembelajaran dilakukan berdasarkan
kebijakan-kebijakan berikut ini:
Kurikulum Merdeka.
Permendikbudristek
No. 5 Tahun 2022
Standar Kompetensi
Lulusan pada
Pendidikan Anak Usia
Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah
Standar kompetensi lulusan
merupakan kriteria minimal
tentang kesatuan sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan yang
menunjukkan capaian
kemampuan peserta didik
dari hasil pembelajarannya
pada akhir jenjang
pendidikan. SKL menjadi
acuan untuk Kurikulum 2013,
Kurikulum darurat, dan
Kurikulum Merdeka.
Permendikbudri
stek No. 7
Tahun 2022
Standar Isi pada
Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan
Menengah
Standar Isi
dikembangkan melalui
perumusan ruang
lingkup materi yang
sesuai dengan
kompetensi lulusan.
Ruang lingkup materi
merupakan bahan
kajian dalam muatan
pembelajaran yang
dirumuskan
berdasarkan: 1) muatan
wajib sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang- undangan;
2) konsep keilmuan;
dan 3) jalur, jenjang,
dan jenispendidikan.
Standar Isi menjadi
acuan untuk Kurikulum
2013,
Kepmendikbudri
stek No. 56
Tahun 2022
Pedoman
Penerapan
Kurikulum dalam
Rangka
Pemulihan
Pembelajaran
Memuat 3 opsi
kurikulum yang dapat
digunakan di satuan
pendidikan dalam
rangka pemulihan
pembelajaran beserta
struktur Kurikulum
Merdeka, aturan
terkait pembelajaran
dan asesmen, serta
beban kerja guru.
Keputusan
Kepala BSKAP
No.008/H/KR/
2022
Tahun 2022
Capaian Pembelajaran
pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah
Pada Kurikulum Merdeka
Memuat Capaian
Pembelajaran untuk
semua jenjang dan
mata pelajaran
dalam struktur
Kurikulum Merdeka.
Kurikulum darurat, dan
Keputusan Kepala
BSKAP
No.009/H/KR/2022
Tahun 2022
Dimensi, Elemen dan Sub
Elemen Profil Pelajar
Pancasila Pada Kurikulum
Merdeka
Memuat penjelasan dan
tahap-tahap perkembangan
profil pelajar Pancasila yang
dapat digunakan terutama
untuk projek penguatan profil
pelajar Pancasila.
4. StrukturKurikulum
Pendidikan Anak Usía Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
1. Pembelajaran intrakurikuler. Kegiatan
pembelajaran intrakurikuler untuk setiap
mata pelajaran mengacu pada capaian
pembelajaran.
2. Projek penguatan profil pelajar
Pancasila. Kegiatan khusus yang
ditujukan untuk memperkuat upaya
pencapaian profil pelajar Pancasila yang
mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan.
● Secara pengelolaan waktu pelaksanaan,
projek dapat dilaksanakan dengan menjumlah
alokasi jam pelajaran projek dari semua mata
pelajaran/muatan pembelajaran dan jumlah total
waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak
harus sama.
● Alokasi waktu untuk setiap projek
penguatan profil pelajar Pancasila tidak harus
sama. Satu projek dapat dilakukan dengan
durasi waktu yang lebih panjang daripada
projek yanglain.
5. Kurikulum PAUD
menguatkan kembali
pentingnya bermain
bermakna dan
kegiatan berbasis
buku bacaan anak
sebagai salah satu
strategi penguatan
literasi dini dan
karakter
Kurikulum Merdeka
Jam
belajar
900 menit/minggu atau 180 menit/hari (5 hari)
Struktur
kegiatan
pembelaj
aran
Tiga elemen dalam Capaian Pembelajaranberikut
ini diajarkan secara terpadu dalam kegiatan
bermain-belajar:
1) nilai agama dan budipekerti,
2) jati diri, dan
3) dasar-dasar literasi, matematika, sains,
teknologi, rekayasa, danseni
Projek penguatan profil pelajarPancasila
Penetapan Tujuan
Pembelajaran
Untuk dapat mencapai CP,satuan memiliki
kemerdekaan untuk memilih metode yang paling
sesuai untuk diterapkan. Metodeyang diterapkan
harus memberikan pengalaman yang
menyenangkan bagi anak danbermakna.
Strategi penguatan
literasi dannumerasi
● Melalui kegiatan bermainyang bermakna
● Eksplorasi lingkungan sekitar
● Menggunakan buku buku bacaan anak
untuk menumbuhkan berbagai
kemampuan literasi dini, seperti
6. Perkembangan
Kebijakan
kurikulum
Kurikulum Merdeka
Kompo
nen minimal
kurikulum
operasional
satuan
pendidikan
• Karakteristik,visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan
• Pengorganisasian pembelajaran
• Perencanaan pembelajaran
• Pendampingan, evaluasi, dan pengembanganprofesional
Kompo
nen
minimal
perencana
an
pembelajar
an
• Tujuan pembelajaran
• Proses kegiatan
• Bentuk asesmen
Projek
penguata
n profil
pelajar
Pancasila
• Pelaporan hasil asesmen fokus pada subelemen tertentu
dari dimensi
• Penyederhanaan komponen modulprojek
Pemilihan
mata pelajaran
dikelas
XI dan
● 4-5 mata pelajaran pilihan dipilih peserta didik dan tidak
ada pemilihan minimal dari rumpun mata pelajaran
tertentu
7. Kurikulum Merdeka diperkenalkankepadaseluruh pemangku kepentingan melaluiberbagaimedia:
Buku Saku
Kurikulum Merdeka
Risalah Kebijakan Dampak
Penyederhanaan Kurikulum
Buku Saku
Platform Merdeka
Mengajar
8. Sistem Informasi Perbukuan sebagai platform digital untuk mendukung layanan
perbukuan bagi ekosistem perbukuan dan pengembangan kurikulum
Memberikan akses yang lebih
luas secara daring kepada
masyarakat dalam memperoleh
buku teks utama dan nonteks
Memberikan kemudahan bagi
para pelaku perbukuan dalam
mengakses layanan sistem
perbukuan, seperti proses dan
informasi penilaian buku, serta
pembinaan pelaku perbukuan
Akses melalui https://buku.kemdikbud.go.id
9. Serta mengambil peran untuk menyukseskan Kurikulum
Merdeka
Ayo unduh aplikasi dan pelajari lebih
Unduh
Mengunduh Platform Merdeka
Mengajar pada gawai Android atau
mengakses melalui laman situs
https://guru.kemdikbud.go.id/
Pelajari
Mempelajari pilihan-pilihan kurikulum dan
informasi lebih mendalam tentang Kurikulum
Merdeka dari Platform Merdeka Mengajar dan
kurikulum.kemdikbud.go.id
juga melalui video pengenalan Kurikulum
Merdeka melalui tautan
kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id
Dinas Pendidikan
Mitra Komunitas
& Organisasi
Pendidikan
Berkontribusi dalam pengembangan
perangkat ajar pada platform Merdeka
Mengajar dengan mengisi tautan
https://bit.ly/MM-MITRA
QR Code Satuan Pendidikan
Mendaftarkan satuan pendidikan* untuk
menerapkan Kurikulum Merdeka pada
tautan kurikulum.gtk.kemdikbud.go.id
mulai tanggal 11 Februari 2022
Mendukung satuan pendidikan yang
memutuskan untuk menerapkan
K
*
u
U
r
n
i
k
t
u
u
l
k
u
s
m
a
t
M
u
a
e
n
r
d
p
e
e
k
n
a
d
i
d
i
k
a
nswasta perlu
mendapatkan persetujuan dari yayasan
Informasi lebih lanjut mengenai penerapan Kurikulum Merdeka silakanmenghubungi 081281435091
Beragam informasi diberikan kepada satuan pendidikan yang berminat untuk mempelajari
lebih mendalam dan menerapkan Kurikulum Merdeka
12. Krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan
belum membaik dari tahun ke tahun
Studi-studi nasional maupun
internasional, salah satunya PISA
menunjukkan bahwa banyak siswa kita
yang tidak mampu memahami bacaan
sederhana atau menerapkan konsep
matematika dasar
Skor PISA tidak mengalami peningkatan
yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun
berada di bawah kompetensi minimum
membaca dan matematika
Hasil tes PISA 2018 juga menunjukkan
adanya kesenjangan hasil belajar berbasis
status ekonomi-sosial, di mana siswa dari
keluarga yang lebih sejahtera
mendapatkan skor 52 poin lebih tinggi
Sumber: OECD (2018)
13. Krisis pembelajaran juga ditunjukkan dengan tingginya
kesenjangan kualitas pembelajaran
● Survei AKSI
menunjukkan adanya
ketimpangan besar
antar daerah dalam
hasil belajar murid.
● Studi tersebut
memperlihatkan
adanya kesenjangan
besar antar wilayah
dan antar kelompok
sosial-ekonomi
dalam hal kualitas
belajar. Setelah
pandemi, krisis
belajar ini menjadi
semakin parah.
Persebaran Skor AKSI (2019)
Bali
Nusra
• I
• M
• S
46,5
41,2
3,8
-11%
-9%
-12%
Sumatra
• I
• M
• S
48,0
42,5
39,2
-8%
-6%
-9%
Sulawesi
• I
• M
• S
46,4
41,3
37,7
-11%
-9%
-12%
Kalimantan
• B. Indonesia (I)
• Matematika (M)
• IPA (S)
49,0
43,0
39,5
-6%
-5%
-8%
Papua dan Maluku
• I
• M
• S
46,7
40,9
36,9
-11%
-10%
-14%
DKI Jakarta &
DI Yogyakarta
• I
• M
• S
52,3
45,4
4,1
Jawa (non-DKI dan
DIY)
• I
• M
• S
50,2
44,0
41,2
-5%
-4%
-5%
xx xx
Skor AKSI (SMP) % perbedaan rata-rata skor AKSI antara DKI Jakarta dan DI Yogyakarta
Legenda
:
14. Krisis pembelajaran diperparah oleh pandemi COVID-19
dengan meningkatnya ketertinggalan pembelajaran (learning
loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran
Numerasi
Literasi
Indikasi learning loss: berkurangnya kemajuan belajar dari
kelas 1 ke kelas 2 SD.
-52
129
77
(6 bulan)
SESUDAH
(TA 20/21)
SEBELUM
(TA 19/20)
- 44
Indikasi
Learning Loss
(5 bulan)
78
34
▪ Sebelum pandemi, kemajuan
belajar selama satu tahun (kelas 1
SD) adalah sebesar 129 poin untuk
literasi dan 78 poin untuk
numerasi.
▪ Setelah pandemi, kemajuan belajar
selama kelas 1 berkurang secara
signifikan (learning loss).
▪ Untuk numerasi, learning loss
tersebut setara dengan 5 bulan
belajar.
(Diambil dari sampel 3.391 siswa SD dari 7
Kab/Kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020
dan April 2021)
▪ Untuk literasi, learning loss ini
setara dengan 6 bulan belajar.
16. Penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi
khusus (kurikulum darurat) efektif memitigasi ketertinggalan
pembelajaran (learning loss) pada masa pademi COVID-19
Learning loss
5 bulan
Learning loss 1
bulan
522
482
517
Proyeksi jika tidak ada
learning loss
Survei pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di
20 kab/kota dari 8 provinsi menunjukkan perbedaan
hasil belajar yang signifikan antara Kurikulum 2013 dan
Kurikulum Darurat
Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi
learning loss numerasi dan literasi, penggunaan
kurikulum darurat dapat mengurangi dampak
pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi)
Pada sekolah yang menggunakan
Kurikulum 2013
Pada sekolah yang menggunakan
Kurikulum Darurat
Sekitar 31,5%
sekolah
menggunakan
kurikulum
darurat semasa
pandemi
COVID-19
Hasil belajar siswa 12 bulan pembelajaran di masa pandemi COVID-19
17. Sebagai bagian dari mitigasi ketertinggalan pembelajaran, satuan
pendidikan diberi opsi untuk menggunakan kurikulum yang
disederhanakan agar dapat berfokus pada penguatan karakter dan
kompetensi mendasar
Kemendikbudristek
mengembangkan
“Kurikulum Darurat” dengan
menyederhanakan
Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar (KI dan
KD) yang dicapai.
Kemendikbudristek menyusun
modul literasi dan numerasi
untuk membantu guru
menerapkan kurikulum. Juga
tersedia modul untuk orang tua
yang dapat digunakan di rumah.
Data kualitatif mengkonfirmasi bahwa guru
merasa terbantu untuk melihat materi yang
esensial, sehingga bisa merancang dan
menerapkan pembelajaran yang lebih baik.
Modul literasi-numerasi dari Kemendikbudristek
juga sering disebutkan sebagai alat bantu yang
bermanfaat untuk penerapan kurikulum.
20. Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan
pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum
secara lebih komprehensif
Rancangan dan
Implementasi Kurikulum Saat Ini:
Arah Perubahan Kurikulum:
Struktur kurikulum yang kurang fleksibel, jam
pelajaran ditentukan per minggu
Materi terlalu padat sehingga tidak cukup waktu
untuk melakukan pembelajaran yang mendalam
dan yang sesuai dengan tahap perkembangan
peserta didik
Materi pembelajaran yang tersedia kurang
beragam sehingga guru kurang leluasa dalam
mengembangkan pembelajaran kontekstual
Teknologi digital belum digunakan secara
sistematis untuk mendukung proses belajar
guru melalui berbagi praktik baik
Struktur kurikulum yang lebih fleksibel, jam
pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam
satu tahun
Fokus pada materi yang esensial, Capaian
Pembelajaran diatur per fase, bukan per tahun
Memberikan keleluasaan bagi guru
menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai
kebutuhan dan karakteristik peserta didik
Aplikasi yang menyediakan berbagai referensi
bagi guru untuk dapat terus mengembangkan
praktik mengajar secara mandiri dan berbagi
praktik baik.
21. Keunggulan Kurikulum Merdeka
1. Lebih Sederhana dan
Mendalam
Fokus pada materi yang esensial dan
pengembangan kompetensi peserta didik
pada fasenya. Belajar menjadi lebih
mendalam, bermakna, tidak terburu-buru
dan menyenangkan.
22. Keunggulan Kurikulum Merdeka
2. Lebih Merdeka
Peserta didik: Tidak ada program peminatan
di SMA, peserta didik memilih mata
pelajaran sesuai minat, bakat, dan
aspirasinya.
Guru: Guru mengajar sesuai tahap
capaian dan perkembangan
peserta didik.
Satuan pendidikan: memiliki wewenang
untuk mengembangkan dan mengelola
kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan
karakteristik satuan pendidikan dan peserta
didik.
23. Keunggulan Kurikulum Merdeka
3. Lebih Relevan dan
Interaktif
Pembelajaran melalui kegiatan projek
memberikan kesempatan lebih luas
kepada peserta didik untuk secara aktif
mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya
isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya
untuk mendukung pengembangan
karakter dan kompetensi Profil Pelajar
Pancasila.
24. Kesiapan satuan pendidikan untuk mengimplementasi kurikulum
berbeda-beda, terutama dalam situasi Pandemi COVID-19. Menyadari
kompleksitas tersebut, maka:
2
1
Pemerintah tidak mewajibkan
satuan pendidikan untuk
mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka
Implementasi Kurikulum
Merdeka dapat disesuaikan
dengan kesiapan masing-
masing satuan pendidikan
Sumber: Kepmendikbudristek Nomor 56 Tahun 2022
25. Dalam pemulihan pembelajaran, sekarang sekolah diberikan
kebebasan menentukan kurikulum yang akan dipilih
Pilihan 1
Kurikulum 2013
Secara penuh
Pilihan 2
Kurikulum Darurat
yaitu Kurikulum 2013 yang
disederhanakan
Pilihan 3
Kurikulum Merdeka
26. Untuk satuan pendidikan yang memilih Kurikulum Merdeka,
implementasinya dapat disesuaikan dengan kesiapan masing-masing
Satuan pendidikan menentukan pilihan berdasarkan Angket Kesiapan Implementasi Kurikulum Merdeka
yang mengukur kesiapan guru dan tenaga kependidikan. Tidak ada pilihan yang paling benar, yang ada
pilihan yang paling sesuai kesiapan satuan pendidikan. Semakin sesuai maka semakin efektif implementasi
Kurikulum Merdeka.
Pilihan 3: Mandiri Berbagi
Menerapkan Kurikulum Merdeka dengan
mengembangkan sendiri berbagai perangkat
ajar di satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7
dan 10.
Pilihan 1: Mandiri Belajar
Menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum
Merdeka, tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan
yang sedang diterapkan.
Pilihan 2: Mandiri berubah
Menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat
ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD,
kelas 1, 4, 7 dan 10.
27. Penerapan Kurikulum Merdeka didukung melalui penyediaan beragam
perangkat ajar serta pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru,
kepala sekolah, dan dinas pendidikan.
● Perangkat ajar (buku teks, contoh-contoh alur tujuan
pembelajaran, kurikulum operasional sekolah, serta
modul ajar dan projek penguatan profil Pelajar
Pancasila disediakan melalui platform digital/PMM
bagi guru. Satuan pendidikan dapat melakukan
pengadaan buku teks secara mandiri dengan BOS
reguler atas dukungan Pemda dan yayasan
● Buku cetak dapat dibeli menggunakan dana BOS
melalui SIPLah atau cetak mandiri
01
Penyediaan
Perangkat
ajar: buku
teks dan
bahan ajar
pendukung
28. Penerapan Kurikulum Merdeka didukung melalui penyediaan beragam
perangkat ajar serta pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru,
kepala sekolah, dan dinas pendidikan.
02
Pelatihan dan
penyediaan
sumber
belajar guru,
kepala
sekolah, dan
pemda
● Pelatihan mandiri bagi guru dan kepala sekolah
melalui micro learning di aplikasi digital.
● Menyediakan berbagai narasumber dalam
pelatihan Kurikulum Merdeka. Misalnya, melalui
pengimbasan dari Sekolah Penggerak.
● Berbagai sumber belajar untuk guru dalam
bentuk e-book, video, podcast dll., yang dapat
diakses daring dan didistribusikan melalui media
penyimpanan (flashdisk).
● Guru membentuk komunitas belajar untuk saling
berbagi praktik baik dalam adopsi Kurikulum
Merdeka, baik di satuan pendidikan maupun di
komunitasnya
29. Penerapan Kurikulum Merdeka didukung melalui penyediaan beragam
perangkat ajar serta pelatihan dan penyediaan sumber belajar guru,
kepala sekolah, dan dinas pendidikan.
03
Jaminan
jam
mengajar
dan
tunjangan
profesi
guru
● Perubahan struktur mata pelajaran tidak
merugikan guru
● Semua guru yang berhak mendapatkan
tunjangan profesi ketika menggunakan
Kurikulum 2013 akan tetap mendapatkan hak
tersebut
30. Perangkat ajar merupakan berbagai bahan ajar (tidak hanya buku teks)
yang digunakan untuk mencapai profil pelajar Pancasila dan Capaian
Pembelajaran
Modul projek penguatan profil pelajar
Pancasila dengan tema Bhineka
Tunggal Ika untuk Fase A
Modul ajar Bahasa Indonesia untuk
Fase D (SMP)
Buku teks mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan untuk
kelas X
33. Struktur Kurikulum
Pendidikan Anak Usía Dini (PAUD), Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
1. Pembelajaran intrakurikuler. Kegiatan
pembelajaran intrakurikuler untuk setiap
mata pelajaran mengacu pada capaian
pembelajaran.
2. Projek penguatan profil pelajar
Pancasila. Kegiatan khusus yang
ditujukan untuk memperkuat upaya
pencapaian profil pelajar Pancasila yang
mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan.
Secara pengelolaan waktu pelaksanaan,
projek dapat dilaksanakan dengan
menjumlah alokasi jam pelajaran projek dari
semua mata pelajaran dan jumlah total
waktu pelaksanaan masing-masing projek
tidak harus sama.
Alokasi waktu untuk setiap projek
penguatan profil pelajar Pancasila tidak
harus sama. Satu projek dapat dilakukan
dengan durasi waktu yang lebih panjang
daripada projek yang lain.
34. Muatan Lokal
Satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan karakteristik daerah. Satuan pendidikan dapat menambahkan
muatan tambahan sesuai karakteristik satuan pendidikan secara fleksibel, melalui 3
(tiga) pilihan sebagai berikut:
1. Mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain;
2. Mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila;
dan/atau
3. Mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.
35. Struktur Kurikulum SD
Struktur kurikulum SD/MI dibagi menjadi 3 (tiga)
Fase:
a. Fase A untuk Kelas I dan Kelas II;
b. Fase B untuk Kelas III dan Kelas IV; dan
c. Fase C untuk Kelas V dan Kelas VI.
Satuan pendidikan SD/MI dapat
mengorganisasikan muatan pembelajaran
menggunakan pendekatan mata pelajaran atau
tematik. Proporsi beban belajar di SD/MI terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu:
a. pembelajaran intrakurikuler; dan
b. projek penguatan profil pelajar Pancasila,
dialokasikan sekitar 20% (dua puluh persen)
beban belajar per-tahun.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar
Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik muatan
maupun waktu pelaksanaan. Secara muatan,
projek harus mengacu pada capaian profil pelajar
Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan
tidak harus dikaitkan dengan capaian
pembelajaran pada mata pelajaran. Secara
pengelolaan waktu pelaksanaan, projek dapat
dilaksanakan dengan menjumlah alokasi jam
pelajaran projek penguatan profil pelajar
Pancasila dari semua mata pelajaran dan jumlah
total waktu pelaksanaan masing-masing projek
tidak harus sama.
36. Asumsi 1 Tahun = 36 minggu
1 JP = 35 menit
Alokasi per tahun
(minggu)
Alokasi Projek
per tahun
TOTAL JP PER
TAHUN
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Pancasila 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 216 (6) 72 288
Matematika 144 (4) 36 180
PJOK 108 (3) 36 144
Seni dan Budaya**:
o Seni Musik
o Seni Rupa
o Seni Teater
o Seni Tari
108 (3) 36 144
Bahasa Inggris*** 72 (2) - 72
Muatan Lokal*** 72 (2) 72
Total****: 828 (23) 252 1080
* Diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan agama/kepercayaan
masing-masing.
** Satuan pendidikan menyediakan
minimal 1 (satu) jenis seni (Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater,
dan/atau Seni Tari). Peserta didik
memilih 1 (satu) jenis seni (Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau
Seni Tari).
*** Maksimal 2 JP per minggu atau
72 JP per tahun.
**** Total JP tidak termasuk mata
pelajaran Bahasa Inggris, Muatan
Lokal, dan/atau mata pelajaran
tambahan yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan.
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas I
37. Asumsi 1 Tahun = 36 minggu
1 JP = 35 menit
Alokasi pertahun
(minggu)
Alokasi Projek
per tahun
TOTAL JP PER
TAHUN
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Pancasila 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 252 (7) 72 324
Matematika 180 (5) *** 36 216
PJOK 108 (3) 36 144
Seni dan Budaya**:
o Seni Musik
o Seni Rupa
o Seni Teater
o Seni Tari
108 (3) 36 144
Bahasa Inggris*** 72 (2) - 72
Muatan Lokal*** 72 (2) 72
Total****: 900 (25) 252 1152
* Diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan agama/kepercayaan
masing-masing.
** Satuan pendidikan menyediakan
minimal 1 (satu) jenis seni (Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater,
dan/atau Seni Tari). Peserta didik
memilih 1 (satu) jenis seni (Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau
Seni Tari).
*** Maksimal 2 JP per minggu
atau 72 JP per tahun.
**** Total JP tidak termasuk mata
pelajaran Bahasa Inggris, Muatan
Lokal, dan/atau mata pelajaran
tambahan yang diselenggarakan
oleh satuan pendidikan.
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas II
38. * Diikuti oleh peserta didik
sesuai dengan
agama/kepercayaan masing-
masing.
** Satuan pendidikan
menyediakan minimal 1 (satu)
jenis seni (Seni Musik, Seni
Rupa, Seni Teater, dan/atau
Seni Tari). Peserta didik
memilih 1 (satu) jenis seni (Seni
Musik, Seni Rupa, Seni Teater,
atau Seni Tari).
*** Maksimal 2 JP per minggu
atau 72 JP per tahun.
**** Total JP tidak termasuk
mata pelajaran Bahasa Inggris,
Muatan Lokal, dan/atau mata
pelajaran tambahan yang
diselenggarakan oleh satuan
pendidikan.
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu
1 JP = 35 menit
Alokasi per tahun
(minggu)
Alokasi Projek
per tahun
TOTAL JP PER
TAHUN
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 108 (3) 36 144
Pendidikan Pancasila 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 216 (6) 36 252
Matematika 180 (5) 36 216
IPAS 180 (5) 36 216
PJOK 108 (3) 36 144
Seni dan Budaya**:
o Seni Musik
o Seni Rupa
o Seni Teater
o Seni Tari
108 (3) 36 144
Bahasa Inggris*** 72 (2) - 72
Muatan Lokal*** 72 (2) - 72
Total****: 1044 (29) 252 1296
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas III-V
39. Asumsi 1 Tahun = 36 minggu K13 Program Sekolah Penggerak
Per Minggu
Alokasi per tahun
(minggu)
Alokasi Projek per tahun Total JP Per Tahun
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti* 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 4 108 (3) 36 144
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti* 4
108 (3) 36 144
Pendidikan Pancasila 6 144 (4) 36 180
Bahasa Indonesia 10 216 (6) 36 252
Matematika 6 180 (5) 36 216
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial - 180 (5) 36 216
Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan - 108 (3) 36 144
Pilihan minimal 1:
a) Seni Musik, b) Seni Rupa, c) Seni Teater, d) Seni Tari
4
108 (3) 36 144
Bahasa Inggris*** 2 72 (2)*** 72***
Muatan Lokal*** 2 72 (2)*** 72***
Total*** 1.044(29) 252 1.296
****Jam pelajaran
kelas 3 SD mengalami
peningkatan, mengikuti
struktur kelas 4 karena
IPAS dimulai di kelas 3
***opsional. Satuan
Pendidikan dapat
mengintegrasikan
muatan lokal dalam
mapel lain atau
diajarkan melalui
kegiatan projek.
Alokasi Waktu Mata Pelajaran SD/MI Kelas III - V
43. Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan:
Bagaimana menyusun
pedoman penyelenggaraan
pembelajaran sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan
satuan pendidikan?
44. Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
Kurikulum operasional yang dikembangkan menunjukkan
kesesuaian dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik,
satuan pendidikan, dan daerah. Dalam mengembangkan dan
mengelola kurikulum operasional, satuan pendidikan
sebaiknya melibatkan seluruh pemangku kepentingan,
termasuk siswa, komite sekolah, dan masyarakat.
Pemerintah menyediakan contoh-contoh kurikulum
operasional sekolah yang dapat dimodifikasi, dijadikan
contoh, atau rujukan untuk satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum operasionalnya.
45. Prinsip pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan
1. Berpusat pada peserta didik, yaitu pembelajaran harus memenuhi keragaman potensi, kebutuhan
perkembangan dan tahapan belajar, serta kepentingan peserta didik. Profil Pelajar Pancasila selalu menjadi
rujukan pada semua tahapan dalam penyusunan kurikulum operasional sekolah
2. Kontekstual, menunjukkan kekhasan dan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, konteks sosial
budaya dan lingkungan, serta dunia kerja dan industri (khusus SMK), dan menunjukkan karakteristik atau
kekhususan peserta didik berkebutuhan khusus (khusus SLB)
3. Esensial, yaitu memuat semua unsur informasi penting/utama yang dibutuhkan dan digunakan di satuan
pendidikan. Bahasa yang digunakan lugas, ringkas, dan mudah dipahami
4. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan karena berbasis data dan aktual
5. Melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan melibatkan
komite satuan pendidikan dan berbagai pemangku kepentingan antara lain orang tua, organisasi, berbagai
sentra, serta industri dan dunia kerja untuk SMK, di bawah koordinasi dan supervisi dinas Pendidikan atau
kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama sesuai dengan
kewenangannya.
46. Komponen Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan
Komponen kurikulum operasional yang dikembangkan dan digunakan di satuan
pendidikan terdiri atas karakteristik satuan pendidikan, visi, misi, dan tujuan satuan
pendidikan, pengorganisasian pembelajaran, dan perencanaan pembelajaran.
Untuk dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran ruang lingkup kelas, satuan
pendidikan dapat menggunakan, memodifikasi, atau mengadaptasi contoh modul ajar
yang disediakan Pemerintah, dan cukup melampirkan beberapa contoh Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)/modul ajar atau bentuk rencana kegiatan yang
mewakili inti dari rangkaian pembelajaran pada bagian Lampiran. Satuan pendidikan
memiliki keleluasaan untuk menentukan format dan sistematika penyusunan
kurikulum operasional satuan pendidikan.
47. Kerangka dasar kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Struktur Kurikulum
Capaian Pembelajaran
Prinsip Pembelajaran dan Asesmen
Merumuskan
VISI
MISI
TUJUAN
Menganalisis konteks
KARAKTERISTIK
SATUAN
PENDIDIKAN
Menentukan
PENGORGANISASIAN
PEMBELAJARAN
Menyusun
RENCANA
PEMBELAJARAN
TETAP
Ditetapkan oleh pemerintah pusat
FLEKSIBEL/DINAMIS
Satuan pendidikan
mengembangkan kurikulum
operasional berdasarkan
kerangka dan struktur
kurikulum, sesuai karakteristik
dan kebutuhan satuan
pendidikan
. .
1
2
3
4
Proses Penyusunan Kurikulum Operasional di Satuan Pendidikan Secara Umum
SNP
48. Analisis Karakteristik Satuan Pendidikan
Sebelum mengembangkan kurikulum satuan pendidikan, sekolah perlu melakukan
analisis karakteristik dan lingkungan belajar dengan menampung aspirasi anggota
komunitas, dan menjadikan visi dan misi sebagai arahan yang disepakati oleh seluruh
warga satuan pendidikan.
Prinsip-prinsip analisis lingkungan belajar:
● Melibatkan perwakilan warga satuan pendidikan
● Menggunakan data-data yang diperoleh dari situasi nyata/kondisi satuan
pendidikan
● Mengalokasikan waktu yang cukup untuk pengumpulan, pengorganisasian, analisis
dan dokumentasi data
● Memilah informasi yang relevan dan menyimpulkan untuk mengembangkan
strategi atau solusi
Contoh informasi yang perlu didapatkan dalam analisis lingkungan belajar satuan
pendidikan:
● Apa kekhasan daerah setempat yang penting untuk dilestarikan?
● Bagaimana peran satuan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat setempat?
● Apa dampak dari satuan pendidikan yang sudah dapat dirasakan saat ini (baik oleh
warga masyarakat maupun warga satuan pendidikan itu sendiri)?
● Bagaimana peran satuan pendidikan dalam menyiapkan peserta didik mencapai
profil Pelajar Pancasila?
● [SMK] Apa potensi daerah dan kondisi dunia kerja yang relevan?
Berikut adalah pilihan cara untuk
mengumpulkan informasi
● Kuesioner, dengan pertanyaan
disesuaikan dengan tujuan dan
sasaran yang dibutuhkan.
● Wawancara, untuk mendapatkan
data secara langsung.
● Diskusi kelompok terpumpun
(FGD) dengan mengundang
perwakilan dari seluruh warga
satuan pendidikan dan tokoh
masyarakat.
● Observasi
● Rapor pendidikan, terkait mutu
dan hasil belajar, kompetensi dan
kinerja guru dan tenaga
kependidikan, mutu dan relevansi
pembelajaran
Beberapa alat yang dapat digunakan
untuk menganalisis informasi:
● Analisis SWOT
● Root Cause
● Fish Bone
50. Bahasa Inggris
Seni Musik
IPAS
Pembelajaran tematik
● Pembelajaran tematik diibaratkan
gado-gado, dimana bermacam bahan
dicampur namun masih dapat dipilah
● Jadwal disusun berdasarkan mata
pelajaran tetapi kegiatan pembelajaran
dijalankan dengan merujuk pada tema
yang sudah ditentukan
● Pembelajaran tematik disusun dengan
cara menyusun TP yang sesuai dengan
tema
● Saat perencanaan pembelajaran guru
dan wakil kepala sekolah bidang
kurikulum melihat CP dan
mengidentifikasi tema- tema yang bisa
menjadi fokus pembelajaran
Contoh desain pembelajaran tematik fase C
Sumber daya
alam lokal untuk
menjaga
kesehatan dalam
keseharian
menulis teks deskripsi mengenai
satu sumber daya alam dari
daerahnya yg bisa dimanfaatkan
untuk kesehatan masyarakat.
siswa bertanya kepada narasumber
mengenai jenis-jenis sumber daya alam
lokal (sebisa mungkin yang masih
mudah dijumpai oleh siswa) yang
dimanfaatkan untuk kesehatan. Dari
informasi yang didapat, siswa dapat
mendiskusikan cara kerja sistem tubuh
secara sederhana (sistem pernapasan
atau pencernaan dan mendiskusikan
cara-cara untuk menjaga kesehatan
sistem tersebut
siswa belajar memainkan
alat musik dari daerah
lokal yang menggunakan
bahan yang diambil dari
alam sekitarnya. Siswa
juga berdiskusi mengenai
peran bermusik dalam
kesehatan emosi
(memberikan
ketenangan/menghibur)
Bahasa Indonesia
siswa membuat pertanyaan untuk
diajukan kepada narasumber
mengenai jenis-jenis sumber daya
alam lokal Siswa mencatat
informasi yang didapat secara
terstruktur (belajar membuat
tabel atau diagram) dan berdiskusi
untuk membuat cara
mengkomunikasikan informasi
tersebut.
52. Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
07.00 - 07.35 Matematika Bahasa Indonesia Matematika IPAS PJOK
07.35 - 08.05 Matematika Bahasa Indonesia Matematika IPAS Bahasa Inggris
08.05 - 08.40 Seni dan Budaya Muatan lokal Matematika Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Bahasa Inggris
08.40 - 09.00 istirahat
09.00 - 09.35 Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
PJOK IPAS Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Seni dan Budaya
09.35 - 10.10 Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
PJOK IPAS Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Seni dan Budaya
10.10 - 10.45 Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila IPAS Bahasa Indonesia Agama dan Budi Pekerti
10.45 - 11.05 istirahat
11.05 - 11.40 Pendidikan Pancasila Pendidikan Pancasila Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Bahasa Indonesia
11.40 - 12.15 Agama dan Budi Pekerti Bahasa Indonesia Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Muatan lokal
12.15 - 12.50 Agama dan Budi Pekerti Bahasa Indonesia
Contoh jadwal pembelajaran berbasis mata pelajaran
Untuk pembelajaran tematik, dapat menggunakan contoh jadwal yang sama namun setiap materi di
mata pelajaran konteksnya dikaitkan dengan tema
53. Pembelajaran integratif
● Pembelajaran integratif diibaratkan jus, di mana bermacam
bahan dilebur dan sudah tidak dapat dipilah
● Pembelajaran integratif berfokus membangun pemahaman
terhadap satu ide besar (konsep)
● Saat perencanaan pembelajaran guru dan wakil kepala sekolah
bidang kurikulum melihat TP dan merancang sebuah ide besar
(konsep) yang menjadi tujuan akhir proses pembelajaran
● Jadwal disusun dengan meleburkan beberapa mata pelajaran,
sehingga sudah menjadi satu unit pembelajaran integratif
54. Contoh desain unit integratif fase B
IPAS
Elemen keterampilan proses:
● Merencanakan dan melakukan penyelidikan. Dengan panduan, peserta
didik membuat rencana dan melakukan langkah-langkah operasional
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Menggunakan alat dan bahan
yang sesuai dengan mengutamakan keselamatan. Peserta didik
menggunakan alat bantu pengukuran untuk mendapatkan data yang
akurat.
● Memproses, menganalisis data dan informasi. Mengorganisasikan data
dalam bentuk tabel dan grafik sederhana untuk menyajikan data dan
mengidentifikasi pola. Peserta didik membandingkan antara hasil
pengamatan dengan prediksi dan memberikan alasan yang bersifat ilmiah.
Ide utama /konsep:
Rancangan dan cara penyampaian
sebuah pesan menentukan
efektivitas penyampaiannya
Asesmen (performance task) :
Menyampaikan pesan untuk
mempromosikan gaya hidup sehat.
Siswa merancang media dan pesan
inti yang perlu disampaikan dalam
serangkaian kegiatan kampanye
hidup sehat.
Mata pelajaran yang terintegrasi:
IPAS, Bahasa Indonesia, PPKN
55. Bahasa Indonesia Pendidikan Pancasila
Elemen Menyimak:
Peserta didik mampu
memahami ide pokok
(gagasan) suatu pesan lisan,
informasi dari media audio,
teks aural (teks yang
dibacakan dan/atau didengar),
dan instruksi lisan yang
berkaitan dengan tujuan
berkomunikasi. Peserta didik
mampu memahami dan
memaknai teks narasi yang
dibacakan atau dari media
audio.
Elemen Membaca & Memirsa:
Peserta didik mampu
memahami pesan dan
informasi tentang kehidupan
sehari-hari, teks narasi, dan
puisi anak dalam bentuk cetak
atau elektronik. Peserta didik
mampu memahami ide pokok
dan ide pendukung pada teks
informasional dan mampu
menjelaskan permasalahan
yang dihadapi oleh tokoh
cerita pada teks narasi.
Peserta didik mampu
menambah kosakata baru dari
teks yang dibaca atau
tayangan yang dipirsa sesuai
dengan topik.
Elemen Berbicara &
Mempresentasikan:
Peserta didik mampu berbicara
dengan pilihan kata dan sikap
tubuh/gestur yang santun,
menggunakan volume dan
intonasi yang tepat sesuai
konteks; mengajukan dan
menanggapi pertanyaan dalam
suatu percakapan dan diskusi
dengan lebih aktif. Peserta
didik mampu mengungkapkan
gagasan dalam suatu
percakapan dan diskusi
dengan menerapkan tata
caranya. Peserta didik mampu
menceritakan kembali suatu
informasi yang dibaca atau
didengar dari teks narasi
dengan topik yang beragam.
Peserta didik dapat mengenal
identitas dirinya dan teman-
temannya sesuai budaya,
minat, dan perilakunya; cara
berkomunikasi dengan
mereka; mengenali
karakteristik fisik dan non-fisik
orang dan benda yang ada di
lingkungan sekitarnya; serta
memahami bahwa kebinekaan
dapat memberikan
kesempatan untuk
mendapatkan pengalaman dan
pemahaman yang baru.
56. Senin Selasa Rabu Kamis Jumat
07.00 - 07.35 Unit integratif Seni dan Budaya Unit integratif Muatan lokal Agama dan Budi Pekerti
07.35 - 08.05 Unit integratif Seni dan Budaya Unit integratif Matematika Bahasa Inggris
08.05 - 08.40 Unit integratif Seni dan Budaya Unit integratif Matematika Bahasa Inggris
08.40 - 09.00 istirahat
09.00 - 09.35 Matematika Unit integratif Muatan lokal Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Unit integratif
09.35 - 10.10 Matematika Unit integratif Agama dan Budi Pekerti Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Unit integratif
10.10 - 10.45 Matematika Unit integratif Agama dan Budi Pekerti Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Unit integratif
10.45 - 11.05 istirahat
11.05 - 11.40 Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
PJOK Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Unit integratif
11.40 - 12.15 Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
PJOK Projek penguatan profil
pelajar Pancasila
Unit integratif
12.15 - 12.50 PJOK Unit integratif
Contoh jadwal pembelajaran berbasis mata pelajaran
57. Pembelajaran berbasis mata pelajaran
Pembelajaran berbasis mata pelajaran diibaratkan makanan
dengan lauk yang terpisah
Pembelajaran berbasis mata pelajaran bertujuan mencapai
Capaian Pembelajaran di masing-masing mata pelajaran
Saat perencanaan pembelajaran guru dan wakil kepala
sekolah bidang kurikulum melihat TP dan merancang
asesmen dan kegiatan untuk setiap mata pelajaran
Jadwal disusun berdasarkan mata pelajaran tetapi kegiatan
pembelajaran dijalankan dengan merujuk pada tema yang
sudah ditentukan
58. Contoh desain pembelajaran berbasis mata pelajaran
Bahasa Indonesia IPAS PPKN
CP Elemen Menyimak:
Peserta didik mampu memahami ide pokok
(gagasan) suatu pesan lisan, informasi dari
media audio, teks aural (teks yang dibacakan
dan/atau didengar), dan instruksi lisan yang
berkaitan dengan tujuan berkomunikasi.
Peserta didik mampu memahami dan
memaknai teks narasi yang dibacakan atau
dari media audio
CP elemen keterampilan proses:
● Merencanakan dan melakukan
penyelidikan. Dengan panduan, peserta
didik membuat rencana dan melakukan
langkah-langkah operasional untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan.
Menggunakan alat dan bahan yang
sesuai dengan mengutamakan
keselamatan. Peserta didik
menggunakan alat bantu pengukuran
untuk mendapatkan data yang akurat.
● Memproses, menganalisis data dan
informasi. Mengorganisasikan data
dalam bentuk tabel dan grafik
sederhana untuk menyajikan data dan
mengidentifikasi pola. Peserta didik
membandingkan antara hasil
pengamatan dengan prediksi dan
memberikan alasan yang bersifat
ilmiah.
Peserta didik dapat mengenal identitas
dirinya dan teman-temannya sesuai budaya,
minat, dan perilakunya; cara berkomunikasi
dengan mereka; mengenali karakteristik
fisik dan non-fisik orang dan benda yang ada
di lingkungan sekitarnya; serta memahami
bahwa kebinekaan dapat memberikan
kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman dan pemahaman yang baru.
59. Bahasa Indonesia IPAS PPKN
Tujuan pembelajaran: Peserta didik menyimak
dengan saksama, memahami instruksi yang lebih
kompleks, memahami dan memaknai ide pokok
dalam teks audiovisual dan teks aural (teks yang
dibacakan) yang sesuai jenjangnya.
Asesmen: Merancang media penyampaian pesan
Kegiatan pembelajaran
● Mengamati berbagai media penyampaian
pesan, contoh: video, poster, artikel pendek
dan mengidentifikasi ide / pesan yang
disampaikan
● Mendiskusikan media yang paling efektif
dalam menyampaikan pesan
● Mencari data di sekolah untuk mengetahui
media apa yang paling disukai teman-
temannya
● Mendesain media penyampaian pesan
Tujuan Pembelajaran: mendesain kuesioner
sederhana, mengorganisasikan data
Asesmen: membuat kuesioner sederhana
Kegiatan pembelajaran:
● Penjelasan ttg bentuk dan fungsi kuesioner
● Membuat pertanyaan untuk kuesioner
● Merancang kuesioner secara berkelompok
Tujuan Pembelajaran: Memahami pengaruh
budaya dengan cara berkomunikasi
Asesmen: membuat salindia ttg pengaruh budaya
tertentu dengan cara berkomunikasi
Kegiatan pembelajaran:
● Membaca jigsaw: bagaimana budaya dapat
mempengaruhi gaya berkomunikasi
● Diskusi: apa yang kamu ketahui tentang
karakteristik kelompok masyarakat di sekolah?
● Brainstorm: bagaimana cara berkomunikasi
yang paling sesuai untuk masyarakat sekolah?
Contoh desain pembelajaran berbasis mata pelajaran
61. Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Prinsip pembelajaran sebagai berikut:
a. pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan
karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran
menjadi bermakna dan menyenangkan;
b. pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi
pembelajar sepanjang hayat;
c. proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik
secara holistik;
d. pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan,
dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra; dan
e. pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
62. Prinsip Asesmen
Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Prinsip asesmen sebagai berikut:
a. asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi
pembelajaran, dan penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk
pendidik, peserta didik, dan orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam
menentukan strategi pembelajaran selanjutnya;
b. asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar
efektif mencapai tujuan pembelajaran;
c. asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable)
untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan
sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai selanjutnya;
d. laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan
informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut; dan
e. hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan
orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
63. 1. Asesmen di awal pembelajaran dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik,
dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik. Pada
pendidikan khusus, asesmen diagnostik dilaksanakan sebelum perencanaan pembelajaran sebagai rujukan
untuk menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI).
2. Satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan kegiatan pembelajaran dan
perangkat ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran, konteks satuan pendidikan, dan karakteristik peserta didik.
3. Satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk menentukan jenis, teknik, bentuk instrumen,
dan waktu pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik tujuan pembelajaran.
4. Apabila pendidik menggunakan modul ajar yang disediakan pemerintah dan/atau membuat modul ajar merujuk
pada modul ajar yang disediakan pemerintah, maka pendidik tersebut dapat menggunakan modul ajar
sebagai dokumen perencanaan pembelajaran, dengan komponen sekurang-kurangnya terdiri dari tujuan
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan asesmen yang digunakan untuk memantau ketercapaian
tujuan pembelajaran.
5. Untuk SMK, mitra dunia kerja dapat mendukung pembelajaran, asesmen, dan uji kompetensi yang selaras
dengan prinsip-prinsip asesmen.
6. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen pada mata pelajaran Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di SMK dilaksanakan secara kolaboratif oleh satuan pendidikan dan mitra dunia kerja.
Perencanaan serta Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen
64. Perangkat Ajar
Perangkat ajar merupakan berbagai bahan ajar yang digunakan oleh pendidik dalam
upaya mencapai profil pelajar Pancasila dan Capaian Pembelajaran.
Perangkat ajar meliputi buku teks pelajaran, modul ajar, modul projek penguatan
profil pelajar Pancasila, contoh-contoh kurikulum operasional satuan pendidikan,
video pembelajaran, serta bentuk lainnya. Pendidik dapat menggunakan beragam
perangkat ajar dari berbagai sumber.
Perangkat ajar dapat langsung digunakan pendidik untuk mengajar ataupun
sebagai referensi atau inspirasi dalam merancang pembelajaran.
65. Modul Ajar
Modul ajar merupakan dokumen yang berisi tujuan, langkah, dan media
pembelajaran, serta asesmen yang dibutuhkan dalam satu unit/topik berdasarkan alur
tujuan pembelajaran.
Pendidik memiliki keleluasaan untuk membuat sendiri, memilih, dan memodifikasi
modul ajar yang tersedia sesuai dengan konteks, karakteristik, serta kebutuhan peserta
didik.
Pemerintah menyediakan contoh-contoh modul ajar yang dapat dijadikan inspirasi
untuk satuan pendidikan. Pendidik yang menggunakan modul ajar yang disediakan
Pemerintah tidak perlu lagi menyusun perencanaan pembelajaran/RPP/modul ajar.
66. Penyediaan Perangkat ajar: buku teks dan bahan
ajar pendukung
Perangkat ajar (buku teks, contoh-contoh alur tujuan pembelajaran, kurikulum
operasional sekolah, serta modul ajar dan projek penguatan profil Pelajar
Pancasila disediakan melalui platform digital bagi guru. Sekolah dapat
melakukan pengadaan buku teks secara mandiri dengan BOS reguler atas
dukungan Pemda dan yayasan
Buku cetak dapat dibeli menggunakan dana BOS melalui SIPLah atau cetak
mandiri
67. 1. Satuan pendidikan menyiapkan pelaporan hasil belajar (rapor)
peserta didik.
2. Rapor peserta didik PAUD meliputi komponen identitas
peserta didik, nama satuan pendidikan, kelompok usia,
semester, tinggi badan dan berat badan, deskripsi
perkembangan capaian pembelajaran, dan refleksi orang tua.
3. Rapor peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK
atau sederajat meliputi komponen identitas peserta didik,
nama satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran, nilai,
deskripsi, catatan guru, presensi, dan kegiatan ekstrakurikuler.
4. Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan
mekanisme dan format pelaporan hasil belajar kepada orang
tua/wali.
5. Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK atau sederajat,
satuan pendidikan dan pendidik memiliki keleluasaan untuk
menentukan deskripsi dalam menjelaskan makna nilai yang
diperoleh peserta didik.
Pelaporan Kemajuan Belajar
6. Pelaporan hasil belajar disampaikan sekurang-
kurangnya pada setiap akhir semester.
7. Satuan pendidikan menyampaikan rapor peserta
didik secara berkala melalui e rapor/dapodik
8. Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau
sederajat, satuan pendidikan memiliki keleluasaan
untuk menentukan kriteria kenaikan kelas dengan
mempertimbangkan:
a. laporan kemajuan belajar;
b. laporan pencapaian projek penguatan profil pelajar
Pancasila;
c. portofolio peserta didik;
d. paspor keterampilan (skill passport) dan rekognisi
pembelajaran lampau peserta didik untuk SMK
e. prestasi akademik dan non-akademik;
f. ekstrakurikuler;
g. penghargaan peserta didik; dan
h. tingkat kehadiran.
68. Kesimpulan
● Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik secara
muatan maupun secara waktu pelaksanaan. Secara muatan, projek profil harus mengacu pada
capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan
capaian pembelajaran pada mata pelajaran.
● Secara pengelolaan waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan menjumlah alokasi jam
pelajaran projek dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing
projek tidak harus sama.
● Komponen kurikulum operasional yang dikembangkan dan digunakan di satuan pendidikan terdiri
atas karakteristik satuan pendidikan, visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan, pengorganisasian
pembelajaran, dan perencanaan pembelajaran. Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk
menentukan format dan sistematika penyusunan kurikulum operasional satuan pendidikan.
● Perangkat ajar meliputi buku teks pelajaran, modul ajar, modul projek penguatan profil pelajar
Pancasila, contoh-contoh kurikulum operasional satuan pendidikan, video pembelajaran, serta
bentuk lainnya. Pendidik dapat menggunakan beragam perangkat ajar dari berbagai sumber.
Perangkat ajar dapat langsung digunakan pendidik untuk mengajar ataupun sebagai referensi atau
inspirasi dalam merancang pembelajaran
69. Karakteristik Kurikulum di Setiap Jenjang
PAUD SD SMP SMA SMK SLB
Kegiatan bermain
sebagai pendekatan
belajar yang utama
Penguatan literasi
dini dan penanaman
karakter dapat
melalui kegiatan
bermain-belajar
berbasis buku
bacaan anak
Fase Fondasi untuk
meningkatkan
kesiapan bersekolah
Pembelajaran
berbasis projek
untuk penguatan
profil Pelajar
Pancasila dilakukan
melalui kegiatan
perayaan hari besar
dan perayaan tradisi
lokal
Penguatan kompetensi yang
mendasar dan pemahaman
holistik:
• Untuk memahami
lingkungan sekitar, mata
pelajaran IPA dan IPS
digabungkan sebagai
mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan
Sosial (IPAS)
• Integrasi computational
thinking dalam mata
pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika,
dan IPAS
• Bahasa Inggris sebagai
mata pelajaran pilihan
Pembelajaran berbasis
projek untuk penguatan
profil Pelajar Pancasila
dilakukan minimal 2 kali
dalam satu tahun ajaran
Penyesuaian
dengan
perkembangan
teknologi digital,
mata pelajaran
Informatika
menjadi mata
pelajaran wajib
Panduan untuk
guru Informatika
disiapkan untuk
membantu guru-
guru pemula,
sehingga guru
mata pelajaran
tidak harus
berlatar belakang
pendidikan
informatika
Pembelajaran
berbasis projek
untuk penguatan
profil Pelajar
Pancasila dilakukan
minimal 3 kali
dalam satu tahun
ajaran
Program peminatan/
penjurusan tidak
diberlakukan
Di kelas 10 pelajar
menyiapkan diri untuk
menentukan pilihan mata
pelajaran di kelas 11. Mata
pelajaran yang dipelajari
serupa dengan di SMP
Di kelas 11 dan 12 pelajar
mengikuti mata pelajaran
dari Kelompok Mapel
Wajib, dan memilih mata
pelajaran dari kelompok
MIPA, IPS, Bahasa, dan
Keterampilan Vokasi sesuai
minat, bakat, dan
aspirasinya
Pembelajaran berbasis
projek untuk penguatan
profil Pelajar Pancasila
dilakukan minimal 3 kali
dalam satu tahun ajaran, dan
pelajar menulis esai ilmiah
sebagai syarat kelulusan
Dunia kerja dapat terlibat dalam
pengembangan pembelajaran
Struktur lebih sederhana
dengan dua kelompok mata
pelajaran, yaitu Umum dan
Kejuruan. Persentase kelompok
kejuruan meningkat dari 60%
ke 70%
Penerapan pembelajaran
berbasis projek dengan
mengintegrasikan mata
pelajaran terkait.
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
menjadi mata pelajaran wajib
minimal 6 bulan (1 semester).
Pelajar dapat memilih mata
pelajaran di luar program
keahliannya
Capaian pembelajaran
pendidikan khusus dibuat
hanya untuk yang memiliki
hambatan intelektual
Untuk pelajar di SLB yang
tidak memiliki hambatan
intelektual, capaian
pembelajarannya sama
dengan sekolah reguler yang
sederajat, dengan
menerapkan prinsip
modifikasi kurikulum
Sama dengan pelajar di
sekolah reguler, pelajar di SLB
juga menerapkan
pembelajaran berbasis
projek untuk menguatkan
Pelajar Pancasila dengan
mengusung tema yang sama
dengan sekolah reguler,
dengan kedalaman materi
dan aktivitas sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan
pelajar di SLB
70. Jika Siswa tidak bisa belajar dengan
cara guru mengajar maka guru
harus mengajar dengan cara siswa
belajar.
72. 72
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
5. Guru dan kepala sekolah memanfaatkan Pusat Layanan
Bantuan (Helpdesk) untuk mendapatkan informasi lebih
4. Guru dan kepala sekolah belajar praktik baik melalui
narasumber yang sudah direkomendasikan
3. Guru dan kepala sekolah belajar Kurikulum Merdeka di
dalam komunitas belajar
1. Guru dan kepala sekolah belajar mandiri melalui
Platform Merdeka Mengajar
2. Guru dan kepala sekolah belajar Kurikulum Merdeka
dengan mengikuti Seri Webinar
6 STRATEGI /
DUKUNGAN
KEMENDIKBUDRISTEK
DALAM IKM* SECARA
MANDIRI
6. Guru dan kepala sekolah bekerja sama dengan mitra
pembangunan untuk implementasi Kurikulum Merdeka
*Implementasi Kurikulum Merdeka
73. 73
Platform Merdeka Mengajar
Helpdesk (Pusat Layanan Bantuan)
Mitra
pembangunan
parsial
Seri Webinar
pendampingan
bimtek cara belajar
sosialisasi dan bimtek
belajar bersama
Ekosistem Implementasi Kurikulum Merdeka
1
2
5
6
4
3
Pusat UPT Dinas Pendidikan Satuan Pendidikan
koordinasi
Komunitas belajar
Penyediaan narasumber
74. 74
Secara umum, strategi Satuan Pendidikan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka
1.Platform Merdeka Mengajar
(PMM) adalah wadah di mana guru
dan kepala satuan pendidikan bisa
mempelajari bagaimana memahami
Kurikulum Merdeka, dengan cara
mengakses pelatihan mandiri,
mengakses dokumen Kurikulum
Merdeka, perangkat ajar, asesmen,
serta praktik baik.
2. Untuk memperkuat
pemahaman terkait Kurikulum
Merdeka,guru dan kepala satuan
pendidikan dapat mengikuti Seri
Webinar yang membahas seputar
Kurikulum Merdeka.
3. Strategi Komunitas Belajar
merupakan strategi yang
memberdayakan dan menguatkan
ekosistem guru. Pada komunitas
belajar, guru dapat saling belajar,
mengkonfirmasi pemahaman dan
diskusi dari bahan PMM, webinar,
atau panduan, serta berbagi
praktik baik.
6. Bagi wilayah atau satuan
pendidikan yang berada di bawah
binaan mitra pembangunan, guru
dan kepala satuan pendidikan
dapat menjadikan mitra
pembangunan sebagai fasilitator
belajar yang dapat membantu
dalam menerapkan Kurikulum
Merdeka
5. Pusat Layanan Bantuan
(Helpdesk) dapat guru atau
kepala satuan pendidikan akses
untuk mendapatkan jawaban
yang tepat dan cepat jika
mendapat kendala atau hal yang
tidak ditemukan solusinya dalam
panduan, PMM, komunitas
belajar, atau FAQ yang tersedia.
4. Untuk memperoleh inspirasi
tentang bagaimana penerapan
Kurikulum Merdeka, guru, kepala
satuan pendidikan, atau
penggerak komunitas dapat
mengundang narasumber untuk
berbagi praktik baik ke komunitas
belajar maupun ke satuan
pendidikan.
76. Bagaimana Platform Merdeka Mengajar (PMM) membantu guru dan kepala satuan pendidikan
dalam implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri?
BERKARYA
Bukti Karya
Guru dapat membangun portofolio hasil karyanya agar dapat saling
berbagi inspirasi dan berkolaborasi.
BELAJAR
Pelatihan Mandiri
Guru dapat memperoleh materi pelatihan berkualitas dengan
mengaksesnya secara mandiri, sehingga setiap guru mendapat
kualitas pelatihan yang sama.
Video Inspirasi
Guru bisa mendapatkan beragam video inspiratif untuk
mengembangkan diri dengan akses tidak terbatas.
MENGAJAR
Perangkat Ajar
Saat ini tersedia lebih dari 2000 referensi perangkat ajar (RPP,
modul ajar, modul projek, buku siswa) berbasis Kurikulum
Merdeka
Asesmen Murid
Membantu guru melakukan analisis awal literasi dan numerasi
dengan cepat sehingga dapat menerapkan pembelajaran yang
sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan peserta didik.
Asesmen ini bisa digunakan oleh semua mapel.
77. Mengapa harus melalui platform?
Setiap guru di seluruh Indonesia
mendapat kesempatan
mengakses pelatihan yang sama
dengan kualitas yang sama
Setiap guru di seluruh
Indonesia dapat saling
berbagi praktik baik dan
saling menginspirasi di
platform yang sama
Setiap guru di seluruh Indonesia dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan
kecepatan masing-masing
Setiap guru di seluruh Indonesia dapat
mengakses beragam perangkat ajar yang
bisa dijadikan contoh atau langsung dipakai
Setiap guru di seluruh
Indonesia dapat saling
berjejaring antar
wilayah
Setiap guru di seluruh
Indonesia dapat memiliki
kesempatan dokumen
updated
78. Platform Merdeka Mengajar dapat digunakan melalui aplikasi di gawai Android atau melalui
laman situs
Akses melalui laman situs
https://guru.kemdikbud.go.id/
Unduh Aplikasi Merdeka Mengajar
untuk gawai Android di Google Play Store
Untuk dapat masuk ke beberapa produk Platform Merdeka Mengajar gunakan akun
Belajar.idatau madrasah.kemenag.go.id. Jika ada kesulitan atau perlu aktivasi, bisa mengunjungi laman belajar.id
81. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Semua guru dan kepala satuan pendidikan pelaksana IKM sebaiknya mengikuti:
SERI WEBINAR
Semua guru dan kepala satuan pendidikan yang ingin menguatkan pemahaman mengenai kurikulum
merdeka dapat mengikuti seri webinar. Yang dapat diakses di media:
● Youtube
Untuk menonton Seri Webinar yang sudah tayang bisa dicek di playlist Seri Webinar di Youtube
● PMM
Informasi webinar mengakses webinar yang sudah tayang bisa diakses di Aplikasi PMM (tidak
tersedia di web-based) fitur Info Terkini.
83. Komunitas belajar dalam implementasi Kurikulum Merdeka
Sumber gambar: https://aisa.or.ke/resources/professional-learning-
communities/
● Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, komunitas belajar dapat
mendiskusikan dan menyelesaikan berbagai masalah
pembelajaran yang dihadapi saat implementasi Kurikulum
Merdeka, berbagi praktik baik, serta mengkonfirmasi
pemahaman.
● Bersifat inklusif, guru/ kepala satuan pendidikan mana pun bisa
tergabung (dari berbagai kategori IKM) dalam komunitas belajar,
Sekolah Penggerak/ SMK PK, atau satuan pendidikan yang
menerapkan K13/ Darurat, selama belajar bersama untuk
perbaikan pembelajaran.
● Tidak perlu membentuk baru, sangat dianjurkan untuk
mengaktivasi dan meng-’hidup’-kan komunitas yang sudah ada,
kecuali jika belum ada.
84. Tiga Jenis Komunitas Belajar
Komunitas Belajar dalam
Satuan Pendidikan
Komunitas Belajar
Antar Satuan
Pendidikan
Komunitas Belajar
Daring
85. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Apa yang bisa dilakukan dalam komunitas belajar?
Sumber gambar:
https://theconversation.com/online-learning-can-prepare-students-for-a-fast-changing-future-wherever-they-are-80497
https://agsci.oregonstate.edu/bioenergy-education-bioenergy-k-12-education/image-album/2017-winter-teacher-workshop
https://www.shutterstock.com/search/best+practice+sharing
jejaklombok.com
Belajar bersama melalui Platform Merdeka
Mengajar dan panduan kurikulum yang
dikeluarkan BSKAP atau webinar,
mendiskusikannya, serta mengonfirmasi
pemahaman yang didapat oleh setiap anggota
komunitas
Berbagi praktik baik dan
mencari solusi bersama terkait
pembelajaran. Narasumber bisa
berasal dari sekolah penggerak/
SMK PK, atau sekolah IKM
mandiri yang sudah memiliki
praktik baik. Aktivitas ini perlu
dilakukan dengan diskusi sehingga
mengkonfirmasi apakah praktik
yang dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka
lokakarya/ in house training juga bisa
dilakukan komunitas belajar, seperti
membuat/ memodifikasi modul ajar, modul
projek, strategi pembelajaran
terdiferensiasi, asesmen, dll. Kegiatan ini
bisa menggunakan tutorial yang ada di
PMM, contoh praktik baik/ inspirasi yang
diberikan pusat, atau narasumber
86. Sudah Rilis di 22 Juni: fitur Komunitas Belajar di PMM
Guru dapat mendaftarkan komunitas belajarnya
di PMM dan mendapatkan pelatihan Penggerak
Komunitas secara daring. Melalui produk
Komunitas Belajar bisa melakukan
Melihat daftar komunitas
Bergabung ke dalam group
sosial media milik komunitas
Mengikuti webinar yang
diselenggarakan oleh komunitas
yang telah diikuti
87. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Guru dan kepala sekolah belajar
praktik baik melalui narasumber yang
sudah direkomendasikan
4
88. 88
Platform Merdeka Mengajar
Helpdesk (Pusat Layanan Bantuan)
Mitra
pembangunan
parsial
Seri Webinar
pendampingan
bimtek cara belajar
sosialisasi dan bimtek
belajar bersama
Ekosistem Implementasi Kurikulum Merdeka
1
2
5
6
4
3
Pusat UPT Dinas Pendidikan Satuan Pendidikan
koordinasi
Komunitas belajar
Penyediaan narasumber
91. Penerapan Kurikulum Merdeka
didukung oleh Platform Merdeka
Mengajar.
Platform Merdeka Mengajar membantu
guru dalam mendapatkan referensi,
inspirasi, dan pemahaman untuk
menerapkan Kurikulum Merdeka.
92. Platform Merdeka Mengajar adalah platform edukasi yang menjadi teman
penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila
93. Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk
mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka
Perangkat Ajar
Saat ini tersedia lebih dari 2000 referensi
perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka
Asesmen Murid
Membantu guru melakukan analisis diagnostik
literasi dan numerasi dengan cepat sehingga
dapat menerapkan pembelajaran yang sesuai
dengan tahap capaian dan perkembangan
peserta didik.
94. Pelatihan Mandiri
Guru dapat memperoleh materi pelatihan
berkualitas dengan mengaksesnya secara
mandiri
Video Inspirasi
Guru bisa mendapatkan beragam video
inspiratif untuk mengembangkan diri
dengan akses tidak terbatas.
Platform Merdeka Mengajar memberikan kesempatan yang setara bagi guru
untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di
mana pun
95. Platform Merdeka Mengajar mendorong guru untuk terus berkarya dan
menyediakan wadah berbagi praktik baik
Bukti Karya Saya
Guru dapat membangun portofolio hasil
karyanya agar dapat saling berbagi
inspirasi dan berkolaborasi.
96. Akses melalui
laman situs
https://guru.kemdik
bud.go.id/
Unduh Aplikasi Merdeka
Mengajar
untuk gawai Android di
Google Play Store
Panduan implementasi kurikulum dan modul pelatihan akan disediakan dalam flash disk bagi
satuan pendidikan dan pendidik yang kesulitan untuk mengakses internet
97. Informasi & rujukan:
Di mana informasi tentang Kurikulum
Merdeka yang lebih mendalam dan
menyeluruh dapat dipelajari?
98. Dokumen yang tersedia dalam Sistem Informasi Kurikulum Nasional (SIKN):
1. Sering Ditanyakan (FAQ)
2. Panduan-panduan Kurikulum Merdeka
a. Panduan Pengembangan Kurikulum
Operasional di Satuan Pendidikan
b. Pembelajaran Paradigma Baru
c. Panduan Pembelajaran dan Asesmen
d. Panduan Pengembangan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila
e. Panduan Penyusunan Program
Pembelajaran Individual
f. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif
3. Kajian/Naskah Akademik
a. Kajian Pengembangan Profil Pelajar
Pancasila
b. Kajian Akademik Kurikulum untuk
Pemulihan Pembelajaran
c. Naskah Akademik Muatan Informatika
dalam Kurikulum 2013
4. Risalah Kebijakan
a. Dampak Penyederhanaan Kurikulum
Terhadap Pembelajaran
b. Praktik Menjanjikan Penerapan
Kurikulum Prototipe Pada Program
Sekolah Penggerak
99. Kesimpulan
Krisis pembelajaran merupakan
masalah yang berkepanjangan di
Indonesia, terjadi bahkan sejak
sebelum pandemi COVID-19, dan
diperparah dengan situasi
pembelajaran di masa pandemi.
Krisis ini ditunjukkan dengan
capaian hasil belajar yang relatif
rendah dibandingkan banyak
negara lain, serta kesenjangan
kualitas belajar yang nyata.
Kurikulum saja tidak cukup untuk
menjadi jalan keluar masalah
ketertinggalan pembelajaran
(learning loss). Namun karena
kurikulum mempengaruhi cara
pendidik bekerja, maka
penyesuaian kurikulum perlu
dilakukan bersama upaya-upaya
lainnya.
Kurikulum Merdeka melanjutkan
upaya penyederhanaan
kurikulum yang diawali dengan
Kurikulum Darurat, juga upaya
penguatan karakter dan
kompetensi yang sudah dimulai
sejak kurikulum sebelumnya.
Secara garis besar, kebaruan dari
Kurikulum Merdeka adalah adanya:
(1) pembelajaran yang lebih
mendalam, tidak terburu-buru,
sehingga setiap peserta didik
dapat mencapai kompetensi
minimum; (2) pembelajaran sesuai
tahap capaian peserta didik; dan
(3) pembelajaran melalui projek
untuk penguatan karakter dalam
profil pelajar Pancasila
Sebagai upaya pemulihan pembelajaran,
implementasi Kurikulum Merdeka tidak
diwajibkan.
Satuan pendidikan dapat memilih salah satu
dari 3 kurikulum: Kurikulum 2013, kurikulum
darurat, atau Kurikulum Merdeka.
Untuk Kurikulum Merdeka, satuan
pendidikan dapat mengimplementasikannya
sesuai kesiapan masing-masing.
Pemerintah menyediakan dukungan
kebijakan dan teknis, termasuk berbagai
sumber untuk guru dalam Platform Merdeka
Mengajar.
Pemerintah Daerah diharapkan mendukung
dan memfasilitasi satuan pendidikan untuk
menentukan pilihan kurikulum, mempelajari
Kurikulum Merdeka, serta dalam proses
mengimplementasikannya sesuai filosofi dari
Kurikulum Merdeka ini.