Banyak yang bertanya-tanya kenapa penampilan dewa Siwa berbeda dengan dewa-dewa yang lain, dalam artian penampilan dewa Siwa bisa dibilang lebih 'nyentrik' dari penampilan dewa-dewa. Ternyata ada maksud dan tujuan tersendiri dari penampilan dewa Siwa tersebut.
1. Kisah Dan Makna Dibalik Atribut Dewa Siwa
Gambar atau lukisan Dewa Siva pasti memberikan kesan tersediri bagi siapapun yang
mau merenung. Beliau adalah Deva yang paling agung sehingga nama lainnya adalah
Mahadewa. Tetapi penampilannya sungguh tidak mencerminkan keagunganNya. Dewa
Siva mengolesi seluruh tubuhnya dengan abu mayat, bercelana kulit binatang, berkalung
dan bergelang ular cobra, menghias tubuhnya dengan tulang belulang dan kadang kala
untaian tengkorak manusia melingkar dileher beliau.
Dengan kata lain, Dewa Siva berpenampilan sungguh nyentrik. Mengapa demikian? Padma
Purana Uttara-Khanda Bab 235-236 menjawab dengan penuturan cerita dialog antara
Dewa Siva sendiri dengan istrinya, Dewi Parwati.
Dewi Parwati berkata, Junjunganku, anda pernah memberitahu saya agar seseorang
menghindar bicara dengan pasandi, orang asurik yang atheistic. Jika bicara dengannya,
maka itu akan lebih buruk daripada berbicara dengan orang candala, orang buangan amat
kotor dan hina, Mohon beritahu hamba, bagaimana tanda-tanda orang pasandi dan cirri-ciri
pisik yang nampak pada dirinya.
2. Dewa Siva menjawab, orang-orang yang diliputi kebodohan menyatakan deva lain
siapapun lebih tinggi kedudukannya dari Visnu, sang penguasa jagat, mereka inilah disebut
pasandi, orang orang brahmana yang tidak mengenakan tanda dan simbul seperti sanka,
cakra dan tilaka pada dahinya, mereka inilah disebut pasandi. Orang brahmana yang tidak
menuruti sastra, tidak memiliki bakti kepada Tuhan, orang yang berperilaku menurut
kemauannya sendiri, dan menghaturkan persembahan ke dalam api korban suci (yajna)
untuk memuja dewa-dewa selain Tuhan Yang Maha Agung, Sri Visnu, juga disebut
pasandi. Sebab Sri Visnu lah penikmat segala persembahan yajna dan pujaan para
brahmana.
Mereka yang menganggap Sri Visnu setingkat dengan dewa-dewa lain seperti Brahma dan
saya sendiri Rudra, harus selamanya dianggap pasandi.
Dewi Parvati berkata, Junjunganku, oh dewa terbaik, hamba ingin bertanya sesuatu yang
rahasia. Atas dasar cinta kepadaku, mohon jawab pertanyaan hamba, hamba sangat ragu,
sastra mencela memakai tengkorak manusia, menghias badan dengan abu mayat dan
mengenakan kulit binatang. Tapi anda sendiri melakukan semua itu, anda belum pernah
menjelaskan semua ini kepda hamba, karena itu, oh junjungan hamba, maafkan
pertanyaan hamba.
Ditanya seperti itu, Dewa Siva menjelaskan kepada sang istri rahasia besar tentang
perilakunya sendiri. Dahulu kala pada masa pemerintahan Syayambhu Manu, hidup banyak
asura perkasa seperti Mamuci, musuh para dewa (Bhagavata Purana 8.11.23-40). Mereka
gagah perkasa, semua memuja Sri Visnu, dan melakukan penebusan dosa. Melihat
kenyataan ini, para dewa yang dipimpin oleh deva Indra menjadi frustasi dan ketakutan, lalu
mendatangi Sri Visnu dan berlindung kepada-Nya.
Para Dewa berkata, oh Kesava, hanya andalah yang mampu menaklukkan para asura yang
perkasa ini. Mereka tidak bisa dikalahkan oleh para Dewa, dan mereka telah menghapus
dosa-dosanya melalui pertapaan.
3. Dewa Siwa dan Dewi Parwati
Dewa Siva lanjut berkata, mendengar kata-kata para dewa yang ketakutan, Sri Visnu,
Purusotama, memenangkan mereka. Lalu Beliau berkata kepadaku sebagai berikut, oh
Rudra yang berlengan perkasa, oh Dewa yang terbaik, untuk membingungkan musuh-musuh
para dewa, mohon dirancang perilaku untuk diikuti oleh para pasandi. Tuturkan
kepada mereka kitab-kitab purana gelap (purana dalam sifat tamas) yang akan
menyesatkan mereka, Oh anda yang cerdas, anda hendaknya ciptakan kitab-kitab agama
yang akan menyebabkan para asura kebingungan.
Melalui kebhaktian kepada-Ku dan demi kebaikan seluruh jagat, anda hendaknya
mendekati para rishi yang perperangai atheistic seperti Kanada, Gautama, Sakti,
Upamanyu, Jaimini, Kapila (bukan Kapila putra Devahuti), Durvasa, Mrikiandu, Brhaspati,
Bhargava dan Jamadagni. Masukan kedalam pikiran mereka tenagamu yang mengandung
kemauanmu.
Dengan dimasuki oleh tenagamu, mereka akan menjadi para pasandi besar. Dengan
diberikan kekuatan olehmu, orang-orang brahmana ini akan menuturkan keseluruh tiga
dunia kitab-kitab purana dan ajaran-ajaran rohani dalam sifat kegelapan (tamasa-guna) Oh
Siva, pada dirimu sendiri, anda hendaklah mengenakan hiasan berupa tulang-tulang dan
tengkorak manusia, abu mayat dan kulit binatang. Dengan penampilan demikian,
bingungkan semua di seluruh tiga dunia. Anda juga hendaklah meresmikan ajaran
kehidupan Pasupata beserta bagian-bagian kelompoknya seperti Kankala, Saiva, Pasanda,
dan Mahasaiva. Melalui orang-orang ini hendaknya anda ajarkan satu doktrin yang para
pengikutnya tidak mengenakan pengenal khusus dan mereka hidup diluar ajaran veda.
Berhiaskan tulang-tulang dan abu mayat,mereka akan kehilangan kesadaran yang lebih
tinggi dan akan menganggap anda sebagai Tuhan.
Dengan menuruti doktrin demikian, semua asura dalam sekejap akan menjadi tidak peduli
kepada-Ku, tidak ada keraguan tentang hal ini, oh Rudra nan perkasa, dalam setiap jaman,
dalam reinkarnasi-Ku yang berbeda-beda, Aku juga akan memuja dirimu untuk menipu para
4. asura. dengan menuruti doktrin-doktrin demikian, pasti mereka akan jatuh.
Dewa Siva lanjut berkata kepada Devi Parvati, oh anda nancantik, setelah mendengar kata-kata
Sri Visnu, meskipun saya berbicara fasih, saya jadi tak berdaya dan diam. Kemudian
setelah sujud kepada Beliau, saya berkata, oh Tuhan ku, jika hamba laksanakan apa yang
anda telah katakana, itu pasti akan menuntun diri hamba menuju kehancuran spriritual.
Tidaklah mungkin bagi hamba melaksanakan perintah-Mu. Tetapi perintah-Mu harus
dilaksanakan, ini sungguh menyakitkan.
Oh, Dewi, mendengar kata-kataku, Sri Visnu bicara begitu rupa untuk mengembalikan
kebahagiaanku, Beliau berkata ini tidak akan menyebabkan kehancuranmu. Lakukan
seperti apa yang saya perintahkan demi kebaikan para Dewa. Saya juga akan memberi
anda cara-cara mempertahankan diri sementara anda sibuk mengajarkan filsafat asurik ini.
Lalu dengan penuh kasih Sri Visnu memberikan doa-doa pujian yang dikenal dengan nama
Visnu-sahasra-nama kepadaku. Beliau berkata dengan menempatkan diri-Ku dihatimu,
ucapkan mantra-Ku yang abadi ini. Mantra nan perkasa yang terdiri dari enam baris kata
ini, berhakekat spiritual dan menganugrahkan pembebasan bagi mereka yang memuja-Ku
dengan bhakti.
Tidak ada keraguan akan hal ini.
Indivara-dala syamam padma patra-vilocanam
sankhanga-sarngesu-dharam sarvabharana-bhusitam
pita-vastram catur bahum janaki-priya vallabham
sri ramaya nama ity evam uccaryam mantram-uttamam
sarva duhkha haram caitat papinam api mukyi-dam
imam mantram japan nityam amalas tvam bhavisyasi
Hamba sujud kepada Beliau yang berwarna gelap bagaikan bunga padma biru, yang
bermata seindah bunga padma, memegang sanka, cakra dan busur sranga, berdandankan
berbagai macam perhiasan, mengenakan jubah kuning, bertangan empat dan pujaan
tercinta sita devi. Mantra paling utama sriramaya namah hendaklah diucapkan. Mantra ini
meniadakan segala kesedihan dan bahkan memberikan pembebasan kepada orang-orang
berdosa.Orang yang secara teratur mengucapkan mantra ini, akan bebas dari segala dosa.
(Padma purana 235.44-46)
Segala reaksi dosa akibat memoleskan abu mayat dan mengenakan tulang-tulang orang
mati sebagai hiasan pada badan akan hapus dan segala sesuatu jadi bertuah dengan
mengucapkan mantra-Ku ini. Oh Dewa yang paling baik, atas karunia-Ku, bhakti hanya
kepada-Ku akan timbul. Pujalah diri-Ku, didalam hatimu, turuti perintah-Ku, karena cinta
kasih (bhakti) kepada-Ku, maka segala sesuatu akan menjadi bertuah bagimu.
5. Setelah memberi perintah demikian kepadaku, oh Dewi, lalu Beliau meninggalkan para
dewa yang berkumpul itu, kembali ketempat tinggalnya masing-masing. Para dewa yang
dipimpin oleh Indra itu memohon kepadaku, oh Mahadeva, Siva segeralah laksanakan
kegiatan kegiatan yang menguntungkan ini, sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Sri
Visnu.
Mahadeva lanjut berkata kepada Dewi Parvati, oh anda nan suci, demi kebaikan para
dewa, maka saya berperilaku seperti pasandi. Semenjak itu saya mulai mengenakan
untaian kalung tengkorak dan tulang-tulang, memoleskan abu mayat dan mengenakan kulit
binatang pada badanku. oh anda nan suci, sebagaimana diperintahkan oleh Sri Visnu,
kemudian saya menyebarkan kitab-kitab purana tamasik (purana dalam sifat tamas,
kegelapan) dan ajaran-ajaran saivaisme yang pasandi, atheistik.
Oh, anda yang tak berdosa, dengan memasuki Gautama dan para brahmana lain melalui
tenagaku, saya menyebarkan ayat-ayat agama diluar ajaran veda. Dengan menuruti sistim
pemujaan yang saya berikan, maka semua asura jahat menjadi tak perduli kepada Sri
Visnu, dan mereka diliputi kebodohan. Dengan mengoleskan abu mayat ketubuhnya dan
melaksanakan pertapaan keras, mereka berhenti memuja Sri Visnu dan hanya memujaku
dengan mempersembahkan daging, darah dan pasta cendana.
Dengan mendapar berkah dariku, orang-orang asura itu menjadi mabuk dengan kekuatan
dan kebanggan. Mereka amat melekat pada objek-objek indriya, penuh nafsu dan
kemarahan. Dalam keadaan seperti itu, tanpa sifat baik apapun, mereka akhirnya
dikalahkan oleh para deva. Tanpa pengetahuan tentang jalan kehidupan yang benar,
mereka yang menuruti ajaranku ini pasti masuk neraka.
Oh Dewi, demikianlah perilaku ini hanya untuk diriku saja demi kebaikan para dewa.
Dengan menuruti perintah Sri Visnu, maka saya menghias diriku dengan abu mayat dan
tulang tulang orang mati. Ciri-ciri jasmani ini hanya dimaksudkan untuk menipu orang-orang
asurik. Didalam hatiku saya selalu bermeditasi kepada Tuhan, Sri Visnu dan senatiasa
mengucapkan mantra-Nya. Dengan mengucapkan mantra utama yang terdiri dari enam
suku kata (om ramaya namah) ini, kita senantiasa merasakan gairah amrita kekal
kebahagiaan. Oh wanita mulia berwajah indah, saya telah jawab semua yang anda
tanyakan. Dengan penuh kasih, saya bertanya kepadamu, apa lagi yang anda ingin
dengar ?.
Dewi Parvati berkata, Oh anda nan suci, beritahulah saya tentang kitab-kitab suci tamasik
bikinan para brahmana yang tidak memiliki bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oh
penguasa para dewa, mohon beritahu nama-namanya secara berurutan.
Deva Siva menjawab, Oh Devi, dengarlah. secara berurutan saya akan sebutkan
kepadamu tentang ayat-ayat agama tamasik. Hanya dengan mengingat ayat-ayat agama
tamasik ini, bahkan orang bijaksana sekalipun akan tertipu. Pertama, saya sendiri
menyebarkan ajaran saiva, pasupata dan ayat-ayat agama serupa. Setelah tenagaku
memasuki dirinya, lalu Rishi Kanada menyebarkan filsafat vaisesika. Begitu pula Gautama
mengajarkan filsafat nyaya, dan Kapila mengajarkan pilsafat samkhya yang atheistik.
Brhaspati mengajarkan doktrin Carvaka yang banyak dicela, dan Visnu sendiri dalam wujud
sang Buddha menyebarkan ajaran palsu buddhisme untuk menghancurkan para asura.
6. Filsafat mayavada ini adalah kepercayaan kotor dan jahat.Pilsafat ini adalah ajaran
Buddhisme terselubung. Parwati tercinta, pada masa Kali-Yuga saya lahir dalam wujud
seorang brahmana dan mengajarkan pilsafat rekayasa ini. (Padma Purana 6.236.7).
Filsafat mayavada ini menyebabkan kata-kata dari ayat-ayat kitab suci kehilangan makna
sebenarnya, sehingga filsafat ini dicela di dunia. Filsafat ini menganjurkan supaya orang
meninggalkan tugas-kewajibannya, sebab orang yang telah jatuh dari tugas dan
kewajibannya berkata bahwa meninggalkan tugas dan kewajiban adalah ajaran agama
yang sebenarnya. Saya juga mengajarkan bahwa Tuhan dan roh individual adalah sama.
(Padma Purana 6.236.8-9).
Dengan maksud untuk membingungkan orang-orang atheistik pada masa Kali-Yuga, saya
jelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah tanpa wujud dan tanpa sifat serta ciri
apapun (Padma Purana 6.236.10).
Begitu pula dalam menjelaskan Vedanta-sutra, saya ajarkan pilsafat mayavada yang sama
dengan maksud untuk menyesatkan seluruh penduduk ke arah atheisme dengan menolak
adanya wujud pribadi Tuhan Yang Maha Esa. (Padma Purana 6.236.11).
Demikian dewa Siva menjelaskan tentang diri dan ajarannya kepada sang istri dewi Parvati.
Sloka-sloka Padma-Purana diatas dikutip dalam Caitanya-Caritamrta Adi – Lila Bab VII. Sri
Caitanya mengutip sloka-sloka ini ketika berdiskusi dengan Prakasananda Sarasvati dan
para sannyasi mayavadi di Benares. Beliau berkehendak menunjukkan kepada mereka
bagaimana Deva Siva telah muncul pada masa Kali-Yuga sebagai Sripada Sankaracarya
untuk mengajarkan pilsafat monisme ( yaitu Tuhan dan makhluk hidup adalah satu dan
sama).
7. Filsafat mayavada ini adalah kepercayaan kotor dan jahat.Pilsafat ini adalah ajaran
Buddhisme terselubung. Parwati tercinta, pada masa Kali-Yuga saya lahir dalam wujud
seorang brahmana dan mengajarkan pilsafat rekayasa ini. (Padma Purana 6.236.7).
Filsafat mayavada ini menyebabkan kata-kata dari ayat-ayat kitab suci kehilangan makna
sebenarnya, sehingga filsafat ini dicela di dunia. Filsafat ini menganjurkan supaya orang
meninggalkan tugas-kewajibannya, sebab orang yang telah jatuh dari tugas dan
kewajibannya berkata bahwa meninggalkan tugas dan kewajiban adalah ajaran agama
yang sebenarnya. Saya juga mengajarkan bahwa Tuhan dan roh individual adalah sama.
(Padma Purana 6.236.8-9).
Dengan maksud untuk membingungkan orang-orang atheistik pada masa Kali-Yuga, saya
jelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah tanpa wujud dan tanpa sifat serta ciri
apapun (Padma Purana 6.236.10).
Begitu pula dalam menjelaskan Vedanta-sutra, saya ajarkan pilsafat mayavada yang sama
dengan maksud untuk menyesatkan seluruh penduduk ke arah atheisme dengan menolak
adanya wujud pribadi Tuhan Yang Maha Esa. (Padma Purana 6.236.11).
Demikian dewa Siva menjelaskan tentang diri dan ajarannya kepada sang istri dewi Parvati.
Sloka-sloka Padma-Purana diatas dikutip dalam Caitanya-Caritamrta Adi – Lila Bab VII. Sri
Caitanya mengutip sloka-sloka ini ketika berdiskusi dengan Prakasananda Sarasvati dan
para sannyasi mayavadi di Benares. Beliau berkehendak menunjukkan kepada mereka
bagaimana Deva Siva telah muncul pada masa Kali-Yuga sebagai Sripada Sankaracarya
untuk mengajarkan pilsafat monisme ( yaitu Tuhan dan makhluk hidup adalah satu dan
sama).