Dokumen ini membahas masalah stunting pada anak balita di Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia cenderung stabil sekitar 35-37% antara tahun 2007-2013, meskipun terjadi sedikit penurunan pada 2010. Target penurunan stunting, anemia ibu hamil dan meningkatkan ASI eksklusif diharapkan dapat mengurangi jumlah korban stunting dan kematian anak.
2. Pendahuluan
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting
merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di
dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta
balita di dunia mengalami stunting. Namun angka ini sudah
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka
stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6% (Kemenkes RI, 2018).
3. Pravalensi data kejadian stunting
36.8
35.6
37.2
33.6
30.8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 2010 2013 2016 2018
Persen
Tahun
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Indonesia
Kejadian Stunting
4. Interpretasi Data
Prevalensi balita pendek di Indonesia merupakan masalah gizi utama
dan cenderung statis yang dihadapi Indonesia. Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan
menjadi 35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat
pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek
selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga
menjadi ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh
pemerintah (Kemenkes RI, 2018).
5. Kesimpulan
Pencapaian target penurunan stunting pada anak-anak dan anemia pada wanita, serta
meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif diketahui dapat menjadi salah satu
bentuk investasi gizi yang sangat menguntungkan apabila dilakukan secara terus-
menerus selama sepuluh tahun ke depan. Investasi yang dilakukan dapat
menyelamatkan 3.7 juta nyawa anak di dunia, mengurangi 65 juta anak stunting, dan
265 juta wanita anemia (dibandingkan dengan baseline data dunia tahun 2015).
Kombinasi antara perbaikan kesehatan dan upaya pengentasan kemiskinan dinilai
mampu menyelamatkan sekitar 2,2 juta jiwa dan menurunkan sekitar 50 juta kasus
stunting pada tahun 2025.