SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
Janda
Dalam Perspektif Syari’ah
Disampaikan DalamKajian
Majelis Taklim“Al Muhajirin”
TamanPagelaran-Padasuka-Ciomas
Rabu, 13 Desember 2017
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Pembahasan
1. Terminologi
2. Macam-macam janda
a) Ditinjau sebabnya
i. Janda Cerai Hidup (JCH)
ii. Janda Cerai Mati (JCM)
b) Ditinjau kondisinya
3. Masa ‘iddah
a) JCH
b) JCM
4. Hak janda cerai hidup
a) Living cost janda
b) Living cost anak mantan suami yang ikut
ibunya
5. Adab janda
6. Diantara 2 pilihan
a) Setia menjanda
b) Menikah lagi
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Terminologi
• janda/jan·da/ n wanita yang tidak
bersuami lagi karena bercerai ataupun
karena ditinggal mati suaminya
• https://kbbi.web.id/janda
• randa, widow; divorcee
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Macam-macam Janda
1. Ditinjau dari penyebabnya:
a) Janda cerai hidup (JCH)
b) Janda cerai mati (JCM)
2. Ditinjau dari kondisinya:
a) Janda berhias, janda yg belum beranak,
apabila kawin lagi boleh memakai pakaian
pengantin
b) Janda kembang, janda muda yang cantik
dan belum beranak
c) Janda muda, janda yang muda usia
d) Janda tebal, kaya
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Masa ‘Iddah
• Zakariya Al-Anshary mendefinisikan
bahwa:
• “ ‘iddah adalah masa menunggu bagi
seorang perempuan untuk mengetahui
kekosongan rahimnya atau karena
menjalankan perintah Allah atau
karena sedih / berkabung atas
meninggalnya suaminya”.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Macam-macam ‘Iddah
Iddah Janda Cerai Mati
• Masa iddah karena ditinggal mati
suami terbagi menjadi 2 keadaan :
1. Jika perempuan tersebut hamil,
maka batas masa iddahnya adalah
ketika ia melahirkan, berdasarkan :
•‫م‬َ‫ْح‬ َ‫ن‬‫م‬‫ع‬َ‫ض‬َ‫ي‬ ‫م‬‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫َج‬‫أ‬ ِ‫ال‬َ‫م‬‫األْح‬ ُ‫ُوالت‬‫أ‬َ‫و‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬( ..٤)
• Artinya : dan perempuan-perempuan
yang hamil, waktu iddah mereka itu
ialah sampai mereka melahirkan
kandungannya. (QS At-Thalaq 4).
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Iddah Janda Cerai Mati
2. Jika wanita tersebut tidak hamil,
maka masa iddahnya adalah selama
empat bulan sepuluh hari,
sebagaimana penjelasan dalam
surah Al-Baqarah ayat 234 :
•‫م‬‫م‬ُ‫ك‬‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬‫م‬‫و‬َّ‫ف‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ا‬ً‫اج‬َ‫و‬‫م‬‫َز‬‫أ‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ن‬‫م‬‫ص‬َّ‫ب‬َ‫ر‬
ُ‫ه‬‫م‬‫ش‬َ‫أ‬ َ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬‫م‬‫َر‬‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ُ‫ف‬‫م‬‫َن‬ِ‫ِب‬‫ا‬ً‫ر‬‫م‬‫ش‬َ‫ع‬َ‫و‬ ٍ‫ر‬…(٢٣٤)
• Artinya : orang-orang yang meninggal
dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah
para isteri itu) menangguhkan dirinya
(ber’iddah) empat bulan sepuluh hari.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
‘Iddah Janda Cerai Hidup
• Masa iddah bagi wanita yang bercerai
dengan suaminya dapat dibedakan
dalam tiga keadaan :
1. Jika perempuan tersebut hamil maka
masa iddahnya hingga melahirkan
2. Jika perempuan tersebut sudah dewasa,
maka masa iddahnya adalah tiga kali suci
dari haidh.
3. Jika perempuan tersebut belum dewasa
(belum menstruasi) atau sudah henti
menstruasi (menopause) maka masa
iddahnya selama tiga bulan.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Apa Bedanya?
• Quru’ >< bulan?
• Quru= suci/haidh, belum tentu sebulan, bisa
jadi kurang atau bahkan lebih dari sebulan
sesuai masa siklus haid dan suci seseorang.
• Bulan= hitungan sebulan penuh
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
‘Iddah Janda “Perawan”
• Wanita yang dicerai sebelum
disetubuhi, maka ia tidak memiliki
masa ‘iddah. Dalilnya adalah firman
Allah Ta’ala,
•‫م‬‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬‫م‬‫ح‬َ‫ك‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬َ‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ َ‫َي‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬‫م‬‫ق‬َّ‫ل‬َ‫ط‬ َُّ‫ُث‬ ِ‫ات‬َ‫ن‬ِ‫م‬‫م‬‫ؤ‬ُ‫م‬‫م‬‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ل‬‫م‬‫ب‬َ‫ق‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬
ِ‫ع‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬‫م‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ َّ‫ن‬ُ‫وه‬ُّ‫س‬ََ‫َت‬ُ‫ع‬ِِّ‫ت‬َ‫م‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ُّون‬‫د‬َ‫ت‬‫م‬‫ع‬َ‫ت‬ ٍ‫َّة‬‫د‬َّ‫ن‬ُ‫وه‬ُ‫ح‬ِّ
ِ‫ر‬َ‫س‬َ‫و‬ َّ‫ن‬ُ‫وه‬
ً‫يل‬َِ‫َج‬ ‫ا‬ً‫اح‬َ‫ر‬َ‫س‬
• “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka
sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang
kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka
mut’ah (hadiah untuk membuat mereka senang) dan
lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-
baiknya” (QS. Al Ahzab: 49).
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Hak Janda
• JCMhak waris (An Nisa: 12)
•ِ‫إ‬ ۡ‫م‬ُ‫ت‬ۡ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ع‬ُ‫ب‬ُّ‫ٱلر‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫و‬َ‫ف‬ ٞۚ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ۡ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ۡ‫م‬َّ‫ل‬ ‫ن‬ۡ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ن‬ِ‫إ‬
ۡ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ن‬ُ‫م‬ُّ‫ٱلث‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬‫َّة‬‫ي‬ ِ‫ص‬ َ‫و‬ ِ‫د‬ۡ‫ع‬َ‫ب‬ ۢ‫ن‬ِ‫م‬ ٞۚ‫م‬ُ‫ت‬ٓ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ص‬‫و‬ُ‫ت‬
ٖۗ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫د‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬
• Para isteri memperoleh seperempat harta yang
kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak.
Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu
tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.
• JCHnafkah masa ‘iddah, rada’ah,
hadhanah
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Hak Janda
• Pertama: Bila seorang suami mentalak
istrinya, maka hukum pemberian nafkah
padanya diklasifikasi sbb:
• 1. Bila ketika ditalak, sang istri itu hamil, maka
wajib bagi suami untuk terus memberinya
nafkah (biaya kehidupan sehari-hari) hingga
istrinya melahirkan. Bila istrinya telah
melahirkan maka tidak wajib baginya
memberinya nafkah lagi, karena masa
‘iddahnya selesai dan bukan lagi berpredikat
sebagai istrinya. Sesuai ayat: “ Dan jika
mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu
sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka nafkahnya hingga mereka bersalin”.
QS. Ath Thalaq: 6
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Hak Janda
• 2. Bila istri tersebut tidak hamil dan
talaknya adalah talak raj’i (yang masih
bisa rujuk), maka ketika masa
‘iddahnya selesai, sang suami tidak
berkewajiban memberinya nafkah
menurut pendapat yang benar, sesuai
hadis Fathimah binti Qois dari
Rasulullah, beliau bersabda tentang
wanita yang ditalak ba’in;‘’Tidak ada
hak tempat tinggal dan nafkah
baginya.’’ (HR.Muslim 2717)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
1. Radha’ah
• Adapun bila istri tersebut masih dalam masa
‘iddah, maka suami tetap wajib memberinya
nafkah, karena saat itu masih dianggap
sebagai istrinya, sampai masa ‘iddahnya
selesai. Atau jika mantan istri tersebut tengah
menyusui anaknya, maka ia harus
memberikan upah/imbalan kepada mantan
istrinya atas jasa menyusui anaknya
berdasarkan kesepakatan yang telah terlebih
dahulu disetujui oleh keduanya,
sebagaimana dalam QS Ath-Thalaq ayat 6:
”kemudian jika mereka menyusukan (anak-
anak)mu untukmu maka berikanlah kepada
mereka upahnya”.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Sebab itu, apabila istri tersebut masih dalam
masa ‘iddah dan talaknya talak raj’i (yang
masih bisa rujuk), maka suami tersebut tetap
memberinya tunjangan sepuluh persen dari
gaji tersebut, namun bila masa ‘iddahnya
sudah selesai, maka baik perceraian mereka
sudah tercatat resmi atau belum, sang suami
tidak wajib menafkahi istrinya dan tidak boleh
memberikan tunjangan sepuluh persen
tersebut karena ia bukan lagi istrinya, bahkan
istri tersebut harus mengembalikan uang
tunjangan tersebut, dan wajib mengurus surat
resmi perceraiannya agar tidak lagi menerima
tunjangan yang bukan haknya lagi.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
2. Hadhanah/Hak pengasuhan anak
• Bila anak-anak tersebut masih kecil, maka hak
pengasuhannya adalah pada sang istri,
selama istri tersebut pantas untuk merawat
mereka dan belum menikah lagi.
Sebagaimana dalam hadis Abdullah bin Amr
radhiyallahu’anhu bahwa seorang wanita
datang mengeluh kepada Nabi ‫ﷺ‬ setelah
ditalak suaminya, dan suaminya tersebut ingin
mengambil anaknya, maka Nabi bersabda:
“Engkau lebih berhak atas pemelihraannya
selama engkau belum menikah lagi”.
• (HR Abu Daud: 2276).
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Dan bila anak-anak sudah sampai
umur tamyiiz (berakal) sekitar umur
tujuh tahun, maka mereka diberikan
pilihan, mau tinggal bersama ayah
mereka atau bersama ibu mereka.
Sebagaimana dalam HR Abu Daud
(2244) bahwa Nabi ‫ﷺ‬ memberikan
pilihan bagi seorang anak untuk
memilih tinggal bersama ayahnya atau
ibunya.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Namun bila istri tersebut sibuk dengan
pekerjaannya, sehingga pemeliharaan anak-
anaknya tidak berjalan dengan baik, atau
bahkan terbengkalai, maka ayah mereka
harusnya membujuk atau meminta pada
mantan istrinya tersebut untuk mengambil
anak-anaknya agar mendapatkan
pemeliharaan dan perhatian yang lebih baik.
• Bila mantan istrinya tidak mau, sedangkan ia
khawatir anak-anaknya akan tumbuh dalam
kondisi pembinaan yang kurang baik, maka ia
hendaknya menuntut hak pemeliharaannya ke
pengadilan, dengan alasan ibu mereka tidak
lagi pantas memelihara dan membina mereka.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Bila tidak demikian, maka keduanya (ibu dan
ayah) mereka sama-sama mendapatkan dosa
karena menelantarkan pembinaan anak-
anaknya.
• Namun bila ayah mereka sudah berusaha
semaksimal mungkin, akan tetapi perkaranya
tetap dimenangkan oleh ibu mereka, maka
ayah mereka tidak menanggung dosa apapun
bila anak-anaknya tidak terbina dengan baik,
akan tetapi ia tetap wajib menasehati mantan
istrinya tersebut dan memperhatikan anak-
anaknya dari jauh, walaupun bila sudah
sampai umur tujuh tahun, mereka harus
diberikan pilihan, mau tinggal sama ayah atau
ibu mereka.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Ketiga: Apakah mantan suami wajib
menafkahi anak-anaknya yang tinggal sama
mantan istrinya?
• Ya, ia tetap wajib menafkahi anak-anaknya
yang tinggal dengan mantan istrinya sampai
anak-anak tersebut mencapai umur dewasa
atau bisa menafkahi diri sendiri, adapun anak
wanita, maka ia tetap wajib menafkahinya
hingga menikah. Adapun besaran nilai nafkah
ini maka berdasarkan hasil kesepakatan yang
dilakukan dihadapan pengadilan.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Adab Janda
1. Bersabar
2. Kuat menjalani masa ‘iddah
3. Menunaikan kewajiban yang
berkaitan dengan harta
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Jangan Biarkan Fitnah Melanda
1. Bersabar
• Setelah sekian lama bersama mengayuh biduk
rumah tangga dalam suka dan duka, akhirnya
Allah memisahkan sepasang suami istri lewat
kematian. Sedih tentu akan dirasa. Namun,
hendaknya seorang muslimah bersabar
dengan musibah tersebut.
• ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ف‬ ْ‫َو‬‫خ‬ْ‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬ َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ص‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ِ‫وع‬ِ‫س‬
َ‫ين‬ ِ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َّ‫ص‬‫ال‬ ِ‫ر‬ِ‫ش‬َ‫ب‬ َ‫و‬ ٖۗ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫م‬َّ‫ث‬‫ال‬ َ‫و‬
• “Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadami
dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Sesungguhnya kesabaran dalam menghadapi
musibah adalah salah satu bentuk kebaikan
seorang muslim. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda (yang
artinya), “Sungguh mengherankan perkara
seorang mukmin itu. Sesungguhnya seluruh
perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu
tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang
mukmin. Jika ia mendapat sesuatu yang
menggembirakan, dia bersyukur maka itu
kebaikan baginya. Jika ia ditimpa keburukan,
dia bersabar maka itu kebaikan baginya.”(HR.
Muslim)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Hendaknya wanita yang suaminya meninggal
tidak mengumbar kesedihannya dengan
menangis sejadi-jadinya karena hal ini
termasuk bentuk ketidaksabarannya
menghadapi musibah tersebut. Bahkan bisa
jadi hal itu dicatat sebagai dosa baginya dan
siksaan bagi si mayit. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda
(yang artinya),
• “Dua perkara yang terdapat pada manusia dan
hal itu merupakan bentuk kekufuran adalah
mencela nasab dan meratapi mayit.”(HR.
Muslim)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• “Wanita yang meratapi mayit (niyahah)
jika tidak bertaubat maka dipakaikan
celana dari timah cair dan baju dari
kudis pada hari kiamat.”(HR. Muslim)
• “Tidak termasuk golongan kami wanita
menampar pipi, merobek-robek
pakaian dan berseru dengan kata-kata
jahiliyah.”(HR. Bukhari dan Muslim)
• “Sesungguhnya mayit akan diadzab di
kuburnya karena ratapan yang
ditujukan baginya.”(HR. Bukhari dan
Muslim)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Bersedih dan menangis atas kematian seseorang
apalagi dia adalah suaminya, adalah suatu hal yang
manusiawi. Namun, seorang muslimah hendaknya
menahan tangisannya agar tidak terjatuh dalam
dosa niyahah. Rasulullah ‫ﷺ‬ pun pernah menangis
karena kematian puteranya, Ibrahim dan
sahabatnya, Sa’ad bin ‘Ubadah radhiallahu ‘anhu
sakit keras. Akan tetapi tangisannya tidak dalam
bentuk meratap atau meraung-raung. Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak
akan menyiksa dikarenakan air mata yang menetes
dan kesedihan hati, akan tetapi Dia akan menyiksa
atau merahmati ini,” sambil menunjuk ke arah
lidahnya.(HR. Bukhari dan Muslim)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Hendaknya seorang wanita yang sedang ditimpa
musibah bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’
dan doa. Allah berfirman:
• ِ َّ ِ‫لِل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ٌ‫ة‬َ‫ب‬‫ي‬ ِ‫ص‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬َ‫ون‬ُ‫ع‬ ِ‫اج‬ َ‫ر‬ ِِْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬
• “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji’uun”.”(QS. Al-Baqarah: 156)
• Nabi ‫ﷺ‬ pun mengajarkan doa kepada Ummu
Salamah radhiallahu ‘anha yang ditinggal wafat
suaminya,
• ِ‫ن‬ ْ‫ر‬ُ‫ج‬ْ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫الل‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬ ِ‫اج‬ َ‫ر‬ ِِْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ َّ ِ‫لِل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫م‬ ً‫ا‬‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫ف‬ِ‫ل‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ،‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ب‬‫ي‬ ِ‫ص‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ي‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬
• “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan
sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya
Allah, berilah pahala atas musibah yang menimpaku
dan gantikanlah dengan yang lebih baik.”(HR.
Muslim)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
2. Kuat Menjalani Masa ‘Iddah
Selama masa ‘Iddah-nya ini seorang wanita
hendaknya memperhatikan beberapa hal di
bawah ini:
• Wanita tersebut wajib tinggal di rumah
dimana suaminya meninggal dunia, tidak
berpindah tempat kecuali karena ada
alasan syar’i. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda
kepada Furai’ah binti Malik radhiallahu
‘anha (yang artinya), “Tinggallah di
rumahmu hingga masa ‘iddahmu
selesai.”(HR. Tirmidzi, shahih)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Senantiasa berada di dalam rumah
dan tidak keluar rumah kecuali ada
kebutuhan mendesak.
• Wajib berkabung (ihdad) selama batas
waktu yang telah ditentukan.
Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda (yang artinya),
“Seorang wanita yang beriman kepada
Allah dan hari akhir tidak boleh
berkabung lebih dari tiga hari kecuali
karena kematian suami yaitu selama
empat bulan sepuluh hari.”(HR.
Muslim)
• Tidak mendapatkan nafkah namun
memiliki hak waris.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
• Tidak bercelak, mengenakan perhiasan,
berpakaian yang indah atau wewangian
berdasarkan hadits Ummu ‘Athiyah radhiallahu
‘anha (yang artinya), “Kami dilarang berkabung
atas kematian seseorang lebih dari tiga hari
kecuali karena kematian suaminya yaitu
selama empat bulan sepuluh hari. Dan
hendaknya dia tidak bercelak, memakai
wewangian, dan memakai pakaian yang
dicelup warna kecuali memakai ‘ashb (kain
segiempat panjang dari benang yang dicelup
lalu dipintal dan ditenun).”(Muttafaq ‘alaihi)
• Dan hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha
secara marfu’, “Seorang wanita yang ditinggal
mati suaminya dilarang memakai pakaian yang
dicelup dengan ‘ushfur (pewarna merah),
pakaian merah, mengenakan perhiasan,
mewarnai kuku, dan celak.” (HR. Bukhari)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
3. Menunaikan kewajiban
yang berkaitan dengan harta
Jika suami meninggal dunia maka ada empat hal
yang berkaitan dengan harta yang
ditinggalkannya:
1. Perkara yang paling didahulukan adalah
biaya pengurusan jenazahnya
2. Kemudian hutang yang harus dikeluarkan
dari hartanya
3. Jika suami berwasiat, maka harus
dikeluarkan paling banyak sepertiga dari
hartanya untuk selain ahli waris.
4. Lalu sisanya dibagikan kepada ahli waris.
Dalam hal ini istri, baik itu satu atau lebih,
mendapat seperempat bagian jika suami
tidak memiliki anak atau seperdelapan jika
suami memiliki anak.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Allah berfirman,
•‫م‬‫ك‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َِّ‫ِم‬ ُ‫ع‬ُ‫ب‬ُّ‫الر‬ َّ‫ن‬َُ‫َل‬َ‫و‬َ‫ل‬ ‫م‬‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫َل‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫إ‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ت‬‫م‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ۚ ٌ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ك‬
‫ال‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ُ‫ت‬‫م‬‫ك‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َِّ‫ِم‬ ُ‫ن‬ُ‫ُّم‬‫ث‬ِ‫د‬‫م‬‫ع‬َ‫ب‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ ۚ ‫م‬‫م‬
َ‫د‬ ‫م‬‫َو‬‫أ‬ ‫ا‬َ
ِ‫ِب‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫وص‬ُ‫ت‬ ٍ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ص‬َ‫و‬ٍ‫ن‬‫م‬‫ي‬
• “Para isteri memperoleh seperempat harta
yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak,
maka para isteri memperoleh seperdelapan
dari harta yang kamu tinggalkan sesudah
dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)
sesudah dibayar hutang-hutangmu.”(QS. An-
Nisa: 12)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Diantara 2 Pilihan
• Setia Menjanda
• Banyak alasan sebagai pertimbangan. Diantaranya:
1. Anak-anak keberatan bila ibu mereka menikah
lagi dengan laki-laki lain menggantikan posisi bapak
mereka.
2. Wanita tersebut lebih memilih fokus mendidik
anak-anaknya yang masil kecil. Karena jika ia
menikah dikhawatirkan anak-anaknya akan
terlantar.
3. Rasa cinta yang sangat kepada suaminya yang
dahulu membuat para janda enggan menikah lagi.
Iapun tidak ridha bila ada laki-laki lain menggantikan
posisi suaminya.
4. Adanya perjanjian antara wanita tersebut dengan
suaminya untuk tidak menikah lagi sepeninggalnya
nanti.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Shahabiyyah Yang Setia Menjanda
1. Ummu Hani binti Abu Thalib,
2. Nailah binti Farafishah, istri Utsman
bin Affan radhiyallahu’anhu
3. Hujaimah Ummu Darda’ Ash Shughra
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Jika Menikah Lagi
• Jika usia janda tersebut masih muda
dan syahwatnya masih besar
kemudian takut terjatuh ke dalam fitnah
dan ingin tetap menjaga kesucian
dirinya maka lebih utama baginya
untuk menikah lagi dengan lelaki yang
dapat menjaga kehormatan dan
memenuhi kebutuhan diri dan
anaknya.
• Demikian pula bagi janda yang tidak
mampu merawat dan mendidik
anaknya sendiri, dianjurkan baginya
untuk menikah lagi.
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Shahabiyyah Yang Menikah Lagi
• Ummu Salamah
• Asma binti Umais
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Menjadi Bidadari Surga
• Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda,
•‫أزواجها‬ ‫آلخر‬ ‫المرأة‬
• “Wanita itu milik suaminya yang
terakhir.”
(HR. Thabrani dan Abu Ya’la)
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
Terimakasih
H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 11 mei 2014
Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 11 mei 2014Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 11 mei 2014
Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 11 mei 2014
 
07 puasa
07 puasa07 puasa
07 puasa
 
Syukur dan sabar
Syukur dan sabarSyukur dan sabar
Syukur dan sabar
 
Makalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnahMakalah puasa sunnah
Makalah puasa sunnah
 
Puasa
PuasaPuasa
Puasa
 
Materi pai sd puasa
Materi pai sd puasaMateri pai sd puasa
Materi pai sd puasa
 
Keteguhan iman asas kekuatan jatidiri
Keteguhan iman asas kekuatan jatidiriKeteguhan iman asas kekuatan jatidiri
Keteguhan iman asas kekuatan jatidiri
 
Puasa1
Puasa1Puasa1
Puasa1
 
Edc 5390 Kuiz Analatikal
Edc 5390 Kuiz AnalatikalEdc 5390 Kuiz Analatikal
Edc 5390 Kuiz Analatikal
 
Marhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhanMarhaban ya ramadhan
Marhaban ya ramadhan
 
10 buah amal
10 buah amal10 buah amal
10 buah amal
 
Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 05 januari 2014
Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 05 januari 2014Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 05 januari 2014
Warta Jemaat - GPIB jemaat "SHALOM" - Sidoarjo / 05 januari 2014
 
Puasa
Puasa Puasa
Puasa
 
Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa" Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa"
 
Doa & Ucapan syukur
Doa & Ucapan syukurDoa & Ucapan syukur
Doa & Ucapan syukur
 
Materi pondok romadhon
Materi pondok romadhonMateri pondok romadhon
Materi pondok romadhon
 
Puasa
PuasaPuasa
Puasa
 
Puasa ppt
Puasa pptPuasa ppt
Puasa ppt
 
Weekly news 27_may
Weekly news 27_mayWeekly news 27_may
Weekly news 27_may
 
Pp puasa
Pp puasaPp puasa
Pp puasa
 

Similar to Janda

Nikah, Connecting People
Nikah, Connecting PeopleNikah, Connecting People
Nikah, Connecting People
Yunus Thariq
 
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikMemilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Yunus Thariq
 
Hadis tarbawi indo
Hadis tarbawi indoHadis tarbawi indo
Hadis tarbawi indo
11111047
 
Fenomena pernikahan beda agama
Fenomena pernikahan beda agamaFenomena pernikahan beda agama
Fenomena pernikahan beda agama
Pagghun Se Malolo
 

Similar to Janda (20)

Pernikahan Dalam Islam.pptx
Pernikahan Dalam Islam.pptxPernikahan Dalam Islam.pptx
Pernikahan Dalam Islam.pptx
 
Tarbiyatul awlad
Tarbiyatul awladTarbiyatul awlad
Tarbiyatul awlad
 
ppt hukis final.pdf
ppt hukis final.pdfppt hukis final.pdf
ppt hukis final.pdf
 
Nikah, Connecting People
Nikah, Connecting PeopleNikah, Connecting People
Nikah, Connecting People
 
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaikMemilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
Memilih istri terbaik melalui perencanaan terbaik
 
Shalat Yang Bermasalah
Shalat Yang BermasalahShalat Yang Bermasalah
Shalat Yang Bermasalah
 
Hadis tarbawi indo
Hadis tarbawi indoHadis tarbawi indo
Hadis tarbawi indo
 
HADITS TENTANG PENDIDIKAN DIRI, PENDIDIKAN ANAK : HADITS TARBAWI STAIN SALATIGA
HADITS TENTANG PENDIDIKAN DIRI, PENDIDIKAN ANAK : HADITS TARBAWI STAIN SALATIGAHADITS TENTANG PENDIDIKAN DIRI, PENDIDIKAN ANAK : HADITS TARBAWI STAIN SALATIGA
HADITS TENTANG PENDIDIKAN DIRI, PENDIDIKAN ANAK : HADITS TARBAWI STAIN SALATIGA
 
Anjuran Menikah
Anjuran Menikah Anjuran Menikah
Anjuran Menikah
 
Makalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agamaMakalah nikah beda agama
Makalah nikah beda agama
 
Layanan aqiqah qurban TERBAIK & TERPERCAYA di kota medan
Layanan aqiqah qurban TERBAIK & TERPERCAYA di kota medan  Layanan aqiqah qurban TERBAIK & TERPERCAYA di kota medan
Layanan aqiqah qurban TERBAIK & TERPERCAYA di kota medan
 
PPT PERNIKAHAN
PPT PERNIKAHANPPT PERNIKAHAN
PPT PERNIKAHAN
 
Udhiyyah (berkurban)
Udhiyyah (berkurban)Udhiyyah (berkurban)
Udhiyyah (berkurban)
 
Qurban
QurbanQurban
Qurban
 
Agama islam: qurban dan 'aqiqah
Agama islam: qurban dan 'aqiqahAgama islam: qurban dan 'aqiqah
Agama islam: qurban dan 'aqiqah
 
Fenomena pernikahan beda agama
Fenomena pernikahan beda agamaFenomena pernikahan beda agama
Fenomena pernikahan beda agama
 
BAB 5
BAB 5BAB 5
BAB 5
 
Fiqh Munakahat
Fiqh MunakahatFiqh Munakahat
Fiqh Munakahat
 
Pembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islamPembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islam
 
Pembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islamPembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islam
 

More from Abdul Aziz Siswanto

More from Abdul Aziz Siswanto (20)

Khutbah Jumat Online Edisi Khusus Corona
Khutbah Jumat Online Edisi Khusus CoronaKhutbah Jumat Online Edisi Khusus Corona
Khutbah Jumat Online Edisi Khusus Corona
 
Aluspat Bogor '82
Aluspat Bogor '82Aluspat Bogor '82
Aluspat Bogor '82
 
Prosesi haji
Prosesi hajiProsesi haji
Prosesi haji
 
Bimbingan kesehatan jamaah haji word
Bimbingan kesehatan jamaah haji  wordBimbingan kesehatan jamaah haji  word
Bimbingan kesehatan jamaah haji word
 
Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara
Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementaraTidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara
Tidak memenuhi syarat istithaah kesehatan haji untuk sementara
 
Tata cara di pesawat
Tata cara di pesawatTata cara di pesawat
Tata cara di pesawat
 
Rencana perjalanan haji
Rencana perjalanan hajiRencana perjalanan haji
Rencana perjalanan haji
 
Prosesi umrah
Prosesi umrahProsesi umrah
Prosesi umrah
 
Bimbingan manasik haji-KESEHATAN HAJI
Bimbingan manasik haji-KESEHATAN HAJIBimbingan manasik haji-KESEHATAN HAJI
Bimbingan manasik haji-KESEHATAN HAJI
 
Materi binsik kh mutashim billah 2019
Materi binsik kh mutashim billah 2019Materi binsik kh mutashim billah 2019
Materi binsik kh mutashim billah 2019
 
Peran karu dan karom 2019
Peran karu dan karom 2019Peran karu dan karom 2019
Peran karu dan karom 2019
 
Pelaksanaan sholat arba'in beserta hikmah nya-aziz
Pelaksanaan sholat arba'in beserta hikmah nya-azizPelaksanaan sholat arba'in beserta hikmah nya-aziz
Pelaksanaan sholat arba'in beserta hikmah nya-aziz
 
Hikmah perjalanan haji 2017
Hikmah perjalanan haji 2017Hikmah perjalanan haji 2017
Hikmah perjalanan haji 2017
 
06 mengenal tempat ziarah-editted juni 2019
06 mengenal tempat ziarah-editted juni 201906 mengenal tempat ziarah-editted juni 2019
06 mengenal tempat ziarah-editted juni 2019
 
IBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAINING
IBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAININGIBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAINING
IBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAINING
 
IBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAINING
IBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAININGIBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAINING
IBADAH & KEGIATAN SELAMA DI PESAWAT + TOILET TRAINING
 
Materi Binsik KH Drs. Mutashim Billah, M.H.I.- 2019
Materi Binsik KH Drs. Mutashim Billah, M.H.I.- 2019Materi Binsik KH Drs. Mutashim Billah, M.H.I.- 2019
Materi Binsik KH Drs. Mutashim Billah, M.H.I.- 2019
 
HAK & KEWAJIBAN JAMAAH HAJI 2019/1440-1441 H
HAK & KEWAJIBAN JAMAAH HAJI 2019/1440-1441 HHAK & KEWAJIBAN JAMAAH HAJI 2019/1440-1441 H
HAK & KEWAJIBAN JAMAAH HAJI 2019/1440-1441 H
 
Materi binsik 2019 desi
Materi binsik 2019 desiMateri binsik 2019 desi
Materi binsik 2019 desi
 
2 prosesi umroh
2   prosesi umroh2   prosesi umroh
2 prosesi umroh
 

Janda

  • 1. Janda Dalam Perspektif Syari’ah Disampaikan DalamKajian Majelis Taklim“Al Muhajirin” TamanPagelaran-Padasuka-Ciomas Rabu, 13 Desember 2017 H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 2. Pembahasan 1. Terminologi 2. Macam-macam janda a) Ditinjau sebabnya i. Janda Cerai Hidup (JCH) ii. Janda Cerai Mati (JCM) b) Ditinjau kondisinya 3. Masa ‘iddah a) JCH b) JCM 4. Hak janda cerai hidup a) Living cost janda b) Living cost anak mantan suami yang ikut ibunya 5. Adab janda 6. Diantara 2 pilihan a) Setia menjanda b) Menikah lagi H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 3. Terminologi • janda/jan·da/ n wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya • https://kbbi.web.id/janda • randa, widow; divorcee H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 4. Macam-macam Janda 1. Ditinjau dari penyebabnya: a) Janda cerai hidup (JCH) b) Janda cerai mati (JCM) 2. Ditinjau dari kondisinya: a) Janda berhias, janda yg belum beranak, apabila kawin lagi boleh memakai pakaian pengantin b) Janda kembang, janda muda yang cantik dan belum beranak c) Janda muda, janda yang muda usia d) Janda tebal, kaya H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 5. Masa ‘Iddah • Zakariya Al-Anshary mendefinisikan bahwa: • “ ‘iddah adalah masa menunggu bagi seorang perempuan untuk mengetahui kekosongan rahimnya atau karena menjalankan perintah Allah atau karena sedih / berkabung atas meninggalnya suaminya”. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 6. Macam-macam ‘Iddah Iddah Janda Cerai Mati • Masa iddah karena ditinggal mati suami terbagi menjadi 2 keadaan : 1. Jika perempuan tersebut hamil, maka batas masa iddahnya adalah ketika ia melahirkan, berdasarkan : •‫م‬َ‫ْح‬ َ‫ن‬‫م‬‫ع‬َ‫ض‬َ‫ي‬ ‫م‬‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ل‬َ‫َج‬‫أ‬ ِ‫ال‬َ‫م‬‫األْح‬ ُ‫ُوالت‬‫أ‬َ‫و‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬( ..٤) • Artinya : dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. (QS At-Thalaq 4). H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 7. Iddah Janda Cerai Mati 2. Jika wanita tersebut tidak hamil, maka masa iddahnya adalah selama empat bulan sepuluh hari, sebagaimana penjelasan dalam surah Al-Baqarah ayat 234 : •‫م‬‫م‬ُ‫ك‬‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬‫م‬‫و‬َّ‫ف‬َ‫و‬َ‫ت‬ُ‫ي‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ‫ا‬ً‫اج‬َ‫و‬‫م‬‫َز‬‫أ‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬َ‫ي‬َ‫و‬َ‫ن‬‫م‬‫ص‬َّ‫ب‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬‫م‬‫ش‬َ‫أ‬ َ‫ة‬َ‫ع‬َ‫ب‬‫م‬‫َر‬‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ُ‫ف‬‫م‬‫َن‬ِ‫ِب‬‫ا‬ً‫ر‬‫م‬‫ش‬َ‫ع‬َ‫و‬ ٍ‫ر‬…(٢٣٤) • Artinya : orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 8. ‘Iddah Janda Cerai Hidup • Masa iddah bagi wanita yang bercerai dengan suaminya dapat dibedakan dalam tiga keadaan : 1. Jika perempuan tersebut hamil maka masa iddahnya hingga melahirkan 2. Jika perempuan tersebut sudah dewasa, maka masa iddahnya adalah tiga kali suci dari haidh. 3. Jika perempuan tersebut belum dewasa (belum menstruasi) atau sudah henti menstruasi (menopause) maka masa iddahnya selama tiga bulan. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 9. Apa Bedanya? • Quru’ >< bulan? • Quru= suci/haidh, belum tentu sebulan, bisa jadi kurang atau bahkan lebih dari sebulan sesuai masa siklus haid dan suci seseorang. • Bulan= hitungan sebulan penuh H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 10. ‘Iddah Janda “Perawan” • Wanita yang dicerai sebelum disetubuhi, maka ia tidak memiliki masa ‘iddah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala, •‫م‬‫ل‬‫ا‬ ُ‫م‬ُ‫ت‬‫م‬‫ح‬َ‫ك‬َ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬َ‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ َ‫َي‬‫و‬ُ‫م‬ُ‫ت‬‫م‬‫ق‬َّ‫ل‬َ‫ط‬ َُّ‫ُث‬ ِ‫ات‬َ‫ن‬ِ‫م‬‫م‬‫ؤ‬ُ‫م‬‫م‬‫ن‬َ‫أ‬ ِ‫ل‬‫م‬‫ب‬َ‫ق‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬ ِ‫ع‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫ه‬‫م‬‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ف‬ َّ‫ن‬ُ‫وه‬ُّ‫س‬ََ‫َت‬ُ‫ع‬ِِّ‫ت‬َ‫م‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ه‬َ‫ُّون‬‫د‬َ‫ت‬‫م‬‫ع‬َ‫ت‬ ٍ‫َّة‬‫د‬َّ‫ن‬ُ‫وه‬ُ‫ح‬ِّ ِ‫ر‬َ‫س‬َ‫و‬ َّ‫ن‬ُ‫وه‬ ً‫يل‬َِ‫َج‬ ‫ا‬ً‫اح‬َ‫ر‬َ‫س‬ • “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka ‘iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah (hadiah untuk membuat mereka senang) dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya” (QS. Al Ahzab: 49). H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 11. Hak Janda • JCMhak waris (An Nisa: 12) •ِ‫إ‬ ۡ‫م‬ُ‫ت‬ۡ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ع‬ُ‫ب‬ُّ‫ٱلر‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫و‬َ‫ف‬ ٞۚ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬ ۡ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬ ‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ۡ‫م‬َّ‫ل‬ ‫ن‬ۡ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ۡ‫ك‬ َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َّ‫م‬ِ‫م‬ ُ‫ن‬ُ‫م‬ُّ‫ٱلث‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ‫د‬َ‫ل‬ َ‫و‬‫َّة‬‫ي‬ ِ‫ص‬ َ‫و‬ ِ‫د‬ۡ‫ع‬َ‫ب‬ ۢ‫ن‬ِ‫م‬ ٞۚ‫م‬ُ‫ت‬ٓ‫ا‬َ‫ه‬ِ‫ب‬ َ‫ون‬ُ‫ص‬‫و‬ُ‫ت‬ ٖۗ‫ن‬ۡ‫ي‬َ‫د‬ ۡ‫و‬َ‫أ‬ • Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. • JCHnafkah masa ‘iddah, rada’ah, hadhanah H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 12. Hak Janda • Pertama: Bila seorang suami mentalak istrinya, maka hukum pemberian nafkah padanya diklasifikasi sbb: • 1. Bila ketika ditalak, sang istri itu hamil, maka wajib bagi suami untuk terus memberinya nafkah (biaya kehidupan sehari-hari) hingga istrinya melahirkan. Bila istrinya telah melahirkan maka tidak wajib baginya memberinya nafkah lagi, karena masa ‘iddahnya selesai dan bukan lagi berpredikat sebagai istrinya. Sesuai ayat: “ Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin”. QS. Ath Thalaq: 6 H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 13. Hak Janda • 2. Bila istri tersebut tidak hamil dan talaknya adalah talak raj’i (yang masih bisa rujuk), maka ketika masa ‘iddahnya selesai, sang suami tidak berkewajiban memberinya nafkah menurut pendapat yang benar, sesuai hadis Fathimah binti Qois dari Rasulullah, beliau bersabda tentang wanita yang ditalak ba’in;‘’Tidak ada hak tempat tinggal dan nafkah baginya.’’ (HR.Muslim 2717) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 14. 1. Radha’ah • Adapun bila istri tersebut masih dalam masa ‘iddah, maka suami tetap wajib memberinya nafkah, karena saat itu masih dianggap sebagai istrinya, sampai masa ‘iddahnya selesai. Atau jika mantan istri tersebut tengah menyusui anaknya, maka ia harus memberikan upah/imbalan kepada mantan istrinya atas jasa menyusui anaknya berdasarkan kesepakatan yang telah terlebih dahulu disetujui oleh keduanya, sebagaimana dalam QS Ath-Thalaq ayat 6: ”kemudian jika mereka menyusukan (anak- anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya”. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 15. • Sebab itu, apabila istri tersebut masih dalam masa ‘iddah dan talaknya talak raj’i (yang masih bisa rujuk), maka suami tersebut tetap memberinya tunjangan sepuluh persen dari gaji tersebut, namun bila masa ‘iddahnya sudah selesai, maka baik perceraian mereka sudah tercatat resmi atau belum, sang suami tidak wajib menafkahi istrinya dan tidak boleh memberikan tunjangan sepuluh persen tersebut karena ia bukan lagi istrinya, bahkan istri tersebut harus mengembalikan uang tunjangan tersebut, dan wajib mengurus surat resmi perceraiannya agar tidak lagi menerima tunjangan yang bukan haknya lagi. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 16. 2. Hadhanah/Hak pengasuhan anak • Bila anak-anak tersebut masih kecil, maka hak pengasuhannya adalah pada sang istri, selama istri tersebut pantas untuk merawat mereka dan belum menikah lagi. Sebagaimana dalam hadis Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhu bahwa seorang wanita datang mengeluh kepada Nabi ‫ﷺ‬ setelah ditalak suaminya, dan suaminya tersebut ingin mengambil anaknya, maka Nabi bersabda: “Engkau lebih berhak atas pemelihraannya selama engkau belum menikah lagi”. • (HR Abu Daud: 2276). H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 17. • Dan bila anak-anak sudah sampai umur tamyiiz (berakal) sekitar umur tujuh tahun, maka mereka diberikan pilihan, mau tinggal bersama ayah mereka atau bersama ibu mereka. Sebagaimana dalam HR Abu Daud (2244) bahwa Nabi ‫ﷺ‬ memberikan pilihan bagi seorang anak untuk memilih tinggal bersama ayahnya atau ibunya. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 18. • Namun bila istri tersebut sibuk dengan pekerjaannya, sehingga pemeliharaan anak- anaknya tidak berjalan dengan baik, atau bahkan terbengkalai, maka ayah mereka harusnya membujuk atau meminta pada mantan istrinya tersebut untuk mengambil anak-anaknya agar mendapatkan pemeliharaan dan perhatian yang lebih baik. • Bila mantan istrinya tidak mau, sedangkan ia khawatir anak-anaknya akan tumbuh dalam kondisi pembinaan yang kurang baik, maka ia hendaknya menuntut hak pemeliharaannya ke pengadilan, dengan alasan ibu mereka tidak lagi pantas memelihara dan membina mereka. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 19. • Bila tidak demikian, maka keduanya (ibu dan ayah) mereka sama-sama mendapatkan dosa karena menelantarkan pembinaan anak- anaknya. • Namun bila ayah mereka sudah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi perkaranya tetap dimenangkan oleh ibu mereka, maka ayah mereka tidak menanggung dosa apapun bila anak-anaknya tidak terbina dengan baik, akan tetapi ia tetap wajib menasehati mantan istrinya tersebut dan memperhatikan anak- anaknya dari jauh, walaupun bila sudah sampai umur tujuh tahun, mereka harus diberikan pilihan, mau tinggal sama ayah atau ibu mereka. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 20. • Ketiga: Apakah mantan suami wajib menafkahi anak-anaknya yang tinggal sama mantan istrinya? • Ya, ia tetap wajib menafkahi anak-anaknya yang tinggal dengan mantan istrinya sampai anak-anak tersebut mencapai umur dewasa atau bisa menafkahi diri sendiri, adapun anak wanita, maka ia tetap wajib menafkahinya hingga menikah. Adapun besaran nilai nafkah ini maka berdasarkan hasil kesepakatan yang dilakukan dihadapan pengadilan. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 21. Adab Janda 1. Bersabar 2. Kuat menjalani masa ‘iddah 3. Menunaikan kewajiban yang berkaitan dengan harta H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 23. 1. Bersabar • Setelah sekian lama bersama mengayuh biduk rumah tangga dalam suka dan duka, akhirnya Allah memisahkan sepasang suami istri lewat kematian. Sedih tentu akan dirasa. Namun, hendaknya seorang muslimah bersabar dengan musibah tersebut. • ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ ِ‫ف‬ ْ‫َو‬‫خ‬ْ‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ء‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ن‬ َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ن‬َ‫ل‬ َ‫و‬ُ‫ف‬ْ‫ن‬َ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬َ ْ‫اْل‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ص‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ َ‫و‬ ِ‫وع‬ِ‫س‬ َ‫ين‬ ِ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َّ‫ص‬‫ال‬ ِ‫ر‬ِ‫ش‬َ‫ب‬ َ‫و‬ ٖۗ ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫م‬َّ‫ث‬‫ال‬ َ‫و‬ • “Dan sungguh Kami berikan cobaan kepadami dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 24.
  • 25. • Sesungguhnya kesabaran dalam menghadapi musibah adalah salah satu bentuk kebaikan seorang muslim. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda (yang artinya), “Sungguh mengherankan perkara seorang mukmin itu. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya. Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali oleh orang mukmin. Jika ia mendapat sesuatu yang menggembirakan, dia bersyukur maka itu kebaikan baginya. Jika ia ditimpa keburukan, dia bersabar maka itu kebaikan baginya.”(HR. Muslim) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 26. • Hendaknya wanita yang suaminya meninggal tidak mengumbar kesedihannya dengan menangis sejadi-jadinya karena hal ini termasuk bentuk ketidaksabarannya menghadapi musibah tersebut. Bahkan bisa jadi hal itu dicatat sebagai dosa baginya dan siksaan bagi si mayit. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda (yang artinya), • “Dua perkara yang terdapat pada manusia dan hal itu merupakan bentuk kekufuran adalah mencela nasab dan meratapi mayit.”(HR. Muslim) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 27. • “Wanita yang meratapi mayit (niyahah) jika tidak bertaubat maka dipakaikan celana dari timah cair dan baju dari kudis pada hari kiamat.”(HR. Muslim) • “Tidak termasuk golongan kami wanita menampar pipi, merobek-robek pakaian dan berseru dengan kata-kata jahiliyah.”(HR. Bukhari dan Muslim) • “Sesungguhnya mayit akan diadzab di kuburnya karena ratapan yang ditujukan baginya.”(HR. Bukhari dan Muslim) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 28. • Bersedih dan menangis atas kematian seseorang apalagi dia adalah suaminya, adalah suatu hal yang manusiawi. Namun, seorang muslimah hendaknya menahan tangisannya agar tidak terjatuh dalam dosa niyahah. Rasulullah ‫ﷺ‬ pun pernah menangis karena kematian puteranya, Ibrahim dan sahabatnya, Sa’ad bin ‘Ubadah radhiallahu ‘anhu sakit keras. Akan tetapi tangisannya tidak dalam bentuk meratap atau meraung-raung. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa dikarenakan air mata yang menetes dan kesedihan hati, akan tetapi Dia akan menyiksa atau merahmati ini,” sambil menunjuk ke arah lidahnya.(HR. Bukhari dan Muslim) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 29. • Hendaknya seorang wanita yang sedang ditimpa musibah bersabar dan mengucapkan kalimat istirja’ dan doa. Allah berfirman: • ِ َّ ِ‫لِل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ٌ‫ة‬َ‫ب‬‫ي‬ ِ‫ص‬ُ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ت‬َ‫ب‬‫ا‬َ‫ص‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬َ‫ون‬ُ‫ع‬ ِ‫اج‬ َ‫ر‬ ِِْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ • “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.”(QS. Al-Baqarah: 156) • Nabi ‫ﷺ‬ pun mengajarkan doa kepada Ummu Salamah radhiallahu ‘anha yang ditinggal wafat suaminya, • ِ‫ن‬ ْ‫ر‬ُ‫ج‬ْ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫الل‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬ ِ‫اج‬ َ‫ر‬ ِِْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ َّ ِ‫لِل‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫م‬ ً‫ا‬‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ل‬ ْ‫ف‬ِ‫ل‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ،‫ي‬ِ‫ت‬َ‫ب‬‫ي‬ ِ‫ص‬ُ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ي‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ • “Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantikanlah dengan yang lebih baik.”(HR. Muslim) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 30. 2. Kuat Menjalani Masa ‘Iddah Selama masa ‘Iddah-nya ini seorang wanita hendaknya memperhatikan beberapa hal di bawah ini: • Wanita tersebut wajib tinggal di rumah dimana suaminya meninggal dunia, tidak berpindah tempat kecuali karena ada alasan syar’i. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda kepada Furai’ah binti Malik radhiallahu ‘anha (yang artinya), “Tinggallah di rumahmu hingga masa ‘iddahmu selesai.”(HR. Tirmidzi, shahih) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 31. • Senantiasa berada di dalam rumah dan tidak keluar rumah kecuali ada kebutuhan mendesak. • Wajib berkabung (ihdad) selama batas waktu yang telah ditentukan. Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda (yang artinya), “Seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir tidak boleh berkabung lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suami yaitu selama empat bulan sepuluh hari.”(HR. Muslim) • Tidak mendapatkan nafkah namun memiliki hak waris. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 32. • Tidak bercelak, mengenakan perhiasan, berpakaian yang indah atau wewangian berdasarkan hadits Ummu ‘Athiyah radhiallahu ‘anha (yang artinya), “Kami dilarang berkabung atas kematian seseorang lebih dari tiga hari kecuali karena kematian suaminya yaitu selama empat bulan sepuluh hari. Dan hendaknya dia tidak bercelak, memakai wewangian, dan memakai pakaian yang dicelup warna kecuali memakai ‘ashb (kain segiempat panjang dari benang yang dicelup lalu dipintal dan ditenun).”(Muttafaq ‘alaihi) • Dan hadits Ummu Salamah radhiallahu ‘anha secara marfu’, “Seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dilarang memakai pakaian yang dicelup dengan ‘ushfur (pewarna merah), pakaian merah, mengenakan perhiasan, mewarnai kuku, dan celak.” (HR. Bukhari) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 33. 3. Menunaikan kewajiban yang berkaitan dengan harta Jika suami meninggal dunia maka ada empat hal yang berkaitan dengan harta yang ditinggalkannya: 1. Perkara yang paling didahulukan adalah biaya pengurusan jenazahnya 2. Kemudian hutang yang harus dikeluarkan dari hartanya 3. Jika suami berwasiat, maka harus dikeluarkan paling banyak sepertiga dari hartanya untuk selain ahli waris. 4. Lalu sisanya dibagikan kepada ahli waris. Dalam hal ini istri, baik itu satu atau lebih, mendapat seperempat bagian jika suami tidak memiliki anak atau seperdelapan jika suami memiliki anak. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 34. Allah berfirman, •‫م‬‫ك‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َِّ‫ِم‬ ُ‫ع‬ُ‫ب‬ُّ‫الر‬ َّ‫ن‬َُ‫َل‬َ‫و‬َ‫ل‬ ‫م‬‫ن‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ ‫م‬َ‫َل‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫إ‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ت‬‫م‬‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ ۚ ٌ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ك‬ ‫ال‬ َّ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ٌ‫د‬َ‫ل‬َ‫و‬ ‫م‬‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ُ‫ت‬‫م‬‫ك‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ‫ا‬َِّ‫ِم‬ ُ‫ن‬ُ‫ُّم‬‫ث‬ِ‫د‬‫م‬‫ع‬َ‫ب‬ ‫م‬‫ن‬ِ‫م‬ ۚ ‫م‬‫م‬ َ‫د‬ ‫م‬‫َو‬‫أ‬ ‫ا‬َ ِ‫ِب‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫وص‬ُ‫ت‬ ٍ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ص‬َ‫و‬ٍ‫ن‬‫م‬‫ي‬ • “Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu.”(QS. An- Nisa: 12) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 35. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 36. Diantara 2 Pilihan • Setia Menjanda • Banyak alasan sebagai pertimbangan. Diantaranya: 1. Anak-anak keberatan bila ibu mereka menikah lagi dengan laki-laki lain menggantikan posisi bapak mereka. 2. Wanita tersebut lebih memilih fokus mendidik anak-anaknya yang masil kecil. Karena jika ia menikah dikhawatirkan anak-anaknya akan terlantar. 3. Rasa cinta yang sangat kepada suaminya yang dahulu membuat para janda enggan menikah lagi. Iapun tidak ridha bila ada laki-laki lain menggantikan posisi suaminya. 4. Adanya perjanjian antara wanita tersebut dengan suaminya untuk tidak menikah lagi sepeninggalnya nanti. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 37. Shahabiyyah Yang Setia Menjanda 1. Ummu Hani binti Abu Thalib, 2. Nailah binti Farafishah, istri Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu 3. Hujaimah Ummu Darda’ Ash Shughra H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 38. Jika Menikah Lagi • Jika usia janda tersebut masih muda dan syahwatnya masih besar kemudian takut terjatuh ke dalam fitnah dan ingin tetap menjaga kesucian dirinya maka lebih utama baginya untuk menikah lagi dengan lelaki yang dapat menjaga kehormatan dan memenuhi kebutuhan diri dan anaknya. • Demikian pula bagi janda yang tidak mampu merawat dan mendidik anaknya sendiri, dianjurkan baginya untuk menikah lagi. H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 39. Shahabiyyah Yang Menikah Lagi • Ummu Salamah • Asma binti Umais H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 40. Menjadi Bidadari Surga • Rasulullah ‫ﷺ‬ bersabda, •‫أزواجها‬ ‫آلخر‬ ‫المرأة‬ • “Wanita itu milik suaminya yang terakhir.” (HR. Thabrani dan Abu Ya’la) H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423
  • 41. Terimakasih H. Abdul Aziz Siswanto, S.Th.I- Penyuluh Agama Islam, Kementerian Agama Kabupaten Bogor-08111177423