Novel ini membahas perjalanan spiritual tokoh utama bernama Hasan yang mengalami konflik internal antara iman dan rasionalitas. Novel ini memberikan pesan moral tentang pentingnya menjalani kehidupan beragama dengan taat, tetapi juga kritis dan terus mencari kebenaran.
2. Bagian 1
• Prolog
• Memperkenalkan beberapa tokoh-tokoh
• Foreshadowing
3. Bagian 2
• Memperkenalkan tokoh utama, Hasan
• Memeperkenalkan tokoh ‘aku’
4. Bagian 3
• Pemberi tahuan latar belakang tokoh Hasan
• Tokoh lain:
-Orang tua Hasan
-Haji Dahlan
-Nata
-Siti
-Fatimah
5. Bagian 4
• Autobiografi Hasan
• Memperkenalkan tokoh Kartini dan Rusli
• Memasuki konflik
• Inti cerita
6. PengertianMoral dalamNovel
Atheis
• Diartikan sebagai suatu norma
• Konsep kehidupan dijunjung tinggi oleh masyarakat
• Karya sastra (ex. Novel,etc.) menampilkan pengertian yang
baik
• Ukuran untuk menentukan betul & salahnya sikap tindakan
manusia
• Nilai2 moralis yg tercantum dalam karya sastra dapat
berbentuk tingkah laku sesuai kesusilaan budi pekerti dan juga
akhlak
7. KajianMoral Novel Atheis
• Bagian 1
• Pikirkan dulu apa yang kita lakukan sebelum kita lakukan dan gunakan waktu sebaik mungkin
karena manusia tidak ada yang abadi
• jangan sampai kita masih mempunyai dosa kepada seseorang setelah ia meninggal
• Bagian 2
• Kita harus menjadi pencari yang baik. Dalam mencari tidak cukup kita hanya bertanya kepada
orang yang lebih tahu, tapi kita harus mencari lebih dalam dan memeriksa hingga akar-akarnya
• Bagian 3
• Turutilah perintah ayah ibumu, orang-orang tua dan rajinlah beribadah
• Beribadahlah seperti kau akan mati besok.
• Kita tidak boleh merasa lebih baik dari orang lain dalam apapun
• Kita harus selalu berhat-hari dalam menjalani kehidupan di dunia ini agar tidak mendapat
‘hukuman-hukuman’ dunia
• Bagian 4
• Tetaplah setia pada pendirianmu sendiri
• Jangan sampai cinta membuatmu lupa akan akhirat. Cinta tidak hanya untuk lawan jenis tapi
kita juga harus cinta kepada tuhan.
8. Kutipan Bagian 1
• “ya sic transit gloria mundi! Di dunia tiada yang tetap, tiada
yang kekal, tiada yang abadi. Segala serba berubah, serba
gerak, serba tumbuh, serba mati. Yang abadi hanya yang
abadi, yang tetap hanya yang tetap, yang kekal hanya yang
kekal. Tapi apakah yang demikian itu manusia tidak
mengetahuinya, sebab abadi, tetap, kekal, itu adalah
pengertian waktu, sedang waktu adalah pengertian ukuran”
(halaman 1, baris 26)
• “Berbuat jasa atau dosa terhadap sesama hidupnya. Merasa
bahagia, bila ia telah berjasa. Menebus dosa terhadap siapa ia
berbuat dosa. Akan tetapi kepada siapakah ia harus menebus
dosanya, harus menyatakan sesalnya, apabila orang terhadap
siapa ia berbuat dosa itu sudah tiada lagi, sudah meninggal
dunia? (halaman 3, baris 2)
9. Kutipan Bagian 2
• “dia seorang pencari, dan sebagai seorang pencari, maka ia
selalu terombang-ambing dalam kebimbangan dan
kesangsian. Tapi suatu kesan pula, bahwa ia bukan seorang
pencari yang baik. Artinya ia bukan seorang ahli pikir atau
penyelidik yang radikal, yang sanggup menyelami dan
memeriksa hal-hal yang menjadi soalnya itu sampai kepada
akar-akarnya. Baginya agaknya cukuplah sudah, kalau dia
dalam mencari itu banyak bertanya-tanya kepada orang-orang
yang dianggapnya lebih tau daripadanya” (halaman 7, baris
23)
10. Kutipan Bagian 3
• “anak yang nakal, yang tidak mau bersembahyang akan masuk
neraka”, “orang yang rajin berpuasa akan masuk surga”, “orang
yang banyak dosanya akan merangkak-rangkak seperti siput di
atas seutas benang yang tajam”
• “hukuman-hukuman gaib menimpa dirimu semasih kamu
hidup di dunia ini juga” (halaman 22, baris 23)
• “bila aku merasa bahwa diriku seolah-olah sudah menjadi
seorang-orang yang sempurna dalam hal berbakti kepada
tuhan” (halaman 23, baris 15)
11. Kutipan Bagian 4
• “tetapi sebentar Cuma. Maka dengan tak kuinsyafi pula,
muncul-lah tiba tiba dari ketiadaan wajah Kartini dengan
senyumnya yang berseri-seri” (halaman 43, baris 4)
• “pun dalam sembahyang Isa aku banyak terbwa melantur oleh
pikiran dan khayal” (halaman 45, baris 11)
• “Memang manusia itu kadang kadang bisa meloncat dari
ujung ke ujung, berpindah pendirian dengan sangat tiba-tiba.
Tapi kenapakah sebetulnya bisa begitu? Hasil ‘perjuangan
batin’. Apakah itu sebetulnya? Perjuangan pikiran? Perjuangan
perasaan? Perjuangan kemauan? Ingatlah aku akan kata
guruku, bahwa manusia itu selalu harus awas dan waspada
dalam memperjuangkan sesuatu dalam batinnya” (halaman
59, baris 28)
12. Kesimpulan
• Banyak pesan moral yang menyentuh berbagai sisi kehidupan
manusia. Sisi agama sangat berpengaruh dalam memutuskan
untuk mengambil suatu sikap. Secara keseluruhan pesan
moral yang ada di buku ini (bagian 1-4) menjadi pelajaran
berharga untuk digunakan sebagai tuntunan hidup.