1. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan penurunan kesadaran dan demam. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah normal dan kaku kuduk positif. CT scan diperlukan untuk mendiagnosis pasien.
2. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut disertai mual dan bintik hitam. Tekanan darah normal dan pemeriksaan neurologis normal. Profilaksis yang tepat adalah karbamazepin
Pasien laki-laki usia 19 tahun mengalami kejang dan gangguan mental seperti halusinasi dan bicara meracau. Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, didiagnosis menderita ensefalitis anti-NMDAR berdasarkan gejala klinis dan riwayat penggunaan narkoba.
Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan separuh badan kiri dan gangguan bicara. Pemeriksaan menemukan hemiparese dextra dan diagnosis gangguan area Broca.
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...RifkaHumaida1
Quadriparese tipe Spastik
- Parese N VII sinistra tipe sentral
-Parese N XII sinistra tipe sentral
- Generalized onset clonic seizure
Ec Cerebral infarction
1. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan penurunan kesadaran dan demam. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah normal dan kaku kuduk positif. CT scan diperlukan untuk mendiagnosis pasien.
2. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut disertai mual dan bintik hitam. Tekanan darah normal dan pemeriksaan neurologis normal. Profilaksis yang tepat adalah karbamazepin
Pasien laki-laki usia 19 tahun mengalami kejang dan gangguan mental seperti halusinasi dan bicara meracau. Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, didiagnosis menderita ensefalitis anti-NMDAR berdasarkan gejala klinis dan riwayat penggunaan narkoba.
Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan separuh badan kiri dan gangguan bicara. Pemeriksaan menemukan hemiparese dextra dan diagnosis gangguan area Broca.
Quadriparese tipe Spastik - Parese N VII sinistra tipe sentral -Parese N XII ...RifkaHumaida1
Quadriparese tipe Spastik
- Parese N VII sinistra tipe sentral
-Parese N XII sinistra tipe sentral
- Generalized onset clonic seizure
Ec Cerebral infarction
Laporan pagi memberikan informasi tentang jaga pagi, pasien baru, pasien assessment dan pasien konsul di bagian neurologi RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. Terdapat 1 pasien baru, 1 pasien assessment dan 1 pasien konsul yang mendapatkan penjelasan mengenai gejala, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan keadaan darurat di bidang neurologi, termasuk penurunan kesadaran, status epileptikus, infeksi sistem saraf pusat, dan stroke. Terdapat penjelasan mengenai gejala, penyebab, dan tatalaksana awal untuk kondisi-kondisi tersebut.
Pasien mengalami cedera kepala berat akibat kecelakaan sepeda motor dengan riwayat benturan kepala dan menunjukkan gejala-gejala fraktur basis cranii posterior seperti otorrhea, battle sign, dan halo sign positif."
Pasien perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan hemiparesis kanan dan bicara pelo. Pasien didiagnosis stroke non hemoragik berdasarkan riwayat hipertensi tidak terkontrol dan hasil pemeriksaan fisik.
Ujian Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Nasional ke-33 berisi soal-soal pilihan ganda untuk menguji pengetahuan kandidat. Soal-soal meliputi berbagai topik klinis seperti penyakit dalam umum, endokrinologi, hematologi, dan penyakit infeksi. Kandidat diharapkan mampu mendiagnosis, memahami patofisiologi, dan menentukan tatalaksana yang tepat berdasarkan data pasien.
Kasus ini menunjukkan diagnosis STEMI berdasarkan gejala klinis pasien berupa nyeri dada yang berkepanjangan disertai keringat dingin dan tanda-tanda syok. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan enzim jantung dan hasil EKG menunjukkan gambar inferior.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Laporan pagi memberikan informasi tentang jaga pagi, pasien baru, pasien assessment dan pasien konsul di bagian neurologi RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. Terdapat 1 pasien baru, 1 pasien assessment dan 1 pasien konsul yang mendapatkan penjelasan mengenai gejala, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium.
Dokumen tersebut membahas tentang penanganan keadaan darurat di bidang neurologi, termasuk penurunan kesadaran, status epileptikus, infeksi sistem saraf pusat, dan stroke. Terdapat penjelasan mengenai gejala, penyebab, dan tatalaksana awal untuk kondisi-kondisi tersebut.
Pasien mengalami cedera kepala berat akibat kecelakaan sepeda motor dengan riwayat benturan kepala dan menunjukkan gejala-gejala fraktur basis cranii posterior seperti otorrhea, battle sign, dan halo sign positif."
Pasien perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan hemiparesis kanan dan bicara pelo. Pasien didiagnosis stroke non hemoragik berdasarkan riwayat hipertensi tidak terkontrol dan hasil pemeriksaan fisik.
Ujian Kompetensi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Nasional ke-33 berisi soal-soal pilihan ganda untuk menguji pengetahuan kandidat. Soal-soal meliputi berbagai topik klinis seperti penyakit dalam umum, endokrinologi, hematologi, dan penyakit infeksi. Kandidat diharapkan mampu mendiagnosis, memahami patofisiologi, dan menentukan tatalaksana yang tepat berdasarkan data pasien.
Kasus ini menunjukkan diagnosis STEMI berdasarkan gejala klinis pasien berupa nyeri dada yang berkepanjangan disertai keringat dingin dan tanda-tanda syok. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan enzim jantung dan hasil EKG menunjukkan gambar inferior.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
2. Tn. Mark, usia 52 tahun, datang ke poli mata dengan keluhan kesulitan tidak dapat
melihat objek pada bagian kanan tubuhnya. Pasien mengaku memiliki keluhan
serupa sejak 2 bulan SMRS dan semakin memburuk. Keluhan kelemahan anggota
gerak disangkal. Pasien memiliki riwayat DM tidak terkontrol sejak 5 tahun SMRS
dan memiliki riwayat hipertensi terkontrol sejak 10 tahun. Riwayat keluarga dalam hal
keluhan serupa disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen,
tanda-tanda vital TD: 140/90 mmHg, HR: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu afebris.
Dalam pemeriksaan fisik neurologis umum dan khusus tidak didapatkan kelainan.
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik mata, dalam tes lapang pandang, pasien tidak
dapat melihat objek yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini: Letak kelainan
pada pasien diatas adalah pada…
a. Tractus opticus sinistra
b. Tractus opticus dextra
c. Nervus opticus dextra
d. Nervus opticus sinistra
e. Chiasma opticus
3. GANGGUAN LAPANG PANDANG (HEMIANOPSIA HOMONYM DEXTRA : Tractus opticus sinistra)
Level Kompetensi: 2
Hemianopsia homonym :
bagian lapang pandang
yang mengalami gangguan
terjadi pada sisi yang sama.
Contoh:
4. Tn Jordie, usia 29 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas, pasien melompat dari motornya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan compos mentis, tanda vital
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR
22, suhu 37C, pada ekstremitas superior dextra posisi lengan
atas adduksi endorotasi, lengan bawah ekstensi-pronasi, tangan
fleksi, jari-jari tangan bergerak normal. Dimanakah letak lesi
pada kasus tersebut?
a. Plexus brachialis posterior
b. Plexus brachialis superior
c. Plexus brachialis inferior
d. Plexus brachialis medialis
e. Plexus brachialis superior et inferior
5. RADIKULOPATI
Level Kompetensi: 2.
Upper Brachial Plexus Injury –
Erb’s Palsy
Key Point :
qwaiter’s tip palsy
qEtiologi : cedera N cervicalis 5-6
qJari tangan normal. Dapat
menggenggam
Lower Brachial Plexus Injury –
Klumpke’s Palsy
Key Point :
q“claw hand”
qEtio: cedera N. cervalis 8- thoracal 1
qJari tangan abnormal. TIDAK Dapat
menggenggam
qSensibilitas pada M. extensor (+)
6. An. Mia, usia 12 tahun, datang ke IGD RS diantar ibunya dengan
keluhan kejang kelojotan seluruh tubuh selama 7 menit. Kejang
terjadi sebanyak 3 kali dengan selang waktu 15 menit. Diantara
kejang pasien tidak sadar. Pasien memliki riwayat sering kelojotan
seluruh tubuh dan sering mengonsumsi asam valproat. Tidak
ditemukan riwayat demam atau trauma kepala sebelumnya. Tanda
vital HR 89kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37C. Apakah diagnosis
pada pasien?
a. Epilepsi klonik
b. Epilepsi tonik klonik
c. Epilepsi parsial komplek
d. Status Epileptikus
e. Epilepsi grand mal
7. STATUS EPILEPTIKUS
Level Kompetensi: 3B
Etiologi : Riwayat epilepsy (+)
Dx :
Bangkitan/ kejang dengan durasi > 30 menit atau
Tidak ada perbaikan status mental diantara 2 kejang
Th/ Resusitasi C-AB
Farmakologi :
q Diazepam IV (0.3-0,5mg/kgbb atau
q Diazepam supp BB < 12kg 5 mg, BB ≥12 kg 10
mg
q Fenitoin 20mg/kgbb/ hari gagal ? Fenobarbital
20mg/kgbb/hari
Atau
Fenobarbital 20mg/kgbb/hari gagal ? Fenitoin
20mg/kgbb/ hari
Gagal Rujuk ke ICU
BB < 12 mg : diazepam 5 mg
BB ≥ 12 mg : diazepam 10 mg
8. Tn Elzi, usia 55 tahun datang ke RS dibawa keluarganya karena gangguan bicara. Keluhan
dirasakan sejak 1 hari SMRS. Pasien memiliki riwayat DM tidak terkontrol sejak 2 tahun
SMRS dan memiliki riwayat kolesterol dan tidak pernah minum obat sejak 4 tahun SMRS.
Riwayat trauma disangkal. Pasien mengeluhkan lemas pada tungkai kiri sejak 30 menit
SMRS. Pada pemeriksaan fisik TD 150/90 mmHg, HR 100x/menit, RR 20x/menit, suhu 37ºC.
Pada pemeriksaan fisik neurologis didapatkan kekuatan motorik ekstremitas kiri menurun
dibandingkan ekstremitas kanan. Saat diperiksa oleh dokter mengenai masalah gangguan
bicara, dokter mendiagnosis afasia broca karena sumbatan pembuluh darah otak. Hasil
pemeriksaan yang sesuai dengan kasus adalah ...?
a. Pasien mengerti isi pembicaraan dokter dan mampu mengulang kata sesuai perintah,
tetapi tidak mampu mengeluarkan kalimat spontan
b. Pasien tidak mengerti isi pembicaraan dokter tapi mampu mengeluarkan kalimat spontan
c. Pasien tidak mengerti isi pembicaraan dokter, tidak mampu mengeluarkan kalimat
spontan dan tidak mampu mengulang kata sesuai perintah
d. Pasien mengerti isi pembicaraan dokter, tetapi tidak mampu mengeluarkan kalimat
spontan dan tidak mampu mengulang kata sesuai perintah
e. Pasien tidak mengerti isi pembicaraan dokter dan tidak mampu mengeluarkan kalimat
spontan
9. GANGGUAN FUNGSI CORTICAL
Level Kompetensi: 2
AFASIA :
Gangguan komunikasi : berbicara / berbahasa,
mengolah informasi / membalas
q A. Motorik (A. BROCA “ FRONTALIS “ 44:45 )
q A. Sensorik (A. Wernicke “ Temporalis area 22)
q A. Global (A. Motorik + A. Sensorik)
Penatalaksanaan :
Rujuk ke RS
(-) BICARA (+) BICARA
Mengerti / paham (+)
q Mengulang (-) : motorik
q Mengulang (+) : transkortikal motorik
Mengerti / paham (+)
q Mengulang (-) : A. konduksi
Mengerti / paham (-)
q Mengulang (-) : global
q Mengulang (+) : transkortikal mixed
Mengerti / paham (-)
q Mengulang (-) : A. sensorik
q Mengulang (+) : transkortikal
sensorik
10. Tn Jefry, usia 54 tahun, datang ke klinik saraf dengan keluhan sulit untuk
membuka kelopak mata kanan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien merasa
sulit untuk menelan, saat mengunyah pasien menahan rahang
bawahnya, dan suara yang serak dan mengecil saat bicara. Pasien juga
mengeluhkan sulit untuk mempertahankan posisi kepala. Keluhan
terutama muncul saat sore hari setelah aktivitas dan membaik saat pagi
hari setelah istirahat. Riwayat DM dan hipertensi disangkal. Tanda vital
TD 120/80mmHg, HR 80kali/mnt, RR 23kali/mnt, T 37C. Apakah
diagnosa pada pasien tersebut?
a. Multiple skelorosis
b. Miastenia gravis
c. Multiple myeloma
d. Guillain bare syndrome
e. Sindrome horner
11. MYASTHENIA GRAVIS
Level Kompetensi: 3B
Definisi:
penyakit autoimun pada neuromuscular junction yang dicirikan oleh kelemahan dan mudah lelahnya beberapa kelompok otot skelet yang
bersifat fluktuatif (biasanya memburuk pada sore hari)
Etiologi :
Adanya antibodi IgG yang menempel pada reseptor acetylcholine(ACh)di neuromuscularjunction
Key Point :
q Kelemahan yang mengenai
otot proksimal. dimulai dari
otot palpebra , otot menelan
lalu meluas ke otot
pernapasan dan ekstremitas
q Ptosis / Diplopia
q Sulit menelan, Disfonia
q Sesak napas
q Riw ispa/diare (-)
PD :
wartenberg test : fiksasi
pandangan ke satu titik, lama :
timbul ptosis
Pemeriksaan penunjang:
q Ice Pack Test
• Acetylcholinesterase berkurang pada suhu rendah
• Jika ada perbaikan kekuatan otot berarti MG (+)
q Tensilon test (Edrofonium test)
• Edrophonium menghambat acetylcholinesterase
• Jika ada perbaikan kekuatan otot berarti MG (+)
q Prostigmin / Neostigmin Test
Prostigmin 0,5-1mg + SA 0,1 mg via IM/SC
q Serologi AchR - ab
Penatalaksanaan:
q Simtomatik : Anti-kolinesterase : pyridostigmin
(60-120 mg po 6x sehari maks)
q Imunosupresi : Prednisolon : untuk relaps,
dengan 5mg/2 hari, naikkan 5mg/minggu
q Thymectomy : Jika usia < 50 tahun
12. Ny. Adriana, usia 22 tahun, datang ke RS dengan keluhan nyeri
kepala hebat di sisi sebelah kanan sejak satu hari ini. Keluhan
terasa berdenyut, memberat dengan aktivitas, mual disertai
muntah (+) dan pasien merasa silau bila terkena cahaya.
Sebelum keluhan muncul pasien melihat kilatan cahaya. Tanda
vital TD 130/80mmHg, HR 80kali/mnt, RR 23kali/mnt, T 37C,
tidak didapatkan kaku kuduk maupun defisit neurologi fokal.
Terapi profilaksis yang tepat untuk pasien diatas adalah?
a. Sumatriptan
b. Ergotamin
c. Propanolol
d. Verapamil
e. Prednison
13. MIGREN DENGAN AURA
Level Kompetensi: 4A
Etilogi : Peningkatan 5-HT (Hidroxytriptamine) / serotonin
Fak . Resiko : Stress Fisik : Psiklogis : ldiopatik : Kimiawi
Key Point :
q Nyeri Kepala sebelah / unilateral ,
q Berdenyut , Tertusuk - tusuk, Menetap.
P . Penunjang : -
klasifikasi :
Aura : Migraine Tipe classic
AURA dapat berupa:
q Gangguan bicara: disfasik yang reversibel
q Gejala sensoris reversibel:ditusuk tusuk (pin and needles) atau kebas
q Gejala visual: melihat cahaya atau garis, atau kehilangan penglihatan
Tanpa Aura : Migraine Tipe common
Penatalaksanaan:
Spesifik
1st : Golongan Triptan : Sumatriptan 200mg /hari
2nd :Gol . Alkaloid Ergot : Ergotamine 5mg/ hari
Profilaksis : .
Gol . Trisiklik : Amitriptyline 10 – 25 mg/ hari Sebelum Tidur
Gol . B - Blocker : Propanolol 40 – 240 mg/hari
As . Valproat PO
14. Tn. Adly, 49 tahun datang diantar tetangganya karena tisak sadarkan diri sejak 2 jam
SMRS. Pasien dikatakan sedang melakukan kerja bakti untuk lingkungan RT sekitar
rumahnya dan tiba2 muntah menyemprot sebanyak 1x dan jatuh pingsan. Selama
perjalanan ke RS pasien tidak sadarkan diri. Riwayat hipertensi dan diabetes melitus
tidak diketahui. Dari pemeriksaan fisik didapati keadaan umum sakit berat, kesadaran
sopor, TD: 180/100 mmHg, HR: 50x/menit, RR: 18 x/menit dengan pola napas ireguler,
suhu afebris, dari pemeriksaan neurologis didapati Babinski dan Gordon (+) pada
ekstremitas kanan dan kekuatan motorik ekstremitas kanan 2. Pupil kanan dan kiri
anisokor serta tidak reaktif. Hasil GDS pasien 260 mg/dL. Dari hasil funduskopi didapati
hasil papilledema. Dari hasil pemeriksaan skor Siriraj, pasien memiliki nilai 3. Pasien
akan menjalani pemeriksaan CT Scan kepala. Cairan yang sebaiknya digunakan
sebagai tambahan untuk menurunkan tekanan intracranial adalah...
a. NaCl 0,9%
b. Ringer laktat
c. NaCl 3%
d. Dextrosa 10%
e. Dextrosa 5%
15. STROKE HEMORAGIK
Level Kompetensi: 3B
Definisi stroke :
Suatu sindroma klinis yang
ditandai oleh gangguan fungsi
otak fokal maupun global
mendadak berlangsung lebih
dari 24 jam, diakibatkan oleh
satu-satunya gangguan
vaskuler
Keypoint :
Gejala peningkatan tekanan
intrakranial dapat berupa :
qsakit kepala,
qMuntah proyektil,
qkesadaran menurun
qDefisit neurologis
Pemeriksaan neurologis :
1. Kekuatan motoric <5,
”lateralisasi”
2. Rangsang meningeal : ICH
(-), SAH (+)
3. Nervus cranialis
terganggu/normal
4. Refleks patologis : (+)
5. Refleks fisiologis : menurun
STROKE HEMORAGIK
Risk : trauma, Hipertensi krisis
ICH : a. cerebri
SAH : arteri vertebra - basilaris
16. STROKE HEMORAGIK
Level Kompetensi: 3B
Pemeriksaan penunjang :
CT Scan non kontras : Lesi hiperdens :
qSAH : girus
qICH : hemisphere serebri
Tatalaksanana:
Tetapi Umum :
q Resusitasi : Berikan cairan isotonik secukupnya sesuai kebutuhan
harian, jangan berikan cairan hipotonik (d5%,d10%) karena akan
menyebabkan/memperberat edema otak
Anti hipertensi :
q TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg dengan peningkatan TIK,
target tekanan darah 160/90 mmHg atau hingga MAP 110 mmHg
Pengendalian tekanan intrakranial :
q Tinggikan posisi kepala 30
q Manitol 20% IV 0,5 – 1 gram / kgBB/20mnt
q NaCl 3% dosis 10 ml/kgBB (hipertonis)
Terapi operatif
Analisis soal :
A. NaCl 0,9% → cairan isotonik, dapat digunakan untuk cairan maintenance, tetapi pada kasus peningkatan TIK dapat ditambahkan cairan
hipertonis seperti NaCl 3%
B. Ringer laktat → cairan isotonik, dapat digunakan untuk cairan maintenance, tetapi pada kasus peningkatan TIK dapat ditambahkan cairan
hipertonis seperti NaCl 3%
D. Dextrosa 10% → cairan hipotonis harus dihindari pada peningkatan TIK
E. Dextrosa 5% → cairan hipotonis harus dihindari pada peningkatan TIK
17. Ny Evi, usia 30 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan lumpuh keempat
ekstremitas sejak 1 minggu lalu. Kelumpuhan dimulai pada kedua tungkai
bawah. Kemudian 3 hari yang lalu kelumpuhan muncul pada kedua lengan.
Pasien juga mengeluhkan diare dan muntah sebelumnya. Tanda vital TD
100/80, HR 90kali/mnt, RR 23kali/mnt, T37C. Pemeriksaan neurologis
didapatkan tetraparesis dengan refleks fisiologis menurun, fasikulasi +,
kesemutan pada kaki, dan glove stocking hipoestesi. BAB dan BAK normal,
tidak ada demam. Pada pemeriksaan lab darah lengkap menunjukkan hasil
normal. Dimanakah letak kelainan pada pasien tersebut?
a. Medula spinalis
b. Neuromuscular junction
c. Korteks cerebri
d. Selubung mielin
e. Saraf kranial
18. GBS (GUILLAINE BARRE SYNDROME)
Level Kompetensi: 3B.
Definsi: penyakit dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sistem saraf tepi (selubung mielin) dan menyebabkan kelemahan
otot, apabila parah dapat mengakibatkan kelumpuhan, bahkan otot-otot pernapasan
Etilogi : AutoImun → lnfeksi EBV (Epstein Barr virus ) , lnfeksi Campylobacter jejuni
Key Point :
q Kelemahan (parese) kelumpuhan (plegia) yang Menjalar dari
Bawah ke atas (Ascending Paralisis ) / Glove stocking
phenomenon
q Gejala sensorik
q Risk : Didahului Oleh ISPA/ GE
q lesi " LMN "
Pem . Penunjang :
q Lumbal Pungsi → Disosiasi Sitoalbumin (peningkatan protein
tanpa pleocytosis) )
q EMG (adanya tanda demyelinisasi dari perlambatan konduksi,
perpanjangan latensi distal, perpanjangan gelombang F, Blok
konduksi atau berkurangnya respon terhadap rangsang)
Penatalaksanaan:
Rujuk ke Rs →
I : Imunoglobulin (IVIG 0,4 gram/ kg BB/ hari selama 5 hari)
P : plasmapharesis
S : kortiko Steroid
Komplikasi
q gagal napas
19. Tn Scully, usia 25 tahun, dibawa ke IGD RS setelah mengalami
kecelakaan tertabrak sepeda motor dengan area punggung
bawah terbentur trotoar jalan. Pasien mengeluhkan kelemahan
kedua tungkai bawah dan terasa kesemutan dari daerah
pinggang ke bawah. Tanda vital TD 100/70, HR 110kali/mnt,
RR 23kali/mnt, Tax 37C. Pemeriksaan neurologis ditemukan
paraplegia tipe UMN dan anestesia setinggi umbilikus ke
bawah. Apa diagnosis yang paling tepat?
a. Brown sequard syndrome
b. Guillain barre syndrome
c. Posterior cord syndrome
d. Complete spinal transection
e. Miastenia gravis
20. TRAUMA MEDULLA SPINALIS
Level Kompetensi: 3B
Etilogi : TRAUMA
Key Point :
q Nyeri hebat pada pinggang
q Defisit neurologis
q Plegia : parastesia
q Faktor : risiko (+)
Pem . Penunjang :
q Foto rontgen vertebra
Klasifikasi :
q Anterior Cord Injury : Gg. Motorik
q Posterior Cord Injury : Gg. Sensorik
q Central cord injury : Defisit neurologis
atas lebih berat dari extremitas bawah
q Brown squard Syndrome : Defisit
neurologis : kiri sensoris, kanan motoris
q Complete Spinal transaction/Transverse
Cord Syndrome : Gg. Sensorik + motoric
Penatalaksanaan:
I. Stabilisasi ABCDE
II. Analgetik (morfin IV)
III. Awal : Pemberian kortikosteroid :
Metilprednisolone IV Dosis Tinggi :
q < 8 jam :
1. inisial: Metilprednisolon 30 mg/kgBB/
30 menit
2. Rumatan : Metilprednisolon 5,4
mg/kgbb
berikan infus metilprednisolon 5,4
mg/kgBB/jam selama 23 jam (< 3 jam)
berikan infus metilprednisolon 5,4
mg/kgBB/jam selama 47 jam (3-8 jam)
q > 8 jam : tidak dianjurkan pemberian
kortikosteroid
Complete Spinal
transaction/Transverse
CordSyndrome
21. Ny Misya, usia 26 tahun, datang dengan keluhan muka sebelah kiri
mencong sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya ia pergi ke puncak
mengendarai motor tanpa menggunakan helm. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84kali/menit, RR
22kali/mnt, suhu 37C, tampak kelopak mata kiri tidak bisa menutup,
sudut bibir sisi kiri tidak bisa terangkat ke atas jika tersenyum, dan
kerutan dahi sisi kiri menghilang. Tidak ditemukan riwayat trauma dan
kelemahan pada extremitas. Apa tatalaksana yang tepat untuk
kasus di atas?
a. Prednison 1 mg/kgBB/hari
b. Prednison 2 mg/kgBB /hari
c. Prednison 3 mg/kgBB /hari
d. Prednison 4 mg/kgBB /hari
e. Prednison 5 mg/kgBB/hari
22. PARESE CN VII TIPE PERIFER (BELL’S PALSY)
Level Kompetensi: 4
Definisi: Kelumpuhan saraf wajah (N.VII)
Etiologi : trauma dingin pada wajah, reaktivasi HSV-1 & herpes zoster
Key Point :
q mulut merot
q Dahi tidak bisa dikerutkan
q Mulut tidak dapat menyeringai
q Lagoftalmus
q 2/3 anterior lidah tidak dapat merasakan
makanan
Pemeriksaan Neurologis:
Parese N.VII :
q gangguan motorik tipe LMN
q Gangguan sensorik 2/3 lidah anterior
Penatalaksanaan:
q Steroid : prednison PO (10 hari)
Dosis 1mg/kgbb/hari maksimal 60 mg/hari selama 5
hari
Tappering off Hari 6-10 turunkan dosis 10mg/ hari =
Hari ke 6: 50 mg, H7: 40mg, H8: 30mg, H9 20mg, H10:
10mg
q Fisioterapi
Komplikasi :
Rumsayhunt syndrome (Herpes zoster otikus +
bellspalsy)
UMN LMN
23. Tn. Simba, usia 27 tahun datang diantar oleh tetangganya ke IGD dengan
keluhan penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan tunggal 40 menit
sebelum masuk RS. Menurut kesaksian warga sekitar, pasien sedang
mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, dan menabrak trotoar lalu pasien
terlempar dari motornya. Saat kecelakaan, pasien mengenakan helm, dan helm
tidak terlepas. Riwayat muntah disangkal oleh warga sekitar. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai TD : 170/80 mmHg, HR : 50x/menit, RR 12x/menit, suhu afebris.
Pada pemeriksaan Glasgow Coma Score (GCS) didapatkan hasil sebagai berikut:
pasien membuka mata pada rangsangan nyeri, pasien tampak mengerang dan
posisi tubuh pasien tampak fleksi abnormal. Pada saat dilakukan pemeriksaan
status generalis didapati bekalang telinga terdapat Battle sign (+) seperti gambar
dibawah ini. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien ini?
a. Epidural hematoma
b. Cedera kepala ringan
c. Fraktur os zygomaticum
d. Suspek fraktur basis cranii
e. Kontusio cerebrii
24. FRAKTUR BASIS CRANII
Level Kompetensi: 3B
Definisi: Fraktur yang terjadi pada dasar tengkorak (bassis cranii)
Etiologi : trauma capitis
Klasifikasi:
Dibagi 3:
Fossa anterior : Racoon Eyes , Rinorea
Fossa media : Otorea, Battle sign
Fossa posterior : Koma
Racoon eyes = hematom periorbita
Battle sign = hematome retroaurikula
Rhinorea = cairan CSF kadang bercampur
darah dari hidung
Otorhea = cairan CSF kadang bercampur
darah dari telinga
Pemeriksaan Penunjang:
q Halo test Bentukan seperti cincin menandakan darah
bercampur CSF disekelilingnya
q Rotgen : Submentovertex
q CT SCAN
q MRI
Penatalaksanaan:
• Resusitasi
• Konservatif
• Rujuk
25. Tn Allan, usia 43 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan tidak
sadarkan diri. Menurut warga pasien memiliki riwayat kecelakaan
5 jam yang lalu, namun setelah kecelakaan pasien masih sadar.
Sebelum dibawa kerumah sakit pasien muntah dan mengeluhkan
nyeri kepala. Tanda vital TD 130/70mmHg, HR 110kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 37C, pupil unisokor (+). Pada pemeriksaan CT
Scan didapatkan gambaran seperti gambar disamping .
Diagnosis yang paling memungkinkan ?
a. Perdarahan subdural
b. Perdarahan epidural
c. Perdarahan subarachnoid
d. Perdarahan intracerebral
e. Fractur basis cranii
27. Tn Chaz, usia 22 tahun, dibawa ke UGD oleh warga
setelah menjadi korban kecelakaan lalu lintas satu
jam yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan mata
tidak terbuka dengan rangsangan nyeri,
mengerang, dan gerakan flexi abnormal.
Berapakah GCS pasien tersebut….
a. E3V3M2
b. E2V2M3
c. E1V2M2
d. E1V2M3
e. E1V3M2
29. Tn Ray, usia 35 tahun dibawa keluarga ke RS karena membuat kegaduhan.
1 bulan ini pasien sering marah-marah, memukul orang tuanya, dan tidak
tidur sepanjang hari. Keluarga juga mengeluhkan pasien terlihat sangat
bersemangat, setiap saat selalu pergi berkeliling ke tetangganya untuk
menceritakan sejarah terbentuknya Indonesia. Jika tetangga nya dirasa
menolak, pasien marah dan memukul. 1 bulan ini pasien sering mendengar
suara-suara yang tidak didengar oleh orang lain yang mengatakan dia adalah
Patih Gajah Mada. Tanda vital TD 130/70mmHg, HR 89kali/mnt, RR
23kali/mnt, suhu 37C. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik
b. Gangguan bipolar episode kini campuran dengan gejala psikotik
c. Gangguan skizoafektif tipe manik
d. Gangguan skizoafektif tipe depresi
e. Gangguan skizoafektif tipe campuran
30. GANGGUAN PSIKOTIK
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN PSIKOTIK
Etiologi : Peningkatan dopamin
PSIKOTIK AKUT SKIZOAFEKTIF WAHAM MENETAP
q gejala psikotik <2 minggu
q Gejala : waham/ halusinasi/ ilusi/ prilaku aneh
q gejala skizofrenia & afektif
bersamaan
• hanya waham minimal 3 bulan
• Tanpa halusinasi/ilusi
SKIZOFRENIA
1 kriteria : ≥ 1 bulan
q Tought Echo " PiKiran kacau "
q Tought Insertion "PiKiran dirasuki,
q withdrawl PiKiran diambil
q Tought Broadcasting " Pi Kiran Tersiar "
2 kriteria : ≥ 1 bulan
Waham/ delusi, halusinasi, ilusi / prilaku
tidak wajar
Klasifikasi : kriteria Skizofrenia terpenuhi
q Paranoid : waham paranoid (+)
Persekutorik, Referensi, kebesaran
q Hebefrenik: 15-25 tahun, afek tidak wajar,
perilaku tidak dapat diramalkan, senyum
sendiri
q Residual : Gejala negatif menonjol, ada
riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
q Simpleks : Gejala negatif yang khas
skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar)+ Riwayat skizo tidak
jelas
q Katatonik : gerak atau posisi tertentu
1. Mutisme : tidak berbicara
2. Gaduh gelisah , aktivitas tidak menentu
3. Negativisme : menggerakkan kearah
berlawanan
4. Posturing : mempertahankan posisi
tertentu
5. Rigiditas : kaku
6. Command autism : melakukan perintah
secara spontan
31. SKIZOAFEKTIF TIPE MANIA
Level Kompetensi: 3A
Klasifikasi
Gangguan
Skizoafektif Tipe
Manik
Gangguan Skizoafektif
Tipe Depresif
Gangguan skizoafektif tipe
campuran
Afek harus
meningkat secara
menonjol
Afek depresif harus
menonjol, disertai oleh
sedikitnya dua gejala khas
Gangguan dengan gejala-
gejala skizofrenia berada
secara bersama-sama dengan
gejala-gejala afektif bipolar
campuran
32. Tn. Alexandra, 63 tahun dibawa oleh keluarganya ke poli spesialis saraf dengan
keluhan sering lupa cara untuk melakukan kegiatan sehari-hari; seperti mengangkat
telepon, memakai baju, dan makan. Keluhan tersebut sudah dialami pasien sejak 1
bulan yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi lebih dari 10 tahun dan tidak
terkontrol dengan pengobatan. Riwayat gula darah tinggi tidak diketahui pasien.
Setelah anamnesis lebih lanjut ternyata sejak 3 bulan yang lalu pasien memiliki
riwayat kelemahan pada lengan dan tungkai kiri. Kelemahan terjadi secara tiba-tiba.
Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, TD 150/90 mmHg, Nadi 82x/mnt, RR 18x/mnt, suhu afebris. Tidak
didapatkan tremor pada pasien. Kekuatan motorik ekstremitas kanan 5/5, ekstremitas
kiri 4/4. Belum dilakukan pemeriksaan penunjang lain. Apakah diagnosis pada
pasien tersebut...
a. Demensia Alzheimer
b. Demensia Vaskular
c. Penyakit Pick’s
d. Delirium
e. Demensia Lewy Bodies
33. DEMENSIA
Level Kompetensi: 3A
DELIRIUM DEMENSIA
Etiologi : penyakit organik (stroke, sepsis,
krisis HT)
Keypoint :
q Dx ; progesifitas cepat/ acute
q kesadaran berkabut-koma/ fluktuatif
q Gangguan kognitif :
1. hendaya daya ingat segera dan
pendek
2. distorsi persepsi (ilusi, halusinasi
(visual)), disorientasi,
3. Gang. Psikomotor (hipo/hiperaktif)
4. Gang. Tidur
5. Gang. Emosi (anxietas, depresi,
iritabilitas)
SMART WAY : gang. Kesadaran + gang.
Kognitif + penyakit organik
Tatalaksana :
q Antipsikotik: Haloperidol (drug of
choice)
Etiologi : stroke, dislipidemia, Hipertensi
Keypoint :
q Dx ; progesifitas lambat dan kronis
q ↓↓kesadaran (+)
q Gangguan kognitif :
1. hendaya daya ingat segera dan pendek
2. Gang. Bicara
3. Gang. Emosi (anxietas, depresi,
iritabilitas)
4. Gang. Mengambil keputusan sederhana
5. Gang. Aktivitas sehari-hari
SMART WAY : (-) gang. Kesadaran + 2 gejala
gang. Kognitif + penyakit organik
Pemeriksaan Penunjang :
MMSE (Mini mental state examination)
q ≥24 : NORMAL
q 19-23 : DEMENSIA RINGAN
q 10-18 : DEMSINSIA SEDANG
q ≤ 9 : DEMENSIA BERAT
KLASIFIKASI DEMENSIA:
Demensia Vaskular :
q adanya bukti kelainan cerebrovascular
Demensia Alzheimer (Temporoparietal) :
q TIDAK adanya bukti kelainan cerebrovaskular.
Penyakit Pick (Frontotemporal Disease):
q Atrofi selektif dari lobus frontalis, emosi tidak
stabil, prilaku kasar.
Penyakit Huntington :
q Ada kaitan antara gerakan koreiform
Demensia Lewy body :
q Berhubungan dengan parkinson
Penatalaksanaan:
Asetilkolinesterase Donepezil 1 x 15 mg
34. Tn. Vissier, usia 39 tahun, datang ke poliklinik karena cemas ketika istri dan
anaknya berada diluar rumah. Keluhan memberat sejak 6 bulan ini. Pasien
mengaku banyak sekali yang dipikirkannya sebelum tidur, pasien takut anak
dan istrinya meninggalkan pasien. Diketahui pasien saat ini mengganggur
karena di PHK perusahaan tempat ia bekerja. Pasien juga mengeluh
terkadang dada berdebar-debar sejak 8 bulan lalu, disertai dengan nyeri
kepala, telapak tangan berkeringat. Keluhan tersebut dirasakan terus-menerus
setiap hari, sehingga mengganggu aktivitas. Pasien mengatakan dirinya terlalu
banyak memikirkan masa depan dirinya. Riwayat konsumsi zat tertentu
disangkal. Tatalaksana yang tepat adalah...
a. Fluoxetine 1x50 mg dan Diazepam 1x20 mg
b. Amitriptilin 3x25 mg dan CTM 1x8 mg
c. Sertraline 1x20 mg dan Lorazepam 1x50 mg
d. Risperidone 1x2 mg dan Fluoxetine 1x10 mg
e. Estazolam 1x1 mg dan Fluoxetine 1x20 mg
35. GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Level Kompetensi: 3A
Definisi:
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala
primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk
beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi
tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
mengambang)
Etiologi : stress psikologis
Keypoint :
q Kecemasan berlebih terus menerus berlangsung
setiap hari hingga ≥ 6 bulan (“free floating :
khawatir akan nasib buruk, sulit konsentrasi),
q ketegangan motorik (gemetar, sulit berdiam diri,
dan sakit kepala)
q hiperaktivitas otonomik (sesak napas, berkeringat,
palpitasi)
Tatalaksana
Gol. Benzodiazepin (alprazolam) serangan
q diazepam 5 mg/hari,
q lorazepam 2-3 mg/hari,
q alprazolam 0,5-1 mg/hari
q Estazolam 1 x 1 mg
Rumatan :
q Gol SSRI /Trisiklik
Analisis soal :
Fluoxetine 1x50 mg dan Diazepam 1x20 mg
→ Fluoxetin dosis 20mg, dosis diazepam terlalu besar
Amitriptilin 3x25 mg dan CTM 1x8 mg
→ CTM tidak digunakan dalam serangan
Sertraline 1x20 mg dan Lorazepam 1x50 mg
→ sertraline dosis 1x 50mg, dosis lorazepam terlalu besar, dapat dimulai dari 1x
0,5 mg
Risperidone 1x2 mg dan Fluoxetine 1x10 mg
→ tidak ada gejala psikotik pada kasus
36. Tn. Campbell, usia 40 tahun, dibawa keluarganya ke RS untuk kontrol.
Sebelumnya pasien sempat berperilaku aneh. Menurut keluarganya,
pasien jarang berbicara dan tidak mau berkumpul dengan keluarganya.
Pasien saat ini sedang dalam pengobatan skizofrenia bulan ke-11.
Pasien mengatakan dirinya tidak lagi mendengar bisikan-bisikan
maupun melihat bayangan wanita berjubah hijau lagi. Tanda vital TD
110/70, HR 89kali/mnt, RR 23kali/mnt, suhu 37C. Diagnosis pasien
saat ini yang paling tepat adalah...
a. Skizofrenia simpleks
b. Skizofrenia paranoid
c. Skizofrenia residual
d. Skizofrenia tak terinci
e. Skizofrenia hebefrenik
37. GANGGUAN PSIKOTIK
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN PSIKOTIK
Etiologi : Peningkatan dopamin
PSIKOTIK AKUT SKIZOAFEKTIF WAHAM MENETAP
q gejala psikotik <2 minggu
q Gejala : waham/ halusinasi/ ilusi/ prilaku aneh
q gejala skizofrenia & afektif
bersamaan
• hanya waham minimal 3 bulan
• Tanpa halusinasi/ilusi
SKIZOFRENIA
1 kriteria : ≥ 1 bulan
q Tought Echo " PiKiran kacau "
q Tought Insertion "PiKiran dirasuki,
q withdrawl PiKiran diambil
q Tought Broadcasting " Pi Kiran Tersiar "
2 kriteria : ≥ 1 bulan
Waham/ delusi, halusinasi, ilusi / prilaku
tidak wajar
Klasifikasi : kriteria Skizofrenia terpenuhi
q Paranoid : waham paranoid (+)
Persekutorik, Referensi, kebesaran
q Hebefrenik: 15-25 tahun, afek tidak wajar,
perilaku tidak dapat diramalkan, senyum
sendiri
q Residual : Gejala negatif menonjol, ada
riwayat psikotik di masa lalu yang
memenuhi skizofrenia
q Simpleks : Gejala negatif yang khas
skizofrenia (apatis, bicara jarang, afek
tumpul/tidak wajar)+ Riwayat skizo tidak
jelas
q Katatonik : gerak atau posisi tertentu
1. Mutisme : tidak berbicara
2. Gaduh gelisah , aktivitas tidak menentu
3. Negativisme : menggerakkan kearah
berlawanan
4. Posturing : mempertahankan posisi
tertentu
5. Rigiditas : kaku
6. Command autism : melakukan perintah
secara spontan
38. Tn Mike, usia 42 tahun dating ke RS dengan keluhan merasa cemas
dan dada berdebar setiap kali melihat lift. Pasien pernah kecelakaan di
sebuah mall dimana kabel dari lift yang dinaiki pasien terlepas dari
geriginya yang menyebabkan lift pasien jatuh dari lantai 2 ke lantai
dasar. Pasien selamat tapi mengalami patah tulang. Kejadian sudah
terjadi 2 bulan yang lalu tapi bila pasien melihat lift akan terbayang
kembali kejadian tersebut. Tanda vital tekanan darah 120/80, Nadi 74
kali/menit, RR 22 kali/menit, T 37C. Tatalaksana yang tepat diberikan
kepada pasien adalah…
a. Quetiapine
b. Haloperidol
c. Clozapine
d. Sertraline
e. Lithium
39. GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
Level Kompetensi: 3A
GANGGUAN STRES AKUT GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA GANGGUAN PENYESUAIAN (4)
q Ada kaitan waktu dengan
adanya stresor luar biasa
(kejadian traumatis
mengancam nyawa)
q Onset gejala muncul ≤ 4
minggu setelah stressor
q harus didapatkan bayang-
bayang atau mimpi dari
kejadian traumatic tersebut
secara berulang-ulang kembali
(flashbacks)
q timbul dalam kurun waktu > 1
bulan setelah kejadian
traumatic berat (kejadian
traumatis mengancam
nyawa) sampai 6 bulan dan
menetap
q Stresor pada masalah penyesuaian
atau keadaan stres ini dapat
bersumber pada frustasi, tekanan,
konflik, atau krisis
q Stressor seperti Pindah rumah ,
dipecat,
q Onset biasanya terjadi dalam 1
bulan setelah terjadinya kejadian
yang “stressful” dan gejala-gejala
biasanya tidak bertahan melebihi 6
bulan.
Th/ SSRI
40. Nn. Liza, usia 18 tahun datang bersama keluarganya ke praktik
dokter umum. Keluarga mengeluhkan bahwa pasien makan
berlebihan namun sering melihat pasien mencolokkan jarinya ke
dalam tenggorok 1 jam sesudah makan berlebihan tersebut.
Pasien mengatakan sangat khawatir bila badannya gemuk. Tanda
vital TD 110/70, HR 75, RR 22, T 36.7C. Hasil pemeriksaan IMT
23,0. Serum elektrolit: hypokalemia. Apakah diagnosis pasien
tersebut?
a. Anoreksia nervosa tipe restricting
b. Bulimia nervosa tipe purging
c. Anoreksia nervosa tipe binge-eating
d. Bulimia nervosa tipe non-purging
e. Pika
41. GANGGUAN MAKAN
Level Kompetensi: 2
ANOREXIA NERVOSA
1. TIPE RESTRIKTING tidak mau makan.
Puasa berlebihan
2. TIPE BINGE / PURGING mau makan
tapi mengeluarkan makanan yg sudah
dimakan
BB < N / IMT < 18
Gangguan endokrin :
Pubertas terhambat, menorea, peningkatan
GH, kortisol. Menstruasi terganggu
BULIMIA NERVOSA
Preokupasi untuk makan
1. Tipe Purging : makan (+)
dimuntahkan/pencahar
2. Tipe non Purging : makan (+) olahraga
>>
IMT atau BB normal
42. Tn. Brama, usia 39 tahun, datang dibawa istrinya karena sulit
tidur sejak 5 hari yang lalu. Pasien diketahui memiliki riwayat
sulit tidur sejak 6 tahun yang lalu, setiap hari secara rutin
mengkonsumsi Diazepam 2 mg, namun sejak 5 hari ini obat
tersebut tetap tidak dapat membantu pasien untuk tidur. Tanda
vital TD 110/80, HR 87 kali/mnt, RR 22kali/mnt, T 37C.
Fenomena yang terjadi pada pasien ini adalah...
a. Withdrawal
b. Toleransi
c. Idiosinkrasi
d. Penyalahgunaan
e. Intoksikasi
43. PENYALAHGUNAAN ZAT
Level Kompetensi: 2
TERMINOLOGI
Substance Abuse :
qpenyalahgunaan zat yang tidak legal
/ tidak sesuai
Substance dependent :
qToleransi : penyalahgunaan zat dimana
seseorang menggunakan zat dosis terus
dinaikkan untuk mendapatkan efek dari zat
qWithrawl : efek yang muncul pada
seseorang karena penghentian zat secara
tiba-tiba
Intoksikasi:
qEfek yang muncul pada seseorang akibat
penggunaan zat melebihi dosis yang
ditoleransi tubuh
44. Tn. Julian, usia 35 tahun, datang dibawa keluarganya ke IGD karena
mengamuk. Pasien baru saja ditemukan oleh keluarganya sore ini di
Kota Surabaya setelah menghilang selama 3 minggu. Menurut keluarga,
pasien sesungguhnya bernama Tn. Jason, seorang guru matematika di
SDN 3 Kota Bandung. Pasien mengamuk karena ia bersikukuh bahwa ia
bernama Tn. Julian dan merupakan seorang petani beras di Kota
Surabaya. Tanda vital TD 110/70, HR 89kali/mnt, RR 23kali/mnt, suhu
37C. Apakah diagnosis yang tepat …
a. Disosiasi identitas
b. Fugue disosiatif
c. Trans disosiatif
d. Depersonalisasi
e. Amneisa disease
45. GANGGUAN DISOSIATIF
Level Kompetensi: 2
Definisi :
Gejala utama adalah kehilangan
sebagian atau seluruh integrasi
normal antara ingatan masa lalu,
identitas, kontrol terhadap Gerakan
Tubuh.
Etiologi :
psikologis yang bersifat stressful
Tipe :
q Amnesia disosiatif (daya ingat)
q Fugue dis (perjalanan)
q Stupor dis (hilang respon
terhadap rangsangan)
q Trans dis /kesurupan (hilangnya
kesadaran identitas)
46. Tn. Danny, usia 29 tahun, datang ke klinik dokter umum dengan
keluhan gangguan pendengaran pada telinga kanan sejak 6 bulan
ini. Telinga terasa seperti tersumbat. Tidak ada cairan yang keluar
dari telinga. Tidak ada Riwayat batuk pilek. Tanda vital TD
110/70mmHg, HR 88kali/mnt, RR 22kali/mnt, T 36.7C. Pada
pemeriksaan, ditemukan massa berwarna kecoklatan di telinga
kanan, keras, dan sulit diekstraksi. Terapi medikamentosa
selanjutnya yang paling tepat diberikan pasien adalah?
a. NaCl 0,9%
b. Karbogliserin
c. Povidon iodine
d. H2O2 10%
e. Air hangat
47. CERUMEN PROP
Level Kompetensi: 4A.
Etiologi :
Akumulasi serumen dalam waktu lama
Keypoint :
qPenurunan pendengaran
qFullness
qOtalgia
qP. Otoskopi : Massa kehitaman / kecoklatan
pada liang telinga
qTuli konduktif
Penanganan:
q Konsistensi lunak: dibersihkan dengan
kapas yang dililit pada pelilit kapas
q Konsistensi keras: dilunakkan dengan
tetes karbogliserin 10% selama 3 hari
q Serumen terlalu jauh terdorong: irigasi
NaCL 0.9%. KI : perforasi MT
48. An. Roger, berusia 6 tahun, dibawa oleh ibunya ke Rumah
sakit dengan keluhan nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari
yang lalu. Keluhan disertai batuk pilek sejak 1 minggu. Tanda
vital HR 98kali/mnt, RR 22kali/mnt, T 38.0C. Dari
pemeriksaan otoskopi, didapatkan membrane timpani
hiperemis dan bulging. Terapi yang sesuai untuk pasien
adalah…
a. Ear toilet + analgetik
b. Kompres hangat + analgetik
c. Miringoplasti + antibiotic oral
d. Miringotomi + antibiotic oral
e. Timpanoplasti + tampon antibiotic
49. OMA STADIUM SUPURASI
Level Kompetensi: 3A
Faktor penyebab: sumbatan tuba Eustachius
Pencetus: infeksi saluran napas atas
Sering terjadi pada bayi dan anak
STADIUM OTITIS MEDIA AKUT menyebabkan tuli konduktif
Oklusi Tuba Eustachius Otalgia , Gambaran retraksi membran timpani, pucat/suram
Hiperemis/Pre-Supurasi Otalgia , Demam,
Pembuluh darah melebar di membran timpani/membran timpani hiperemis & edema
Supurasi
q Severe otalgia, Demam
q MT hiperemis + Eksudat purulen di kavum timpani bulging
Perforasi
q Perforasi membran timpani + hiperemis
q Nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga
q Anak menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak Suhu dan nadi turun
Resolusi
q Bila membran timpani tetap utuh: membran timpani perlahan kembali normal
q Bila membran timpani ruptur: sekret berkurang sampai kering, kemudian membran timpani kembali terbentuk
Bila perforasi menetap OMA menjadi OMSK
50. OMA
Level Kompetensi: 3A
Tatalaksana
qOklusi tuba:
Dekongestan topikal (ephedrine HCl) :
< 12 tahun: obat tetes hidung HCl efedrin 0,5%
dalam NaCl
> 12 tahun: obat tetes hidung HCl 1% dalam NaCl
qHiperemis:
AB oral selama 7 hari (ampicylin/amoxcylin/
erythromicin) + analgetik.
1) Ampisilin 50-100 mg/kg BB/4 dosis/hari
2) amoksisilin 25-50 mg/kg BB/3 dosis/hari
3) eritromisin 40 mg/kg BB/4 dosis/hari
qSupurasi:
Miringotomi + AB oral
qPerforasi:
Ear toilet (H2O2 3%) + AB topical non
ototoksik
qResolusi:
Jika tidak terjadi fase resolusi, lanjutkan
AB sampai 3 minggu
51. An. Andi, usia 5 tahun, datang ke IGD bersama orang tuanya
karena menangis sambil memegangi telinga kanannya sejak
2 jam yang lalu. Tanda vital HR 98kali/mnt, RR 22kali/mnt, T
36.7C. Pada pemeriksaan otoskopi telinga kanan, tampak
benda kehitaman seperti serangga yang bergerak-gerak di
liang telinga pasien. Membran timpani terlihat masih intak.
Tatalaksana awal sebaiknya dilakukan dokter?
a. Ekstraksi dengan hook
b. Ekstraksi dengan forcep
c. Ekstraksi dengan cotton bud
d. Ekstraksi dengan alligator
e. Meneteskan lidokain
52. CORPUS ALIENUM
Level Kompetensi: 4A
Keypoint :
q Nyeri telinga unilateral
q Sekret
q Penurunan pendengaran +/-
q Rasa penuh di telinga
q Otoskopi: Benda asing (+)
Pemeriksaan otoskopi : massa dalam kondisi normal tidak ada
Penanganan:
q Binatang hidup sebaiknya diteteskan oleh cairan rivanol, lidokain atau mineral oil ke dalam telinga
ekstraksi forceps alligator
q berbentuk seperti kepingan kecil sehingga lebih cocok diekstraksi menggunakan pinset.
q Massa tidak pipih hook
53. Tn. Gion, usia 38 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
nyeri pada telinga kanan sejak 3 hari yang lalu. Tanda vital TD
110/70, HR 78kali/mnt, RR 22kali/mnt, suhu 37.4C. Didapatkan
nyeri tekan tragus (+), nyeri tekan tragus(+), pada pemeriksaan
otoskopi tampak gambaran bisul pada liang telinga kanan,
Membran timpani intak. Tatalaksana yang sebaiknya
diberikan kepada pasien adalah…
a. Tampon epinefrin
b. Tampon antibiotic
c. Salep antibiotic
d. Antibiotik oral
e. Kortikosteroid oral
54. OTITIS EKSTERNA SIRKUMKRIPTA
Level Kompetensi: 4A
OTITIS EKSTERNA
Otitis externa sirkumskripta (furuncle) Otitis eksterna difus (swimmer’s ear)
Etiologi:
Staph. Aureus
Keypoint :
q Otalgia
q Nyeri tekan tragus
q Otoskopi: 1/3 liang telinga luar terdapat furunkel
Th/: AB topikal, analgetik
Etiologi: Pseudomonas,
Keypoint :
q Otalgia
q Nyeri tekan tragus
q Otoskopi: 2/3 liang telinga dalam edema, sempit, nyeri tekan (+),
eksudasi Jika edema berat : pendengaran berkurang
q Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
Th/:
q Tampon liquor burowi
q AB topical: , polymyxin B, neomycin, basitrasin, tobramycin.
q Ab. Sistemik: betalactam, eritromisin 4 x 500mg
Otitis externa
sirkumskripta (furuncle)
Otitis eksterna difus
(swimmer’s ear)
55. Tn. Bazzi, usia 28 tahun datang ke Rumah sakit dengan keluhan
pendengarannya berkurang tiba-tiba setelah mendengar ledakan bom 2 jam
yang lalu. Pasien berada di dekat kejadian, berhasil menyelamatkan diri
pada saat ledakan terjadi dan tidak terluka sedikit pun. Sebelum terkena
musibah tersebut, pendengaran pasien baik-baik saja. Riwayat nyeri atau
keluar cairan dari telinga disangkal. Paparan bising dalam jangka waktu
lama disangkal. Tanda vital TD 110/70mmHg, HR 98kali/mnt, RR
22kali/mnt, T 36.7C. Pada pemeriksaan fisik kanalis akustikus dan membran
timpani dalam batas normal. Diagnosis pada pasien yang paling
mungkin adalah
a. Presbikusis
b. Noise induced hearing loss
c. Trauma akustik
d. Timpanosklerosis
e. Otosklerosis
56. TRAUMA AKUSTIK
Level Kompetensi: 3A
Definisi :
Trauma akustik akibat suara keras dalam waktu
singkat menyebabkan tuli sensorineural dan
Tinnitus
Etiologi :
Terjadi kerusakan organik (ruptur membran
timpani, kerusakan tulang pendengaran, atau
kerusakan langsung organ korti
Keypoint :
qOtoskopi: normal atau terdapat perdarahan
jika terjadi perforasi membrane timpani
qRisk (+) : suara keras dalam waktu singkat
Penanganan:
qTuli sensorineural dan tinitus → tidak ada
terapi yang efektif, biasanya menyembuh
sendiri atau menggunakan steroid
qDapat terjadi tuli permanen jika pada
pemeriksaan, didapatkan tuli sensorineural >
70 dB
qRuptur membran timpani → miringoplasti
57. Patrick, usia 18 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan
kemerahan pada telinga kiri setelah dipukul saat berkelahi dengan
temannya satu hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri. Penurunan
pendengaran disangkal. Tanda vital TD 110/70 mHg, nadi 80x/menit,
RR: 18x/menit dan suhu: 36.7C. Pada pemeriksaan, didapatkan pinna
ekimosis, edema, disertai nyeri tarik, meatus accusticus ekstena dalam
batas normal. Membran timpani dalam batas normal. Jika tidak
ditangani. komplikasi akhir apa yang mungkin muncul pada
pasien?
a. Trauma auricular
b. Hematoma auricular
c. Wrestler’s ear
d. Petrositis
e. Mastoiditis
58. PERIKONDRITIS AURIKULAR
Level Kompetensi: 3A.
KELAINAN TELINGA LUAR
HEMATOM AURIKULAR PERIKONDRITIS AURIKULAR
Etiologi :
Disebabkan trauma tumpul pd daun
telingga
Keypoint :
q Pd pinna ditemukan edema, fluktuasi
dan ekimosis + Nyeri
q Akumulasi darah pinna / hematoma
Th/:
q Kompres dingin
q incision & drainage/needle aspiration
q pressure bandage
Komplikasi :
cauliflower ear / Wrestle’s ear
Etiologi :
Disebabkan trauma dgn penetrasi pd kulit
dan luka yg terkontaminasi staphylococ/
streptococ pada kartilago auricula
Keypoint :
q Aurikula eritema, edema, hangat dan nyeri
q Risk (+),
q fluktuasi (+) abses
Th/:
q Kompres hangat
q Antibiotics gentamicin salep,
ciprofloxacin 2 x 500mg
q Jika fluktuasi + dari pus insisi drainase
PERIKONDRITIS AURIKULAR
HEMATOM AURIKULAR
59. Nn. Olivia, usia 25 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar sejak 2
hari ini. Pasien merasa seperti isi ruangan berputar. Keluhan disertai
dengan telinga berdenging dan penurunan pendengaran pada telinga kiri.
Pasien sebelumnya mengalami batuk pilek namun dikatakan telah
sembuh dengan sendirinya. Riwayat keluar cairan dari liang telinga (+)
namun pasien tidak pernah berobat. Tanda vital TD 120/80 mHg, nadi
80x/menit, RR: 18x/menit dan suhu: 38.2C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan meatus accusticus ekstena dalam batas normal. Membran
timpani perforasi. Pemeriksaan garpu tala didapatkan tuli campuran.
Diagnosis yang tepat pada kasus adalah…
a. Neuritis vestibular
b. BBPV
c. Labirintitis
d. Meniere’s disease
e. Akustik neuroma
60. LABIRINITIS
Level Kompetensi: 2
PENYAKIT KANALIS SEMISIRKULARIS
PERIFER SENTRAL
Non Vestibular Vestibular Kelainan Cerebelum
Penyebab tersering → →
stroke iskemik (biasanya
yang menyerang sistem
vestibular)
Keypoint :
q Pusing berputar yang tidak
mebaik dengan menutup
mata,
q mual -muntah
PD
q Nistagmus vertkal
q Test Romberg abnormal
q Finger to finger abnormal
q Dismetria
q Diadokinesia
q Penurunan pendengaran (
-)
MOTION SICKNESS
Keypoint :
q ketidakseimbangan
antara sensoris dan
persepsi organ
vestibuler
q Pusing berputar
q Mual muntah
q Gangguan
keseimbangan
q Riw. Bepergian/
travelling
Pemeriksaan fisik :
Nistagmus (-)
Romberg (-)
Th/
q Beta-histin PO
q Dimenhydrinate
BBPV
Etiologi : kanalitiasis
Keypoint :
q Vertigo saat
perubahan kepala di
posisi tertentu
q ↓ pendengaran (-)
q Tinitus (-)
q Nistagmus horizontal
q Diagnosa Dix-Hallpike
maneuver
Th/:
q Epley Manuever :
dilakukan dokter
q Home treatment:
Brandt-Daroff
Manuever,
q Dimenhidrinate
q Betahistin
LABIRINITIS
Keypoint :
q Vertigo
q ↓ pendengaran (+)
q Tinitus (+)
q Demam
q Risk : Riw. OMSK Tuli
konduktif dan
sensorineural
q Riw. TORCH ibu SNHL
Penunjang : MRI (baku emas)
Th/: AB topikal, analgetik
MENIERE DISEASE
Etiologi :
hydrops endolimfe dikanalis
semisirkularis
Keypoint :
q Vertigo
q Penurunan pendengaran
Tuli sensorineural
q Tinnitus
Th/
q Sedatif : AH / diazepam :
serangan
q Diuretic
61. Tn. Sam Eliot, uisa 40 tahun, datang ke IGD setelah mengalami mimisan
sejak 30 menit yang lalu. Mimisan dirasakan pasien saat sedang bekerja di
salah satu proyek pembangunan gedung. Tidak ada Riwayat trauma.
Pasien memiliki riwayat hipertensi dan tidak minum obat dengan rutin.
Kesadaran compos mentis, TD 140/90 mmHg, N 92 x/m, RR 20 x/m, suhu
afebris. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek tampak darah menetes ke
orofaring, tidak tampak lokasi sumber perdarahan. Kemungkinan sumber
perdarahan dan terapi yang sesuai untuk pasien adalah …
a. A. Palatina mayor; anterior nasal pack
b. A. Labialis superior; posterior nasal pack
c. A. Etmoidalis anterior; tampon bellocq
d. A. Faringeal ascendens; tampon anterior
e. A. Sfenopalatina; tampon bellocq
62. EPISTAKSIS POSTERIOR
Level Kompetensi: 4A
Berdasarkan sumber perdarahan
Pasang tampon sementara yang telah dibasahi adrenalin 1/5000-1/10000 atau lidokain 2% cari sumber pendarahan
EPISTAKSIS ANTERIOR
Etiologi :
q pleksus Kisselbach ,
q a. etmoidalis anterior
Risk : Riw trauma / demam
Keypoint :
q biasanya ringan
q Rhinoskopi : darah mongering di
belakang hidung (+). perdarahan
anterior
Penatalaksanaan :
q biasanya berhenti sendiri
q Tekan hidung dari luar 10-15 menit
q KaustikAgNO3 25-30% lanjut krim
antibiotik
q Tampon anterior dari kassa dan
vaselin/salep antibiotik selama 1-2 x
24 jam
EPISTAKSIS POSTERIOR
Etiologi :
q a. etmoidalis posterior
q Plexus woodruff
q a. sfenopalatina
Risk : Hipertensi , keganasan
Keypoint :
q biasanya lebih hebat
q jarang berhenti sendiri,
q Post nasal drips
q Rhinoskopi : darah mongering di belakang
hidung (-). perdarahan nasopharyng
Penatalaksanaan :
q Posterior : tempon Bellocq selama 2-3
hari
63. An. Carla,usia 6 tahun, datang dengan keluhan sulit menelan
sejak 2 hari lalu hingga tidak mau makan dan hanya mau
minum susu. Pasien juga mengalami demam tinggi. Pada
pemeriksaan didapatkan HR 120x/menit, RR 24x/menit, dan
suhu 38,9°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T2/T3,
hiperemis, uvula terdorong ke sisi kanan. Kemungkinan
diagnosis pasien adalah...
a. Tonsilitis akut
b. Tonsilitis difteri
c. Abses Luc
d. Abses Quinsy
e. Tonsilofaringitis akut
64. ABSES PERITONSIL/ QUINCY
Level Kompetensi: 3A
Definisi : :terjadi akumulasi pus secara terlokalisir
pada jaringan peritonsilar
Risk : komplikasi dari tonsilitis
Keypoint :
q Demam
q Disfagia
q Hot potato voice
q Trismus
q Drolings
PD :
q tonsil hiperemis
q Fluktuasi
q Uvula terdorong kontralateral
Th/
q Rujuk
q Insisi drainase
q AB golongan Beta Laktam
65. Tn Rami, berusia 34 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
penurunan pendengaran sejak 2 minggu terakhir. Pasien
mengatakan selama 4 bulan ini pasien selalu mendapat obat
suntikan dan minum dari dokter karena batuk lama yang
dideritanya. Dilakukan pemeriksaan garpu tala didapatkan tes
rinne (+), tes weber lateralisasi ke telinga kanan, tes swabach
memendek. Apakah obat yang paling mungkin menyebabkan
keluhan pada pasien ….
a. Rimfapisin
b. Etambutol
c. Streptomisin
d. Pirazinamid
e. Isoniazid
66. TULI SENSORINEURAL ET CAUSA DRUG INDUCE
Level Kompetensi: 2
PENYAKIT TELINGA DALAM
PRESBIKUSIS NIHL OBAT OTOTOKSIK
Key Point :
q Usia > 65 tahun
q Penurunan pendengaran bilateral
q Cocktail party deafness
Pemeriksaan Penunjang:
Garpu tala tuli sensori neural
Audiometri : Grafik turun perlahan
(makin tinggi Hz makin turun grafik)
Key Point :
q Penurunan pendengaran akibat
pajanan bising dalam waktu lama
q Bekerja di pabrik, bandara
Pemeriksaan Penunjang:
Garpu tala tuli sensori neural
Audiometri : noice notch at 4000 Hz
Key Point :
Tuli sensorineural
Risk : RPO
q Eritromisin
q Kina,
q Klorokuin
q Loop diuretic
q aminoglikosida : streptomisin
PEMERIKSAAN GARPU TALA
RINNE WEBER SWABACH
TULI KONDUKTIF - Lateralisasi ke sakit Memanjang
TULI SENSORI NEURAL + Lateralisasi ke sehat Memendek
NORMAL + Tidak Lateralisasi sama
67. Ny Wanni, berusia 21 tahun datang ke poliklinik umum dengan
keluhan hidung buntu sejak 1 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan
bila terkena debu atau bulu kucing akan bersin-bersin dan keluar
sekret cair. Tanda vital TD 110/70, HR 87kali/mnt, RR 22kali/mnt,
suhu 37C. Dari pemeriksaan fisik kavum nasi sempit, terdapat
masa berwarna putih mengkilat. Apakah etiologi yang
mendasari kasus pada pasien ini …
a. Polip nasi
b. Rhinitis vasomotor
c. Rhinitis alergi
d. Autoimun
e. Zat karsinogenik
68. RHINITIS ALERGI
Level Kompetensi: 4A
Key Point :
q Alergen
q Serangan bersin berulang
q Rinore encer dan banyak
q Hidung tersumbat
q Hidung dan mata gatal
q Lakrimasi
Pemeriksaan fisik :
q Mukosa edema, basah, pucat/livid
q Sekret SEROSA
q Allergic shiner
q Allergic salute
q Allergic crease
q Facies adenioid
q Posterior faring granuler
(cobblestone appearance)
q Geographic tongue
Komplikasi :
Polip nasi
Intermiten Persisten Ringan Sedang-Berat
< 4 hari/ minggu
atau
< 4 minggu
> 4 hari/
minggu atau
> 4 minggu
Tidak ada
gangguan
kualitias hidup
ada gangguan
kualitias hidup
Pemeriksaan Penunjang:
Hitung eosinofil normal atau meningkat
IgE
Skin Prick test
Penatalaksanaan:
• Hindari kontak
• Antihistamin H-1 oral (selektif)
q Loratadin
q Cetirizin
q Fexofenadin
q Desloratadin
q Levocetirizin
1. Intermiten Ringan : Avoidance + antihistamin oral/topikal
2. Intermiten Sedang-Berat/ Persisten Ringan/ Persiten sedang –Berat :
Avoidance + antihistamin oral + nasal dekongestan + steroid
69. An. Zico, usia 7 tahun, diantar ibunya ke RS dengan keluhan nyeri
tenggorokkan dan demam sejak 3 hari yang lalu. Pasien memiliki
riwayat alergi beta-laktam. Pada pemeriksaan didapatkan HR
130x/menit, RR 26x/menit, suhu 39,0°C. Pada Pemeriksaan fisik
didapatkan area tonsil dan faring tidak tervisualisasi dengan jelas
karena terdapat selaput putih kotor yang mudah berdarah. Pada
pemeriksaan swab tenggorok didapatkan gambaran berikut.
Tatalaksana yang tepat diberikan pada pasien adalah…
a. Tirah baring dan suportif saja
b. Parasetamol dan Ciprofloxacin
c. Parasetamol, ADS, dan Eritromisin
d. Parasetamol, ADS, dan Penisilin
e. Eritromisin dan vaksin TDaP
70. TONSILITIS DIFTERI
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : Corynebacterium Difteri : bakteri gram (+), berbentuk batang
FR : riwayat imunisasi tidak jelas
Keypoint :
q Demam
q Odinofagia
q Disfagia
q Selaput pseudomembran (membran putih kotor )mudah berdarah,
q Pembesaran KGB BULLNECK
Pemeriksaan penunjang :
q Darah lengkap
q Swab tonsil untuk pewarnaan gram gambaran drumstick sugestif
tonsilitis difteri
Penanganan:
q Penisilin prokain 50.000 U/kgbb IM selama 7 hari atau
q Eritromisin 25-50 mg/kgbb/hari (pada kasus resisten/ hipersensitivitas
penisilin)
q Antitoksin (ADS) 20.000-100.000 IU
q Kortikosteroid
71. Tn. Finneas, usia 66 tahun datang ke RS mengeluhkan adanya bintik
hitam pada mata terutama di bagian tengah dari penglihatan. Pasien
menjadi sulit melihat bagian wajah seseorang saat berbicara. Riwayat
DM dan hipertensi disangkal. Riwayat trauma disangkal. Keluhan
serupa dalam keluarga dan pasien disangkal. Dalam pemeriksaan
fisik didapati TD : 120/70 mmHg, HR : 69 x/menit, RR : 18 x/menit,
suhu afebris. Dilakukan pemeriksaan bagian belakang mata dan
didapatkan di sekeliling mata terdapat lingkaran abu-abu. Badan
drusen (+). Papiledema (-). Diagnosis yang tepat adalah…
a. Age related macular degeneration
b. Neuritis Retrobulbar
c. Neuropati optik
d. Katarak
e. Retinitis Pigmentosa
72. AGE-RELATED MACULAR DEGENERATION/ARMD
Level Kompetensi: 2
Definisi :
kerusakan pada macula yang disebabkan
karena proses degenerasi
Risk : Terjadi pada orang tua
Etiologi : deposit (drusen) dibawah retina dan
neovaskularisasi
Keypoint :
qButa sentral
qMata tenang
qRisk (+)
Pemeriksaan
qAmsler Grid,
qfunduskopi: Drusen (bintik kekuningan di
area makula)
Penanganan :
Rujuk
73. Tn. Martin, usia 34 tahun, datang ke IGD mengeluhkan pandangan mata
kiri tiba-tiba buram, seperti tertutup tirai hitam. Pasien sempat mengeluhkan
adanya bintik-bintik hitam melayang yang ikut bergerak pada lapang
pandangnya. Riwayat trauma disangkal. Keluhan lain disangkal. Pasien
memiliki riwayat menggunakan kacamata lensa negatif berukuran – 8.0 D.
Pada pemeriksaan fisik didapati TD : 140/70 mmHg, HR : 68 x/menit, RR :
14 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan oftalmologi didapati
kejanggalan dalam hasil funduskopi. Kondisi yang dialami oleh pasien
tersebut adalah…
a. Age-Related Macular Degeneration
b. Ablasio Retina Rhegmatogen
c. Ablasio Retina Eksudatif
d. Ablasio Retina Traksional
e. Pendarahan Vitreus
74. ABLASIO RETINA
Level Kompetensi: 2
Definisi :
lepasnya lapisan sensoris retina(sel batang dan sel kerucut) dari lapisan epitel
pigmen retina.
Pada pemeriksaan funduskopi
q retina yang terangkat
berwarna pucat.
q tampak adanya
vitreoretinal bands
q tampak area detached
berubah sesuai posisi
(shifting fluid)
Penanganan :
q RUJUK
Klasifikasi :
q Rhegmatogen : robekan/ lubang pada retina →
(High myopia: > −6.00 D)
q Traksional : tarikan terhadap retina →
komplikasi pada kasus Retinopathy DM,
trauma, infeksi
q Eksudatif : ada cairan di antara lapisan retina,
sering merupakan komplikasi penyakit lain
misalnya adanya tumor, Hipertensi, koroiditis
Keypoint :
q Ada bintik bintik hitam pada lapangan
penglihatannya (floaters)
q Sensasi kilatan kilatan cahaya(fotopsi)
q Penglihatan seperti tertutup tirai dan bahkan
gelap sama sekali.
75. Tn. Rain, usia 28 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan gatal pada
mata sebelah kanan. Hal ini sudah ia rasakan selama kurang lebih 5 hari.
Keluhan disertai mata merah dan penurunan penglihatan. Tn. Rain adalah
penderita myopia ringan dan rutin menggunakan lensa kontak. Tn. Rain
merupakan seorang atlet renang. Riwayat trauma maupun penyakit jangka
panjang disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapati TD : 130/70 mmHg, HR
: 72 x/menit, RR : 18 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan fisik mata,
ditemukan tampakan ring-shaped lesion. Apa tatalaksana yang tepat
untuk kasus diatas?
a. Chloramphenicol Tetes Mata
b. Gentamycin Salep Mata
c. Natamycin 5%
d. Sodium Cromoglycate 2%
e. PHMB 0,02%
77. Ny. Fimi usia 71 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri pada mata
disertai mata merah. Keluhan sudah dirasakan sejak 1 bulan SMRS.
Pasien memiliki riwayat katarak dengan visusnya 1/∞ sudah 3 tahun
tetapi menolak dioperasi karena takut. Dalam pemeriksaan fisik
didapati TD : 130/70 mmHg, HR : 70 x/menit, RR : 17 x/menit, suhu
afebris. Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan kemosis, injeksi
siliar, COA dangkal, TIO meningkat. Benda asing (-). Pemeriksaan
funduskopi sulit dinilai. Diagnosis yang tepat adalah…
a. Katarak hipermatur dengan glaukoma fakomorfik
b. Katarak hipermatur dengan glaukoma fakolitik
c. Katarak hipermatur dengan POAG
d. Katarak imatur dengan PACG
e. Katarak matur dengan glaukoma absolut
78. KATARAK HIPERMATUR DENGAN GLAUKOMA FAKOLISIS
Level Kompetensi: 3A.
KATARAK SENILIS 3A
etiologi : peningkatan pajanan matahari, peny.metabolic : DM
Keypoint: Mata tenang, visus turun perlahan
KATARAK INSIPIEN KATARAK IMATUR KATARAK MATUR KATARAK HIPERMATUR
q Visus > 6/60
q Kekeruhan terjadi di perifer
korteks dan biasanya belum
menimbulkan gangguan
tajam penglihatan.
q Shadowtest (-)
q Visus 5/60-1/60
q Kekeruhan SEBAGIAN :
terjadi di posterior nukleus
lensa.
q Shadowtest (+)
q Galukoma fakomorfik
q Visus 1/60 – 1/≈
q kekeruhan sudah mengenai
seluruh lensa
q Atrofi (-)
q Shadowtest (-)
q Visus 1/≈
q kekeruhan sudah mengenai seluruh
lensa, Atrofi (+)
q Pencairan korteks dan nukleus
tenggelam ke bawah (katarak
Morgagni) sehingga merembes keluar
dari kapsul lensa
q Shadowtest Pseudopositif
q Glaukoma fakolisis
KATARAK KONGENITAL (2) KATARAK TRAUMATIKA 3A
q Etiologi : infeksi Rubella virus
q Keypoiint : kekeruhan pada lensa neonates,
penyakit kongenital lain : tuli/ kelainan jantung, Riw TORCH
q Rujuk
Etiologi : trauma lensa
Keypoint : pandangan berasap / berawan, Risk (+),
Opthalmologi : rosette/ stellate / bintang
Tatalaksana : rujuk (Ekstraksi Lensa → pemasangan IOL)
79. Tn. Hiro, usia 53 tahun, datang ke RS dengan keluhan penurunan
penglihatan di kedua mata sejak 1 tahun terakhir. Sejak 2 bulan yang lalu,
keluhan semakin memberat. Pasien memiliki riwayat tekanan darah tinggi
tidak terkontrol. Riwayat DM disangkal pasien. GDP terakhir pasien 80
mg/dL. Tidak terdapat riwayat trauma maupun mata merah. Dalam
pemeriksaan fisik didapati TD : 150/70 mmHg, HR : 70 x/menit, RR : 14
x/menit, suhu afebris. Dari pemeriksaan funduskopi, didapatkan blot dot
haemorhages (+), A/V crossing (+), A/V nicking (+), papilledema (-).
Gambaran khas lain yang mungkin ditemukan adalah…
a. Silver Wire
b. Cherry Red Spot
c. Haabs Striae
d. Bussaca Nodule
e. Drussen
80. RETINOPATI HIPERTENSI
Level Kompetensi: 2.
Reinopati Diabetik
Keypoint :
q Penurunan visus
q Mata tenang
q Riw. DM
Funduskopi :
q Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina
tampak sebagai bercak kuning bersifat difus dan warna putih
q Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari
peningkatan permeabiitas kapiler), warna kekuningan
q Neovaskularisasi (+) PROLIFERATIF
q Neovaskularisasi (-) non PROLIFERATIF
Retinopati Hipertensi
Keypoint :
q Penurunan visus
q Mata tenang
q Riw. HT
Funduskopi :
q blot dot haemorrhages
q cooper wiring
q av crossing
q silver wiring
81. Ny. Misya, usia 45 tahun datang dengan keluhan penglihatan buram,
kedua mata merah dan silau saat melihat cahaya. Keluhan juga disertai
nyeri hebat yang dirasakan menjalar ke mata, dahi dan sekitar wajah.
Riwayat trauma disangkal. Pasien juga merupakan seorang penderita
Rheumatoid Arthritis Tanda vital Td 120/70, HR 102kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 37C. Dari pemeriksaan: VODS 6/20, edema palpebra,
injeksi silier dalam serta nodul pada sklera yang tidak dapat digerakkan.
Tes fenilefrin (-). Apa diagnosis yang paling mungkin?
a. Skleritis difusa
b. Episkleritis
c. Blepharitis
d. Skleritis
e. Uveitis anterior
82. SKELERITIS
Level Kompetensi: 3A
EPISKLERITIS 4A SKLERITIS 3A
qEtiologi : hipersensitivitas,
penyakit sistemik, idiopatik
Keypoint:
qMata merah, injeksi siliar
qMenghilang dengan tetes
fenilefrin 2.5%
qNyeri ringan/ mengganjal
Terapi :
qkortikosteroid, NSAID
(topikal)
q Etiologi : penyakit
sistemik terutama
rheumatoid arthritis
Keypoint:
qMata merah, injeksi siliar
qTIDAK Menghilang dengan
tetes fenilefrin 2.5%
qnyeri sedang berat
Tatalaksana
qRujuk
83. Ny. Leoni, usia 30 tahun, datang ke RS mengeluh penglihatan buram
sejak 1 bulan belakangan. Penglihatan seperti adanya tirai yang secara
tiba-tiba menutup disangkal. Keluhan lain seperti gatal, nyeri, dan berair
disangkal. Keluhan nyeri kepala dan mual muntah disangkal. Dalam
pemeriksaan fisik didapati TD : 130/70 mmHg, HR : 78 x/menit, RR : 20
x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan oftalmologis, pemeriksaan
visus setelah dikoreksi didapatkan S-2.00 C+3.00 X90. Kondisi apakah
yang dialami oleh pasien tersebut?
a. Astigmatisma mixtus
b. Astigmatisma miopia kompositus
c. Astigmatisma hipermetropia kompositus
d. Astigmatisma miopia simpleks
e. Astigmatisma hipermetropia simpleks
84. KELAINAN REFRAKSI
Level Kompetensi: 4A
MIOPIA HIPERMETROPIA ASTIGMATISMA
KeyPoint
Bayangan jatuh didepan retina
Axis panjang
Mata tenang visus turun
Sulit melihat jauh
KeyPoint
Bayangan jatuh dibelakang retina
Axis pendek
Mata tenang visus turun
Sulit melihat dekat
KeyPoint
Cahaya difokuskan lebih dari 1 titik
Mata tenang visus turun
Benda seperti bergelombang/ sulit melihat
garis
Pemeriksaan: UJI PINHOLE (+)
SNELEN CHART (+)/ kertas landoft
P(x) : Kertas jaeger Px : Amsler Grid (+)
Klasifikasi :
Miopia Ringan -
0,25 sampai -3,00 D
Miopia Sedang
-3,25 sampai -6,00 D
Miopia Berat
>6,00 D
Tatalaksana
Sferis (-) terlemah : concav
Hipermetropia manifes
Hipermetropia absolut
Hipermetropia fakultatif
Hipermetropia laten
Hipermetropia total
Tatalaksana
Sferis (+) terkuat : konveks
Tatalaksana
Silindris C+/C-
85. Tn. Lintang, 52 tahun dilarikan ke IGD akibat mata kiri terkena air ACCU 30 menit yang lalu.
Keluhan berupa nyeri yang dirasakan semakin memberat. Dalam pemeriksaan fisik didapati
TD: 125/85 mmHg, HR: 81 x/menit, RR: 16 x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan
oftalmologis didapati visus mata kiri 6/30 tidak dapat dikoreksi, didapatkan kornea keruh,
kemosis, injeksi konjungtiva dan sklera. Tindakan awal yang dilakukan adalah…
a. Irigasi NaCl 0,9% 0.5 L selama 10 menit, sikloplegik, salep AB, posisi elevasi kepala
45o
b. Irigasi NaCl 0,9% 2 L selama 30 menit, debridement, steroid, sikloplegik, salep AB
c. Irigasi NaCl 0,9% 2 L, debridemen, awasi TIO, posisi elevasi kepala 45o
d. Debridement, cek pH dengan kertas lakmus, siklopegik, salep AB
e. Pantocain, debridement, steroid, awasi TIO
86. TRAUMA KIMIA MATA
Level Kompetensi: 3B.
Definisi : trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak
struktur bola mata tersebut
Bahan bersifat asam (pH<7) Bahan bersifat basa (pH>7.6)
Etiologi : air batrai, karbol, air keras
terjadi koagulasi protein epitel kornea
Keypoint :
q Mata merah visus turun
q PD : erosi konjungtiva, kornea, / terbentuk jaringan parut
Etiologi : sabun, shampo, pembersih dalam rumah tangga, soda
kuat.
Terjadi proses saponifikasi,
Keypoint :
q Mata merah visus turun
q PD : erosi konjungtiva, kornea, / terbentuk jaringan parut
Tatalaksana Emergensi
q Irigasi dengan larutan normal saline (atau yang setara) minimal 1 liter/mata selama minimal 15-30 menit.
q Double eversi kelopak mata → untuk memindahkan material
q Debridemen → pada epitel kornea yang nekrotik
Farmakologi :
q Steroid → mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil
q Siklopegik → mengistirahatkan iris, mencegah iridosiklitis (atropine atau scopolamin) → dilatasi pupil
q Antibiotik → mencegah infeksi oleh kuman oportunis
87. Nn. Alika, usia 21 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan mata kanan
terasa nyeri sejak 3 jam yang lalu. Pasien mengaku nyeri timbul setelah
terkena kok bulu tangkis saat bermain badminton. Pasien mengaku mual
dan muntah disertai nyeri kepala dan penurunan penglihatan. Dalam
pemeriksaan fisik didapati TD : 130/80 mmHg, HR : 100 x/menit, RR : 18
x/menit, suhu afebris. Hasil pemeriksaan oftalmologi: VOD 1/60, VOS 6/6
OD: segmen anterior nampak edema palpebra, injeksi perikornea (+),
edema kornea, nampak kemerahan penuh pada bagian hitam mata kanan.
OS: dalam batas normal. TIO OD: 42 mmHg, TIO OS: 17 mmHg. Apakah
penyebab kasus diatas?
a. Glaukoma sekunder
b. Perdarah subkonjungtiva
c. Katarak traumatik
d. Laserasi palpebra
e. Perdarahan pada camera oculi anterior
88. GLAUKOMA SEKUNDER ET CAUSA HIFEMA TRAUMATIK (PERDARAHAN COA)
Level Kompetensi: 3A
Etiologi: Suplai darah ke N.optikus berkurang
Risk : Peningktan produksi aquos humor / penurunan reabsorbsi aquos humor
Dx : Visus turun : mata merah/tenang, melihat Pelangi
Pemeriksaan penunjang :
q Tonometri
q Gonioskopi
q Perimetri
q Funduskopi : Cup-disc ratio abnormal,
KLASIFIKASI :
q KONGENITAL : terjadi usia 0-28 hari, terpejam
saat melihat cahaya, sklera biru, bulboftalmus
q PRIMER : Bukan disebabkan penyakit mata yang
mendahului
q SEKUNDER : komplikasi dari kondisi tertentu (ex.
Trauma, katarak, hifema: perdarahan pada
camera oculi anterior)
Bayonet sign in glaucoma : Pembuluh darah
melekuk berbentuk Z
GLAUKOMA AKUT: SUDUT TERTUTUP (3B)
Etiologi : Obstruksi trabekula oleh iris
GLAUKOMA RONIK: SUDUT TERBUKA (3A)
Etiologi: disfungsi trabekula → penurunan
ekskresi aquaeus humour →neuropati optik
Keypoint :
q mata merah visus turun mendadak
q Nyeri kepala sedang berat, mual, muntah
proyektil
q PD: TIO > 21, COA dangkal , cup to disc
ratio > 0.5, Lapang pandang menyempit,
bisa terdapat Iris Bombe
Th/
Inisial:
q Asetazolamid HCl 500mg p.o, dilanjutkan 4
x 250mg/hari
q Timolol maleat 0,5%, 2 x 1 tetes/hari,
Pilocarpine 2%,
Definitif: iridotomi (iridektomi)
Keypoint :
q Visus turun perlahan, nyeri kepala
ringan
q PD: TIO meningkat / normal , COA dalam,
cup to disc ratio > 0.5. Lapang pandang
menyempit
Th/
q Medikamentosa : Prostaglandin (-prost)
atau pilocarpine
q Definitif :Trabekuloplasty
89. Nn Maya berusia 15 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
mata kanan merah sejak 2 hari yang lalu. Keluhan tersebut
disertai dengan mata berair, mengganjal, tanpa disertai
pandangan kabur. Dalam pemeriksaan fisik didapati TD : 110/70
mmHg, HR : 78 x/menit, RR : 20 x/menit, suhu afebris. Dari
pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya gambaran folikel
disertai adanya sekret bening. Terapi yang tepat untuk kasus
tersebut adalah?
a. Steroid topikal
b. NSAID topikal
c. Antibiotik topikal
d. Antivirus topikal
e. Artificial Tears
90. KONJUNGTIVITIS
Level Kompetensi: 4A
Etiologi : Bakterial
q Non sTDs : streptococcus sp, stapilococcus sp
q sTDs : N. Gonorrhea, C. Trachomatis
Keypoint :
q Masa merah
q Visus normal
q Injeksi konjungtiva
q Nyeri (+), secret mukopurulen/purulent
q konjungtiva : Papil : etiologic Non sTDs
Jika ada riw. Promiskuitas(+) :
q Diplokokus gram negative (+) konj. GO
q Diplokokus gram negative (-) trachoma
Th/
q Hygienitas mata
q Kompres hangat 15 menit/4-6 jam
Farmakologi:
q Ab. Topikal : kloramfenikol ED/salep , gentamisin
q Ab sistemik : GO/ trachoma
Ceftriaxone 250 mg IM + azitromisin 1 gr (PO) : GO
azitromisin 1 gr (PO): trakoma
Etiologi : Viral
q Adenovirus
q H.zoster , herpes simpleks
Keypoint :
Dx : konjungtivitis viral simpleks
q Masa merah
q Visus normal
q Injeksi konjungtiva, folikel
q Nyeri (+), secret bening
Th/ artifisial tears + simptomatis
Jika ada ruam diwajah vesikel dasar eritema , nyeri (+) :
q Riw. Promiskuitas(+) : konjungtivitis herpes simpleks
q Riw. Promiskuitas(-) : ruam tersusun dermatome (+) ,
unilateral : konjungtivitis herpes zoster
Th/ asiklovir 3%-5%
91. Tn Conan usia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan mata
merah sejak 5 hari yang lalu, keluhan disertai dengan mata nyeri, silau
dan kabur. Pemeriksaan fisik didapati TD : 120/70 mmHg, HR : 67
x/menit, RR : 19x/menit, suhu 37.0C. Dari pemeriksaan oftalmologi
didapatkan konjungtiva hiperemis, injeksi silier (+), infiltrat kornea
berbentuk seperti ranting pohon, tes sensibilitas kornea menurun.
Didapatkan juga adanya vesikel bergerombol dasar eritema sesuai
dermatom di sekitar palpebra. Terapi yang tepat untuk kasus diatas
adalah?
a. Betamethason Topikal 6 x 1
b. Asiklovir 3 x 400 mg p.o
c. Asiklovir 5 x 200mg p.o
d. Asiklovir 5 x 800mg p.o
e. Ciprofloxacin 2 x 200mg p.o
92. KERATITIS VIRAL
Level Kompetensi: 3A.
Etiologi :
Peradangan /inflamasi pada kornea mata akibat infeksi :
q Herpes Simplex Virus,
q Varicella-Zoster Virus
Keypoint :
q Gejala prodromal
q Mata merah
q visus turun
q Injeksi silier
q Ruam vesikel dasar eritema, nyeri (+)
q Tersusun unilateral sesuai dermatom : Keratitis H. Zoster
q Promikuitas (+) : Keratitis HSV
Pemeriksaan penunjang :
Tes Fluoresens :
q Lesi Dendritik : H. simpeks
q microdendritic epithelial ulcer, : H. Zoster
Penanganan :
q Antiviral topical : asiklovir salep 3-5%
q H. simpeks : asiklovir 5 x 200mg / 3 x 400 mg 5-7 hari
q H. Zoster : asiklovir 5 x 800mg
Uji sensibilitas kornea
q Teknik Kapas Pilin → kualitatif
q Caranya : meminta penderita melihat jauh ke depan. Kemudian kornea
dirangsang dengan kapas basah dari bagian lateral kornea. Bila terdapat
refleks mengedip fungsi saraf trigeminus (divisi oftalmikus) sbg aferen dan
saraf fasial sbg eferen baik.
q Penurunan sensasi bisa ditemui pada kasus : Herpes simplex keratitis,
Herpes zoster ophthalmicus, cocaine abuse,surgical trauma
93. Ny. Olla, usia 39 tahun diantar ke klinik dokter umum dengan keluhan mata
kiri nyeri sejak 2 jam yang lalu. Pasien mengaku keluhan tersebut muncul
mendadak dan disertai mata merah dan pandangan mata kabur. Pasien
juga mengaku melihat lingkaran seperti pelangi bila melihat sumber cahaya.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda TD : 130/90 mmHg, HR :
80 x/menit, RR : 19 x/menit, suhu afebris. Hasil pemeriksaan oftalmologi
didapatkan visus OD 6/6 OS 3/60, mata kiri terdapat injeksi konjungtiva
tanpa sekret, edema kornea dan mid-dilatasi pupil yang tidak bereaksi
terhadap cahaya. TIO OD 16 mmHg, OS 45 mmHg. Apakah tatalaksana
awal untuk kasus diatas ?
a. Pemberian tetes mata latanoprost 0.005%
b. Pemberan tetes mata pilocarpine 1%
c. Pemberian tetes mata sikloplegik
d. Pemberian Steroid oral
e. Pemberian Acetazolamid HCL oral
94. GLAUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP / PRIMARY ANGLE CLOSURE GLAUCOMA
Level Kompetensi: 3B
Etiologi: Suplai darah ke N.optikus berkurang
Risk : Peningktan produksi aquos humor / penurunan reabsorbsi aquos humor
Dx : Visus turun : mata merah/tenang, melihat Pelangi
Pemeriksaan penunjang :
q Tonometri
q Gonioskopi
q Perimetri
q Funduskopi : Cup-disc ratio abnormal,
KLASIFIKASI :
q KONGENITAL : terjadi usia 0-28 hari, terpejam
saat melihat cahaya, sklera biru, bulboftalmus
q PRIMER : Bukan disebabkan penyakit mata yang
mendahului
q SEKUNDER : komplikasi dari kondisi tertentu (ex.
Trauma,katarak,hifema,dll)
Bayonet sign in glaucoma : Pembuluh darah
melekuk berbentuk Z
GLAUKOMA AKUT: SUDUT TERTUTUP (3B)
Etiologi : Obstruksi trabekula oleh iris
GLAUKOMA RONIK: SUDUT TERBUKA (3A)
Etiologi: disfungsi trabekula → penurunan
ekskresi aquaeus humour →neuropati optik
Keypoint :
q mata merah visus turun mendadak
q Nyeri kepala sedang berat, mual, muntah
proyektil
q PD: TIO > 21, COA dangkal , cup to disc
ratio > 0.5, Lapang pandang menyempit,
bisa terdapat Iris Bombe
Th/
Inisial:
q Asetazolamid HCl 500mg p.o, dilanjutkan 4
x 250mg/hari
q Timolol maleat 0,5%, 2 x 1 tetes/hari,
Pilocarpine 2%,
Definitif: iridotomi (iridektomi)
Keypoint :
q Visus turun perlahan, nyeri kepala
ringan
q PD: TIO meningkat / normal , COA dalam,
cup to disc ratio > 0.5. Lapang pandang
menyempit
Th/
q Medikamentosa : Prostaglandin (-prost)
atau pilocarpine
q Definitif :Trabekuloplasty
95.
96. Tn Zaidi, berusia 38 tahun datang ke poli paru RS dengan keluhan
batuk kental warna hijau disertai bercak darah dalam 1 bulan terakhir.
Pasien juga mengeluh lemas seluruh badan dan nafsu makan turun.
Ayah pasien juga mengeluh keluhan serupa dan sudah menjalani
pengobatan 6 bulan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan
darah 120/70 mmHg, denyut nadi 83x/menit, laju pernapasan
22x/menit, suhu 37,5C. Pemeriksaan fisik paru didapatkan auskultasi
ronkhi pada apex paru kanan, wheezing (-). Apakah pemeriksaan
yang dianjurkan pada pasien ini?
a. Tes Cepat Molekular
b. Sputum BTA
c. Kultur Bakteri
d. Spirometri
e. Bronkoskopi
97. TUBERKULOSIS PARU
Level Kompetensi: 4A
Etiologi: bakteri Mycobacterium tuberculosis
Key Point: Batuk berdahak/berdarah > 2 minggu (dewasa),
penurunan BB, keringat malam
Pemeriksaan Fisik: perkusi : redup apex (cavitas), auskultasi
(ronkhi)
Pemeriksaan penunjang:
q 1st Gene expert / TCM
q Gold standard : Kultur di media Lowenstein Jensen
q Mikrobiologis : Pewarnaan Zhiel Nelson 2x (S-P)
q Serologi : Mantoux test, IGRA, ICT-TB
Interpretasi Mantoux test
>5-9 mm : meragukan (positif pada imunocompromised)
≥ 10 mm : positif
q Radiologi : Foto thorax PA, top lordotic
Aktif : kavitas, efusi, infiltrat
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi
Milier : snow storm
KASUS RESISTENSI
TB Monoresisten (MR) Kasus Resisten salah satu OAT lini 1
TB Poliresisten (PR) Kasus Resisten >1 OAT lini 1 TB
Rifampicin Resisten (RR) Kasus Resisten Rifampicin ± OAT lain
TB Multi Drug Resisten (MDR) Kasus Resisten Rifampicin + Isoniazid
TB Extensive Drug Resisten
(XDR
Kasus MDR + Resisten 1 golongan
Quinolon + OAT lini 2 injeksi
TDR Seluruh OAT
KLASIFIKASI KASUS TB
Kasus Baru belum pernah minum OAT, atau sudah pernah minum OAT
tapi kurang 1 bulan
Kasus Relaps / Kambuh pernah minum OAT hingga dinyatakan sembuh
BTA (-), kemudian BTA (+) kembali
Kasus Gagal sudah minum OAT hingga bulan ke 5, tetapi BTA masih (+)
Kasus Putus obat / Default sudah minum OAT 1 bulan, kemudian putus
minum obat selama ≥ 2 bulan berturut turut
98. Tn. Eric Mabius, usia 61 tahun datang dengan keluhan batuk
berdahak kecoklatan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai
nyeri dada dan demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
110/70 mmHg, HR 80x/min, RR 22x/min, suhu 38,7C. Pada PF
didapatkan perkusi redup pada lapang tengah paru kanan, rhonki
(+), suara napas amforik (+). Setelah dilakukan pemeriksaan foto
thoraks didapatkan gambaran kavitas disertai air fluid level .
Diagnosis pada pasien adalah…
a. Efusi pleura
b. Pneumonia lobaris
c. Granuloma paru
d. Ca paru
e. Abses paru
99. ABSES PARU
Level Kompetensi: 3B.
Definisi :
Lesi nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah
(pus/nekrotik debris)
Key Point:
q Batuk Berdahak berbau busuk,
q demam
Pemeriksaan Fisik :
q Perkusi : redup daerah abses
q Auskultasi: ronkhi/krepitasi/ amforik
Pemeriksaan penunjang:
Radiologi ( Foto thorax) : Cavitas air fluid level
Terapi :
Clindamisin 3 x 600 mg IV
Drainase abses
100. Tn. Toni, 55 tahun, datang dengan keluhan batuk dan sesak nafas sejak
1 bulan lalu. Batuk terkadang berwarna kehitaman seperti arang. Pasien
merupakan seorang pekerja tambang batu bara sejak 20 tahun lalu.
Pasien juga memiliki riwayat merokok sejak muda. Pasien juga memiliki
riwayat hipertensi tidak terkontrol. Pada pemeriksaan didapatkan TD
160/90 mmHg, HR 90x/menit, RR 26x/menit, suhu 37,0°C. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan ronkhi kasar pada kedua lapang paru.
Pada pemeriksaan X-ray dijumpai fibrosis nodular. Diagnosa yang
tepat adalah...
a. Asbestosis
b. Silikosis
c. Ca paru
d. Antrakosis
e. Bisinosis
101. PNEUMOKONIOSIS (PENYAKIT PARU KERJA)
Level Kompetensi: 2
Definisi : Penyakit paru akibat paparan debu kerja selama bertahun-tahun
KLASIFIKASI
SILIKOSIS
q Pekerja keramik, pasir,
pemecah batu
q Rentan mengalami TB
q Gambaran egg shell
kalsifikasi
ASBESTOSIS
q Pekerja galangan kapal,
pembuatan kabel
q Rentan mengalami kanker
paru, mesothelioma
q Gambaran ground glass
Coal Worker Pneumoconiosis/
Black Lung/ Antrakosis
q Pekerja tambang batu bara
Paparan debu batu bara
→ inhalasi karbon
q Sputum kehitaman, rentan
mengalami gejala PPOK
q Gambaran fibrosis progresif
Bisinosis / Monday fever
/ Brown lung disease / Mill
Fever
q Pekerja pabrik kapas,
tekstil
q Sesak di hari pertama
bekerja
102. By Dylan, dibawa ke IGD RS karena mengalami sesak napas sejak
lahir 1 jam lalu. Ibu bayi melahirkan di bidan desa dalam usia
kehamilan 42 minggu. Ketika melahirkan, air ketuban tampak
berwarna hijau keruh dan berbau busuk. Pada pemeriksaan bayi
didapatkan HR 160x/menit, RR 55x/menit, suhu 37,0°C. Pada
Pemeriksaan fisik tampak retraksi subkostal dan terdengar ronkhi
basah kasar bilateral. Diagnosis yang paling mungkin pada
kasus ini adalah...
a. Hyaline membrane disease
b. Transient tachypnea of newborn
c. Respiratory distress syndrome
d. Sepsis neonatorum
e. Meconium aspiration syndrome
103. SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM
Level Kompetensi: 2.
HYALIN MEMBRANE DISEASE (HMD)
Definisi : Gangguan distres pernafasan yg sering
ditemui pada bayi prematur
Faktor Risiko : prematur
Key Point :
q Riwayat kelahiran kurang bulan
q takipnea, grunting, retraksi dinding dada,
sianosis
q Tanda2 prematuritas
Pemeriksaan penunjang :
x-ray thorax : ground glass appearance /
reticulogranular pattern, air bronchogram.
Ada 4 stadium :
q Std I : pola retikulogranuler
q Std II : stadium 1 + air bronchogram
q Std III : stadium 2 + batas jantung paru kabur
q Std IV : stadium 3 + white lung
Terapi :
Resusitasi
Rujuk ke rs intratrakeal surfactan
Transient tachypnea of the newborn (TTN)
Definisi : reflkes bernafas belum sempurna
Faktor Risiko : SC
Key Point :
q Riwayat SC
q takipnea, grunting, retraksi dinding
dada, sianosis
q Mekonium jernih
q Cukup bulan/post term
q Sesak napas saat atau segera setelah
lahir
Pemeriksaan penunjang :
§ x-ray thorax : sunburst” pattern.
Terapi :
Resusitasi
Rujuk
SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM
Etiologi ; Tertelan/ masuknya mekonium
kedalam saluran nafas. Distress intrauterin
dapat menyebabkan keluarnya mekonium ke
cairan amnion.
Faktor Risiko : Korioamnionitis
Key Point :
q Riwayat ibu dengan korioamnionitis
q takipnea, grunting, retraksi dinding dada,
sianosis
q Mekonium keruh/kehijauan
q Cukup bulan/post term
Pemeriksaan penunjang :
§ x-ray thorax : gambaran rontgen toraks
berupa patchy opacity dengan air
trapping dan hiperinflasi paru.
Terapi :
Resusitasi
Rujuk
104. Tn. Joni, usia 34 tahun, datang berobat ke poliklinik di RS dengan keluhan
batuk berdahak dan demam sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat penyakit
paru sebelumnya disangkal. Tanda vital TD 110/70, HR 80kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 37.2C, pemeriksaan thorax didapatkan perkusi redup,
auskultasi ronkhi pada apikal paru kiri. Pemeriksaan foto thorax di jumpai
cavitas di apex paru kiri. Dokter mendiagnosis pasien mengidap
tuberkulosis sehingga dokter meresepkan Rifampisin, Isoniazid,
Pirazinamid, Etambutol, dan vitamin B6. Tujuan pemberian vitamin B6
adalah...
a. Melapisi Rifampisin untuk mencegah resistensi obat
b. Mencegah neuropati perifer yang ditimbulkan Isoniazid
c. Sebagai hepatoprotektor karena efek hepatotoksik Pirazinamid
d. Mencegah efek samping buta warna yang ditimbulkan Etambutol
e. Mencegah efek samping gangguan pendengaran yang ditimbulkan
streptomisin
105. TUBERKULOSIS PARU
Level Kompetensi: 4A
Etiologi: bakteri Mycobacterium tuberculosis
Key Point: Batuk berdahak/berdarah > 2 minggu (dewasa),
penurunan BB, keringat malam, demam
Pemeriksaan Fisik: perkusi : redup apex (cavitas), auskultasi
(ronkhi)
Pemeriksaan penunjang:
q Gold standard : Kultur di media Lowenstein Jensen
q Mikrobiologis : Pewarnaan Zhiel Nelson 2x (S-P)
q Gene expert / TCM
q Serologi : Mantoux test, IGRA, ICT-TB
Interpretasi Mantoux test
>5-9 mm : meragukan (positif pada imunocompromised)
≥ 10 mm : positif
q Radiologi : Foto thorax PA, top lordotic
Aktif : kavitas, efusi, infiltrat
Inaktif : Fibrosis, kalsifikasi
Milier : snow storm
KASUS RESISTENSI
TB Monoresisten (MR) Kasus Resisten salah satu OAT lini 1
TB Poliresisten (PR) Kasus Resisten >1 OAT lini 1 TB
Rifampicin Resisten (RR) Kasus Resisten Rifampicin ± OAT lain
TB Multi Drug Resisten
(MDR)
Kasus Resisten Rifampicin + Isoniazid
TB Extensive Drug Resisten
(XDR
Kasus MDR + Resisten 1 golongan
Quinolon + OAT lini 2 injeksi
TDR Seluruh OAT
KLASIFIKASI KASUS TB
Kasus Baru belum pernah minum OAT, atau sudah pernah minum OAT
tapi kurang 1 bulan
Kasus Relaps / Kambuh pernah minum OAT hingga dinyatakan sembuh
BTA (-), kemudian BTA (+) kembali
Kasus Gagal sudah minum OAT hingga bulan ke 5, tetapi BTA masih (+)
Kasus Putus obat / Default sudah minum OAT 1 bulan, kemudian putus
minum obat selama ≥ 2 bulan berturut turut
107. Ny. Jack, usia 55 tahun, datang dengan keluhan batuk, sesak napas,
dan nyeri pada dada kiri. Keluhan sudah dialami 3 minggu. Pada
pemeriksaan didapatkan perkusi redup pada area ICS 4-ICS 6
hemithoraks dekstra, suara napas paru kanan menurun. Dokter
menduga terdapat akumulasi cairan pada paru kanan. Pada
pemeriksaan foto thorax didapatkan c orakan homogen pada inferior
paru , sudut costofrenicus tumpul, meniscus sign (+). Pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan untuk membedakan jenis
cairan pada pasien adalah...
a. SAAG test
b. Rivalta test
c. Nonne-Pandy test
d. Guaiac test
e. Halo test
108. EFUSI PLEURA
Level Kompetensi: 3A
Definisi :
akumulasi cairan pelura yang
berlebihan > 15 ml di rongga pleura.
Tipe efusi :
q Hydrothorax (cairan)
q Hemothorax (darah)
q Chylothorax
q Pyothorax atau empyema (nanah)
Key Point:
q Sesak Nafas dipengaruhi posisi
q Nyeri Dada
PD :
q Inspeksi : asimetris
q Palpasi : fremitus dapat melemah
q Perkusi : redup
q Auskultasi : vesikuler melemah
Pemeriksaan penunjang:
Radiologi ( Foto thorax) :
q Opasitas/ Corakan homogen pada
inferior paru
q trakea deviasi ke bagian sehat
q sudut costofrenicus tumpul, meniscus
sign (+).
Tes rivalta :
q membedakan cairan eksudat dan
transudat. Rivalta (+), keruh
eksudat. Rivalta (-), jernih
transudat.
Tatalaksana :
q Resusitasi
q Bed rest Posisi semifowler 45 derajat
q Chest tube + Water Seal Drainage
(WSD)
q Terapi simtomatis
Analisa soal :
q SAAG test → membedakan komponen cairan
ascites
q Nonne pandy test → pemeriksaan protein
kualitatif pada cairan serebrospinal
q Guaiac test → melihat occult blood pada
feses
q Halo test → melihat adanya kebocoran LCS
pada kasus fr basis cranii
109. Nn Diva, usia 25 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
sesak napas berat sejak 30 menit yang lalu. Pasien susah untuk diajak
komunikasi. Dalam satu minggu ini sesak muncul 4 kali. Diketahui
pasien sering mengalami sesak napas sejak umur 7 tahun. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan pasien duduk membungkuk, tekanan
darah 100/70 mmHg, denyut nadi 132x/menit, laju pernapasan
35x/menit, suhu 36,8C, terdapat wheezing terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Apakah diagnosis yang tepat pada kasus diatas?
a. Asma eksaserbasi berat , frekuensi persisten berat
b. Asma eksaserbasi sedang , frekuensi persisten sedang
c. Asma eksaserbasi berat, frekuensi persisten sedang
d. Asma eksaserbasi berat, frekuensi persisten ringan
e. Asma eksaserbasi sedang , frekuensi intermiten
110. ASMA EKSASERBASI BERAT
Level Kompetensi: 3B
Definisi : Penyakit heterogen yang ditandai dengan
inflamasi kronis pada saluran napas. Reversibel, Episodik,
Reaksi hipersensitivitas tipe I
Etiologi: diperantarai oleh IgE, histamin, alergen
F. Risiko : Riwayat atopi
Key Point:
Gejala Obstruksi Bronkial : Sesak Napas, mengi +/-, Batuk
berdahak putih +/-, alergen, riw. atopi
Pemeriksaan Fisik :
Auskultasi: Wheezing , Expirasi Memanjang
Pemeriksaan penunjang:
q Spirometri : Menilai Obstruksi Jalan Napas Obstruksi
: FEV1 / FVC < 75% , FEV1 ≥ 15% post bronkodilator
q Radiologi ( Foto thorax) : normal / peningkatan corakan
bronkovaskular (hipervaskularisasi)
q Darah lengkap peningkatan IgE, eosinofil
q Prick test (+)
q Patch test (+)
KLASIFIKASI ASMA
ASMA STABIL
• Berdasarkan frekuensi kekambuhan
• Berdasarkan terkontrol / tidak
• Klasifikasi asma anak
Th/Controller
ASMA EKSASERBASI
q Berdasarkan derajat
serangan
Th/Reliever
111. ASMA BRONKIAL
Level Kompetensi: 4A
SERANGAN
HARIAN
SERANGAN
MALAM
HASIL SPIROMETRI TERAPI
ASMA INTERMITEN < 1 X/MINGGU < 2 kali/bulan FEV1 ≥ 80% -
PERSISTEN RINGAN > 1 KALI/MINGGU > 2 kali/bulan FEV1 ≥ 80% Glukokortikosteroid
inhaler (budesonide
puff)
PERSISTEN SEDANG TIAP HARI > 2x / bulan FEV1 60-80% Glukokortikosteroid
inhaler + LABA Inhaler
(formoterol puff)
PERSISTEN BERAT TERUS MENERUS sering FEV1 < 60% Glukokortikosteroid
inhaler + LABA Inhaler +
Glukokortikoid sistemik
+ Teofilin
+ leukotriene modifiers
112. An. Greenwood, 7 tahun, diantar ibunya ke IGD RS dengan
keluhan demam tinggi sejak 4 hari yang lalu disertai nyeri
tenggorokkan. Pada pemeriksaan didapatkan HR 89kali/mnt, RR
24kali/mnt, suhu 39,0°C, tampak tonsil T3/T2 hiperemis, faring
hiperemis, dan selaput putih keabuan pada area tonsil hingga
faring, limfadenopati coli (+). Jadwal imunisasi untuk mencegah
terjadinya kasus di atas berdasarkan program pemerintah
adalah usia...
a. Bulan 1, 2, dan 3
b. Bulan 9
c. Bulan 2, 3, dan 4
d. Bulan 1, 2, 3, dan 4
e. Bulan 2, 4, dan 6
113. IMUNISASI
Level Kompetensi: 4A
IMUNISASI DASAR
Hep B BCG Polio DPT MMR/Cam
pak
Waktu
pemberian
0,2,3,4 bulan
Waktu
pemberian <
3bulan
Waktu
pemberian
0,2,3,4 bulan
Waktu
pemberian
2,3,4 bulan
Campak /
MR : ≥ 9
bulan
MMR ≥ 15
bulan
Dosis 0.5 CC IM
paha kanan
Dosis 0, 5 CC IC
deltoid kanan
Dosisi 2 gtt PO Dosis 0.5 IM
deltoid/paha
kiri
Dosis 0.5 cc
SC
114. Ny. Jessica usia 40 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada
jari-jari tangan sejak 1 minggu lalu disertai beberapa jari nampak
putih pucat. Keluhan dirasakan semenjak ruangan kerjanya
dipasang AC baru yang sangat dingin. Pasien tidak memiliki
kebiasan merokok. Riwayat hipertensi dan DM disangkal pasien.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan BB 70 kg, TB 160 cm, TD
130/90 mmHg, HR 88x/min, RR 18x/min, suhu afebris.
Diagnosis yang tepat adalah…
a. Deep vein thrombosis
b. Insufisiensi vena kronis
c. Tromboflebitis
d. Raynaud disease
e. Thromboangitis obliterans
115. RAYNAUD DISEASE
Level Kompetensi: 2
Patofisiologi :
vasospasme pembuluh darah perifer akibat paparan suhu dingin
Gejala khas :
q ujung jari membiru dan nyeri akibat paparan
suhu dingin
3 fase klinis pada Raynaud disease
Tatalaksana :
qhindari faktor risiko,
qmenggunakan sarung tangan,
qmengurangi rokok,
qmenghangatkan tubuh
qRujuk
116. An. Junho, usia 5 tahun, dibawa orangtuanya dengan
keluhan badan kebiruan. Keluhan ini tidak selalu muncul.
Ketika biru, pasien suka berjongkok. Pemeriksaan fisik
auskultasi terdengar Murmur ejeksi sistolik 3/6 pada ICS 2
kiri . Dokter melakukan foto toraks didapatkan gambaran
boot shaped heart. Kemungkinan Diagnosis kasus diatas
a. Tetralogy Of Fallot
b. Eisen Menger Syndrome
c. Atrial Septal Defect
d. Ventricular Septal Defect
e. Patern Ductus Arteriosus
118. Tn. Boy, usia 50 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada
kiri sejak 3 jam yang lalu. Nyeri dada kiri dirasakan menjalar hingga
punggung, rahang, dan lengan kiri, tidak membaik dengan
beristirahat. Pasien memiliki riwayat merokok sejak usia 20 tahun.
Tanda vital TD 130/90mmHg, HR 110kali/mnt, RR 23kali/mnt, suhu
37C. Pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya inversi
gelombang T pada lead II, III, dan aVF. Pemeriksaan lanjutan
yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah...
a. Rontgen thorax
b. Ekokardiografi
c. Pemeriksaan enzim jantung
d. Laju endap darah (LED) dan C-reactive protein
e. Treadmill test
119. ANGINA PECTORIS
Level Kompetensi: 3B
Nyeri dada Tipikal :
q Nyeri bersifat tumpul Tidak dapat menunjukkan nyeri
q Menyebar ke rahang, lengan, bahu
q Manifestasi autonom : berkeringat dingin, mual, muntah
Faktor Resiko : Merokok ; Obesitas ; Dislipidemia ; DM ; Hipertensi ; Riw. Keluarga Sakit Jantung
Etiologi : Nyeri dada angina disebabkan sumbatan pada pembuluh darah akibat plak atheroma yang disebut
atherosclerosis.
Angina Pectoris Stabil Acute Coronary Syndrome (ACS)
Kata Kunci :
q Nyeri Dada < 15 Menit
Membaik Saat
Istirahat ;
q Faktor Resiko (+)
P. Penunjang : EKG ;
Enzim Jantung Normal ;
Treadmill Test (+) Nyeri
Dada
STEMI NSTEMI UNSTABLE ANGINA PECTORIS
(UAP)
Kata Kunci :
§ Nyeri Dada > 15 Menit ;
Tidak Hilang Saat Istirahat ;
§ Faktor Resiko (+)
P. Penunjang :
1. EKG: ST Segmen Elevasi ( M
– Shaped )
2. Enzim Jantung Meningkat :
Mioglobin ; CK – MB atau
Troponin I / T
Kata Kunci :
§ Nyeri Dada > 15 Menit ; Tidak
Hilang Saat Istirahat
§ Faktor Resiko (+)
P. Penunjang :
1. EKG ST Segmen Depresi
atau T- Inverted
2. Enzim Jantung Meningkat :
Mioglobin ; CK – MB atau
Troponin I / T
Kata Kunci :
§ Nyeri Dada > 15 Menit ;
Tidak Hilang Saat Istirahat ;
§ Faktor Resiko (+)
P. Penunjang :
1. EKG ST Segmen Depresi
atau T- Inverted
2. Enzim Jantung Normal :
Mioglobin ; CK – MB atau
Troponin I / T
120. ACS
Level Kompetensi: 3B
Tatalaksana :
q Non Farmakologi : Bed Rest Total, Oksigen Sat O2 > 94 % 1 – 2
L/menit atau Sat O2 < 94 % 4 - 6 L/menit
Farmakologi :
q Nitrat (Vasodilator) Sublingual 5 mg, Dapat diulang sebanyak 3 kali
pemberian dengan interval 5 menit
ISDN agen vasodilator
Efek samping : Rebound hypertension, Sinkop, Hipotensi, Palpitasi
KI ISDN : Hipotensi (sistol < 90 mmHg), Bradi/Takikardi, Infark ventrikel
kanan, pasien yang telah mengkonsumsi inhibitor fosfodiesterase:
sidenafil dalam 24 jam, tadalafil dalam 48 jam.
q Anti Platelet :
Aspilet Kunyah 160 mg dan
Clopidogrel di Telan 300 – 600 mg
q Morfin 2 – 4 mg Intravena Jika Masih
nyeri Dada
q Terapi Referfusi (STEMI) < 12 Jam :
§ Metode Mekanik ( Primary PCI) goal
90 mnt atau
§ Metode Farmakologi ( Pemberian
Fibrinolisis cth : Streptokinase IV)
goal 30 mnt
121. An. Abrams, usia 10 tahun, dibawa orangtuanya ke Rumah Sakit
dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada area siku, pergelangan tangan, dan lutut
yang berpindah-pindah. Pasien memiliki riwayat tonsilitis 4 bulan
yang lalu yang lalu dan pasien tidak berobat ke dokter. Pada
pemeriksaan didapatkan HR 108x/menit, RR 22x/menit, dan suhu
38°C, eritema marginatum(+), terdengar opening snap pada area
apeks jantung. Kemungkinan diagnosis kasus ini adalah…
a. Rheumatic fever
b. Rheumatic heart disease
c. Endokarditis infektif
d. Miokarditis
e. Rematoid Arthritis
122. PJR
Level Kompetensi: 3A.
DEMAM REUMATIk
Definisi :Kondisi inflamasi sistemik yang diakibatkan proses autoimun sebagai akibat dari infeksi streptokokus yang tidak ditangani.
q Etiologi : streptococcus betahemoliticus
q Keypoint : ≥ 2 gejala mayor atau ≥ 1 gejala mayor + gejala minor , ASTO ±
q MAYOR :
Ka-rditis : nyeri dada pleuritik
Po-liartritis : nyeri > dari 1 sendi berpindah-pindah
C-horea : Gerakan involunter
E-ritema marginatum : kemerahan dikulit
S-ubcutan Nodul
MINOR:
Demam
Atralgia
Prolong PR interval
CR-protein meningkat
q SMART WAY :
DEMAM REUMATIK + MURMUR JANTUNG
PENYAKIT JANTUNG REUMATIK (Kerusakan pada satu
atau lebih katup jantung yang diawali episode demam
rematik akut: paling sering terlibat adalah katup mitral)
Th/
Rujuk
q Benzathine penicillin(long acting) 1.2 million units once(IM injection) or
q oral penicillin V 10 days,
q if allergic to penicillin erythromycin 10 days (antibiotic is given even if
throat culture is negative)
123. Tn. Joshua, usia 65 tahun, datang ke RS dengan keluhan sesak napas
yang memberat sejak 3 bulan lalu. Sesak napas dirasakan saat
beraktivitas maupun beristirahat. Pasien hanya bisa tidur bila diganjal
dengan 3 bantal, namun sering terbangun lagi karena sesak nafas.
Pada pemeriksaan didapatkan TD 170/100 mmHg, HR 102x/menit, RR
28x/menit, suhu 36,8°C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan JVP
meningkat, kardiomegali(+), S3 gallop, dan edema tungkai bilateral.
Diagnosis yang tepat kasus diatas adalah...
a. Cor pulmonal
b. Gagal jantung kanan
c. Gagal jantung kiri
d. Gagal Jantung Kongestif
e. Gagal jantung akut
124. CHF
Level Kompetensi: 3B
GAGAL JANTUNG KANAN GAGAL JANTUNG KIRI
q Kata Kunci : Edema Pretibial ; Peningkatan TVJ ;
Asites dan Splenomegali
q Pem. Penunjang :
1. Foto Thorax : Cardiomegali ( CTR > 50% ) ; Jantung
Globular (RAH) dan Jantung Sepatu “ Boot Shaped “
(RVH)
2. EKG : P Pulmonal ( RAH ) dan Gel R/S di V1 atau V2 >
1 atau di V5 dan V6 < 1 (RVH)
• Kata Kunci : Sesak Saat beraktifitas ; Sesak Saat
istirahat ; Terbangun malam Hari Karena Sesak
(Paroksismal Nocturnal Dypsnea ) ; Rhonki Basah
Basal
• Pem. Penunjang :
1. Foto Thorax : Cardiomegali ( CTR > 50% ) ; Double
Contour (LAH) dan Apex tertanam / Tenggelam (LVH)
2. EKG : P Mitral ( LAH ) dan Gel S di V1 atau V2 + Gel R
di V5 atau V6 ≥ 35 mm (LVH)
GAGAL JANTUNG
SMART WAY :
q Jika Gagal jantung Kanan + PPOK / ASMA KRONIS : Cor Pulmonale Diseases
q Jika Gagal Jantung Kanan + Gagal Jantung Kiri : Congestive Heart Failure (CHF)
q Jika Gagal Jantung Kanan + Gagal jantung Kiri dengan Foto Thorax “ Bat Wing Appearance / Kerley B Lines “ :
Gagal Jantung Akut ( Acute Lung Oedem ) “
125. Tn. Nick, usia 49 tahun, dibawa ke IGD dalam kondisi tidak sadarkan diri
sejak 15 menit lalu. Pada pemeriksaan awal, pasien tidak bernapas dan
nadi tidak teraba. Pasien memiliki riwayat serangan jantung beberapa kali
dan berencana bypass 2 bulan lagi. Pada pemeriksaan EKG didapatkan
gambaran sebagai berikut. Interpretasi hasil EKG adalah...
a. Ventricular tachycardia
b. Atrial flutter
c. Ventricular extrasystole
d. Ventricular fibrillation
e. Pulseless electrical activity
127. Tn Toni usia 62 tahun datang ke Poliklinik rumah sakit untuk kontrol
dengan keluhan sesak nafas sejak 1 tahun yang lalu dan memberat 3
bulan ini. Sesak dirasakan pasien sepanjang hari padahal pasien sehari-
hari hanya duduk di kursi roda. Pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital
TD 160/100 mmHg, Nadi 88 x/m, Frekuensi pernapasan 22x/m, suhu
36.7C, TVJ meningkat, ronkhi basah halus pada basal kedua paru,
pitting edema (+). Dokter mendiagnosis pasien menderita gagal jantung.
Berada di tingkatan manakah pasien di atas berdasarkan NYHA?
a. NYHA I
b. NYHA II
c. NYHA III
d. NYHA IV
e. NYHA V
128. CHF
Level Kompetensi: 3B
GAGAL JANTUNG KANAN GAGAL JANTUNG KIRI
q Kata Kunci : Edema Pretibial ; Peningkatan TVJ ;
Asites dan Splenomegali
q Pem. Penunjang :
1. Foto Thorax : Cardiomegali ( CTR > 50% ) ; Jantung
Globular (RAH) dan Jantung Sepatu “ Boot Shaped “
(RVH)
2. EKG : P Pulmonal ( RAH ) dan Gel R/S di V1 atau V2 >
1 atau di V5 dan V6 < 1 (RVH)
• Kata Kunci : Sesak Saat beraktifitas ; Sesak Saat
istirahat ; Terbangun malam Hari Karena Sesak
(Paroksismal Nocturnal Dypsnea ) ; Rhonki Basah
Basal
• Pem. Penunjang :
1. Foto Thorax : Cardiomegali ( CTR > 50% ) ; Double
Contour (LAH) dan Apex tertanam / Tenggelam (LVH)
2. EKG : P Mitral ( LAH ) dan Gel S di V1 atau V2 + Gel R
di V5 atau V6 ≥ 35 mm (LVH)
GAGAL JANTUNG
SMART WAY :
q Jika Gagal jantung Kanan + PPOK / ASMA KRONIS : Cor Pulmonale Diseases
q Jika Gagal Jantung Kanan + Gagal Jantung Kiri : Congestive Heart Failure (CHF)
q Jika Gagal Jantung Kanan + Gagal jantung Kiri dengan Foto Thorax “ Bat Wing Appearance / Kerley B Lines “ :
Gagal Jantung Akut ( Acute Lung Oedem ) “
129. CHF
Level Kompetensi: 3B
KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG KRONIS
BERDASARKAN ANATOMIS BERDASARKAN FUNGSIONAL
KELAS A :
qCardiomegali (-), Hipertensi (+)
Kelas B :
qCardiomegali (+), Gejala gagal
jantung (-)
Kelas C :
qCardiomegali (+) , sesak nafas
aktivitas berat-ringan
Kelas D :
qCardiomegali (+), sesak saat istirahat
NYHA I :
qasimtomatis
NYHA II :
qsesak saat aktivitas berat (jalan
cepat, naik tangga)
NYHA III :
qaktivitas Ringan (jalan < 100m,
mandi)
NYHA IV :
qsesak saat istirahat
130. Tn Max usia 59 tahun datang ke IGD dengan keluhan berdebar-
debar sejak 1 hari yang lalu. Pasien mempunyai riwayat hipertensi
sejak 20 tahun. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 150/90
mmHg, nadi 150x/m ireguler, RR 24x/m, Suhu 36,5C. Dari
pemeriksaan fisik tidak didapatkan murmur, S3 maupun S4 gallop.
Dari pemeriksaan EKG gelombang P sulit diidentifikasi dengan
kompleks QRS 0.08 detik ireguler. Diagnosis yang paling
memungkinkan pada kasus ini adalah?
a. Ventrikel Takikardi
b. Ventrikel Ekstrasistol
c. Atrial Ekstrasistol
d. Atrial Fibrilasi
e. Atrial Flutter
131. ATRIAL FIBRILASI
Level Kompetensi: 3B.
TACHYARRHYTMIA
q Jantung berdebar debar,
q Gangguan irama jantung, HR > 100x/menit
q Nadi teraba
q Narrow QRS masalah dari atas/supraventrikel
q Wide QRS masalah ada pada ventrikel
Narrow QRS (Kompleks QRS Sempit < 0,12 sec / 3 mm) Wide QRS (Kompleks QRS Lebar > 0,12 sec / 3 mm)
Reguler (jarak R-R) Ireguler (jarak R-R) Reguler (jarak R-R) IReguler
(jarak R-R)
Supraventricular tachycardia
(SVT)
• Gelombang P tidak tampak
(tertutup gelombang T)
Atrial Flutter
• Gambaran gigi gergaji
(saw-tooth)
Atrial Fibrilasi
• Gelombang P
menghilang
Ventricular tachycardia
(VT) monomorfik
VF/ VT
POLIMORFIK
• Manuver Vagal ( KI : Bruit Karotis ; TIA ; Riw. VT / VF)
• Adenosine IV
CCB non dihidropiridine
(Verapamil, Diltiazem),
beta blocker
Amiodarone 150 mg IV
Tidak Stabil Hipotensi ; Penurunan Kesadaran ; Akral Dingin ( Tanda Shock ) ; Nyeri Dada (Iskemik Jantung) ; Rhonki Basah + Sesak Nafas
(Edema Paru ) Ditemukan 1 atau Lebih =Tidak Stabil
Kardioversi 50 – 100 Joule Kardioversi Monofasik 200
Joule ; kardioversi Bifasik
120 – 200 Joule
Kardioversi 100 Joule DC Shock / Defibrilasi
Monofasik 360 Joule
Bifasik 200 joule
132. An. Alicia, usia 5 tahun, dibawa ke IGD karena penurunan kesadaran.
Ibu pasien mengatakan muka dan kedua kaki anak sejak 2 bulan ini
nampak bengkak. Pasien juga sulit makan, hampir tidak pernah makan
daging. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 89kali/mnt, RR
22kali/mnt, suhu 36C, konjungtiva merah pucat, rambut kemerahan,
tumbuh jarang, mudah dicabut, abdomen membuncit dan ada kelainan
kulit di ekstremitas inferior. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
hasil GDS 43 mg/dl. Tatalaksana awal yang paling tepat adalah...
a. Bolus D40% 25mL + infus D5%
b. Bolus D20% 25 mL + infus D5%
c. Larutan gula 10% 50 mL
d. Bolus D10% 5cc/kg
e. Larutan D20% 50 cc
133. KEP- KWASHIORKOR
Level Kompetensi: 4A
Kekurangan Energi Protein : BB/TB atau BB/PB < -3 SD
MARASMUS
Defisiensi Karbohidrat
KWASIORKOR
Defisiensi Protein
q Terlihat sangat kurus
q Wajah seperti orang tua : / menyerupai kera (simian facies)
q Kulit kering, dingin, kendor dan kriput
q Atrofi otot
q Iga gambang : “piano sign”
q Subkutan lemak hilang : seperti memakai celana longgar- baggy
pants
q Rambut seperti rambut jagung dan mudah rontok
q Edema simetris pada punggung kaki atau seluruh tubuh : bersifat
pitting edema
q Hipotrofi otot
q Ascites
q Hepatomegali
q Crazy pavement dermatosis : Kelainan kulit berupa bercak merah
muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat kehitaman dan
terkelupas
Tatalaksana Awal :
1. Atasi Hipoglikemi :
q 50 cc larutan D10% oral atau larutan gula 10% bila masih
sadar,
q bila tidak sadar larutan D10 5cc/kgBB bolus IV
2. Atasi Hipotermi
3. Atasi dehidrasi :
q rehidrasi peroral dengan resomal, parenteral pada dehidrasi
berat dan Syok