1. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan penurunan kesadaran dan demam. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah normal dan kaku kuduk positif. CT scan diperlukan untuk mendiagnosis pasien.
2. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut disertai mual dan bintik hitam. Tekanan darah normal dan pemeriksaan neurologis normal. Profilaksis yang tepat adalah karbamazepin
Pasien wanita berusia 48 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran secara perlahan selama 12 jam. Pemeriksaan menemukan massa di CPA sebelah kiri yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif. Pasien menjalani operasi pemasangan shunt ventrikuloperitoneal untuk mengatasi hidrosefalus.
1. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan penurunan kesadaran dan demam. Pemeriksaan menunjukkan tekanan darah normal dan kaku kuduk positif. CT scan diperlukan untuk mendiagnosis pasien.
2. Seorang perempuan 40 tahun datang dengan keluhan nyeri kepala berdenyut disertai mual dan bintik hitam. Tekanan darah normal dan pemeriksaan neurologis normal. Profilaksis yang tepat adalah karbamazepin
Pasien wanita berusia 48 tahun datang dengan keluhan penurunan kesadaran secara perlahan selama 12 jam. Pemeriksaan menemukan massa di CPA sebelah kiri yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif. Pasien menjalani operasi pemasangan shunt ventrikuloperitoneal untuk mengatasi hidrosefalus.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Pasien laki-laki usia 19 tahun mengalami kejang dan gangguan mental seperti halusinasi dan bicara meracau. Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, didiagnosis menderita ensefalitis anti-NMDAR berdasarkan gejala klinis dan riwayat penggunaan narkoba.
Kasus ini menunjukkan diagnosis STEMI berdasarkan gejala klinis pasien berupa nyeri dada yang berkepanjangan disertai keringat dingin dan tanda-tanda syok. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan enzim jantung dan hasil EKG menunjukkan gambar inferior.
Pasien perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan hemiparesis kanan dan bicara pelo. Pasien didiagnosis stroke non hemoragik berdasarkan riwayat hipertensi tidak terkontrol dan hasil pemeriksaan fisik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kejang demam, meliputi definisi kejang demam, klasifikasi, gejala, penyebab, diagnosis banding, tata laksana, dan diagnosa serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk merawat pasien kejang demam.
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di otak yang dapat terjadi secara intraserebral atau subarakhnoid. Gejala klinisnya bervariasi tergantung lokasi perdarahan namun umumnya meliputi nyeri kepala hebat dan penurunan kesadaran. CT-Scan digunakan untuk mendiagnosis jenis stroke hemoragik.
1. Pasien mengalami gangguan emosional akibat kecelakaan yang dialaminya.
2. Pasien diduga mengalami gangguan jiwa karena mulai mendengar suara-suara yang tidak nyata.
3. Diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah gangguan personal higiene.
Latihan soal ujian kompetensi keperawatanSarwan Hadi
1. Pasien mengalami gangguan emosional akibat kecelakaan yang dialaminya.
2. Pasien mengalami gangguan jiwa berupa halusinasi setelah mengalami fraktur tulang dan sakit yang lama.
3. Pasien diduga mengalami gangguan personal higiene akibat gangguan jiwa.
Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan separuh badan kiri dan gangguan bicara. Pemeriksaan menemukan hemiparese dextra dan diagnosis gangguan area Broca.
Anak 6 tahun sering mengalami bengong sejak 6 bulan terakhir, mengalami kesulitan belajar di kelas karena sering menggalami hal ini sebanyak 4-5 kali dalam sehari tanpa didahului demam. Kondisi ini mungkin merupakan gangguan neurologis yang perlu dievaluasi lebih lanjut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Laporan kasus seorang anak laki-laki berumur 11 tahun dengan keluhan utama kejang yang dirujuk ke rumah sakit setelah mengalami lima episode kejang.
2. Riwayat penyakit menunjukkan riwayat kejang sejak bayi yang sering terjadi setiap bulan tanpa pengobatan. Status gizi anak tersebut kurang.
3. Pemeriksaan menemukan fungsi
Laporan kasus ini membahas seorang anak laki-laki berusia 11 tahun yang dirawat karena status epileptikus yang diderita sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Anak ini memiliki riwayat kejang sejak bayi dan perkembangan fisik tertinggal. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang, didiagnosis menderita status epileptikus, gizi kurang, mikrocephali dan retardasi mental. Penatalaksanaan yang diberikan melip
Pasien laki-laki usia 19 tahun mengalami kejang dan gangguan mental seperti halusinasi dan bicara meracau. Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, didiagnosis menderita ensefalitis anti-NMDAR berdasarkan gejala klinis dan riwayat penggunaan narkoba.
Kasus ini menunjukkan diagnosis STEMI berdasarkan gejala klinis pasien berupa nyeri dada yang berkepanjangan disertai keringat dingin dan tanda-tanda syok. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan enzim jantung dan hasil EKG menunjukkan gambar inferior.
Pasien perempuan berusia 55 tahun datang dengan keluhan hemiparesis kanan dan bicara pelo. Pasien didiagnosis stroke non hemoragik berdasarkan riwayat hipertensi tidak terkontrol dan hasil pemeriksaan fisik.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien kejang demam, meliputi definisi kejang demam, klasifikasi, gejala, penyebab, diagnosis banding, tata laksana, dan diagnosa serta intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk merawat pasien kejang demam.
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di otak yang dapat terjadi secara intraserebral atau subarakhnoid. Gejala klinisnya bervariasi tergantung lokasi perdarahan namun umumnya meliputi nyeri kepala hebat dan penurunan kesadaran. CT-Scan digunakan untuk mendiagnosis jenis stroke hemoragik.
1. Pasien mengalami gangguan emosional akibat kecelakaan yang dialaminya.
2. Pasien diduga mengalami gangguan jiwa karena mulai mendengar suara-suara yang tidak nyata.
3. Diagnosa keperawatan utama pada kasus ini adalah gangguan personal higiene.
Latihan soal ujian kompetensi keperawatanSarwan Hadi
1. Pasien mengalami gangguan emosional akibat kecelakaan yang dialaminya.
2. Pasien mengalami gangguan jiwa berupa halusinasi setelah mengalami fraktur tulang dan sakit yang lama.
3. Pasien diduga mengalami gangguan personal higiene akibat gangguan jiwa.
Pasien laki-laki berusia 50 tahun datang dengan keluhan kelemahan separuh badan kiri dan gangguan bicara. Pemeriksaan menemukan hemiparese dextra dan diagnosis gangguan area Broca.
Anak 6 tahun sering mengalami bengong sejak 6 bulan terakhir, mengalami kesulitan belajar di kelas karena sering menggalami hal ini sebanyak 4-5 kali dalam sehari tanpa didahului demam. Kondisi ini mungkin merupakan gangguan neurologis yang perlu dievaluasi lebih lanjut.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
keterampilan kader dan teknis penilaian tingkat kecakapan kader posyandu.pptx
PPT DEADLINE MODE DAY 1 Coret2_unlocked(1).docx
1. DEADLINE MODE !!!
DRILLING SOAL HIPPOCAMPUS
DAY-1
PRETEST
Bapak S, 56 tahun, datang ke IGD dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kiri sejak 4 jam lalu. Tidak
ada penurunan kesadaran. Terdapat keluhan pusing berputar dan pandangan ganda. Pasien merupakan
penderita DM tidak terkontrol 7 tahun. TD 180/100 mm/Hg, N 98 x/m, R 17 x/m, S 36,5 oC. Kaku kuduk (-).
Pada pemeriksaan mata kanan: tidak dapat menggerakkan ke arah atas, bawah dan medial. Namun masih bisa
menggerakkan ke arah lateral. Gerak bola mata kiri dbn. Pemeriksaan motorik: ekstremitas kiri 2/2, kanan
5/5. Refleks fisiologis ekstremitas kiri meningkat dan Babinski +, sedangkan ekstremitas kanan normal dan -
. Apa diagnosis kasus tersebut?
A. Stroke iskemik sistem karotid kiri
B. Stroke iskemis sistem karotid kanan
C. Stroke hemoragik
D. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kiri
2. E. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kanan
Ny. W, 28 tahun, dibawa ke dokter oleh ibunya karena tampak selalu bersemangat dan jarang tidur. Pasien
sering menghamburkan uangnya untuk membeli gaun yang akan digunakan pada pesta pernikahannya dengan
artis Korea. Pasien mengatakan bahwa ia adalah wanita paling cantik yang berhak menikahi artis Korea
tersebut. Menurut ibunya, keluhan ini berlangsung sejak 1 bulan lalu setelah ia gagal menikah. Tidak ada
riwayat tampak murung, sedih, dan menjadi pendiam. Tatalaksana yang paling tepat untuk pasien ini adalah ?
A. Haloperidol
B. Risperidon dan fluoksetin
C. Litium karbonat
D. Klorpromazin dan escitalopram
E. Haloperidol dan litium karbonat
Ny. Y, 47 tahun datangke poli dnegan keluhan tiduryang tidak nyenyak dalalm2 bulan terakhir. Pasien merasa
sulit mempertahankan tidur dan sering terbangun malam hari, terkadang setelah tertidur kembali, pasien
terbangun lagi. Pasien sering kali memikirkan semua tugasnya yang menumpuk. Apakah diagnosa dan juga
terapi yang sesuai pada pasien?
A. Early insomnia, amitriptilin
B. Late insomnia, benzodiazepin
C. Late insomnia ,amitriptilin
3. D. Middle insomnia, amitriptilin
E. Middle insomnia, benzodiazepine
An T, 8 tahun dibawaoleh ibunyake dokter dengan keluhanrasa nyeri menelansejak 1 minggu yang lalu.Keluhan
dirasakan hilang timbul. Pasien sering mengorok malam hari, terkadang terbangun karena sulit bernapas.
Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T4/T4, hiperemis (+), permukaan berbenjol-benjol dengan kripta melebar,
detritus +. Apakah tatalaksana definitif yang paling tepat pada pasien ?
a.Antibiotik
b.Insisi drainase
c.Tonsilektomi
d.Analgetik
e.Primary survey ABC
MULAI KUY !!!
Tn. S, 43 tahun datangke poliklinik RS dengan keluhan nyeri kepala di atasmata sebelah kananyang dirasakan
setiap hari selama 10 hari, terjadi selama kurang lebih 25 menit. Keluhan dirasakanhingga 5x sehari. Keluhan
disertai dengan mata kanan kemerahan dan banyak mengeluarkan air mata dan hidung tersumbat. Pasien
pernah mengalami keluhan yang sama 6 bulan yang lalu selama 7 hari. Apakah diagnosis dan terapi abortif
farmakologis yang tepat untuk kasus ini ?
A. Nyeri kepala kluster episodik - Alopurinol
4. B. Nyeri kepala tension - Verapamil
C. Nyeri kepala kluster episodik - Sumatriptan
D. Nyeri kepala kluster episodik - Parasetamol
E. Nyeri kepala kluster kronik - Sumatripan
C. Nyeri kepala kluster episodik - Sumatriptan
Tn. S, 43 tahun datangke poliklinik RS dengan keluhan nyeri kepala di atasmata sebelah kananyang dirasakan
setiap hari selama 10 hari, terjadi selama kurang lebih 25 menit. Keluhan dirasakanhingga 5x sehari. Keluhan
disertai dengan mata kanan kemerahan dan banyak mengeluarkan air mata dan hidung tersumbat. Pasien
pernah mengalami keluhan yang sama 6 bulan yang lalu selama 7 hari. Apakah diagnosis dan terapi abortif
farmakologis yang tepat untuk kasus ini ?
A. Nyeri kepala kluster episodik – Alopurinol → Obatnya terlalu ngawur
B. Nyeri kepala tension – Verapamil → Gejala khas TTH (-)
C. Nyeri kepala kluster episodik – Sumatriptan → Gejala khas CTH terjadi <1 thn, bebas gejala>1
bulan
D. Nyeri kepala kluster episodik – Paracetamol → PCT gak mempan sama CTH
E. Nyeri kepala kluster kronik – Sumatripan → belum memenuhi kriteria kronik
Cluster type headache
5. diagnosis
A. Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan
B. Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita
dan/atau temporal yang berlangsung antara 15-
180 menit jika tidak ditangani.
C. Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala
berikut:
Klasifikasi
• Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada
mata ipsilateral
• Episodik : serangan
• Kongesti nasal dan/atau
rhinorrhea ipsilateral • Edema
palpebra ipsilateral
• Berkeringat pada daerah dahi dan
wajah ipsilateral • Miosis dan/atau
ptosis ipsilateral
• Gelisah atau agitasi
D. Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
E. Tidak berkaitan dengan gangguan
lain
• Umum • Kepala • Mata •
Hidung
selama 7 hari-1 thn, periode
bebas nyeri >=1 bulan
• Kronik : serangan
selama >1 thn, periode bebas
nyeri <1 bulan
6. ❖ Abortif :
Cluster type
headache
TATALAKSANA
Farmakologis
Non farmakologis
• Inhalasi O2 8-12 lpm hingga
serangan reda
• Ergot alkaloid (Ergotamin)
• Triptans (Sumatriptan 2-6 mg max
12 mg IV)
❖ Preventif :
• Verapamil
7. • Ergot alkaloid (Ergotamin)
❖ Edukasi : mengenal factor pencetus
❖ Terapi behavior : biofeedback,
manajemen stress, terapi relaksasi,
CBT
❖ Terapi fisik : postur dan posisi,
massage. Dll
❖ Terapi psikologis : edukasi penyakit
bahwa penyakit tidak berbahaya
Tn. X, 43 tahun, dibawa ke IGD RS karena mengalami kejang. Kejang seperti kelojotan, kepala melihat ke
kenan selama 3-5 menit, saat ini kejang telah berhenti. Keluhan diawali dengan nyeri kepala berat yang tiba-
tiba. Lemah anggota gerak kanan +, demam -, Pasien memiliki. Riwayat DM yang tidak terkontrol+. Riwayat
Ht-. Pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan TD:180/100mmHg, Nadi 108x/menit, Laju Napas 26x/menit,
Suhu 36,6 C. Didapatkankakukuduk +, parase CN VII dan XII kanan sentral,hemiparase kanan +. Didapatkan
hasil Ct-Scan seperti pada gambar. Apakah pembuluh darah yang paling sering menjadi penyebab penyakit
dari pasien tersebut ?
A. Berry Aneurisma
B. Bridging Vein
C. Arteri Meningea Media
D. Middle cerebral artery
E. Vena Serebri Interna
A.Berry Aneurisma
8. Tn. X, 43 tahun, dibawa ke IGD RS karena mengalami kejang. Kejang seperti kelojotan, kepala melihat ke
kenan selama 3-5 menit, saat ini kejang telah berhenti. Keluhan diawali dengan nyeri kepala berat yang tiba-
tiba. Lemah anggota gerak kanan +, demam -, Pasien memiliki. Riwayat DM yang tidak terkontrol+. Riwayat
Ht-. Pemeriksaan fisik tanda vital didapatkan TD:180/100mmHg, Nadi 108x/menit, Laju Napas 26x/menit,
Suhu 36,6 C. Didapatkankakukuduk +, parase CN VII dan XII kanan sentral,hemiparase kanan +. Didapatkan
hasil Ct-Scan seperti pada gambar. Apakah pembuluh darah yang paling sering menjadi penyebab penyakit
dari pasien tersebut ?
A. Berry Aneurisma → SAH
B. Bridging Vein → SDH
C. Arteri Meningea Media → EDH
D. Middle cerebral artery → ICH
E. Vena Serebri Interna → Gak nyambung dongg..
Stroke
Klasifikasi
10. Stroke
Klasifikasi
Tn T 45 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 2 hari sebelum datangke rumah sakit,
pasien memiliki Riwayat nyeri telinga kiri sejak 5 hari yang menjalar ke leher, keluhan disertaidengan demam
11. tinggi. Pasien memiliki Riwayat keluar cairan dari telinga dan penurunan pendengaran sejak 1 bulan sebelum
keluhan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu pasien 38,5, pemeriksaan neurologis ditemukan refreks
fisiologi normal dan refleks patologis - pada kedua tungkai, kaku kuduk (+) kemungkinan diagnosis yang paling
tepat untuk kasus ini adalah ?
A. Meningoensefalitis
B. Meningitis
C. Abses otak
D. Ensefalitis
E. Perdarahan intraserebral
B. Meningitis
Tn T 45 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 2 hari sebelum datangke rumah sakit,
pasien memiliki Riwayat nyeri telinga kiri sejak 5 hari yang menjalar ke leher, keluhan disertaidengan demam
tinggi. Pasien memiliki Riwayat keluar cairan dari telinga dan penurunan pendengaran sejak 1 bulan sebelum
keluhan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu pasien 38,5, pemeriksaan neurologis ditemukan refreks
fisiologi normal dan refleks patologis - pada kedua tungkai, kaku kuduk (+) kemungkinan diagnosis yang paling
tepat untuk kasus ini adalah ?
A. Meningoensefalitis → TRIAS ensefalitis tidak terpenuhi (Kejang, sakit kepala, penurunan kesadaran)
B. Meningitis → TRIAS “SAD ME” (Sakit kepala, demam, meningeal sign)
C. Abses otak → Biasanya terdapat nyeri kepala kronis, deficit neurologis fokal D. Ensefalitis →
12. TRIAS ensefalitis tidak terpenuhi (Kejang, sakit kepala, penurunan kesadaran) E. Perdarahan
intraserebral → Tidak ada deficit neurologis fokal
Definisi
Meningitis
Trias meningitis
• inflamasi lapisan meninges
(membran yang melapisi
cerebrum dan medulla spinalis)
akibat infeksi berbagai
mikroorganisme
• Termasuk dalam infeksi sistem
saraf pusat
• sakit kepala
• Demam
• Meningeal sign +
“Sad ME“
13. klasifikasi
Ny. R, 42 tahun digigit seekor anjing sekitar 3 jam sebelum datang ke puskesmas. Anjing tersebut kabur dan
tidak bisa ditemukan. Luka tersebut sudah dibersihkan menggunakan air dan sabun setelah tergigit Pasien
14. datanguntuk mendapatkanpenangananluka.Pada pemeriksaan didapatkanluka gigitanpada lengan kiri dengan
ukuran 3x2x1 cm, dasar otot, luka kotor, masih terdapat perdarahan aktif. Riwayat kejang setelah digigit (-
). Pada pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, tanda vital : tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi
102x/menit, frekuensi napas 28x/menit, suhu 36,8C. Terdapat SAR di fasilitas Kesehatan tersebut. Apakah
tatalaksana yang tepat pada pasien ?
A. Berikan VAR 0,5 ml IM sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan0,5 ml IM sebanyak 1 dosis pada
hari ke-7 dan ke-21 + SAR
B. Berikan VAR 0,5 ml IV sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IV sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-21 + SAR
C. Berikan VAR 1 ml IM sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IM sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-21, tanpa SAR
D. Berikan VAR 1 ml IV sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IV sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-14, tanpa SAR
E. Berikan VAR 0,5 ml SC sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml SC sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-21 + SAR
A. Berikan VAR 0,5 ml IM sebanyak 2 dosis pada hari ke-0,
dilanjutkan 0,5 ml IM sebanyak 1 dosis pada hari ke-7 dan ke-21 +
SAR
Ny. R, 42 tahun digigit seekor anjing sekitar 3 jam sebelum datang ke puskesmas. Anjing tersebut kabur dan
15. tidak bisa ditemukan. Luka tersebut sudah dibersihkan menggunakan air dan sabun setelah tergigit Pasien
datanguntuk mendapatkanpenangananluka.Pada pemeriksaan didapatkanluka gigitanpada lengan kiri dengan
ukuran 3x2x1 cm, dasar otot, luka kotor, masih terdapat perdarahan aktif. Riwayat kejang setelah digigit (-
). Pada pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis, tanda vital : tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi
102x/menit, frekuensi napas 28x/menit, suhu 36,8C. Terdapat SAR di fasilitas Kesehatan tersebut. Apakah
tatalaksana yang tepat pada pasien ?
A. Berikan VAR 0,5 ml IM sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IM sebanyak 1 dosis
pada hari ke-7 dan ke-21 + SAR → Tatalaksana luka resiko tinggi
B. Berikan VAR 0,5 ml IV sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IV sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-21 + SAR
C. Berikan VAR 1 ml IM sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IM sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-21, tanpa SAR
D. Berikan VAR 1 ml IV sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml IV sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-14, tanpa SAR
E. Berikan VAR 0,5 ml SC sebanyak 2 dosis pada hari ke-0, dilanjutkan 0,5 ml SC sebanyak 1 dosis pada hari
ke-7 dan ke-21 + SAR
Hippotips! • Luka risiko tinggi :
SAR + VAR
16. • Luka risiko rendah:
VAR (kecuali hewan bisa ditangkap
dan setelah diobservasi hewan sehat,
tidak diberi VAR sama sekali)
• Stop VAR saat ada bukti (-) rabies
pada hewan (hewan sehat,
spesimen otak diperiksa di lab (-))
Tatalaksana
Fase Awal
• Luka dicuci dengan air sabun 5-10
menit lalu dibilas dengan air bersih. •
Debridement dan diberikan
desinfektan seperti alkohol 40-70%,
tinktura yodii atau larutan ephiran
Fase Lanjut
• Tidak ada terapi untuk penderita
yang sudah menunjukkangejala
rabies
• Hanya tindakan suportif dalam
penanganan gagal napas
Tn. X berusia 59 tahun, diantar ke IGD karena mengalami kelumpuhan anggota gerak sisi kiri. Keluhan
dirasakan 2 jam sebelum masuk rumah sakit, dirasa memberat hingga saat ini. Pasien dapat mengerti
pembicaraan, namun tidak dapatberbicara, dan dapat mengulang kata dengan lancar. Keluhan disertai dengan
bicara pelo serta sudut bibir kiri yang terjatuh. Pasien memiliki Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol
sejak 5 tahun lalu. Gangguan fungsi apa yang pasien alami ?
A. Afasia motorik
17. B. Afasia sensorik
C. Afasia transkortikal motorik
D. Afasia transkortikal sensorik
E. Afasia anomik
A. Berikan VAR 0,5 ml IM sebanyak 2 dosis pada hari ke-0,
dilanjutkan 0,5 ml IM sebanyak 1 dosis pada hari ke-7 dan ke-21 +
SAR
Tn. X berusia 59 tahun, diantar ke IGD karena mengalami kelumpuhan anggota gerak sisi kiri. Keluhan
dirasakan 2 jam sebelum masuk rumah sakit, dirasa memberat hingga saat ini. Pasien dapat mengerti
pembicaraan, namun tidak dapatberbicara, dan dapat mengulang kata dengan lancar. Keluhan disertai dengan
bicara pelo serta sudut bibir kiri yang terjatuh. Pasien memiliki Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol
sejak 5 tahun lalu. Gangguan fungsi apa yang pasien alami ?
A. Afasia motorik → yang normal “HANYA SENSORIK”
B. Afasia sensorik → yang normal “HANYA MOTORIK”
C. Afasia transkortikal motorik → Gangguan “MOTORIK” + bisa mengulang D.
Afasia transkortikal sensorik → Gangguan “SENSORIK” + bisa mengulang
E. Afasia anomik → Sensorik motoric repetisi NORMAL
19. Hippotips !!!
• Broca’s aphasia : hanya
mengerti
• Wernicke’s aphasia : hanya
bicara
• Transkortikal : repetisi +,
salah satu lain negative atau
keduanya -
• Global : semua –
Tn K, 26 tahun datang ke IGD dengan keluhan
kejang sebanyak 2 kaliselama masing-masing2-
3 menit. Kejang kelojotan kedua sisi tubuh.
Diantara kejang pasien tidak bisa dibangunkan.
Pasien memiliki Riwayat epilepsy sejak 6 bulan
lalu, sempat minum obat rutin, namun 1 minggu
terakhir obat habis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital TD 100/70, T:37C, nadi 110 x/menit.
Apakah keadaan yang dialami nya sekarang?
a. Kejang demam
20. b. Kejang sederhana
c. Kejang kompleks
d. Status epileptikus
e. Epilepsi umum
d. Status epileptikus
Tn K, 26 tahun datangke IGD dengan keluhan kejang sebanyak 2 kaliselama masing-masing2-3 menit. Kejang
kelojotan kedua sisi tubuh. Diantara kejang pasien tidak bisa dibangunkan. Pasien memiliki Riwayat epilepsy
sejak 6 bulan lalu, sempat minum obat rutin, namun 1 minggu terakhir obat habis. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda vital TD 100/70, T:37C, nadi 110 x/menit. Apakah keadaan yang dialami nya sekarang?
a. Kejang demam → Biasanya terjadi di anak <5 tahun
b. Kejang sederhana → Biasanya terjadi di anak <5 tahun
c. Kejang kompleks → Biasanya terjadi di anak <5 tahun
d. Status epileptikus → kejang lebih dari 1 kali tanpa perbaikan kesadaran diantaranya e.
Epilepsi umum → Jika kurang dari 30 menit dan tidak terjadi >1 kali
Status Epileptikus
21. ➢Definisi Konseptual
Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih di mana di
antara bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran.
➢Definisi operasional status epileptikus konvulsif
Adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa
pulihnya kesadaran diantara bangkitan.
➢Definisi status epileptikus non konvulsif
Adalah bangkitan epileptik berupa perubahan kesadaran maupun perilaku tanpa disertai manifestasi
motorik yang jelas namun didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik pada perekaman
elektroensefalografi (EEG)
Status Epileptikus
22. Laki-laki berusia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan kelopak mata tidak simetris sejak satu minggu
yang lalu. Kesulitan menelan dan berulang setelah aktivitasdan memburuk saat istirahat. Tes waternberg (+).
Apakah pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan pada pasien tersebut ?
23. A. Pemberian Piridostigmin
B. Tes visus mata
C. Test fukuda
D. Dix halpike test
E. Tensilon test
E. Tensilon test
Laki-laki berusia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan kelopak mata tidak simetris sejak satu minggu
yang lalu. Kesulitan menelan dan berulang setelah aktivitasdan memburuk saat istirahat. Tes waternberg (+).
Apakah pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan pada pasien tersebut ?
A. Pemberian Piridostigmin → tatalaksana farmakologis
B. Tes visus mata → gak nyambung euy ☹
C. Test Fukuda → Gak nyambung juga ☹
D. Dix halpike test → Manuver untuk diagnosis BPPV
E. Tensilon test → pemberian EDROPHORIUM CHLORIDE untuk diagnosis myasthenia gravis
24. Definisi
Myastenia
gravis
Manifestasi klinis
penyakit autoimun kronis,
neuromuskular yang menyebabkan
kelemahan pada otot rangka yang
memburuk setelah periode aktivitas
dan membaik setelah periode
istirahat.
Patofisiologi
autoantibodi yang merusak reseptor
• ptosis dan diplopia pada pemeriksaan
mata
• paresis pada tangan dan kaki
• Disartria, Disfoni, dan disfagia
• Pasien dapat mengalami kesulitan
menggerakkan rahang bawah saat
mengunyah makanan, sehingga harus
dibantu oleh tangan (tripod position)
• Kelumpuhan otot-otot wajah
25. asetilkolin di neuromuscular junction
Myastenia gravis
Pemeriksaan
1. Tes Wartenberg
→ Penderita diminta untuk melihat ke atas bidang
datar dengan sudut kurang lebih 30 derajat
selama 60 detik (+): bila terjadi ptosis
2. Tes hitung
3. Iced pack eye test → Asetilkolinesterase akan
berkurang pada suhu rendah, jika terjadi
perbaikan kekuatan otot MG (+)
4. Tensilon’s test (edrophonium chloride test →
asetilkolinesterase inhibitor) : Jika ada perbaikan
kekuatan otot menandakan myasthenia gravis
tatalaksana
• Immunoglobulin Intravena (IVIg) •
Plasma Exchange (PE)
• Kortikosteroid diberikan bersama IVIg dan
PE Inhibitor Asetilkolinesterase,
khususnya Pyridostigmine oral, dapat
dimulai kembali setelah ekstubasi.
Tn. Messi, 24 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan patah tulang di betis kanan setelah terkena tackle
dari lawan ketika bermain sepak bola, pasien merasa kesakitan, dengan VAS : 8. Dokter hendak memberikan
analgetik pada pasien. Obat apakah yang tepat diberikan pada pasien tersebut ?
26. A. Morfin
B. Paracetamol
C. Steroid
D. Codein
E. Na diklofenak
E. Tensilon test
Tn. Messi, 24 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan patah tulang di betis kanan setelah terkena tackle
dari lawan ketika bermain sepak bola, pasien merasa kesakitan, dengan VAS : 8. Dokter hendak memberikan
analgetik pada pasien. Obat apakah yang tepat diberikan pada pasien tersebut ?
A. Morfin → Opioid kuat (VAS SCORE 7-10)
B. Paracetamol → NSAID (VAS SCORE 1-4)
C. Steroid → Hanya sebagai adjuvant
D. Codein → Opioid lemah (VAS SCORE 5-6)
E. Na diklofenak → NSAID (VAS SCORE 1-4)
WHO PAIN RELIEF
28. Tn. H, 42 tahun, mengeluh mulut mencong ke kiri sejak pagi hari. Keluhan mulai dirasakansejak bangun tidur.
Pasien kesulitan membuka dan menutup mata kirinya. Riwayat trauma disangkal. Riwayat dm dan hipertensi
disangkal. Pasien bekerja sebagai tukang tahu bulat dan sering berjualan malam hari. Pada pemeriksaan
didapatkan pasien compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 82/menit, frekuensi napas
20x/menit, suhu 36,6C. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kelemahan pada otot wajah bagian kiri, atas
dan bawah, tidak didapatkan kelemahan anggota gerak. Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut
?
A. Prednisone 1x60 mg selama 7 hari
B. Metilprednisolon 2x16 mg selama hari
C. Prednisone 1x60 mg selama 14 hari
D. Metilprednisolon 2x16 mg selama 14 hari
E. Prednisone 3x60 mg selama 7 hari
A.Prednisone 1x60 mg selama 7 hari
Tn. H, 42 tahun, mengeluh mulut mencong ke kiri sejak pagi hari. Keluhan mulai dirasakansejak bangun tidur.
Pasien kesulitan membuka dan menutup mata kirinya. Riwayat trauma disangkal. Riwayat dm dan hipertensi
disangkal. Pasien bekerja sebagai tukang tahu bulat dan sering berjualan malam hari. Pada pemeriksaan
didapatkan pasien compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 82/menit, frekuensi napas
20x/menit, suhu 36,6C. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kelemahan pada otot wajah bagian kiri, atas
dan bawah, tidak didapatkan kelemahan anggota gerak. Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien tersebut
?
29. A. Prednisone 1x60 mg selama 7 hari → Pilihan obat bells palsy
B. Metilprednisolon 2x16 mg selama hari → Salah pilihan obat dan dosis kak ☹C.
Prednisone 1x60 mg selama 14 hari→ Salah pilihan obat dan dosis kak ☹
D. Metilprednisolon 2x16 mg selama 14 hari → Salah pilihan obat dan dosis kak ☹E.
Prednisone 3x60 mg selama 7 hari → → Salah pilihan obat dan dosis kak ☹
Definisi
Bell’s palsy
Manifestasi klinis
• Kelumpuhan muskulus fasialis
• Tidak mampu menutup mata
paralisis fasialis idiopatik,
merupakan penyebab tersering
dari paralisis fasialis (N. VII)
unilateral.
30. • Unilateral, paralisis saraf
fasial type LMN (perifer)
• Nyeri tajam pada telinga dan mastoid
(60%)
• Perubahan pengecapan (57%) •
Hiperakusis (30%)
• Kesemutan pada dagu dan mulut •
Epiphora
• Nyeri ocular
• Penglihatan kabur
Pemeriksaan fisik
Bell’s palsy
tatalaksana
Pengobatan inisial:
• Kelemahan atau paralisis yang melibatkan
saraf fasial (N VII) melibatkan kelemahan
wajah satu sisi (atas dan bawah).
• Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan
terjadi distorsi dan lateralisasi pada sisi
berlawanan dengan kelumpuhan.
• Pada saat pasien diminta untuk mengangkat
alis, sisi dahi terlihat datar.
31. • Pasien juga dapat melaporkan peningkatan
salivasi pada sisi yang lumpuh.
1. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1
mg/kg atau 60 mg/hari selama 7 hari,
diikuti penurunan bertahap total
selama 10 hari.
2. Antiviral: asiklovir diberikan
dengan dosis 400 mg oral 5 kali
sehari selama 10 hari. Jika virus
varicella zoster dicurigai, dosis tinggi
800 mg oral 5 kali/hari.
Bapak S, 56 tahun, datang ke IGD dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kiri sejak 4 jam lalu. Tidak
ada penurunan kesadaran. Terdapat keluhan pusing berputar dan pandangan ganda. Pasien merupakan
penderita DM tidak terkontrol 7 tahun. TD 180/100 mm/Hg, N 98 x/m, R 17 x/m, S 36,5 oC. Kaku kuduk (-).
Pada pemeriksaan mata kanan: tidak dapat menggerakkan ke arah atas, bawah dan medial. Namun masih bisa
menggerakkan ke arah lateral. Gerak bola mata kiri dbn. Pemeriksaan motorik: ekstremitas kiri 2/2, kanan
5/5. Refleks fisiologis ekstremitas kiri meningkat dan Babinski +, sedangkan ekstremitas kanan normal dan -
. Apa diagnosis kasus tersebut?
A. Stroke iskemik sistem karotid kiri
B. Stroke iskemis sistem karotid kanan
C. Stroke hemoragik
D. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kiri
E. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kanan
32. E. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kanan
Bapak S, 56 tahun, datang ke IGD dengan keluhan lemah anggota gerak sebelah kiri sejak 4 jam lalu. Tidak
ada penurunan kesadaran. Terdapat keluhan pusing berputar dan pandangan ganda. Pasien merupakan
penderita DM tidak terkontrol 7 tahun. TD 180/100 mm/Hg, N 98 x/m, R 17 x/m, S 36,5 oC. Kaku kuduk (-).
Pada pemeriksaan mata kanan: tidak dapat menggerakkan ke arah atas, bawah dan medial. Namun masih bisa
menggerakkan ke arah lateral. Gerak bola mata kiri dbn. Pemeriksaan motorik: ekstremitas kiri 2/2, kanan
5/5. Refleks fisiologis ekstremitas kiri meningkat dan Babinski +, sedangkan ekstremitas kanan normal dan -
. Apa diagnosis kasus tersebut?
A. Stroke iskemik sistem karotid kiri → Tidak ada hemiparase tipikal
B. Stroke iskemis sistem karotid kanan → Tidak ada hemiparase tipikal
C. Stroke hemoragik → TTIK (-)
D. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kiri → Kebalik ☹
E. Stroke iskemik sistem vertebrobasilar kanan → Hemiparase kiri, TTIK (-), parase CN III kanan
(Hemiparase alternans)
Stroke
Klasifikasi
etiologi
35. Stroke
Klasifikasi
Ny V, 32 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar. Keluhan dipengaruhi oleh perubahan posisi tiba tiba.
Keluhan dirasakanberat selama 2-5 menit, Keluhan juga disertaidengan mual dan muntah. Tidak ada Gangguan
36. pendengaran dan riwayat trauma. Terdapat riwayat keluhan serupa sebelumnya. Pada pemeriksaan,
didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70, denyut nadi 72x/menit, frekuensi napas
22x/menit, suhu 36,8C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan nystagmus rotatoar (+), kekuatan motorik
dan sensorik dalam batas normal. Apakah menuver yang dapat dilakukanpasien di rumah jika masih terdapat
gejala yang tersisa ?
A. Dix-Hallpike
B. Semont
C. Tes Thompson
D. Brandt-Daroff
E. Epley
D. Brandt-Daroff
Ny V, 32 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar. Keluhan dipengaruhi oleh perubahan posisi tiba tiba.
Keluhan dirasakanberat selama 2-5 menit, Keluhan juga disertaidengan mual dan muntah. Tidak ada Gangguan
pendengaran dan riwayat trauma. Terdapat riwayat keluhan serupa sebelumnya. Pada pemeriksaan,
didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70, denyut nadi 72x/menit, frekuensi napas
22x/menit, suhu 36,8C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan nystagmus rotatoar (+), kekuatan motorik
dan sensorik dalam batas normal. Apakah menuver yang dapat dilakukanpasien di rumah jika masih terdapat
gejala yang tersisa ?
A. Dix-Hallpike → Dilakukan dokter untuk diagnosis
37. B. Semont → Dilakukan dokter sebagai tatalaksana (second line)
C. Tes Thompson → Untuk achilles ankle rupture
D. Brandt-Daroff → Dilakukan pasien untuk gejala sisa
E. Epley → Dilakukan dokter sebagai tatalaksana (first line)
Headshaking test
(nystagmus)
BPPV
Pemeriksaan fisik
Kepala pasien digerakkan ke kiri ke
38. kanan 20 hitungan. Amati Nistagmus
Dix Halplike test
Pasien menleh 45 derajat ke satu sisi
setelah itu pasien dijatuhkan sehingga
kepala menggantung 15 derajat dibawah
bidang datar. Amati apakah ada
nystagmus.
Bppv
tatalaksana
39. Terapi reposisi
• Komunikasi dan informasi : Pasien BPPV
seringkali merasa takut
atau gelisah karena khawatir
terhadap geejalanya. Pasien harus
dijelaskan bahwa BPPV tidak
berbahaya.
• Medikamentosa : tidak diperlukan
• Manuver Epley → saat pasien datang
pertama dan menjadi “first choice”.
Dilakukan oleh dokter
• Manuver Semont → Second line.
Dilakukan oleh dokter
• Manuver Brandt Daroff → jika masih ada
gejala sisa dari Epley, dapat dilakukan
sendiri oleh pasien di rumah
Bppv
tatalaksana
40. • Manuver Epley
• Manuver Semont • Manuver Brandt Daroff
Ny. G berusia 24 tahun datangdengan keluhan kelemahan anggota gerak pada lengan dan tungkaiyangsemakin
berat. Kelemahan dimulai dari tungkai. Pasien mengatakan 1 bulan yang lalu mengalami diare. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 36,4 C, RR 16 x/menit.
Dari hasil pemeriksaan neurologis didapatkan tetraparesis flaccid, refleks fisiologis (-), refleks patologis (-
), dan hipotonia pada otot tungkai dan lengan. Saat dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal, didapatkan hasil
disosiasi sitoalbumin. Terapi yang paling tepat pada pasien ini adalah ?
A. Metilprednisolone
B. Intravenous immunoglobulin
41. C. Pryodistigmin
D. Kemoterapi
E. Antibiotik
B. Intravenous immunoglobulin
Ny. G berusia 24 tahun datangdengan keluhan kelemahan anggota gerak pada lengan dan tungkaiyangsemakin
berat. Kelemahan dimulai dari tungkai. Pasien mengatakan 1 bulan yang lalu mengalami diare. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 36,4 C, RR 16 x/menit.
Dari hasil pemeriksaan neurologis didapatkan tetraparesis flaccid, refleks fisiologis (-), refleks patologis (-
), dan hipotonia pada otot tungkai dan lengan. Saat dilakukan pemeriksaan pungsi lumbal, didapatkan hasil
disosiasi sitoalbumin. Terapi yang paling tepat pada pasien ini adalah ?
A. Metilprednisolone → Gak nyambung
B. Intravenous immunoglobulin → Talaksana pilihan GBS
C. Pryodistigmin → pilihan tatalaksana myasthenia gravis
D. Kemoterapi → keganasan
E. Antibiotik → tidak ada indikasi
42. Definisi
Guillain barre
syndrome
Manifestasi Klinis
Sindrom Guiilain Barre adalah
penyakit dimana sistem kekebalan
tubuh seseorang menyerang sistem
saraf tepi dan menyebabkan
kelemahan otot, apabila parah dapat
mengakibatkan
kelumpuhan, bahkan otot otot
pernapasan.
• Kelemahan ascenden dan simetris
• Anggota gerak bawah dulu baru menjalar ke
atas
• Kelemahan akut dan progresif yang ditandai
arefleksia
• Puncak defisit 4 minggu
43. • Pemulihan 2-4 minggu pasca onset
• Gangguan sensorik pada umumnya ringan •
Gangguan otonom dapat terjadi
• Gangguan saraf kranial
• Gangguan otot-otot nafas
Guillain barre syndrome
Penunjang
•Laboratorium (untuk menyingkirkan
diagnosis banding lain): Pemeriksaan darah lengkap,
ureum/kreatinin, SGOT/SGPT, elektrolit, Creatinin
kinase,SerologiCMV/EBV/Micoplas
ma, Antibodi glycolipid, Antibodi GMI
• Pencitraan: MRI minimal potongan sagital untuk
menyingkirkan diagnosis banding lain
• Lumbal Pungsi : Disosiasi sitoalbumin
Tatalaksana
• Pemberian IVIG 0,4 gram/ kg
BB/ hari selama 5 hari atau
plasma exchange diguanakan
sebagai lini pertama pengobatan
44. Seorang Wanita berusia 50 tahun mengeluhkan nyeri punggung bawah dan lemah pada kedua tungkai sejak 3
minggu yang lalu. Dari pemeriksaan fisik kekuatan motor tungkai bawah 4/2, refleks fisiologis kedua tungkai
menurun, dan didapatkan saddle anestesi. Apakah diagnosis yang paling tepat ?
A. ALS (Amiotropik lateral sclerosis)
B. Sindrom konus medularis
C. Sindrom kauda ekuina
D. Anterior cord syndrome
E. Central cord syndrome
C. Sindrom kauda ekuina
Seorang Wanita berusia 50 tahun mengeluhkan nyeri punggung bawah dan lemah pada kedua tungkai sejak 3
minggu yang lalu. Dari pemeriksaan fisik kekuatan motor tungkai bawah 4/2, refleks fisiologis kedua tungkai
menurun, dan didapatkan saddle anestesi. Apakah diagnosis yang paling tepat ?
a. ALS (Amiotropik lateral sclerosis) → Gejala LMN dan UMN, bisa terjadi demensia b.
Sindrom konus medularis → parase simetris, sering terjadi impotensi
c. Sindrom kauda ekuina
d. Anterior cord syndrome → paralisis komplit yang mendadak, kehilangan sensasi nyeri dan suhu e.
Central cord syndrome → Paresis lengan > tungkai, Otot distal > proksimal
45. Pembahasan :
• Back pain
• Parase asimetris
• Hipoestesia
• Saddle anestesi
Anak laki-laki usia 4 tahun dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik karena sulit berjalan sejak kecil. Riwayat
keluhan yang sama dimiliki oleh saudara kandung pasien. Pada pemeriksaan fisik terlihat anak memposisikan
kakinya terlalu lebar ketika berjalan. Anak juga terlihat selalu berjinjit. Ditemukan hiperlordosis lumbal,
gower sign (+). Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
A. Amyotropic lateral sclerosis
B. Guilllane-barre syndrome
C. Poliomielitis
D. Dunchene muscular dystrophy
E. Multiple sclerosis
D. Dunchene muscular dystrophy
Anak laki-laki usia 5 tahun dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik karena sulit berjalan sejak kecil. Riwayat
keluhan yang sama dimiliki oleh saudara kandung pasien. Pada pemeriksaan fisik terlihat anak memposisikan
kakinya terlalu lebar ketika berjalan. Anak juga terlihat selalu berjinjit. Ditemukan hiperlordosis lumbal,
46. gower sign (+). Apakah diagnosis yang tepat pada kasus ini?
A.Amyotropic lateral sclerosis → Campuran parase UMN dan LMN, mengenai ekstremitas dan saraf kranial
B. Guilllane-barre syndrome → Ascending paralisis , neuropati pola hand glove and stocking C.
Poliomielitis → kelemahan tipe lmn unilateral ekstremitas bawah
D.Dunchene muscular dystrophy
E.Multiple sclerosis → keluhan hilang timbul, mengenai beberapa lokasi anatomi berbeda, MRI : Hiperintens
pada medulla spinalis
Pembahasan :
• Onset 3-6 tahun
• Riwayat keluhan di saudara → X link resesif
• Spinal deformity
• Gower sign +
Ny H 34 tahun, datang ke poli rumas sakit dengan keluhan nyeri pada bagian wajah, keluhan disertai ingus
bau (+), pipi bengkak (+), dan demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien memiliki gigi berlubang pada geraham atas
sejak lama. Apakah pemeriksaan penujang selanjutnya yang paling tepat ?
A. CT Scan
B. Schuller photo
47. C. Waters photo
D. MRI
E. Rontgen kepala AP
C. Waters photo
Ny H 34 tahun, datang ke poli rumas sakit dengan keluhan nyeri pada bagian wajah, keluhan disertai ingus
bau (+), pipi bengkak (+), dan demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien memiliki gigi berlubang pada geraham atas
sejak lama. Apakah pemeriksaan penujang selanjutnya yang paling tepat ?
A. CT Scan → Bukan pilihan, biasanya untuk melihat komplikasi
B. Schuller photo → Biasanya untuk pasien mastoiditis
C. Waters photo → Ingat waters = air, indikasi salah satunya untuk pasien rhinosinusitis D.
MRI → bukan pilihan
E. Rontgen kepala AP → bukan pilihan, lebih digunakan untuk melihat fraktur
1. Suhu dapat meningkat
Pemeriksaan
48. rhinosinusitis Pemeriksaan
Penunjang
2. Pemeriksaan rongga mulut
• Dapat ditemukan karies profunda pada gigi rahang atas.
3. Rinoskopi anterior
a. Edema dan / atau obstruksi mukosa di meatus medius
b.Sekret mukopurulen. Bila sekret tersebut nampak pada
meatus medius, kemungkinan sinus yang terlibat adalah
maksila, frontal, atau etmoid anterior. Pada sinusitis
dentogenik, dapat pula tidak beringus.
c. Kelainan anatomis yang mempredisposisi, misalnya: deviasi
septum, polip nasal, atau hipertrofi konka.
4. Rinoskopi posterior
Bila pemeriksaan ini dapat dilakukan, maka dapat ditemukan
sekret purulen pada nasofaring. Bila sekret terdapat di depan
muara tuba Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus bagian
anterior (maksila, frontal, etmoid anterior),
• Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP /
lateral), bila fasilitas tersedia.
• Pemeriksaan Lab darah lengkap
An. B, 10 tahun diantar keluarganya ke PKM dengan nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu, disertai batuk
dan serak. Keluhan didahului panas tidak terlalu tinggi, badan lemas. Dari pemeriksaan fisik ditemukantanda-
tanda vital dalam batas normal. Terdapat benjolan limfadenitis servikalis, serta selaput putih keabuan yang
menutupi faring, melekat erat, lengket, dan bila dicabutmudah berdarah. Bullneck -. Apakahtatalaksana yang
tepat pada pasien tersebut ?
A. Anti difteri serum 40000 unit
B. Anti difteri serum 4000 unit
49. C. Anti difteri serum 80000 unit
D. Anti difteri serum 8000 unit
E. Anti difteri serum 10000 unit
A. Anti difteri serum 40000 unit