Teks tersebut membahas tentang keistimewaan para rasul dalam agama Islam. Ayat Alquran yang dibahas menjelaskan bahwa Allah memberikan kelebihan kepada beberapa rasul dibanding rasul lainnya, seperti berbicara langsung kepada Nabi Musa dan memperkuat Nabi Isa dengan Rohul Qudus.
2. Pendahuluan
Kata al-rusul ُ
ُلُسُّالر
) ) merupakan bentuk jamak dari kata al-rasul
ُ
ُل ْوُسَّالر
) ) yang berarti utusan. Mereka adalah manusia-manusia
terpilih yang memiliki kemuliaan dan keistimewaan.
Keistimewaan yang paling utama dari para rasul tentunya
adalah posisi kerasulan itu sendiri. Allah SWT telah memilih
seseorang dari suatu kelompok umat manusia di masa lalu
untuk menjadi utusannya dengan tugas menyampaikan risalah
atau pesan-pesan baik berupa kabar gembira (basyiran)
maupun peringatan (nadziran). Di dalam Alquran banyak
diceritakan kisah-kisah para rasul, meskipun tidak secara
keseluruhan karena rasul dan nabi berjumlah ribuan. Hanya
para rasul dan nabi tertentu, setidaknya dikenal dua puluh lima
nabi, yang kisahnya terekam di dalam al-Quran, untuk diambil
pelajaran bagi kaum beriman. Dari kisah-kisah yang
diceritakan al-Quran itulah kaum beriman mempelajari dan
mengambil hikmah guna menambah keimanan mereka.
Sebagaimana halnya ada banyak rasul yang diceritakan dan
ada pula yang tidak diceritakan kisahnya, al-Quran
menjelaskan bahwa para rasul memiliki peran dan
keistimewaan yang berbeda satu sama lain, sebagaimana
dinyatakan dalam ayat 253.
3. Redaksi Ayat
Surah al-baqarah: 253
ۘ ٍ
ضْعَب ٰ
ىَلَع ْمُهَضْعَب َانْلَّضَف ُلُسُّٱلر َكْلِت
ْعَب َعَفَر َو ۖ ُ َّ
ٱَّلل َمَّلَك نَّم مُهْنِم
ْمُهَض
َٰنِيَبْٱل َمَي ْرَم َْنبٱ ىَسيِع َانْيَتاَء َو ۚ ٍت َٰجَرَد
ْوَل َو ۗ ِ
ُسدُقْٱل ِوحُرِب ُهَٰنْدَّيَأ َو ِت
اَم ُ َّ
ٱَّلل َءٓاَش
ُهْتَءٓاَج اَم ِدْعَب ۢ
نِم مِهِدْعَب ۢ
نِم َينِذَّٱل َلَتَتْقٱ
َف ۟واُفَلَتْٱخ ِنِكَٰل َو ُتَٰنِيَبْٱل ُم
َنَماَء ْنَّم مُهْنِم
۟واُلَتَتْقٱ اَم ُ َّ
ٱَّلل َءٓاَش ْوَل َو ۚ َرَفَك نَّم مُهْنِم َو
ُدي ِ
رُي اَم ُلَعْفَي َ َّ
ٱَّلل َّنِكَٰل َو
Artinya : Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka
ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa
derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan
Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang
datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan
tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka
yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah
berbuat apa yang dikehendaki-Nya. (Q.S. al-Baqarah 2: 253)
4. Tafsir Al Mishbah
Kata ُ
كْلِت
) ) tilka/ itu,
merupakan kata penunjuk sesuatu yang jauh yang sengaja dipilih di
sini untuk mengisyaratkan betapa jauh dan tingginya kedudukan para
rasul itu, dan menunjukkan bahwa mereka adalah satu kelompok
yang kedudukannya dari segi ketakwaan dan kedekatan kepada
Allah sungguh jauh berbeda dengan manusia-manusia biasa
Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain
Kelebihan yang dianugerahkan Allah bukannya tanpa dasar atau pilih
kasih, tetapi atas dasar hikmah kebijaksanaan sesuai dengan tugas
dan fungsi yang akan diemban oleh setiap rasul. Memang tidak ada
satu ketetapan Allah swt. yang tanpa hikmah dan kemaslahatan untuk
makhluk.
Dalam ayat ini disebutkan dua contoh menyangkut kelebihan yang
dianugerahkan Allah, yaitu Allah berkata-kata langsung dengan rasul.
Ini jelas, antara lain menunjuk kepada Nabi Musa as., karena al-
Qur’an secara tegas menyatakan bahwa beliau mendapat
keistimewaan itu (QS. an-Nisa’ [4]: 164). Walaupun ayat ini tidak
menafikan adanya yang memperoleh keistimewaan ini selain beliau,
seperti Rasulullah Muhammad saw.
َع ْمُهَٰنْصَصَق ْدَق ا
ًلُسُر َو
ُلْبَق نِم َْكيَل
َع ْمُهْصُصْقَن ْمَّل ا
ًلُسُر َو
ُ َّ
ٱَّلل َمَّلَك َو ۚ َْكيَل
ااميِلْكَت ٰ
ىَسوُم
Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang
sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak
Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan
langsung.
Q.S. An-Nisa: 164
5. Tafsir Al Mishbah
Beliau juga (Nabi Musa) dianugerahi keistimewaan, yaitu Kami
perkuat dia dengan Ruh al-Qudus. Seperti yang tertera pada surah al-
Baqarah ayat 87
َو َبَٰتِكْٱل ىَسوُم َانْيَتاَء ْدَقَل َو
ِب ۦ
ِهِدْعَب ۢ
نِم َانْيَّفَق
ۖ ِلُسُّٱلر
َبْٱل َمَي ْرَم َْنبٱ ىَسيِع َانْيَتاَء َو
ِب ُهَٰنْدَّيَأ َو ِتَٰنِي
ِوحُر
ُمُكُسُفنَأ ٰٓ
ى َوْهَت َ
َل اَمِب ۢولُس َر ْمُكَءٓاَج اَمَّلُكَفَأ ۗ ِ
ُسدُقْٱل
ُتْبَّذَك ااقي ِ
رَفَف ْمُت ْرَبْكَتْسٱ
ََوُلُتْقَت ااقي ِ
رَف َو ْم
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab
(Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya
(berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah
Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa
putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul
Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul
membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan
keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang
(diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang
(yang lain) kamu bunuh? (Q.S. Al-Baqarah: 87)
Nabi Muhammad saw. — menurut banyak ulama
itu - adalah yang dimaksud dengan firman-Nya:
ورفع
بعضهم
اتَجََرد
/ sebagian mereka, Allah
tinggikan beberapa derajat. Yang Allah tinggikan
itu pastilah salah seorang di antara rasul-rasul
itu, bukan sekelompok dari mereka, dan
beberapa derajat itu adalah keutamaan-
keutamaan yang diraih oleh rasul yang satu itu.
6. Tafsir Al Mishbah
Seandainya Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang
(yang datang) sesudah mereka.
Seandainya Allah menghendaki, niscaya umat para rasul itu tidak akan bunuh
membunuh sesudah mereka, yakni sesudah para rasul—itu—seperti orang Yahudi
memerangi orang Nasrani setelah datangnya ‘Isa as., atau orang-orang Nasrani
memerangi kaum muslimin setelah datangnya Nabi Muhammad saw., seperti
misalnya perang salib dan lain-lain. Atau sesudah mereka, yakni sesudah
kepergian setiap rasul mereka. Ini berarti tidak akan bunuh membunuh umat
setiap rasul yang satu dengan yang lainnya sesudah datang kepada mereka
keterangan agama yang bersifat pasti.
7. َكْلِت
ُلُسُّٱلر (para rasul itu) menjadi mubtada’, sedangkan khabarnya ialah —
َانَّْلضَف
ْمُهَضْعَب
ٰ
ىَلَع
ٍ
ضْعَب (kami lebihkan sebagian atas lainnya), yaitu dengan
memberi mereka keistimewaan yang tidak diberikan kepada lainnya. مُهْنِم
نَّم
َمَّلَك
ُ َّ
ٱَّلل (Di antara mereka ada yang diaja berbicara oleh Allah) misalnya Musa
— َعَف َر َو
ْمُهَضْعَب (dan sebagian ditinggikan-Nya kedudukan-Nya) yakni Nabi
Muhammad SAW. — ٍت َٰج َرَد
ۚ (beberapa tingkat) daripada lainnya, misalnya
dengan umumnya dakwah, khatamnya kenabian, diutamakan umatnya
daripada seluruh umat, mukjizat yang berlimpah serta keistimewaan yang
tidak terhitung berapa banyaknya. — َانْيَتاَء َو
ىَسيِع
َْنبٱ
َمَي ْرَم
ِتَٰنِيَبْٱل
ُهَٰنْدَّيَأ َو
ِوحُرِب
ِ
ُسدُقْٱل
(Dan Kami berikan kepada Isa bin Maryam beberapa mukjizat dan Kami
kuatkan ia dengan Roh Qudus) yakni Jibril yang mengiringinya ke mana
pergi. — ْوَل َو
َءٓاَش
ُ َّ
ٱَّلل (Sekiranya Allah menghendaki) tentulah akan ditunjuki-Nya
semua manusia dan — اَم
َلَتَتْقٱ
َِينذَّٱل
ۢ
نِم
ِمهِدْعَب (Tidaklah akan berbunuh-bunuhan
orang-orang yang datang sesudah mereka) yakni sesudah para rasul itu,
maksudnya ialah umat-umat mereka
Tafsir Jalalain
8. Tafsir Jalalain
—
-
ُ
نِم
ُ
ِدْعب
ام
ُ
ُمُهْتءٓاج
ُُتَٰنِيبْٱل (Sesudah datang kepada mereka
beberapa macam keterangan) disebabkan pertikaian dan
saling menyesatkan di antara mereka ُِنِكَٰلو
ُ
واُفلتْٱخ
( (Tetapi
mereka bertikai) disebabkan kehendak Allah tadi, مُهْنِمف
ُْنَّم
ُ
امء
ُ
ن
(Maka di antara mereka ada yang beriman) artinya kuat dan
tetap keimanannya — مُهْنِمو
نَّم
ُ
رفك dan di antara mereka ada
pula yang kafir) seperti orang-orang Nasrani setelah Al-Masih.
— ُْولو
ُ
ءٓاش
ُ
ُ َّ
ٱّلل
ام
ُ
واُلتتْقٱ (Sekiranya Allah menghendaki tidaklah
mereka akan berbunuh-bunuhan) sebagai pengukuhan —
َُّنِكَٰلو
َُّ
ٱّلل
ُ
ُلعْفي
ام
ُ
ُدي ِ
ُري (tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-
Nya) yaitu menunjuki siapa yang disukai-Nya dan
menjatuhkan orang yang dikehendaki-Nya.
9. Tafsir An Nuur
Terdapat manusia yang menganut agama dan
memahaminya secara benar. Terdapat pula mereka yang
mempergunakan hawa nafsu dalam menakwilkan
(menafsirkan) agama. Inilah sumber perselisihan dan
pertengkaran, persengketaan dan peperangan. Orang
Yahudi berselisih tentang agamanya, lalu mereka berbunuh-
bunuhan. Orang Nasrani lebih-lebih lagi. Mereka bercerai-
berai dan penganut suatu mazhab sendiri pun berpecah-
belah, sama lain saling membunuh.
ِم مِهِدْعَب ۢ
نِم َينِذهلٱ َلَتَتْٱق اَم ُ ه
ٱَّلل َءٓاَش ْوَلَو
َنِيَبْلٱ ُمُهْتَءٓاَج اَم ِدْعَب ۢ
ن
ِنِكَلَو ُت
َرَفَك نهم مُهْنِمَو َنَماَء ْنهم مُهْنِمَف ۟واُفَلَتْٱخ
Kalau Allah menghendaki supaya
segolongan memaafkan segolongan
yang lain dan masing-masing
mempertahankan pendiriannya
dengan hujjah saja, tentulah mereka
tidak berbunuh-bunuhan akibat
sesuatu yang diperselisihkan
6
. ٱ اَم ُ ه
ٱَّلل َءٓاَش ْوَلَو
واُلَتَتْق
Allah menentukan beberapa
keistimewaan bagi sebagian manusia
adalah suatu dampak dari bekasan
iradah (kehendak)-Nya
ِ
رُي اَم ُلَعْفَي َ ه
ٱَّلل نهِكَلَو
ُدي
1
َب اَنْلهضَف ُلُسُّٱلر َكْلِت
ضْعَب ىَلَع ْمُهَضْع
Para mursalin (utusan-utusan
Allah), di mana Muhammad
digolongkan di dalamnya, dan
yang terakhir disebut dalam ayat
lalu, yaitu Daud, itulah rasul-
rasul yang diutamakan oleh Allah
atas rasul-rasul yang lain.
2
ُ ه
ٱَّلل َمهلَك نهم مُهْنِم
Di antara rasul ada yang dimuliakan
dengan diberi kesempatan berbicara
langsung kepada Allah tanpa
perantara, sebagaimana dilakukan
Nabi Musa. Seperti pada
4
َبْلٱ َمَيْرَم َنْبٱ ىَسيِع اَنْيَتاَءَو
ِب ُهَنْدهيَأَو ِتَنِي
ِوحُر
ِ
ُسدُقْلٱ
Tuhan memberikan kepada Isa beberapa
bayyinah (tanda-tanda nyata) yang
menunjukkan kerasulannya,
sebagaimana mukjizat yang diberikan
kepada Musa. Selain bayyinah, Allah juga
menguatkan Isa dengan ruhul qudus,
yakni: ruh wahyu.
3
تَجََرد ْمُهَضْعَب َعَفَرَو
Menurut riwayat Ibn Jarir, rasul yang
diangkat derajatnya lebih tinggi dari yang
lain adalah Muhammad, sebagaimana
ditegaskan juga oleh Mujahid. Penegasan
Mujahid ini dikuatkan oleh susunan ayat itu
sendiri.
5
6
7
10. Analisis
Perbandingan
Tafsir
Menggunakan bentuk tafsir bil ma’tsur (mengaitkan satu ayat
dengan ayat lainnya). Membedah suatu kata/mufrodat pada ayat
secara terperinci. Menafsirkan Alquran tidak mesti urut sesuai
kalimat dalam ayat. Mengutip pendapat ulama tentang ayat yang
sedang ditafsirkan. Kemudian menyusun makna-makna yang
dimaksud Alquran dengan bahasa yang detail, lugas dan menarik.
Tafsir ini juga menjelaskan permasalahan pada ayat yang dibahas
secara terperinci, serta dikaitkan dengan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di masyarakat
Tafsir Al-Mishbah
1
Cara penafsiran Tafsir Jalalain adalah metode ijmali (global) yaitu
ditulis dengan langsung menerangkan kata dari segi kata perkata,
mengambil struktur katanya, menerangkan makna kata atau
padanan kata jika dianggap belum dikenal atau mengandung makna
khusus, bentuk penafsirannya sangat ringkas, padat, dan umum.
Tafsir Jalalain
2
Melakukan penafsiran ayat dengan ayat, dengan menerangkan
ayat-ayat yang semakna dengan ayat yang tengah ditafsirkan,
sehingga memudahkan pembaca dalam mengumpulkan ayat-ayat.
Memperkaya penafsirannya dengan mengutip sebuah riwayat atau
mengemukakan hadis yang berkaitan dengan ayat bersangkutan..
Menyebutkan hikmah , penjelasan atau keterangan tambahan
terhadap ayat yang ditafsirkan. Dan di akhir penafsiran,
mengemukakan kesimpulan dari ayat yang sedang dibahas.
Tafsir An-Nuur
3